You are on page 1of 27

ASUHAN KEPERAWATAN

HIDRONEFROSIS

MAKALAH

DISUSUN OLEH :

SHYFFA ARRIZQI (G2A016051)


DHIA RAMADHANI (G2A016052)
SHINTA MAYANG S. (G2A016053)
LIA ANIS SYAFAAH (G2A016054)
MUFLIKHATUL ULYA (G2A016055)
QURRATA A`YUN (G2A016056)
TIARA WIDYA HAPSARI (G2A016057)
NIHAYATUZZULFAH (G2A016058)
SITI MUHARROMAH M. H (G2A016059)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Sistem Perkemihan yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Hidronefrosis”.

Adapun makalah ini tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak dalam
proses pembuata nmakalahini, sehingga tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya yang telah membantu dalam penyelesaian makalah.

Tak ada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan makalah ini mulai dari penyusunan maupun materi
tersebut. Untuk itu diperlukan kritik dan saran agar dapat memperbaiki makalah ini
lebih baik lagi.

Akhirnya penyusun mengharapkan dari makalah ini agar dapat menambah


wawasan mengenai ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan yang berkaitan
dengan ilmu kesehatan masyarakat.

Semarang, Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAii

DAFTAR ISIiii

BAB I PENDAHULUAN1

a. LatarBelakang1
b. TujuanPenulisan1
c. ManfaatPenulisan2

BAB II PEMBAHASAN3

a. DefinisiHidronefrosis3
b. Etiologi/PredisposisiHidronefrosis3
c. PatofisiologiHidronefrosis5
d. ManifestasiHidronefrosis5
e. PenatalaksanaanHidronefrosis6
f. PengkajianHidronefrosis7
g. Pathway KeperawatanHidronefrosis15
h. DiagnosaKeperawatanHidronefrosis16
i. Intervensi dan RasionalKeperawatanHidronefrosis16

BAB III PENUTUP19

a. Kesimpulan19
b. Saran19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolic tubuh yang
bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa dari tubuh. Eliminasi urin ini sangat
tergantung kepada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal
menyaring produk limbah dari darah untuk membentuk urin. Ureter bertugas
mentranspot urin dari ginjal ke kandung kemih. Kandung kemih berguna untuk
menyimpan urin sampai timbul keinginan untuk berkemih.
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan
kalises, sedangkan hidroureter dianalogikan sebagai pelebaran ureter. Adanya
hidronefrosis atau hidroureter harus dianggap sebagai respon fisiologis
terhadap gangguan aliran urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh
proses obstruktif, tetapi dalam beberapa kasus seperti megaureter sekunder
untuk refluks pralahir, system pengumpulan mungkin membesar karena tidak
adanya obstruksi (Muttaqin& Sari, 2012).
Peran perawat pada pasien dengan hidronefrosis adalah care provider yaitu
tindakan keperawatan kepada pasien yang difokuskan pada penanganan nutrisi,
penanganan nyeri dan pencegahan infeksi. Peran perawat sebagai educator
yaitu memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengertian Hidronefrosis,
penyebab, tanda gejala, komplikasi, dan cara perawatanya sehingga keluarga
mampu merawat pasien di rumah dengan baik. Peran perawat sebagai
counselor yaitu memotivasi dan memberikan edukasi kepada pasien dengan
penderita Hidronefrosis agar tidak cemas dengan penyakitnya.
Beberapa data diatas dapat dijadikan alas an untuk mengangkat asuhan
keperawatan pasien dengan Hidronefrosis.

1
B. TujuanPenulisan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hidronefrosis.
2. TujuanKhusus
Menjelaskan konsep dasar medis penyakit meliputi;
a. Definisi, penyebab, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
diagnostik, komplikasi, penatalaksanaan dan pathways.
b. Menganalisis pengkajian keperawatan pada Tn. H.
c. Menganalisis diagnose keperawatan pada Tn. H.
d. Menganalisis intervensi keperawatan pada Tn. H.

C. ManfaatPenulisan
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi institusi
Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasiendengan hidronefrosis.
2. Bagi lahanpraktik
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan dan mutu
pelayanan keperawatan pada pasien dengan hidronefrois.
3. Bagimasyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam memberikan perawatan
pada pasien dengan hidronefrosis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau
kedua ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin
mengalir balik sehingga tekanan di ginjal meningkat (Hall, 2009).
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh
obstruksi aliran keluaran urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang
menekan ureter, pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan
ginjal (Gibson, 2002 : 175).
Menurut John Reynard dkk (2013 : 492) hidronefrosis adalah dilatasi
panggul renal dan calyces. Ketika digabungkan dengan dilatasi dari uretra,
yang dikenal sebagai hidroureteronephrosis. Nefropati obstruktif adalah
kerusakan parenkim ginjal, akibat mulai dari sumbatan hingga aliran urin di
mana pun di sepanjang saluran kemih sistem. Dilatasi pelvis ginjal dan calyces
dapat terjadi tanpa halangan dan oleh karena itu, hidronefrosis seharusnya tidak
diambil secara tidak langsung adanya uropati obstruktif.

B. Etiologi/ Presdiposisi
Berikut ini adalah beberapa penyebab terjadinya hidronefrosis (Reynard
dkk, 2013 : 494) :
Unilateral :
1. Menghambat batu ureter.
2. PUJO.
3. Menghambat bekuan dalam ureter.
4. Menghambat TCC ureter.

3
Bilateral :
1. BOO.
a. BPH.
b. Kanker prostat.
c. Struktur uretra.
d. DSD.
e. Katub uretra posterior
2. Obstruksi ureter bilateral pada tingkat masuk ke kandung kemih.
a. Kanker serviks stadium lanjut secara lokal.
b. Kanker prostat lokal lanjut.
c. Kanker rektum lanjut secara lokal.
d. Kepatuhan kendung kemih yang buruk (sering dikombinasikan
dengan DSD): kandung kemih neuropatik (cedera sumsum tulang
belakang, spina bifi da), pasca-panggul radioterapi.
3. Peradangan periureterik
Dari usus yang berdekatan terlibat dengan penyakit usus inflamasi (missal
: Crohn, kolitis ulserativa) atau penyakit divertikular.
4. Retroperitnial fibrosis.
a. Idiopatik (didiagnosis tidak termasuk penyebab lain).
b. Periarteritis - aneurisma aorta, aneurisma arteri iliaka.
c. Pasca iradiasi.
d. Obat – obatan methysergide, hydralazine, haloperidol, LSD,
methyldopa, penghambat beta, fenacetin, amfetamin.
e. Maligna - keganasan retroperitoneal (limfoma, metastasis penyakit
dari, mis. kanker payudara), pasca kemoterapi.
f. Bahan kimia - bedak talek.
g. Infeksi - TB, sifilis, gonore, ISK kronis.
h. Sarkoidosis.
5. Bilateral PUJO (tidak umum)
6. Hidronefrosis kehamilan (sebagian karena relaksan otot polos efek
progesteron, sebagian obstruksi ureter oleh janin).

4
7. Hidronefrosis terkait dengan saluran ileum (substansial proporsi pasien
dengan pengalihan saluran kemih saluran ileum hidronefrosis bilateral
tanpa adanya obstruksi).
8. Batu ureter bilateral (jarang).

C. Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik,
sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau
kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika
obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka
hanya satu ginjal saja yang rusak. Obstruksi parsial atau intermiten dapat
disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter
dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan
ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan
menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal
di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter
berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra
pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga
dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus. Adanya akumulasi urin
di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini
atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan
bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi
kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan Bare, 2002).

D. ManifestasiKlinik
Pasienmungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap.
Obstruksiakut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika
terjadiinfeksi maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria
akanterjadi. Hematuria dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal terdapat
tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
1. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium);

5
2. Gagal jantung kongestif;
3. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi);
4. Pruritis (gatal kulit);
5. Butiran uremik (kristal urea pada kulit);
6. Anoreksia, mual, muntah, cegukan;
7. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang;
8. Amenore, atrofi testikuler.
(Smeltzer dan Bare, 2002)

E. Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari
hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan
melindungifungsi ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan
melalui tindakan nefrostomi. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial
karena sisa urin dalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan pielonefritis.
Pasien disiapkan untuk pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu,
tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur
maka nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare,
2002)
1. Hidronefrosis akut.
a. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang
hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera
dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan
melalui kulit).
b. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat
batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk
sementara waktu.

6
2. Hidronefrosis kronik.
a. Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan
air kemih.
b. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui
pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali.
c. Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan
fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat,
maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda.

F. PengkajianFokus
a. Identitas
Nama : Tn.H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur :-
Tgl.Lahir :-
Agama :-
Pekerjaan :-
Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita
hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak untuk
duduk sehingga meningkatkan statis urine.
Status perkawinan :-

b. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pinggang sebelah kanan.

7
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak masuk rumah sakit 2 hari yang lalu hingga sekarang klien masih
mengeluh nyeri pinggang dan nyeri saat berkemih. Tadi malam
menggigil/demam kemudian diberi obat paracetamol kemudian agak mereda.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien memiliki riwayat penyakit batu saluran kemih sejak 3 tahun lalu.

e. Riwayat Perinatal
1) Antenatal:
pada klien dengan hidronefrosis, biasanya ibu sang anak menderita kanker
kandung kemih atau infeksi saluran kemih.
2) Intra natal:
pada klien dengan hidronefrosis biasanya saat proses kelahiran mengalami
infeksi, cacat bawaan, terapi penyinaran atau pembedahan.
3) Post natal:
pada klien dengan hidronefrosis biasanya klien kurang dalam penatalaksanaan
personal hygiene dan mengalami infeksi.

f. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adanya riwayat penyakit di keluarga yang berhubungan dengan kelainan-
kelainan ginjal, seperti BPH, diabetes melitus, gagal ginjal, dan kelainan ginjal
lainnya.

g. Pengkajian menurut
1) Pola persepsi kesehatan
Tanggapan pasien tentang kesehatan dan cara pemeliharaan kesehatan.
a. Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu,mis,vitamin;jamu
b. Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
c. Hygiene personal yang kurang.
d. Lingkungan yang kurang sehat

8
2) Pola nutrisi dan metabolism
a. Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan
b. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tertentu: berminyak,pedas
c. Jenis makanan yang disukai.
d. Nafsu makan menurun.
e. Muntah-muntah.
f. Penurunan berat badan.
g. Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h. Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar
atau perih.
Klien hidronefrosis anak biasanya terjadi akibat cacat bawaan dimana
sambungan ureteropelvik menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-
samar, seperti mual, muntah, dan nyeri perut sehingga memungkinkan klien
akan mengalami penurunan berat badan.

3) Pola eliminasi
Tanyakanpolaberkemih

4) Pola aktivitas/bermain
a. Pemenuhan sehari-hari terganggu
b. Kelemahan umum, malaise.

5) Pola istirahat dan tidur


a. Kesulitan tidur pada malam hari karena stress
b. Menahan nyeri
c. Mimpi buruk.

6) Pola kognitif dan persepsi sensori

9
a. Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b. Pengetahuan akan penyakitnya
.
7) Pola mekanisme koping
a. Perasaan tidak percaya diria tau minder
b. Perasaan terisolasi

8) Pola hubungan-peran
Hidup sendiri atau berkeluarga

9) Pola reproduksi sexual


a. Apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang berhubungan
dengan reproduksi social
b. Aktiv melakukan kegiatan sexual atau tidak
c. Penggunaan obat-KB mempengaruhi hormon.

10) Pola nilai dan kepercayaan


Sistem kepercayaan yang dianut klien dan orang tua dalam kesembuhan
penyakitnya.

h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pemeriksaan kesadaran GCS
TTV : 155/95mmHg
Suhu : 37,80C
RR : 24x/menit
Nadi : 88x/menit
2) Kepala dan leher

10
Inspeksi kepala dan leher pada klien hidronefrosis yaitu, pada mata terlihat
adanya konjungtiva anemis dan bibir pucat, hal ini dapat terjadi karena fungsi
ginjal yang terganggu sehingga tidak dapat menghasilkan eritropoeitin
(produksi eritrosit menurun) dan dapat menyebabkan suplai O2 ke jaringan
turun. Klien jika sudah dalam keadaan yang kronis juga dapat mengalami
pernapasan cuping hidung, hal ini terjadi karena kegagalan ginjal untuk
membuang limbah metabolik sehingga terjadi asidosis metabolik.
3) Thorax
Jantung:
Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam batas
normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
Paru-paru:
Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan tidak ada,
sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak
ada suara tambahan..
4) Abdomen
Pemeriksaan fisik abdomen palpasi ginjal pada klien hidronefrosis diperoleh
hasil terdapat pembengkakan kedua, keadaan ini terjadi karena adanya
regangan kapsul ginjal akibat hidronefrosis.
5) Kulit
Pemeriksaan kulit pada klien hidronefrosis terjadi pucat, lembab. Hal ini terjadi
karena ginjal mengalami gangguan sehingga produksi eritropoeitin menurun
dan suplai O2 ke jaringan juga menurun.
6) Genetalia dan Rektum
Pada klien hidronefrosis terabanya massa jika hidronefrosis disebabkan oleh
tumor. Selain itu, juga dapat diperoleh adanya pembesaran prostat jika keadaan
tersebut disebabkan oleh BPH.
7) Ekstremitas
Pada klien hidronefrosis kemungkinan tidak didapatkan kelainan ektremitas.
Namun jikahidronefrosis parah pada kedua bagian ginjal, maka dapat

11
mengakibatkan gejala gagal ginjal seperti terdapat odem pada extremitas,
keletihan, dan kelemahan.

Pengkajian Deskripsi Teknik Pengkajian,


Prediksi Hasil, dan
Implikasi Klinis

Provoking Pengkajian untuk Pada kondisi nyeri otot,


Incident menentukan factor tulang dan sendi biasanya
atau peristiwa yang disebabkan oleh adanya
mencetuskan keluhan kerusakan jaringan saraf
nyeri. akibat suatu trauma

Quality of pain Pengkajian sifat Dalam hal ini perlu


keluhan (karakter), ditanyakan kepada pasien
seperti apa rasa nyeri apa maksud dari keluhan-
yang dirasakan atau keluhannya.Apakah
digambarkan pasien. keluhan nyeri bersifat
menusuk, tajam, atau
tumpul menusuk.

Region, refered Pengkajian untuk Region merupakan


menentukan area atau pengkajian lokasi nyeri dan
lokasi keluhan nyeri, harus ditunjukan dengan
apakah nyeri menjalar tepat oleh pasien.
ke area lain.
Refered atau penjalaran
nyeri yang disebut juga
nyeri kiriman adalah suatu
keluhan nyeri pada suatu
tempat yang sebenarnya

12
akibat kelainan dari tempat
lain. Sebagai contoh : nyeri
radikular pada penyempitan
atau suatu herniasi diskus,
akan dirasakan

Nyeri sepanjang ekstremitas


bawah

Severity (scale) Pengkajian seberapa Pengkajian nyeri dengan


of pain jauh rasa nyeri yang menilai skala nyeri
dirasakan pasien. merupakan pengkajian yang
paling penting dari
pengkajian nyeri dengan
pendekatan PQRST.
Pengkajian ini juga menjadi
parameter penting dalam
menentukan keberhasilan
suatu intervensi.

Teknik pengkajian
dilakukan dengan cara;
Pasien bisa ditanya dengan
menggunakan rentang 0-4
dan pasien akan menilai
seberapa jauh rasa nyeri
yang dirasakan.

0 = tidak nyeri

1 = nyeri ringan

2 = nyeri sedang

13
3 = nyeri berat

4 = nyeri berat sekali

Time Berapa lama nyeri Sifat mula timbulnya


berlangsung, kapan, (onset), tentukan apakah
apakah bertambah gejala timbul mendadak,
buruk pada malam hari perlahan-lahan, atau
atau siang hari. seketika itu juga. Tanyakan
apakah gejala-gejala timbul
secara terus menerus atau
hilang timbul (Intermiten).
Tanyakan apa yang sedang
dilakukan pasien saat gejala
timbul.

Lama timbulnya (durasi).


Tanyakan kapan gejala
tersebut pertama kali timbul

i. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang


j. Data Fokus
Kasus hidronefrosis :
Tn H dirawat diruang penyakit dalam sejak 2 hari yang lalu, saat dilakukan
pengkajian oleh perawat jaga klien mengeluh masih nyeri pinggang, nyeri
saat berkemih. Tadi malam menggigil/demam kemudian diberi obat
paracetamol agak mereda. Kadang-kadang urin berwarna keruh kadang
kemerahan. TTV Tekanan darah ;155/95 mmHg suhu;37,8 0C RR;
24X/mnt Nadi;88X/mnt. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran
adanya distens pada ruang piala ginjal (hydronefrosis). Pemeriksaan palpasi
ginjal terdapat pembengkakan kedua ginjal. Kaki bengkak-bengkak, nyeri
pinggang sebelah kanan. Riwayat batu saluran kemih sejak 3 tahun lalu.

14
Hasil pemeriksaan BNO IVP terdapat gambaran hidronefrosis pada ginjal
kanan. Rencana hari ini klien akan dilakukan neprostomi hari ini.
Data Fokus Masalah Etiologi
Keperawatan
DO : Gangguan Pola Perubahan
eliminasi urine jumlah,warna urin
hasil palpasi ginjal
terdapat pembengkakan
pada kedua ginjal.

DS :

pasien mengatakan
kadang urin berwarna
kuning keruh.

DO : Hipertemi Peningkatan proses


metabolisme
37,8 C

DS :

Pasien mengatakan
menggigil pada malam
hari

DO : Nyeri akut Peningkatan volume


urin pada ginjal
TD: 155/95 mmHg.

DS : Nyeri pinggang
sebelah kanan

15
G. Pathways Keperawatan

16
H. DiagnosaKeperawatan
1. Nyeri akut b/d Peningkatan jumlah volume urin pada ginjal.
2. Gangguan pola eliminasi urin b/d perubahan jumlah urin.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,
mual, muntah.
I. Fokus Intervensi dan Rasional

Diagnosa TujuandanKriteria Intervensi


Hasil

Nyeri akut b/d NOC : NIC :


Peningkatan jumlah  Pain level  Lakukan pengkajian
volume urin pada ginjal.  Pain control nyeri secara
komprehensif
Kriteria hasil : termasuk lokasi,
 Mampu karakteristik, durasi,
mengontrol nyeri frekuensi, kulitas, dan
 Melaporkan bahwa factor presipitasi
nyeri berkurang  Observasi reaksi non
dgn menggunakan verbal
manajemen nyeri  Kaji kultur yang
 Mampu mengenali mempengaruhi nyeri
nyeri  Evaluasi pengalaman
 Menyatakan rasa nyeri masa lampau
nyaman setelah  Control lingkungan
nyeri berkurang yang dapat
mempengaruhi nyeri
 Kaji tipe dan sumber
nyeri
 Kolaborasi dengan
dokter untuk
memberikan analgetik
 Lakukan pengobatan
non farmakologik

Gangguan pola eliminasi NOC NIC:


urin b/d perubahan jumlah
urin  urinary elimination  Memantau asupan dan
 urinary continuece keluaran

17
Kriteriahasil:  Memantau tingkat distensi
kandung kemih dengan
 intake cairan palpasi dan perkusi
dalam rentang meransang reflex kandung
normal kemih
 kantung kemih  Masukan kateter kemih
secara penuh  Menyediakan
 tidak ada residu penghapusan privasi
urine > 100-200cc
 balance cairan
seimbang

Ketidakseimbangan NIC NIC


nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d  Nutritional status: Nutrition management
anoreksia, mual, muntah food and fluid
intake  Kaji adanya alergi
makanan
 Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
Kriteria hasil : yang dibutuhkan
 Adanya  Yakinkan diet yang
peningkatan berat dimakan mengandung
badan sesuai tinggi serat
dengan tujuan  Monitor jumlah nutrisi
 Mampu dan kandungan kalori
mengidentifikasi Nutrition monitring
kebutuhan nutrisi
 Adanya keinginan  Berikan informasi tentang
untuk makan kebutuhan nutrisi
 Yakinkan diet  Kolaborosi dengan ahli
yang dimakan gizi untuk menentukan
klien mengandung jumlah kalori dan nutrisi
tinggi serat untuk yang dibutuhkan pasien
mencegah  BB pasien dalam batas
konstipasi normal
 Monitor adanya
penurunan berat badan
 Monitor lingkungan
selama makan
 Monitor mual dan muntah

18
 Monitor kalori dan intake
nutrisi

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan Hidronefrosis adalah
pembengkakan ginjal akibat penumpukan urine, di mana urine tidak bisa
mengalir dari ginjal ke kandung kemih. Beberapa kondisi yang dapat
menyebabkan penyumbatan aliran urine hingga membuat ginjal membengkak
yaitu kehamilan, adanya batuginjal yang berpotensi menyumbat ureter, adanya
penyempitan ureter akibat terbentuknya jaringan parut karenainfeksi, operasi,
atauterapi, terjadinya aliran urine kembali dari kandung kemih ke ginjal
(refluksvesikoureteal), berbagai jenis kanker atau tumor yang terjadi di sekitar
saluran kemih, kandungkemih, panggul, atau perut adanya gangguan atau
kerusakan pada saraf kandungkemihatau neurogenic bladder, Organ panggul
yang menonjol keluardari vagina (prolaps).
Gejala yang dapat ditimbulkan meliputi rasa sakit pada perut dan panggul,
mual, muntah, tidak bisa mengosongkan kandung kemih sepenuhnya, dysuria,
hematuria,Gejala infeksi saluran kemih. Pasien dengan hidronefrosis mendapat
penatalaksanaan untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari
hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi
fungsi ginjal. Diagnosa keperawatan yang dapat diambil berupa gangguan
keseimbangan volume cairan, restiinfeksi, nyeri, intoleransi aktivitas, dll.
Dalam melakukan intervensi harus disertai rasional yang melatarbeakangi
dilakukan intervensi tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bare & Smeltzer.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart
(Alih Bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC
Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Jakarta : EGC
Hall PM. 2009. Kidney stones: formation, treatment, and prevention. Journal
Cleveland Clinic. 76:583–591
Muttaqin& Sari. 2012. AsuhanKeperawatanGangguanSistemPerkemihan. Jakarta:
SalembaMedika.
Reynard, John, dkk. 2013. Oxford Handbook Of Urology. United Kingdom :
Oxford University
Smaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare.2002.Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC

21
INSTRUMENT PENILAIAN MAKALAH
KELOMPOK
MATA KULIAH SISTEM PERKEMIHAN

JudulMakalah : AsuhanKeperawatanHidronefrosis
Tanggalpresentasi : Maret 2019
Anggotakelompok :1. ShyffaArrizqi (G2A016051)
2. DhiaRamadhaniW (G2A016052)
3. ShintaMayang S (G2A016053)
4. Lia Anis Syafaah (G2A016054)
5. MuflikhatulUlya (G2A016055)
6. QurrataA`Yun (G2A016056)
7.Tiara WidyaHapsari (G2A016057)
8.Nihayatuzzulfah (G2A016058)
9.Siti Muharromah M. H (G2A016059)

NILAI NILAIX
NO KRITERIA EVALUASI BOBOT BOBOT
1 2 3 4
A PERSIAPAN
1 Konsultasidenganpembimbing 5
2 Kesesuaianhasilkonsultasidenganmakalah yang 10
dipaparkan
B MAKALAH
1 Kesinambunganantaraalenia dan bab 10
2 Penggunaanbahasabaik dan benar (bahasabaku) 10
3 Penyerahantugastepatwaktu 5
4 Kejelasanrumusanlatarbelakang 5
5 Masalahmencakuptinjauanteoriberisipengkajian, 40
diagnosa keperawatan, intevensi dan evaluasi
6 Kesimpulan relevandenganhal-hal yang dibahas 10
7 Penulisankepustakaansesuaiaturan 5
Jumlah 100
Nilai : Nilai x Bobot
Nilai :______________
Semarang,.......................................................
Penilai

22

You might also like