Professional Documents
Culture Documents
Home
Advertise
Contact
Support
About
Top of Form
Search
Bottom of Form
Home
Browses
Computers
News
General
Web Design
Tutorials
Contact
Bab ini menguraikan tentang proses dan asuhan yang diberikan selama kala satu persalinan. Disini
juga dijelaskan tentang cara memberikan asuhan sayang ibu, melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan menggunakan partograf untuk memantau kemajuan kala satu persalinan. Selain partograf,
diuraikan pula berbagai upaya untuk deteksi dini masalah dan penyulit dalam kala satu persalinan
dan bagaimana melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bila hal tersebut diperlukan.
http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com
Tujuan
3. Memahami cara dan langkah untuk melakukan anamnesis secara efektif dan pemeriksaan fisik ibu
bersalin.
7. Mengenali secara dini berbagai masalah dan penyulit yang mungkin terjadi pada kala satu
persalinan.
8. Membuat keputusan klinik, memberi tindakan yang tepat dan merujuk ibu (bila perlu) secara
tepat waktu dan optimal pada kala satu persalinan.
2.1. Batasan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum in partu
jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks.
· Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
· Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap.
· Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40
detik atau lebih)
· Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm
(multipara).
Anamnesis dan pemeriksaaan fisik secara seksama merupakan bagian dari asuhan sayang ibu yang
baik dan aman selama persalinan. Pertama, sapa ibu dan beritahukan apa yang akan anda lakukan.
Jelaskan pada ibu tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jawab dengan baik setiap pertanyaan
yang diajukan oleh ibu. Sambil melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, perhatikan adanya
tanda-tanda penyulit atau kondisi gawatdarurat dan segera lakukan tindakan yang sesuai apabila
diperlukan (Lihat tabel 2-1 halaman 44) untuk memastikan proses persalinan akan berlangsung
secara aman. Catatkan semua temuan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama dan
lengkap. Jelaskan makna temuan dan kesimpulannya kepada ibu dan keluarganya.
2.3.1. Anamnesis
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan
persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk menentukan
diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau perawatan yang sesuai.
- Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan antenatal? Jika ya, periksa kartu asuhan antenatalnya (
jika mungkin).
- Pernahkah ibu mendapat masalah selama kehamilannya (misalnya; perdarahan, hipertensi, dll)?
- Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan ketuban? Apakah kental atau
encer? Kapan saat selaput ketuban pecah? (Periksa perineum ibu untuk melihat air ketuban di
pakaiannya.)
- Apakah keluara cairan bercampur darah dari vagina ibu? Apakah berupa bercak atau darah segar
per vaginam? (Periksa perineum ibu untuk melihat darah segar atau lendir bercampur darah di
pakaiannya.)
- Apakah ada masalah selama persalinan atau kelahiran sebelumnya (bedah sesar, persalinan dengan
ekstraksi vakum atau forseps, induksi oksitosin, hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan,
preeklampsia/eklampsia, perdarahan pascapersalinan)?
- Berapa berat badan bayi yang paling besar pernah ibu lahirkan?
· Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung, berkemih dll)
· Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium bagian
atas). Jika ada, periksa tekanan darahnya dan protein dalam urin ibu.
· Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran lainnya.
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat
kenyamanan fisik ibu bersalin. Informasi dari hasil pemeriksaan fisik dan anamnesis diramu/diolah
untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan atau
keperawatan yang paling sesuai dengan kondisi ibu.
Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan dan apa
alasannya. Anjurkan mereka untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan sehingga
mereka memahami kepentingan pemeriksaan.
· Tunujukkan sikap ramah dan sopan, tenteramkan hati dan bantu ibu agar merasa nyaman. Minta
ibu menarik napas perlahan dan dalam jika ia merasa tegang/gelisah.
· Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya (jika perlu, periksa jumlah urin dan adanya
protein dan aseton dalam urin).
· Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahan atau nyeri kontraksi,
warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan cairan tubuh.
· Nilai tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan). Untuk akurasi penilaian
tekanan darah dan nadi ibu, lakukan pemeriksaan itu di antara dua kontraksi.
Pemeriksaan Abdomen
4. Menentukan presentasi
Sebelum melakukan pemeriksaan abdomen, pastikan dulu bahwa ibu sudah mengosongkan kandung
kemihnya, kemudian minta ibu untuk berbaring. Tempatkan bantal di bawah kepala dan bahunya
dan minta ibu untuk menekukkan lututnya. Jika ibu gugup, beri bantuan agar ia memperoleh rasa
nyaman dengan meminta ibu untuk menarik nafas dalam berulang-kali. Jangan biarkan ibu dalam
posisi telentang dalam waktu lebih dari sepuluh menit.
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang berkontraksi. Ukur tinggi fundus
dengan menggunakan pita pengukur. Mulai dari tepi atas simfisis pubis kemudian rentangkan pita
pengukur hingga ke puncak fundus mengikuti aksis atau linea medialis dinding abdomen (lihat
Gambar 2-1). Lebar pita harus menempel pada dinding abdomen ibu. Jarak antara tepi atas simfisis
pubis dan puncak fundus uteri adalah tinggi fundus
Gambar 2-1: Menentukan tinggi fundus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan untuk memantau kontraksi uterus.
Secara hati-hati, letakkan tangan penolong di atas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi
dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi yang terjadi. Pada fase
aktif, minimal terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik atau lebih. Di
antara dua kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.
Gunakan fetoskop Pinnards atau Doppler untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) dalam rahim
ibu dan untuk menghitung jumlah denyut jantung janin per menit, gunakan jarum detik pada jam
dinding atau jam tangan. Tentukan titik tertentu pada dinding abdomen ibu dimana suara DJJ
terdengar paling kuat.
Tip: Jika DJJ sulit untuk ditemukan, lakukan palpasi abdomen ibu untuk menentukan lokasi
punggung bayi. Biasanya rambatan suara DJJ lebih mudah didengar melalui dinding abdomen pada
sisi yang sama dengan punggung bayi.
Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus. Mulai penilaian sebelum atau selama puncak
kontraksi. Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik, dengarkan sampai sedikitnya 30 detik setelah
kontraksi berakhir. Lakukan penilaian DJJ tersebut pada lebih dari satu kontraksi. Gangguan kondisi
kesehatan janin dicerminkan dari DJJ yang kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali per menit.
Kegawatan janin ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali per menit. Bila
demikian, baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit
dari pemeriksaan sebelumnya, kemudian simpulkan perubahan yang terjadi. Jika DJJ tidak
mengalami perbaikan maka siapkan ibu untuk segera dirujuk (lihat Tabel 2-1).
4. Menentukan presentasi
Untuk menentukan presentasi bayi (apakah presentasi kepala atau bokong):
· Berdiri di samping dan menghadap ke arah kepala ibu (minta ibu mengangkat tungkai atas dan
menekukkan lutut).
· Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan (hati-hati dan mantap), pegang bagian terbawah
janin yang mengisi bagian bawah abdomen (di atas simfisis pubis) ibu. Bagian yang berada diantara
ibu jari dan jari tengah penolong adalah penunjuk presentasi bayi.
· Jika bagian terbawah janin belum masuk ke rongga panggul maka bagian tersebut masih dapat
digerakkan. Jika telah memasuki rongga panggul maka bagian terbawah janin sulit atau tidak dapat
digerakkan lagi.
· Untuk menentukan apakah presentasinya adalah kepala atau bokong maka perhatikan dan
pertimbangkan bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut. Bagian berbentuk bulat, teraba
keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan (bila belum masuk rongga panggul) biasanya adalah
kepala. Jika bentuknya kurang tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar, dan sulit terpegang secara
mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong. Istilah sungsang digunakan untuk
menunjukkan bahwa bagian terbawah adalah kebalikan dari kepala atau diidentikkan sebagai
bokong (lihat Tabel 2-1).
Pemeriksaan penurunan bagian terbawah janin ke dalam rongga panggul melalui pengukuran pada
dinding abdomen akan memberikan tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi ibu jika dibandingkan
dengan melakukan periksa dalam (vaginal toucher). Selain itu, cara penilaian diatas (bila dilakukan
secara benar) dapat memberikan informasi yang sama baiknya dengan hasil periksa dalam tentang
kemajuan persalinan (penurunan bagian terbawah janin) dan dapat mencegah periksa dalam yang
tidak perlu atau berlebihan.
Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung proporsi bagian terbawah janin
yang masih berada di atas tepi atas simfisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan pemeriksa (per
limaan). Bagian diatas simfisis adalah proporsi yang belum masuk pintu atas panggul dan sisanya
(tidak teraba) menunjukkan sejauh mana bagian terbawah janin telah masuk ke dalam rongga
panggul (lihat Gambar 2-2).
· 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis
· 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul
· 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul
· 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diats simfisi dan (3/5) bagian
telah turun melewati bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan)
· 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada diatas simfisis
dan 4/5 bagian telah masauk ke dalam rongga panggul
0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh bagian
terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul
Merujuk pada kasus primigravida, inpartu kala satu fase aktif dengan kepala janin masih 5/5 (Tabel
2-1) dimana kondisi ini patut diwaspadai sebagai kondisi yang tidak lazim.
Alasannya adalah pada kala satu persalinan, kepala seharusnya sudah masuk ke dalam rongga
panggul. Bila ternyata kepala memang tidak dapat turun, mungkin bagian terbawah janin (kepala)
terlalu besar dibandingkan dengan diameter pintu atas panggul. Mengingat bahwa hal ini patut
diduga sebagai disproporsi kepala panggul (CPD) maka sebaiknya ibu dapat melahirkan di fasilitas
kesehatan yang mempunyai kemampuan untuk melakukan operasi seksio sesaria sebagai antisipasi
apabila terjadi persalinan macet (disproporsi). Penyulit lain dari posisi kepala diatas pintu atas
panggul adalah tali pusat menumbung yang disebabkan oleh pecahnya selaput ketuban yang disertai
turunnya tali pusat.
Periksa Dalam
Sebelum melakukan periksa dalam, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian
keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan mencuci area genitalia
(jika ibu belum melakukannya) dengan sabun dan air. Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan
dilakukan selama pemeriksaan. Tenteramkan hati dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu
terjaga selama pemeriksaan dilakukan.
2. Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan (mungkin akan
membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakinya satu sama lain).
4. Gunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT/larutan antiseptik. Basuh labia
secara hati-hati, seka dari bagian depan ke belakang untuk menghindarkan kontaminasi feses (tinja).
5. Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa (benjolan) termasuk
kondilomata, varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum.
6. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan per vaginam atau
mekonium:
a. Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan pemeriksaan dalam (Lihat Tabel 2-1).
b. Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika terlihat pewarnaan mekonium,
nilai apakah kental atau encer dan periksa DJJ (lihat Tabel 2-1):
i. Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ dengan seksama menurut petunjuk
pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan terjadi gawat janin (lihat Tabel 2-1), lakukan rujukan
segera.
ii. Jika mekonium kental, nilai DJJ dan rujuk segera (lihat Tabel 2-1).
iii. Jika tercium bau busuk, mungkin telah terjadi infeksi (lihat Tabel 2-1).
7. Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari (gunakan sarung tangan
periksa). Masukkan (hati-hati) jari telunjuk yang diikuti oleh jari tengah. Jangan mengeluarkan kedua
jari tersebut sampai pemeriksaan selesai dilakukan. Jika selaput ketuban belum pecah, jangan
melakukan tindakan amniotomi (merobeknya). Alasannya: Amniotomi sebelum waktunya dapat
meningkatkan risiko infeksi terhadap ibu dan bayi serta gawat janin.
8. Nilai vagina. Luka parut di vagina mengindisikasikan adanya riwayat robekan perineum atau
tindakan episiotomi sebelumnya. Hal ini merupakan informasi penting untuk menentukan tindakan
pada saat kelahiran bayi.
10. Pastikan tali pusat dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki ) tidak teraba pada saat
melakukan periksa dalam. Jika teraba maka ikuti langkah-langkah gawatdarurat (lihat Tabel 2-1) dan
segera rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai.
11. Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut telah masuk ke
dalam rongga panggul. Bandingkan tingkat penurunan kepala dari hasil periksa dalam dengan hasil
pemeriksaan melalui dinding abdomen (perlimaan) untuk menentukan kemajuan persalinan.
12. Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar
atau fontanela magna) dan celah (sutura) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan atau tumpang
tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan lahir
13. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan ke dua jari pemeriksaan (hati-hati), celupkan sarung
tangan ke dalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan tadi secara terbalik
dan rendam dalam larutan dekontaminan selama 10 menit.
14. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang bersih dan kering.
1. Catatkan semua temuan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap.
2. Gunakan informasi yang ada untuk menentukan apakah ibu sudah inpartu, tahapan dan fase
persalinan. Jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm, berarti ibu berada dalam fase laten kala satu
persalinan dan perlu penilain ulang 4 jam kemudian. Jika pembukaan telah mencapai atau lebih dari
4 cm maka ibu berada dalam fase aktif kala satu persalinan sehingga perlu dimulai pemantauan
kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf.
3. Tentukan ada-tidaknya masalah atau penyulit yang harus ditatalaksana secara khusus
4. Setiap kali selesai melakukan penilaian, lakukan kajian data yang terkumpul, dan buat diagnosis
berdasarkan informasi tersebut. Susun rencana penatalaksanaan dan asuhan ibu bersalin.
Penatalaksanaan harus didasarkan pada kajian hasil temuan dan diagnosis.
Contoh: Jika kajian hasil temuan berujung pada diagnosis berupa ibu dengan kehamilan intrauterin,
cukup bulan, kala satu persalinan fase aktif dengan DJJ dan tanda-tanda vital normal, maka rencana
selanjutnya adalah terus memantau kondisi ibu serta janin menurut parameter-parameter pada
partograf dan memberikan asuhan sayang ibu. Tetapi apabila diagnosis menunjukkan adanya
abnormalitas kemajuan persalinan atau komplikasi, maka rencana selanjutnya adalah persiapan
untuk segera merujuk ibu dan sementara menunggu dirujuk, dilakukan stabilisasi kondisi ibu dan
bayi, memantau progresifitas komplikasi dan memberi pertolongan secara memadai dan asuhan
sayang ibu (lihat kembali materi Membuat Keputusan Klinik di Bab 1).
5. Jelaskan temuan, diagnosis dan rencana penatalaksanaan kepada ibu dan keluarganya sehingga
mereka mengerti tentang tujuan asuhan yang akan diberikan.
Pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin, penolong harus selalu waspada terhadap
kemungkinan timbulnya masalah atau penyulit. Ingat bahwa menunda pemberian asuhan kegawat
daruratan akan meningkatkan risiko kematian dan kesakitan ibu dan bayi baru lahir. Selama
anamnesis dan pemeriksaan fisik, tetap waspada terhadap indikasi-indikasi seperti yang tertera pada
Tabel 2-1 dan segera lakukan tindakan yang diperlukan. Langkah dan tindakan yang akan dipilih
sebaiknya dapat memberi manfaat dan memastikan bahwa proses persalinan akan berlangsung
aman dan lancar sehingga akan berdampak baik terhadap keselamatan ibu dan bayi yang akan
dilahirkan.
Tabel 2-1: Indikasi-indikasi untuk Melakukan Tindakan dan/atau Rujukan Segera Selama Kala Satu
persalinan
Riwayat bedah sesar 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang mempunyai kemampuan
untuk melakukan bedah sesar.
Kurang dari 37 minggu (persalinan 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
kurang bulan) penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir.
Ketuban pecah dan air ketuban 1. Dengarkan DJJ, jika ada tanda-tanda gawat janin laksanakan
berampur dengan sedikit asuhan yang sesuai (lihat di bawah).
mekonium disertai tanda-tanda
gawat janin
Ketuban pecah (lebih dari 24 jam) 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri.
atau
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta
Ketuban pecah pada kehamilan semangat.
kurang bulan (usia kehamilan
kurang dari 37 minggu)
Tinggi fundus 40 cm atau lebih 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk
(makrosomia, polihidramnion, melakukan bedah sesar.
kehamilan ganda)
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan
semangat
DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 1. Baringkan ibu miring ke kiri dan anjurkan untuk bernafas
180 x/menit pada dua kali secara teratur.
penilaian dengan jarak 5 menit
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran
(gawat janin)
16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau garam fisiologis (NS)
dengan tetesan 125 cc/jam.
Presentasi ganda (majemuk) 1. Baringkan ibu dengan posisi lutut menempel ke dada atau
(adanya bagian lain dari janin, miring ke kiri.
misalnya: lengan atau tangan,
bersamaan dengan presentasi 2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
belakang kepala) penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir.
Tali pusat menumbung 1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi, letakkan
satu tangan di vagina dan jauhkan kepala janin dari tali pusat
(Jika tali pusat masih yang menumbung. Tangan lain mendorong bayi melalui dinding
berdenyut) abdomen agar bagian terbawah janin tidak menekan tali
pusatnya (minta keluarga ikut membantu).
ATAU
· Nadi cepat, lemah (lebih dari 110 2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan
x/menit) aliran darah ke jantung.
· Tekanan darah menurun (sistolik 3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran
kurang dari 90 mmHg) 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau garam fisiologis
(NS). Infuskan 1 lt dalam waktu 15-20 menit; dilanjutkan
· Pucat dengan 2 lt dalam satu jam pertama, kemudian turunkan
· Berkeringat atau kulit lembab, tetesan menjadi 125 ml/jam.
dingin 4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
· Nafas cepat (lebih dari 30 x per penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir.
menit) 5. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan
· Cemas, bingung atau tidak sadar. semangat
· pembukaan serviks kurang 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir.
dari 4 cm setelah 8 jam
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan
· kontraksi teratur (lebih semangat.
dari 2 dalam 10 menit)
· Frekuensi kontraksi kurang dari 2 3. Jika kontraksi berhenti dan/atau tidak ada perubahan
kali dalam 10 menit dan lamanya serviks, evaluasi DJJ, jika tidak ada tanda-tanda kegawatan
kurang dari 20 detik pada ibu dan janin, persilahkan ibu pulang dengan nasehat
untuk:
· tidak ada perubahan pada serviks
dalam waktu 1 hingga 2 jam · Menjaga cukup makan dan minum.
Tanda dan gejala 1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir.
partus lama:
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Berikan dukungan dan
· pembukaan serviks mengarah ke
semangat.
sebelah kanan garis waspada
partograf
Rujuk ibu :
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37
minggu)
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda/gejala infeksi
13. Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala janin masih 5/5
18. Syok
Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi di rumah (rumah ibu atau rumah kerabat), di tempat
bidan, Puskesmas, Polindes atau Rumah Sakit. Pastikan ketersediaan bahan-bahan dan sarana yang
memadai. Laksanakan upaya pencegahan infeksi (PI) sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Di manapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok seperti berikut ini:
· Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan terlindung dari tiupan
angin.
· Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu sebelum dan sesudah
melahirkan.
· Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk membersihkan vulva dan
perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir.
· Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk
membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan proses peralatan (lihat Bab1).
· Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong persalinan. Pastikan bahwa
kamar kecil dan kamar mandi telah didekontaminasi dengan larutan klorin 0,5%, dibersihkan dengan
deterjen dan air sebelum persalinan dimulai (untuk melindungi ibu dari risiko infeksi), dan setelah
bayi lahir (untuk melindungi keluarga dari risiko infeksi melalui darah dan sekresi tubuh ibu).
· Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan, melahirkan bayi dan
untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan. Pastikan bahwa ibu
mendapatkan privasi yang diinginkannya.
· Tempat tidur yang bersih untuk ibu. Tutupi kasur dengan plastik atau lembaran yang mudah
dibersihkan jika terkontaminasi selama persalinan atau kelahiran bayi.
Daftar perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan untuk asuhan persalinan dan
kelahiran bayi diuraikan dalam Lampiran 6. Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan
yang diperlukan serta dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi. Jika
tempat persalinan dan kelahiran bayi akan terjadi jauh dari fasilitas kesehatan, bawalah semua
keperluan tersebut ke lokasi persalinan. Ketidak-mampuan untuk menyediakan semua
perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat esensial pada saat diperlukan akan meningkatkan risiko
terjadinya penyulit pada ibu dan bayi baru lahir sehingga keadaan ini dapat membahayakan
keselamatan jiwa mereka.
· Periksa semua peralatan sebelum dan setelah memberikan asuhan. Segera ganti peralatan yang
hilang atau rusak.
· Periksa semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan setelah menolong ibu bersalin dan
melahirkan bayinya. Segera ganti obat apapun yang telah digunakan atau hilang.
· Pastikan bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai. Partus set, peralatan
untuk melakukan penjahitan, dan peralatan untuk resusitasi bayi baru lahir sudah dalam keadaan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril (lihat proses peralatan di Bab1).
Kaji ulang rencana rujukan (lihat Bab1) bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi penyulit,
keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu dan/atau
bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan/perawatan
yang telah diberikan dan semua hasil penilaian (termasuk partograf) untuk dibawa ke fasilitas
rujukan.
Jika ibu datang hanya untuk mendapatkan asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia tidak siap
atau kurang memahami bahwa kondisinya memerlukan upaya rujukan maka lakukan konseling
terhadap ibu dan keluarganya tentang perlunya memiliki rencana rujukan. Bantu mereka
mengembangkan rencana rujukan pada saat awal persalinan (lihat Bab 1).
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan keluarganya atau
bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi
gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan tersebut sebaiknya dilakukan melalui
asuhan sayang ibu selama persalinan dan proses kelahiran bayinya.
· Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang dan berikan dukungan
penuh selama persalinan dan kelahiran bayi.
· Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya.
· Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan dukungannya.
· Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan tindakan yang sesuai jika
diperlukan.
· Pencegahan infeksi
Dukungan Emosional
Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
persalinan dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam mendukung
dan mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan
ibu untuk menghadirkan teman atau saudara yang secara khusus diminta untuk menemaninya
(Enkin, et al, 2000).
· Memijat punggung, kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya.
· Menyeka muka ibu secara lembut dengan menggunakan kain yang dibasahi air hangat atau dingin.
Mengatur Posisi
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan melahirkan bayi serta
anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan,
berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau
jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi dan seringkali memperpendek waktu persalinan.
Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan. Beritahukan pada ibu untuk tidak
berbaring telentang lebih dari 10 menit.
Alasan: Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta,
dll) akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan turunnya aliran darah dari sirkulasi
ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan hipoksia atau kekurangan pasokan oksigen
pada janin. Selain itu, posisi terlentang berhubungan dengan gangguan terhadap proses kemajuan
persalinan (Enkin, et al, 2000).
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan
proses kelahiran bayi. Sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan tetapi setelah
memasuki fase aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja. Anjurkan agar anggota keluarga
sesering mungkin menawarkan minum dan makanan ringan selama proses persalinan.
Alasan: Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberi lebih
banyak energi dan mencegah dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan/atau membuat
kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
Kamar Mandi
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan, ibu harus
berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu merasa ingin berkemih atau jika kandung
kemih terasa penuh. Periksa kandung kemih sebelum memeriksa denyut jantung janin (amati atau
lakukan palpasi tepat di atas simfisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih penuh).
Anjurkan dan antarkan ibu untuk berkemih di kamar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar
mandi, berikan wadah urin.
WHO dan Asosiasi Rumah Sakit Internasional menganjurkan untuk tidak menyatukan ruang bersalin
dengan kamar mandi atau toilet karena tingginya frekuensi penggunaan, lalu lintas antar ruang,
potensi cemaran mikroorganisme, percikan air atau lantai yang basah akan meningkatkan risiko
infeksi nosokomial terhadap ibu, bayi baru lahir dan penolong sendiri.
Hindarkan terjadinya kandung kemih yang penuh karena berpotensi untuk:
Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung kemih
secara rutin.
Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan jika kandung kemih penuh dan ibu tidak dapat
berkemih sendiri.
Alasan: Kateterisasi menimbulkan rasa nyeri, meningkatkan risiko infeksi dan perlukaan saluran
kemih ibu.
Anjurkan ibu untuk buang air besar jika perlu. Jika ibu ingin buang air besar saat fase aktif, lakukan
periksa dalam untuk memastikan bahwa apa yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan bayi
pada rektum. Bila memang bukan gejala kala dua persalinan maka izinkan atau perbolehkan ibu
untuk ke kamar mandi.
Jangan melakukan klisma secara rutin selama persalinan. Klisma tidak akan memperpendek waktu
persalinan, menurunkan angka infeksi bayi baru lahir atau infeksi luka pascapersalinan dan malahan
akan meningkatkan jumlah tinja yang keluar selama kala dua persalinan (Enkin, et al, 2000).
Pencegahan Infeksi
Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan persalinan yang bersih
dan aman bagi ibu dan bayinya (lihat Bab1). Hal ini merupakan unsur penting dalam asuhan sayang
ibu. Kepatuhan dalam menjalankan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik, juga akan
melindungi penolong persalinan dan keluarga ibu dari infeksi. Ikuti praktik-praktik pencegahan
infeksi yang telah ditetapkan untuk mempersiapkan persalinan dan proses kelahiran bayi. Anjurkan
ibu untuk mandi pada saat awal persalinan dan pastikan ibu memakai pakaian yang bersih. Cuci
tangan sesering mungkin, gunakan peralatan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan gunakan sarung
tangan saat diperlukan (Lihat Bab 1). Anjurkan anggota keluarga untuk mencuci tangan mereka
sebelum dan setelah melakukan kontak dengan ibu dan/atau bayi baru lahir.
Alasan: Pencegahan infeksi sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi
baru lahir. Upaya dan keterampilan untuk melaksanakan prosedur pencegahan infeksi secara baik
dan benar juga dapat melindungi penolong persalinan terhadap risiko infeksi.
2.6. Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
· Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui
periksa dalam.
· Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat
mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
· Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses
persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat
keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci
pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk:
· Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat
waktu
· Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan
persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis.
Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat
keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.
· Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta,
rumah sakit, dll).
· Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan
proses kelahiran bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Uumum, Residen dan Mahasiswa
Kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan
yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat
mengancam keselamatan jiwa mereka.
Seperti yang sudah dibahas di awal bab ini, kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten
dan fase aktif yang diacu pada pembukaan serviks:
Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama, yaitu:
Jika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan.
Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan.
Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan
kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu boleh pulang
dengan instruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan
frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan dilakukan di rumah, penolong persalinan hanya
boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan
pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi peningkatan
frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari
8 jam.
Halaman depan partograf (lihat Gambar 2-4) menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif
persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase
aktif persalinan, yaitu:
nama, umur;
tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai
merawat ibu);
1. DJJ;
Kemajuan persalinan:
1. pembukaan serviks;
Kontraksi uterus:
1. oksitosin;
Kondisi ibu:
Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia di sisi
partograf atau di catatan kemajuan persalinan).
Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu
kedatangan (tertulis sebagai: ‘jam atau pukul’ pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu
datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
B. Kondisi Janin
Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban
dan penyusupan (kepala janin)
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini,
nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat
janin). Setiap kotak di bagian atas partograf menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah
kolom paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai
dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan
garis tegas dan bersambung (Gambar 2-6).
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya,
penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160. Lihat Tabel 2-1
untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui kisaran normal ini. Catat
tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.
Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput
ketuban pecah. Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ (Gambar 2-6).
Gunakan lambang-lambang berikut ini:
§K : selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi (“kering”)
Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat
mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses
persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung janin < 100 atau >180 kali per menit)
maka ibu harus segera dirujuk (lihat Tabel 2-1).
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir (lihat Tabel 2-1).
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri
terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang-tindih
antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko disproporsi kepala-panggul (CPD). Ketidak-
mampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau
tumpang-tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk
dipisahkan. Apabila ada dugaan disproprosi kepala-panggul maka penting untuk tetap memantau
kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk
ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.
Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Catat
temuan yang ada di kotak yang sesuai (Gambar 2-6) di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-
lambang berikut ini:
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan
3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
Kemajuan persalinan
Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0–10
yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks (Gambar 2-6). Nilai setiap angka
sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menempati lajur dan kotak
tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan
dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin
tercantum angka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya (Menentukan Penurunan Janin). Setiap kotak segi empat atau kubus menunjukkan
waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus dan
frekuensi nadi ibu.
1. Pembukaan serviks
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik dalam bab ini, nilai dan
catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu
berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari setiap pemeriksaan.
Tanda ‘Ï’ harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
Perhatikan:
Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan
serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari hasil periksa dalam.
Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari hasil
periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan
serviks (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda ‘Ï’ pada ordinat atau titik silang garis dilatasi
serviks dan garis waspada.
Hubungkan tanda ‘Ï’ dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).
Pada pukul 17.00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu ada dalam fase aktif. Pembukaan serviks dicatat
di “garis waspada” dan waktu pemeriksaan ditulis dibawahnya.
Contoh cara pengisian yang salah. Temuan pembukaan serviks tidak dicantumkan pada garis
waspada tetapi pada angka yang tertera pada garis tepi kolom pembukaan
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian Pemeriksaan Fisik di bab ini. Setiap kali
melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan tanda-tanda penyulit).
Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh
bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya,
penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.
Tulisan “Turunnya kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka
pembukaan serviks. Berikan tanda ‘O’ yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika
hasil pemeriksaan palpasi kepala di atas simfisi pubis adalah 4/5 maka tuliskan tanda “O” di garis
angka 4. Hubungkan tanda ‘O’ dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
Contoh: catatan penurunan kepala pada partograf untuk Ibu Rohati (Gambar 2-6):
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan
lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif
persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis
waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit
(misalnya : fase aktif yang memanjang, serviks kaku, atau inersia uteri hipotonik, dll). Pertimbangkan
perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, misalnya : persiapan rujukan ke fasilitas
kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki kemampuan untuk menatalaksana
penyulit atau gawatdarurat obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan (berjarak 4
jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis
bertindak maka hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.
Sebaiknya, ibu harus sudah berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi
angka 1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.
Di bawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu
aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan
dua kotak waktu tiga puluh menit yang berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan
serviks, DJJ di bagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu di bagian bawah. Saat ibu masuk dalam
fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks di garis waspada. Kemudian catatkan waktu
aktual pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam
menunjukkan pembukaan serviks adalah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda ‘Ï’ di garis
waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera di sisi luar kolom paling kiri dan catat waktu
aktual di kotak pada lajur waktu di bawah lajur pembukaan (kotak ke tiga dari kiri).
Kontraksi uterus
Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di
sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan
catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah
kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan
disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi (Gambar 2-
4). Sebagai contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit, maka lakukan
pengisian pada 3 kotak kontraksi
2 20–40 detik
0 1 2 3 40 detik
Gambar 2-3
Catat frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit dalam persalinan aktif.
INGAT:
1. Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan setiap 30 menit
selama fase aktif.
2. Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi dalam 10 menit observasi.
20 detik 20–40 detik 40 detik
1. Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin
yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan
kolom waktunya.
Kondisi Ibu
Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau ruang untuk
mencatat kondidi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.
Angka di sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu.
· Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya
penyulit). Beri tanda titik (·) pada kolom waktu yang sesuai.
· Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga
adanya penyulit. Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai: 2
· Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak atau diduga
adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih). Jika
memungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.
Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau
buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat
membuat catatan persalinan.
INGAT:
1. Fase laten persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks kurang dari 4 cm. Biasanya fase
laten berlangsung tidak lebih dari 8 jam.
2. Dokumentasikan asuhan, pengamatan dan pemeriksaan selama fase laten persalinan pada
catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau pada kartu KMS.
3. Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm. Biasanya
pembukaan serviks selama fase aktif sedikitnya 1 cm/jam.
4. Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif, catatkan hasil periksa dalam (pembukaan
serviks) pada garis waspada di partograf.
5. Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan, langsung catatkan pembukaan serviks pada garis
waspada.
6. Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya tidak akan melewati
garis waspada.
Halaman belakang partograf (Gambar 2-5) merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I
hingga kala IV dan bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan.
Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa nifas (terutama pada kala empat
pesalinan) untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat
keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting, terutama untuk membuat keputusan
klinik (misalnya, pencegahan perdarahan pada kala IV persalinan). Selain itu catatan persalinan
(lengkap dan benar) dapat digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan
persalinan yang aman dan bersih telah dilakukan
Kala I
Kala II
Kala III
Kala IV