You are on page 1of 86

OUT LINE MODUL

Judul Modul : KEPERAWATAN ANAK 1

Kata Pengantar

Daftar isi

Petunjuk penggunaan modul

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata ajar ini menguraikan tentang konsep dasar keperawatan anak. Proses pembelajaran
dilakukan menggunakan metode kuliah, diskusi, penelaahan kasus, penugasan secara
perorangan serta pengalaman belajar praktik klinik dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak.

B. Deskripsi Mata Ajar


Mata kuliah ini adalah mata kuliah keahlian keperawatan yang berfokus kepada
respoin anak dan keluarganya pada setiap tahap perkembangan mulai lahir sampai
akhir masa remaja baik dalam keadaan sakit kronis dan kondisi terminal serta
kebutuhan khusus, di masyarakat ataupun dirawat di rumah sakit, serta intervensi
keperawatannya baik yang bersifat mandiri maupun kolaboratif. Mata kuliah ini juga
merupakan integrase dan penerapan ilmu keperawatan dasar dan ilmu dasar
keperawatan yang membantu mengantarkan mahasiswa untuk mendalami tentang
bagaimana melakukan asuhan keperawatan professional (holistic), memberikan
pendidikan kesehatan, menjalankan fungsi advokasi bagi klien/keluarga dengan
menerapkan komunikasi efektif, serta membuat keputusan dengan
mempertimbangkan aspek legal dan etik. Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi
pada pencapaian kemampuan berfikir sistematis, komperhensif dan kritis dalam
mengaplikasikan konsep dengan pendekatan proses keperawatan sebagai dasar
penyelesaian masalah serta mengembangkan sikap profesional (pengembangan soft
skills) melalui beberapa model belajar yang relevan.
C. Tujuan Mata Ajar

D. Pokok Bahasan
1. Konsep dasar keperawatan anak
2. Konsep anak sehat pertumbuhan, perkembangan anak dan memahami konsep
perkembangan keluarga
3. System perlindungan anak di Indonesia (konsep bermain pada anak)
4. Konsep tindakan khusus pada anak sehat
5. Konsep asuhan keperawatan pada anak sakit (konsep hospitalisasi)
6. Konsep komunikasi pada anak keluarga
7. Konsep menejemen terpadu balita sakit (MTBS)
8. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada neonatal
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan prematuritas
b. Asuhan keperawatan pada anak dengan BBLR
c. Asuhan keperawatan pada anak dengan RDS
d. Asuhan keperawatan pada anak dengan asphyxia
e. Asuhan keperawatan pada anak dengan hyperbilirubinemia
f. Asuhan keperawatan pada anak dengan broncomalasia
9. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem respirasi
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan ISPA
b. Asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia
c. Asuhan keperawatan pada anak dengan TBC pada anak
d. Asuhan keperawatan pada anak dengan asma
10. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem kardiovaskuler
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan CHD
b. Asuhan keperawatan pada anak dengan PDA/ASD/VSD
11. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem neurologis
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam
b. Asuhan keperawatan pada anak dengan hidrocepalus
c. Asuhan keperawatan pada anak dengan meningitis
d. Asuhan keperawatan pada anak dengan enchephalitis
12. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem degastive
a. Asuhan keperawatn pada anak dengan diare
b. Asuhan keperawatn pada anak dengan demam thypoid
13. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
gizi
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan obesitas
b. Asuhan keperawatan pada anak dengan marasmus dan kwashiorkor.
14. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem perkemihan.
a. Asuhan keperawatan anak dengan nefrotik syndrome
b. Asuhan keperawatan anak dengan GNA
15. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
system hematologi
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan Thalasemia
b. Asuhan keperawatan pada anak dengan anemia
c. Asuhan keperawatan pada anak dengan ITP
d. Asuhan keperawatan pada anak dengan Leukimia
16. Konsep family centere care dalam perawatan anak
17. Intervensi keperawatan pada bayi dan anak
BAB II MATERI POKOK I

KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAK

A. Indikator Keberhasilan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar keperawatan anak
B. Uraian Materi
1. Perspektif perawatan anak
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami
bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga ( family
center care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care )

Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan unsur


penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota
keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga.,
Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau
sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status
kesehatan anak
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan yang
ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan
memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari atraumatic
care adalah menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga,
meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak,
mencegah dan mengurangi cedera ( injury ) dan nyeri ( dampak psikologis ),
tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan fisik

2. Perkembangan keperawatan anak


Untuk dapat memahami keperawtan anak, kita di ajak untuk mempelajari evolusi
kesehatan anak dan keperawatan anak. Sebelum abad ke-19, kesehatan anak
kurang mendapat perhatian dari berbagai pihak. Jumlah tenaga kesehatan
terutama dokter dan bidam sangat sedikit, sementara epidemik terjadi di banyak
tempat dan tidak terkontrol. Selain itu, buku-buku informasin kesehatan anak
sedikit. Pelayanan kesehatan yang di jalankan untuk anak hanya terbatas pada
daerah perkotaan dan dalam bentuk pelayanan kelililng dan perawatan
tradisional. Statistik tentang status kesehatan anak tidak da, padahal wabah
penyakit pada anak banyak terjai, sepeti, cacar, flu, difteri, da terjadi epidemik
secara perlahan, terutama penyakit TBC dan gangguan gizi.
Akhir abad ke-19 dikatakan sebagai abad kegelapan untuk kesehatan anak (the
dark age of pediatric)vsampai pada pertengan tahun 1880 mulai ada studi
kesehatan anak yang dilakukan oleh seorang tokoh kesehtan anak, yaitu
abraham jacobi yang melakukan penyelidikan tentang penyakit pada anak. Ia
memperhatikan kesehatan khusussnya anak pada tunawisma dan buruh. Upaya
di dukung oleh seorang wanita bernama lilian wald, yang mengembangkan
pelayanan keperawatan yang juga berfokus pada kegiatan sosial, program sosial,
dan pendidikan khusus untuk orang tua dalam hal perawatan anak sakit.
Selanjutnya, tumbuh upaya kesehatan anakms sekolah (UTS) dan berkembang
kursus-kursus kesehatan sekolah.
Awal tahun 1990, perawat isolasi berkembang sejak ditemukannya penyakit
menular. Orang tua dilarang untuk mengunjungi anak dan membawa barang-
barang atau mainan dari rumah ke rumah sakit. Akan tetapi pada tahun 1940
ditemukan efek psikologis dari tindakan isolasi, yaitu anak menjadi stress selama
berada di rumah sakit tanpa orang tua disampingnya, orang tua pun semakin
stress. Akhirnya, orientasi pelayanan keperawatan berubah menjadi rooming,
yaitu orang tua boleh tinggal bersama anaknya selama 24 jam. Selain itu,
mainan boleh dibwa ke rumah sakit, dan penting untuk perawat atau tenaga
kesehatan mempersiapkan anak dan orang tuanya sebelum dirawat di rumah
sakit.
Dengan demikian, pendidikan kesehatan untuk orang tua menjadi sangat penting
untuk dilakukan oleh perawat. Kerjasama antara orang tua tan team kesehatan
dirasakan besar manfaatnya dan orang tua didorong untuk berpartisipasi aktif
dalam perawatan anaknya dan orangtua tidak hanya sekedar pengunjung bagi
anaknya. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan pentingnya ketertiban orang tua
dalam perawatan anaknya di rumah sakit. (Darbyshire, 1992 dan Carter &
Dearmun, 1995).

3. Falsafah dan paradigma keperawatan anak


a. Manusia ( Anak )
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah satu
sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya, anak di
kelompokkan berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu

1. Bayi : 0 – 1 th

2. Toddler : 1 – 2,5 th

3. Pra Sekolah : 2,5 – 5 th

4. Sekolah : 5 – 11 th

5. Remaja : 11 – 18 th

Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara orang


dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari struktur
fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur sepenuhnya.
Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak lebih banyak berupa tulang
rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah berupa tulang keras.

Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam membentuk


zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga daya tahan tubuhnya
masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada aspek kognitif, kemampuan
berfikir anak serta tanggapan terhadap pengalaman masa lalu sangat berbeda dari
orang dewasa, pengalaman yang tidak menyenangkan selama di rawat akan di
rekam sebagai suatu trauma, sehingga pelayanan keperawatan harus
meminimalisasi dampak traumatis anak.

b. Konsep Sehat Sakit

Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik,
mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau cacad.
Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap waktu
kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil interaksi yang
terjadi dengan kekuatan yang mengganggunya

c. Lingkungan

LIngkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun sakit


serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan
berupa lingkungan Internal dan lingkungan external . Lingkungan Internal yang
mempengaruhi kesehatan seperti tahap perkembangan, latar belakang intelektual,
persepsi terhadap fungsi fisik, faktor Emosional, dan spiritual. SEdangkan
lingkungan external yang mempengaruhi status kesehatan antara lain keluarga,
sosial ekonomi, budaya

d. Keperawatan

Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif meliputi


biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada individu, keluarga,
masyarakat dan kelompok khusus yang mengutamakan pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam kondisi sehat maupun
sakit.

Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan sasaran
dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik yang memiliki
kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

4. Masalah kesehatan anak terkini


1. Difteri
2. Pneumonia
3. Leukimia
4. Autisme
5. Kekurangan zat besi
5. Prinsip keperawatan anak
Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip keperawatan
anak adalah :

a. Anak bukan miniatur orang dewasa

b. Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap


perkembangan

c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan & peningkatan


derajat kesh, bukan mengobati anak sakit
d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif
dalam memberikan askep anak

e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga untuk
mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan kesejahteran dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan moral ( etik ) & aspek
hukum ( legal )

f. Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan maturasi /


kematangan

g. Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan

6. Prinsip perawat dalam keperawatan anak


a. Pemberi perawatan

Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan


kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah
yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks.
Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat
memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan
ambulasi dini.

b. Sebagai Advocat keluarga

Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan
daninfo rmasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent)
atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai
advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang
prosedur operasi yang akan di lakukan sebelum pasien melakukan operasi.

c. Pendidik

Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu


keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek
pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari
pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan
tentang penanganan diare merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai
pendidik ( health educator )

d. Konseling

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien


terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan
dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada
individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan
pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah
keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).

e. Kolaborasi

Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya
mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat
terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian
dan ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan kesehatan. Sebagai
contoh, perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat
pada anak dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk
menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang
menderita infeksi

f. Peneliti

Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu


keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap
rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui
penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evalusai, mengukur
kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan
yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang
lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan
aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat
dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau
media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan
penelitian dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan
praktek profesi keperawatan.

7. Pendekatan family centre care


Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan unsur
penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota
keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga.,
Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal
atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi
status kesehatan anak

Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan


yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga
dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari
atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari
keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan
pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury ) dan nyeri ( dampak
psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan
fisik

8. Atraoumatic care pembelajaran


Kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang terapeutik oleh
individu melalui pelaksanaan intervensi keperawatan untuk membatasi/mengurangi
pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap anak dan keluarga ditatanan
pelayanan kesehatan. Tujuan utama dari atraumatic care adalah do no harm terdiri
dari: mencegah/mengurangi anak berpisah dari orang tua dan perlindungan
mencegah/mengurangi trauma fisik/nyeri.
C. Latihan
D. Rangkuman
Di Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu penerus keluarga yang
kelak akan melanjutkan nilai – nilai dari keluarga serta dianggap sebagai seseorang
yang bisa memberikan perawatan dan perlindungan ketika kedua orang tua sudah
berada pada tahap lanjut usia ( jaminan hari tua ) . Anak masih dianggap sebagai
sumber tenaga murah yang dapat membantu ekonomi keluarga. Keberadaan anak
dididik menjadi pribadi yang mandiri.
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami
bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga ( family
center care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care ).

E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
BAB III MATERI POKOK 2

KONSEP ANAK SEHAT PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN ANAK DAN MEMAHAMI


KONSEP PERKEMBANGAN KELUARGA

A. Indikator Keberhasilan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang konsep anak sehat pertumbuhan,
perkembangan anak dan memahami konsep perkembangan keluarga
B. Uraian Materi
1. Tumbuh kembang anak
a) Segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbang anak baik
fisik, mental, dan social
b) Menegakkan diagnosis dini pada setiap kelainan tumbang dan
kemungkinan penanganan yang efektif
2. Pengertian tumbuh kembang anak
Pertumbuhan :
 perubahan fisik
 peningkatan jumlah sel
 ukuran
 kuantitatif
 tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, gigi
 pola bervariasi
Perkembangan :
 kualitatif
 maturation
 sistematis, progresif dan berkesinambungan

3. Pola tumbuh kembang anak


a. perubahan dalam aspek fisik dan psikis
b. perubahan dalam proporsi
c. Lenyapnya tanda-tanda yang lama
d. Diperoleh tanda-tanda baru

4. Factor-factor yang mempengaruhi tumbuh kembang


a. Faktor genetik
b. Faktor eksternal / lingkungan
5. Tahap kembang anak (intelektual, psikososial, psikoseksual, kepribadian)
Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia
1. Neonatus (lahir – 28 hari)
• Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan
sesuai keinginan.
Implikasi keperawatan : membantu orang tua untuk mengidentifikasi dan menemukan
kebutuhan yang tidak ditemukan.
2. Bayi (1 bulan – 1 tahun)
Bayi usia 1-3 bulan :
 mengangkat kepala
 mengikuti obyek dengan mata
 melihat dengan tersenyum
 bereaksi terhadap suara atau bunyi
 mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak
 menahan barang yang dipegangnya
 mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
Bayi usia 3-6 bulan :
 mengangkat kepala sampai 90°
 mengangkat dada dengan bertopang tangan
 belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar jangkauannya
 menaruh benda-benda di mulutnya,
 berusaha memperluas lapang pandang
 tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
 mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
Bayi 6-9 bulan :
duduk tanpa dibantu
tengkurap dan berbalik sendiri
merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
bergembira dengan melempar benda-benda
mengeluarkan kata-kata tanpa arti
mengenal muka anggota keluarga dan takut pada orang lain
mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan
Bayi 9-12 bulan :
berdiri sendiri tanpa dibantu
berjalan dengan dituntun
menirukan suara
mengulang bunyi yang didengarnya
belajar menyatakan satu atau dua kata
mengerti perintah sederhana atau larangan
minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya
ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya
berpartisipasi dalam permainan

Implikasi keperawatan : mengontrol lingkungan sekitar bayi sehingga kebutuhan


perkembangan fisik dan psikologis bayi dapat terpenuhi.
3. Todler (1-3 tahun)
peningkatan kemampuan psikososial dan perkembangan motorik
Anak usia 12-18 bulan :
mulai mampu berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
menyusun 2 atau 3 kotak
dapat mengatakan 5-10 kata
memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
Anak usia 18-24 bulan :
mampu naik turun tangga
menyusun 6 kotak
menunjuk mata dan hidungnya
menyusun dua kata
belajar makan sendiri
menggambar garis di kertas atau pasir
mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar
memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka
Anak usia 2-3 tahun :
 anak belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
 membuat jembatan dengan 3 kotak
 mampu menyusun kalimat
 mempergunakan kata-kata saya
 Bertanya
 mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya
 menggambar lingkaran
 bermain dengan anak lain
 menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya
Implikasi keperawatan : keamanan sangat penting. Strategi untuk mencegah risiko keselamatan
harus dilakukan secara seimbang agar perkembangan anak tetap optimal.
4. Pre sekolah (3-6 tahun)
Dunia pre sekolah berkembang. Selama bermain, anak mencoba pengalaman baru dan
peran sosial. Pertumbuhan fisik lebih lambat.
Anak usia 3-4 tahun:
berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
berjalan pada jari kaki
belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
menggambar garis silang
menggambar orang (hanya kepala dan badan)
mengenal 2 atau 3 warna
bicara dengan baik
bertanya bagaimana anak dilahirkan
mendengarkan cerita-cerita
bermain dengan anak lain
menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana.
Anak usia 4-5 tahun :
mampu melompat dan menari
menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
dapat menghitung jari-jarinya
mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
minat kepada kata baru dan artinya
memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya
membedakan besar dan kecil
menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa.
Anak usia 6 tahun:

ketangkasan meningkat

melompat tali

bermain sepeda

menguraikan objek-objek dengan gambar

mengetahui kanan dan kiri

memperlihatkan tempertantrum

mungkin menentang dan tidak sopan

Implikasi keperawatan : beri kesempatan untuk bermain dan berinteraksi sosial

5. Usia sekolah (6-12 tahun)


Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik,
kognitif dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.

Anak usia 6-7 tahun :

 membaca seperti mesin

 mengulangi tiga angka mengurut ke belakang

 membaca waktu untuk seperempat jam

 anak wanita bermain dengan wanita

 anak laki-laki bermain dengan laki-laki

 cemas terhadap kegagalan

 kadang malu atau sedih

 peningkatan minat pada bidang spiritual

Anak usia 8-9 tahun:

 kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat

 menggunakan alat-alat seperti palu

 peralatan rumah tangga

 ketrampilan lebih individual

 ingin terlibat dalam segala sesuatu

 menyukai kelompok dan mode

 mencari teman secara aktif

Anak usia 10-12 tahun:

 pertambahan tinggi badan lambat


 pertambahan berat badan cepat

 perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin tampak

 mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur pakaian sendiri

 memasak, menggergaji, mengecat

 menggambar, senang menulis surat atau catatan tertentu

 membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu

 teman sebaya dan orang tua penting

 mulai tertarik dengan lawan jenis

 sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan

 Implikasi keperawatan : memberikan waktu dan energi agar anak dapat mengejar hoby
dan aktivitas sekolah. Mengakui dan mendukung prestasi anak.

6. Remaja (12-18/20 tahun)

Konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan biologi

Mencoba nilai-nilai yang berlaku

Pertambahan maksimum pada tinggi,berat badan

Stres meningkat terutama saat terjadi konflik

Anak wanita mulai mendapat haid, tampak lebih gemuk

Berbicara lama di telepon, suasana hati berubah-ubah (emosi labil), kesukaan seksual
mulai terlihat

menyesuaikan diri dengan standar kelompok


anak laki-laki lebih menyukai olahraga, anak wanita suka bicara tentang pakaian, make-
up

hubungan anak-orang tua mencapai titik terendah, mulai melepaskan diri dari orang tua

takut ditolak oleh teman sebaya

Pada akhir masa remaja : mencapai maturitas fisik, mengejar karir, identitas seksual
terbentuk, lebih nyaman dengan diri sendiri, kelompok sebaya kurang begitu penting,
emosi lebih terkontrol, membentuk hubungan yang menetap.

Implikasi keperawatan: bantu remaja untuk mengembangkan kemampuan


koping atau strategi mengatasi konflik.

3. Penilaian tumbuh kembang anak (KPSP)


TUJUAN: Untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan
PENJADWALAN
 Rutin pada usia 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan
72 bulan
 Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut minta ibu datang
kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin
 Misal bayi umur 7 bulan diminta kembali umur 9 bulan
 Umur anak bukan umur skrining  masalah tumbuh kembang  KPSP
umur skrining terdekat (yang lebih muda)
PELAKSANA & INSTRUMEN
 Tenaga kesehatan, Guru TK, Petugas PADU terlatih
 Formulir KPSP menurut umur. Berisi 10 pertanyaan tentang kemampuan
perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak usia 0 – 72
bln.
 Alat bantu pemeriksaan: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2.5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0.5 – 1 cm.
CARA MENGGUNAKAN KPSP (1)
 Pada waktu pemeriksaan/skrining anak harus dibawa
 Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak
lahir. Bila umur anak lebih 15 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh :
Bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan, bila bayi umur 3
bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
 Pilih KPSP sesuai umur anak
CARA MENGGUNAKAN KPSP (2)
 KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :
 Pertanyaan yang dijawab oleh Ibu/Pengasuh anak, contoh : “Dapatkah
bayi makan kue sendiri?”
 Perintah kepada Ibu/Pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP, contoh : “pada posisi bayi anda terlentang,
tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan keposisi
duduk”.
CARA MENGGUNAKAN KPSP (3)
 Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya
 Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu per satu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut
pada formulir
 Ajukan pertanyaan yg berikutnya setalah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu
 Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
INTERPRETASI HASIL KPSP (1)
 Hitunglah berapa jumlah jawaban ya
 Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau
sering atau kadang-kadang melakukannya
 Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
INTERPRETASI HASIL KPSP (2)
 Jumlah jawaban “Ya” = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan
perkembangannya (S)
 Jumlah jawaban “Ya” = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
 Jumlah jawaban “Ya” = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
(P)
 Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban “Tidak” menurut
jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian)

4. Konsep perkembangan keluarga


a. Keluarga berkembang dan berubah dari waktu ke waktu dengan cara-cara yang
sama dan dapat diprediksi
b. Karena manusia menjadi matang dan berinteraksi dengan orang lain, mereka
memulai tindakan-tindakan dan juga reaksi-reaksi terhadap tuntutan
lingkungan.
c. Keluarga dan anggotanya melakukan tugas-tugas tertentu yang ditetapkan oleh
mereka sendiri atau oleh konteks budaya dan masyarakat
d. Terdapat kecenderungan pada keluarga untuk memulai dengan sebuah awal
dan akhir yang keliahatan jelas
5. Pola asuh pada anak
a. Kebutuhan fisik-biomedik (“Asuh”)
b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (“Asih”)
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (“Asah”)

C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

BAB IV MATERI POKOK 3

SYSTEM PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA (KONSEP BERMAIN PADA ANAK)

A. Indikator Keberhasilan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang system perlindungan anak di
Indonesia (konsep bermain pada anak)
B. Uraian Materi
1. Definisi bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain ,
anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dgn ling, melakukan apa yg
dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara .(Wong, 2000).

Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadarinya .(Miller dan Keong, 1983).

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan.(Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah

“” Kegiatan yang tdk dpt dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari krn
bermain sama dgn berja pada org dewasa, yg dapat menurunkan stres anak,
belajar berkomunikasi dgn ling, menyesuaikan diri dgn ling, belajar mengenal
dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.””

2. Fungsi dan tujuan bermain


Fungsi Bermain

1. Perkembangan sensorik motorik

Pada saat melakukan permainan, aktifitas motorik mrpk komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi
otot.

2. Perkembangan intelektual

Anak melakukan ekplorasi dan manipulasi thp segala sesuatu yg ada di ling
sekitarnya, terutama

mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek.

Pada saat bermain anak akan melatih diri dan memecahkan masalah.

3. Perkembangan sosial.

Perkbg sosial ditandai dgnkemampuan berinteraksi dgn lingkungannya.

Bermain dgn orla akan membantu anak utk mengembangkan hub sosial dan
belajar memecahkan masalah dari hub tersebut.Anak belajar berinteraksi dgn
teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar ttg nilai sosial yang ada pd
kelompok.

4. Perkembangan kreatifitas

Kemampuan utk menciptakan sesuatu dan mewujudkan ke dlm bentuk objek dan
atau kegiatan yang dilakukannya.

5. Perkembangan kesadaran diri.

Anak akan mengembangkan kemampuannya dlm mengatur t.l.


Anak akan belajar mengenal kemampuannya dan membandingkan dgn orla dan
menguji kemampuannya dgn mencoba peran baru dan mengetahui dampak t.l
terhadap orla.

6. Perkembangan moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari ling, terutama dari ortu dan guru.

Anak akan mendapatkan kesempatan utk menerapkan nilai-nilai sehingga dapat


diterima di ling dan dpt menyesuaikan diri dgn aturan yg ada dikelompoknya.

Anak belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yg akan dilakukan.

7. Terapi

Pada saat dirawat di RS anak akan mengalami berbagai perasaan yg sangat tidak
menyenangkan, seperti marah,takut,cemas, sedih

dan nyeri, sehinggaanak –anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya dlm
bentuk permainan.

Tujuan Bermain

1. Untuk melanjutkan tukem yg normal pada saat sakit .

2. Mengekspresikan perasaan , keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.

3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.

4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.

3. Factor yang mempengaruhi aktivitas bermain


1.Tahap perkembangan anak

Perawat hrs mengetahui dan memberikan jenis permainan yg tepat utk setiap
tahapan pertumb dan perkem anak.

2. Status kesehatan anak

Perawat hrs mengetahui kondisi ana pada saat sakit dan jeli memilihkan
permainan yg dapat dilakukan anak sesuai dgn prisnsip bermain pd anak yg
sedang dirawat di RS.
3. Jenis kelamin

Dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedaskan jenis kelamin laki-laki


atau perempuan.

Ada pendapat ygdiyakini bahwa permainan adl salah satu alat

mengenal identitas dirinya.

4. Ling yang mendukung

Ling yg cukup luas utk bermain memungkinkan ana mempunyai cukup ruang
utk bermain.

5. Alat dan jenis permainan yg cocok

Pilih alat bermain sesuai dgn tahapan tukem anak

Alat permaianan tidak selalu harus dibeli ditoko dan harus mahal.

4. Klasifikasi bermain
a. Menurut isinya

Sosial affective play : hub interpersonal yg menyenangkan antara anak dgn orla
(EX : ciluk-baa).

Sense of pleasure play : permaianan yg sifatnya memberikan kesenangan pada


anak (EX : main air dan pasir).

Skiil play : permainan yg sifatnya memberikan keterampilan pada anak (EX:


naik sepeda).

Dramatik Role play : anak bermain imajinasi/fantasi (EX : dokter dan perawat).

Games : permaianan yg menggunakan alat tertentu yg menggunakan perhitungan


/ skor (EX : ular tangga).

Un occupied behaviour: anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi


situasi atau objek yang ada disekelilingnya , yg digunakan sebagai alat
permainan(EX : jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).

b. Karakter sosial

Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yg sedang bermain, tanpa ada
inisiatif utk ikut berpartisifasi dlm permainan(EX : Congklak).
Solitary play : anak tampak berada dlm klp permaianan, tetapi anak bermain
sendiri dgn alat permainan yg dimilikinya.

Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yg sama, tetapi antara satu
anak dgn anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu
dgn lainya tida ada sosialisasi.

Associative play : permeianna ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dgn
anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin

dan tujuan permaianan tidak jelas (EX bermain boneka,masak-masak).

Cooperative play : aturan permainan dlm klp tampak lebih jelas pada permaiann
jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (EX : main sepak bola).

5. Karakteristik bermain sesuai tahap perkembangan


a. Umur 1 bulan (sense of pleasure play).

- Visual :dpt melihat dgn jarak dekat

- Audio : berbicara dgn bayi

- Taktil : memeluk, menggendong

- Kinetik : naik kereta, jalan-jalan.

b. Umur 2-3 bln

- Visual : memberi objek terang,membawa bayi keruang yang berbeda .

- Audio :berbicara dgn bayi,memyanyi

- Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut.

c. Umur 4-6 bln

- Visual : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nontong TV.

- Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras kertas.

- Kinetik : bantu bayitengkurap, mendirikan bayi pada paha ortunya.

- Taktil : memberikan bayi bermain air.

d. Umur 7-9 bln


- Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dgn kaca serta berbicara
sendiri.

- Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yg diucapkan seperti


mama,papa.

- Taktil : membiarkan main pada air mengalir.

- Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.

e. Umur 10-12 bln

- Visual : Memperlihatkan gambar terang dlm buku.

- Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan tubuh dan


menyebutnya.

- Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan anak


merasakan angin.

- Kinetik : memberikan anak mainan besar yg dapat ditarik atau didorong,


seperti sepeda atau kereta.

- Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.

f. Umur 2-3 tahun

- Paralel play dan sollatary play

- Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang
(sering merusak mainan)

- Jenis mainan :boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.

g. Preschool 3-5 thn

- Associative play , dramatik play dan skill play.

- Sudah dapat bermain kelompok

- Jenis mainan : roda tiga, balok besar dgn macam-macam ukuran.

h. Usia sekolah

- Cooperative play

- Kumpul prangko, olra.


i. Masa remaja

- Anak lebih dekat dgn kelompok

- Olra, musik,komputer, dan bermain drama.

6. Alat permainan edukatif


1. Boneka jari
2. Puzzle besar
3. Kotak alfabet
4. Kartu lambang bilangan
5. Kartu pasangan
6. Puzzle jam
7. Loto warna
7. Macam-macam alat permainan untuk anak
1. Biji-bijian
2. Batu-batuan
3. Bambu
4. Jerami padi
5. Balok
6. Puzzle
7. Gelas
8. System perlindungan anak Indonesia
Indonesia menghadapi masalah serius terkait dengan hak dan kesejahteraan
anak-anak. Hampir setengah dari anak-anak Indonesia berusia antara 13 dan 18
tahun putus sekolah; hampir tiga juta anak terlibat dalam perburuhan anak
berpotensi berbahaya, dan sekitar 2,5 juta anak Indonesia menjadi korban
kekerasan setiap tahun. Lebih dari 80% anak-anak sedang menjalani proses
peradilan berakhir di belakang bar dan jumlah yang lebih besar adalah tanpa
bantuan hukum. Statistik ini menggarisbawahi kebutuhan untuk mengintensifkan
dan memperkuat upaya saat ini untuk meningkatkan perlindungan anak di
Indonesia. 2008 review dari Pemerintah Program Negara Indonesia dan UNICEF
Kerjasama menyoroti hubungan antara kebutuhan untuk meningkatkan
perlindungan anak dan pengembangan ekonomi nasional yang adil dan
berkelanjutan.

Kesenjangan yang signifikan tetap dalam ketersediaan informasi pembangunan


kerangka kebijakan di Indonesia dan aktual, on-the-tanah program di bidang
hak-hak anak dan perlindungan anak. Ada kebutuhan mendesak untuk berpindah
dari penyediaan ad-hoc, responsif, dan donor-driven upaya perlindungan anak ke
sistem anak strategis dan komprehensif perlindungan.

Sistem seperti menggunakan proses standar untuk mengumpulkan data,


menggunakan data tersebut untuk program-program desain, dan alamat
keprihatinan perlindungan anak dalam yang lebih luas sosial, ekonomi, konteks
politik dan hukum.

Dalam konteks ini bahwa Columbia University dan Universitas Indonesia,


bekerja sama dengan UNICEF dan Departemen Perencanaan Bahasa Indonesia
(BAPPENAS) mendirikan Universitas berbasis “Center of Excellence”, Pusat
tentang Perlindungan Anak, yang akan berfungsi sebagai model dari akademisi,
pemerintah dan keterlibatan masyarakat sipil yang memberikan kontribusi untuk
sistematisasi dan profesionalisasi perlindungan anak di Indonesia melalui
penelitian, analisis dan evaluasi.

Pusat ini difokuskan pada membangun kapasitas praktisi pemerintah, profesional


muncul, para pemimpin masyarakat sipil dan akademisi. Hal ini bertujuan untuk
mempromosikan seragam, solusi berkelanjutan untuk masalah kompleks yang
mempengaruhi anak-anak, keluarga, dan masyarakat. Selain itu, ia mendorong
kolaborasi dan pertukaran pengetahuan di kawasan Asia / Pasifik.

Negara Indonesia, saat ini sedang mengembangkan kesejahteraan anak dan


keluarga yang fokus pada sistem untuk pencegahan dan merespon semua bentuk
– bentuk kekerasan pada anak. Hal ini merupakan refleski pada pendekatan baru
pada upaya perlindungan anak secara internasional.

Kendati negara Indonesia telah mengembangkan sebuah kerangka kerja


progresif untuk hak-hak anak, hanya saja dalam pelaksanaannya kurang mampu
berkembang untuk perlindungan anak. Disisi lain, belum ada mandat secara jelas
bagi sebuah lembaga untuk mengelola pelayanan pencegahan dan merespon
masalah-masalah anak terkait dengan kewenangan dan akuntabilitas untuk
melindungi secara legal dan efektif.

Pendekatan dalam penyediaan layanan perlindungan anak berbasis sistem mulai


dikembangkan berbeda dengan pendekatan tradisional yang dijalankan saat ini.
Dimana, dalam pendekatan tradisional dilakukan berdasarkan respon yang
berbasis kesejahteraan, lebih dipimpin oleh NGOs, berorientasi pada
kedaruratan, berbasis pada issu (seperti perdagangan anak; peradilan anak),
bekerja berdasarkan jaringan dan bukan sistem; dan hanya terfokus pada
kelompok anak yang termarjinalkan dan rentan, serta layanan perlindungan anak
lebih mengedepankan pada respon atau gejala saja.

Upaya untuk mengadopsi pendekatan ”membangun sistem” ini merupakan


upaya untuk mengkerangkakan kembali sebuah pendekatan pada anak yang
membutuhkan atau beresiko, memikirkan kembali bagaimana membangun
strategi untuk perlindungan anak, mendifinisikan apa itu persekutuan/kemitraan,
bagaimana peran, tanggungjawab, serta memprogramkan kembali intervensi dari
masing masing stakeholder diperlindungan anak.

Kerja–kerja yang dilakukan dalam membangun sistem merupakan kerja-kerja


yang komprehensif yang saling terkait satu dengan lainnya atau saling
berinteraksi dalam kondisi yang harmonis dan teratur. Komponen yang saling
terkait antara lain adalah kerangka hukum dan kebijakan yang kuat untuk PA,
tersedianya anggaran yang memadai, koordinasi multi sektoral, sistem layanan
pencegahan yang ramah anak dan responsif, tenaga kerja PA yang profesional,
pengawasan dan regulasi, serta data dan informasi yang kuat tentang isu isu PA.

Dalam sistem perlindungan anak meliputi:


a. Pencegahan terhadap kekerasan, penelantaran, perlakukan salah dan
eksploitasi yang direspon secara efektif ketika hal tersebut muncul serta
menyediakan layanan yang dibutuhkan, rehabilitasi dan kompensasi terhadap
para korban
b. Memperoleh pengetahuan tentang akar penyebab kegagalan pada
perlindungan anak dan sejauhmana mengetahui tentang kekerasan ,
penelantaran, eksploitasi dan perlakukan salah terhadap anak disemua kondisi.
c. Mengembangkan kebijakan dan regulasi, yang mempengaruhi untuk
tindakan pencegahan dan penanganan, dan bagiamana memastikan
perkembangannya.
d. Mendorong partisipasi anak baik laki dan perempuan, orang tua, wali dan
masyarakat, international dan nasional NGO serta masyarakat sipil.

Pendekatan Perlindungan Anak Berbasis Sistem


Pendekatan perlindungan anak berbasis sistem sebagai pendekatan yang
menekankan tanggung jawab atau kewajiban dari negara sebagai primary duty
bearer dalam menyediakan layanan untuk pemenuhan hak hak anak dan
perlindungan anak

Negara mengakui anak sebagai pemegang hak dan berhak atas perlindungan,
mempromosikan tanggungjawab dan akuntabilitas negara untuk kesejahteraan
anak. Fokus pada pencegahan kekerasan disumber masalahnya, pengembangan
sistem kesejahteraan yang dilaksanakan oleh negara yang komprehensif (bukan
jejaring kerja/proyek), menjangkau semua anak dan fokus pada keluarga dan
masyarakat.
Kerja kerja berbasis sistem lebih teroganisir dan bersungguh sungguh, dapat
diprediksi, interaktif dan saling terkait satu sama lainnya.

Sistem perlindungan anak yang efektif mensyarakatkan adanya komponen-


komponen yang saling terkait. Adapun komponen-komponen tersebut meliputi:
a. Layanan Kesejahteraan Sosial
Penguatan dan pemberian pelayanan kesejahteraan dan perlindungan anak
memerlukan gambaran yang jelas tentang tugas, tanggung jawab dan proses
kelembagaan di setiap tingkat. Proses dan kriteria pelaporan, penilaian, dan
perencanaan intervensi dan penanganan kasus perlu dipetakan, yang kemudian
dilakukan standarisasi dan disosialisasikan di semua tingkat.
Kapasitas pekerja sosial provinsi, kabupaten, dan masyarakat perlu diperkuat.
Tugas dan tanggung jawab yang baru ditetapkan dan akuntabilitas harus
menentukan kapasitas yang diperlukan di setiap tingkatan.
b. Kerangka kerja legal/peraturan perundang-undangan
Kerangka hukum dan peraturan perlu ditingkatkan dan sesuai dengan standard
inernasional.. Kerangka hukum yang menyeluruh dan mengikat diperlukan
ditingkat pusat. Kerangka hukum dan peraturan ditingkat provinsi dan kabupaten
harus sejalan dengan kerangka hukum nasional. Meliputi kerangka hukum dan
kebijakan yang mendukung serta sistem data dan informasi untuk perlindungan
anak.
c. Perubahan sikap/ perilaku
Di tingkat masyarakat, berbagai komponen tersebut harus disatukan dalam
rangkaian kesatuan pelayanan perlindungan anak yang mendorong kesejahteraan
dan perlindungan anak dan meningkatkan kapasitas keluarga dan masyarakat
untuk memenuhi tanggung jawab mereka. Meliputi, kampanye dan lobby;
pemahaman media; ekspresi pendapat anak; debat nasional; membangun
kapasitas, dan lain sebagainya.
Pelayanan Sosial Melalui Pendekatan Sistem
Rangkaian dari layanan sosial perlindungan anak ditingkat masyarakat dimulai
dari pelayanan pencegahan primer, sekunder sampai layanan penanganan tersier,
Mediasi Keluarga ; Identifikasi dini; Dukungan keuangan ‘ Asuhan petirahan
(Respite care)

Kampanye Kesadaran ; Pendidikan, media, Kelompok Pengasuhan


Pencegahan primer bertujuan untuk memperkuat kapasitas masyarakat secara
menyeluruh dalam pengasuhan anak dan memastikan keselamatan mereka.

Meliputi kegiatan yang mengubah sikap dan perilaku, memperkuat ketrampilan


orangtua dan menyadarkan masyarakat tentang dampak yang tidak diinginkan
dari kekerasan terhadap anak.

Pencegahan sekunder atau layanan intervensi dini difokuskan pada keluarga dan
anak anak yang beresiko dilakukan dengan mengubah keadaan sebelum perilaku
kekerasan menimbulkan dampak buruk secara nyata terhadap anak anak
misalnya melalui konseling dan mediasi keluarga serta pemberdayaan ekonomi.

Intervensi tersier menangani situasi dimana anak sudah dalam keadaan krisis
sebagai akibat kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, penelantaran, atau
tindakan-tindakan buruk lainnya. Oleh karena itu, intervensi ini bertujuan untuk
membebaskan anak-anak dari dampak buruk atau, jika dianggap layak,
melakukan pengawasan terstruktur dan memberikan layanan dukungan.
Mekanisme pencegahan dianggap lebih dibandingkan tepat dibandingkan
intervensi tersier atau reaktif.

Semua rangkaian sistem baik tertier, sekunder dan primer harus saling
terhubungkan dalam sebuah rangkaian kesatuan perlindungan bagi anak-anak.
Perlindungan Anak Berbasis Masyarakat Sebagai Pendekatan Berbasis
Sistem
Pada pendekatan berbasis sistem lebih mengedepankan porsi terbesar pada
layanan primer (kampanye kesadaran, pendidikan, media, dll). Dimana, hal ini
lebih banyak dilakukan diranah masyarakat hingga menyentuh wilayah keluarga
dan anak secara langsung. Anak dan keluargalah menjadi sasaran utama dalam
layanan berbasis sistem ini.

Dalam menyediakan layanan primer, KPAD/KPAD sudah memposisikan diri


sebagai institusi yang dekat dengan masyarakat khususnya di Desa/Kelurahan.
KPAD/KPAK merupakan inisiatif masyarakat sebagai ujung tombak untuk
melakukan upaya upaya pencegahan dengan membangun kesadaran masyarakat
dengan tujuan terjadinya perubahan sikap dan perilaku tentang dampak yang
tidak diinginkan dari kekerasan terhadap anak.
Selain itu, KPAD juga mengupayakan adanya kebijakan dan kertersediaan
anggaran di tingkat desa, membangun peran serta aktif dari anak, masyarakat
dan pemerintah secara bersama sama, serta membangun sistem rujukan ke
tingkat kecamatan dan kabupaten.

KPAD/KPAK pun bekerja pada layanan sekunder, seperti melakukan mediasi


dan konsultasi bagi masalah masalah anak yang terjadi dlingkungan mereka
tinggal. Kepercayaan penuh masyarakat kepada KPAD, membuat KPAD harus
bertindak demi kepentingan terbaik anak. Membangun jejaring untuk proses
penanganan anak lebih lanjut kesistem rujukan baik di Tk Kecamatan/
kabupaten.

Sebagian KPAD/KPAK yang tebentuk saat ini sudah menjadi bagian dalam
struktur layanan perlindungan anak di Kecamatan/Kabupaten, yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam layanan perlindungan anak dari
Desa/Kelurahan – Kecamatan dan Kabupaten.
Menilik peran dan fungsi KPAD dengan lebih mengedepankan pada
pencegahan, sangatlah bersinergi pada pendekatan perlindungan anak masa kini
dan merupakan bentuk nyata dari sebuah pendekatan yang berbasis sistem yang
langsung menyentuh ranah anak dan keluarga.

Sistem Perlindungan Anak Di Indonesia


Kedudukan Anak Menurut KUHPerdata
a. Pengertian Anak sah adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang sah
b. Ketentuan Pasal 250 KUHPerdata : Tiap-tiap anak yang dilahirkan atau
ditumbuhkan sepanjang perkawinan yang sah memperoleh suami ibu dari anak
tersebut sebagai anaknya.
c. Ada kemungkinan anak tersebut bukan dibenihkan oleh suami ibu dari anak
tersebut.
d. Dengan demikian suami ibu tersebut dapat menyangkal keabsahan status anak.

C. Latihan
D. Rangkuman
Indonesia menghadapi masalah serius terkait dengan hak dan kesejahteraan anak-
anak. Hampir setengah dari anak-anak Indonesia berusia antara 13 dan 18 tahun
putus sekolah; hampir tiga juta anak terlibat dalam perburuhan anak berpotensi
berbahaya, dan sekitar 2,5 juta anak Indonesia menjadi korban kekerasan setiap
tahun. Lebih dari 80% anak-anak sedang menjalani proses peradilan berakhir di
belakang bar dan jumlah yang lebih besar adalah tanpa bantuan hukum. Statistik ini
menggarisbawahi kebutuhan untuk mengintensifkan dan memperkuat upaya saat ini
untuk meningkatkan perlindungan anak di Indonesia. 2008 review dari Pemerintah
Program Negara Indonesia dan UNICEF Kerjasama menyoroti hubungan antara
kebutuhan untuk meningkatkan perlindungan anak dan pengembangan ekonomi
nasional yang adil dan berkelanjutan.

E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
BAB V MATERI POKOK 4

KONSEP TINDAKAN KHUSUS PADA ANAK SEHAT (1)


A. Indikator Keberhasilan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang konsep tindakan khusus pada
anak sehat (1)
B. Uraian Materi
1. Pengertian imunisasi anak
Su/ upaya utk menimbulkan/me kekebalan seseorg scr aktif thd su/penyakit,
shg bila suatu saat terpajan dgn penyakit tsb tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan.
2. Tujuan imunisasi anak
a. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
b. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
c. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka
kematian) pada balita

3. Jenis-jenis imunisasi anak


a. Imunisasi wajib
b. Imunisasi pilihan
c. Imunisasi rutin
d. Imunisasi lanjut
e. Imunisasi khusus
f. Imunisasi tambahan
4. Jadwal pemberian imunisasi (Ppi/nonPpi)

5. Teknik-teknik pemberian imunisasi


1. Melalui IM (Intra muscular)
2. Melalui SC (subcutan)
3. Melalui IC (intracutan)
4. Oral
6. Reaksi dari imunisasi atau KIPI
1. Demam
2. Nyeri otot
3. Bengkak
4. Lesu
5. Nyeri kepala
6. Mengigil
7. Cold cain
Vaksin merupakan bahan biologis yang mudah rusak sehingga harus disimpan
pada suhu tertentu (pada suhu 2 s/d 8 ºC untuk vaksin sensitif beku atau pada
suhu -15 s/d -25 ºC untuk vaksin yang sensitif panas).

C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

BAB VI MATERI POKOK 5

KONSEP TINDAKAN KHUSUS PADA ANAK SEHAT (2)


A. Indikator Keberhasilan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang konsep tindakan khusus pada
anak sehat (2)
B. Uraian Materi
1. Pengertian pemberian cairan dan nutrisi pada anak dan bayi
merupakan salah kebutuhan fisik yang paling mendasar dan sangat penting
dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan
anak.Nutrisi sangat bermanfaat bagi tubuh dalam membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan anak serta mencegah terjadinya berbagai
penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh, seperti kekurangan energi dan
protein, anemia, defisiensi yodium, defisiensi seng (Zn), defisiensi vitamin A,
defisiensi tiamin, defisiensi kalium, dan lain-lain yang dapat menghambat
proses tumbuh kembang anak.
2. Jenis-jenis cairan dan nutrisi
 Air
 Protein
 Lemak
 Karbohidrat
 Vitamin
 Mineral
3. Tahap-tahap pemberian nutrisi sesuai dengan usia
2.4.1 Bayi 0-12 bulan
a. 0-4 bulan
Susu ASI atau susu formula. Sereal dan roti Sereal dicampur dengan susu.
b. 5-6 bulan
Dilanjutkan dengan roti dan sereal lainnya bisa sampai 18 bulan.
c. 6-7 bulan
Diberikan nasi tim bertahap. Bisa diselingi buah dan sayur dijus. Mulai dengan jus
1 mangkok, memenuhi kebutuhan vitamin C, 1 mangkok jus, buah lunak dan sayur
yang dimasak.
d. 8-12 bulan
Nasi tim atau sayur dan buah bisa diberikan 4 kali sehari termasuk jus. Daging dan
sumber protein lain, daging giling dan daging yang dipotong, daging sapi, telur,
ikan, kacang, polong-polongan, keju. Daging ataupun protein diberikan 2 kali
sehari.

2.4.2 Toodler dan Preschool


Rata-rata anak-anak toddler atau preschool umumnya membutuhkan:
• Susu 2 atau 3 kali dalam 1 hari. Dalam I kali minum kira-kira 1/2-1 gelas.
• Daging; 2 kali atau lebih dalam 1 hari.
• Sereal dan roti; 4 kali atau lebih dalam 1 hari. 1 kali pemberian kira-kira 1/2-1 potong
roti atau 1/2-1 gelas bubur.
• Sayur dan buah-buahan; 4 kali atau lebih dalam 1 hari. Itu meliputi sekurang-
kurangnya 1 kali atau lebih pemberian jeruk dan 1 kali pemberian sayuran
hijau/kuning.

2.4.3 Anak Sekolah


Anak sekolah membutuhkan jumlah yang sama dengan penyediaan makanan dasar yang
dibutuhkan oleh anak usia preschool. Tapi kebutuhan lebih banyak dari anak preschool.
Contoh:
Susu satu gelas, daging 6-8 potong, sayur 1/3-1/2 gelas, roti 1-2 iris, sereal 1/2-1 mangkok.

2.4.4 Adolesence
Remaja membutuhkan energi untuk kebutuhan mereka dan didalam makanannya
membutuhkan susu, daging, sayuran hijau dan kuning. Orang tua dianjurkan memberikan
sayur dan buah.

4. Menentukan jumlah cairan dan nutrisi


2.3.1 Air (H2O)
Air merupakan nutrien yang berfungsi menjadi medium untuk nutrien lainnya. Berikut
ini adalah tabel kebutuhan anak usia bayi untuk pemenuhan kebutuhan terhadap air:
No. Usia Air per kg BB per hari (ml)
1 3 hari 80 – 100
2 10 hari 125 – 150
3 3 bulan 140 – 160
4 6 bulan 130 – 155
5 9 bulan 125 – 145
6 1 tahun 120 – 135
(Yupi Supartini, 2004)

Sekitar 65% dari bobot tubuh adalah air. Air ini merupakan unsur paling penting
diantara semua nutrien dan terdapat baik dalam makanan padat maupun dalam
minuman. Sejumlah kecil air dihasilkan oleh metabolisme. Air merupakan media
tempat semua proses metabolisme berlangsung. Kehilangan air terjadi melalui udara
pernapasan disamping itu lewat keringat, urine dan feses. Manusia dapat hidup
berminggu-minggu tanpa makanan, namun tanpa air hidupnya hanya beberapa hari
saja (Mery E. Beck, 2000).

2.3.2 Protein
Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial. Terdapat dua jenis
protein, yaitu:
1) Protein hewani: yang didapat dari daging hewan.
2) Protein nabati: yang didapat dari tumbuh-tumbuhan.
Nilai gizi protein hewani lebih besar dari pada protein nabati dan lebih mudah diserap
oleh tubuh. Walaupun demikian, kombinasi penggunaan protein hewani dan protein
nabati sangat dianjurkan dalam pemenuhan protein yang seimbang (Yupi Supartini,
2004).
Fungsi protein merupakan konstituen penting bagi semua jaringan tubuh, yaitu:
1. Protein menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme yang normal
dan proses pengauasan yang normal. Protein akan hilang dalam pembentukan
rambut serta kuku, dan sebagai sel-sel mati yanfg lepas dari permukaan kulit serta
traktus alimentarius, dan dan dalam sekresi pencernaan.
2. Protein menghasilkan jaringan yang baru. Jaringan baru terbentuk selama masa
pertumbuhan, kesembuhan dari cidera, kehamilan dan laktasi.
3. Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang barudengan fungsi
khusus didalam tubuh, yaitu: sebagai enzim, hormone dan hemoglobin.
4. Protein dapat dipakai sebagai sumber energi. (Mary E. Beck, 2000)

2.3.3 Lemak
Pada dasarnya, lemak tidak banyak dibutuhkan dalam jumlah besar kecuali lemak
esensial, yaitu asam linoleat dan asam arakidonat. Pada anak usia bayi sampai kurang
lebih 3 bulan, lemak merupakan sumber gliserida dan kolesterol yang tidak dapat
dibuat dari karbohidrat. Lemak berfungsi untuk mempermudah absorsi vitamin yang
larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K (Yupi Supartini, 2004).
Fungsi dari lemak, sebagai berikut (Mery E. Beck, 2000):
1. Sumber energi, lemak dioksidasi di dalam tubuh untuk memberikan energi bagi
aktivitas jaringan dan guna mempertahankan suhu tubuh.
2. Ikut serta membangun jaringan tubuh. Sebagian lemak masuk ke dalam sel-sel
tubuh dan merupakan bagian esensial dari strutur sel tersebut.
3. Perlindungan. Endapan jaringan lemak di sekitar organ tubuh yang penting akan
mempertahankan organ tubuh dalam posisinya dan melindunginya terhadap cedera.
4. Penyekat (isolasi). Jaringan lemak subkutan akan mencegah kehilangan panas dari
tubuh.
5. Perasaan kenyang. Adanya lemak di dalam chime ketika lewat dalam duodenum
mengakibatkan penghambatan peristaltik lambung dan sekresi asam, sehingga
menunda waktu pengosongan lambung dan mencegah timbulnya rasa lapar.
6. Vitamin larut dalam lemak. Membantu proses penyerapan dari dalam usus dan
melarutkan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak.

2.3.4 Karbohidrat

Karbohidrat adalah sumber tenaga pada anak. Bayi yang baru mendapat asupan
makanan dari ASI akan mendapatkan 40% kalori dari laktosa yang dikandung dalam
ASI. Pada anak yang lebih besar yang sudah mendapatkan makanan yang banyak
mengandung tepung, seperti bubur susu, sereal, nasi tim, atau nasi. Apabila tidak
mendapatkan asupan karbohidrat yang memadai untuk menghasilkan energi, tubuh
akan memecah protein dan lemak cadangan dalam tubuh (Yupi Supartini, 2004).
Dibawah ini kebutuhan kalori untuk bayi dan anak (Marlow, D.R dan Reeding, B.A,
1988):
Cal/kg
Berat Permukaan
No. Usia
badan (kg) tubuh (m2)
(kg)
1 Neonatus 2,5-4 0,2-0,23 50
2 1 minggu-6 bulan 3-8 0,23-0,35 60-70
3 6 bulan-12 bulan 8-12 0,35-0,45 50-60
4 12 bulan-24 bulan 10-15 0,45-0,55 45-50
5 2 tahun-5 tahun 15-20 0,6-0,7 45
6 6 tahun-10 tahun 20-35 0,7-1,1 40-45
7 11 tahun-15 tahun 30-60 1,5-1,7 25-40
8 Dewasa 70 1,75 15-20

Fungsi karbohidrat dioksidasi di dalam tubuh agar menghasilkan panas dan energi bagi
segala bentuk aktivitas tubuh.

2.3.5 Vitamin
Vitamin adalah sejumlah zat yang terdapat dalam makanan, yang berfungsi untuk
mempertahankan fungsi tubuh (Marlow, D.R dan Reeding, B.A, 1988). Vitamin
terbagi dalam dua bagian besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang
larut dalam lemak:
1) Vitamin yang larut dalam air
Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B dan C yang tidak disimpan dalam
tubuh, melainkan harus dikonsumsi melalui makanan tertentu. Vitamin B mencakup
vitamin B1, B2 dan B12. Berikut ini adalah fungsi-fungsi dari vitamin tersebut:
B1 atau tiamin diperlukan tubuh untuk metabolisme karbohidrat dalam
pembentukan energi (sebagai koenzim). Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan
tubuh cepat merasa lelah, kurang nafsu makan, kerusakan pembuluh darah dan sel
saraf.
B2 atau riboflavin penting dalam metabolisme karbohidrat, asam amino, dan asam
lemak yaitu sebagai koenzim dari flavin enzim. Kekurangan vitamin ini akan
menyebabkan tubuh merasa lelah sehingga kurang aktif dalam bekerjaserta dapat
mengurangi ketajaman penglihatan.
B12: kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia

2) Vitamin yang larut dalam lemak


Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. Berikut ini peranan
penting vitamin A,D, E, dan K dalam tubuh:
A: untuk pertumbuhan, penglihatan, reproduksi, dan pemilihan sel epitel
D: untuk penyerapan dan metabolisme kalsium dan fosfor, pembentukan tulang dan
gigi.
E: untuk berbagai senyawa yang larut dalam lemak dan berperan dalam fetilisasi
manusia.
K: untuk proses pembentukan darah dan mineral yang dibutuhkan tubuh adalah
mineral makro, yaitu Ca, P, Mg, Na, dam K serta mineral mikro yaitu Fe dan Zn.
(Yupi Supartini, 2004)

2.3.6 Mineral
Unsur-unsur mineral terdapat di dalam jaringan tulang, gigi dan protein. Mineral
merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting
dalam pengendalian komposisi cairan tubuh. Unsur-unsur mineral di dalam tubuh
kurang lebih 3% dari keseluruhan bobot tubuh. Sejumlah mineral yang terlibat dalam
pelbagai proses tubuh: kalsium, fosfor, kalium/potassium, sulfur/belerang,
natrium/sodium, klor, besi fluor, tembaga, seng, yodium, kobalt, mangan, magnesium,
kromium dan selenium.
Fungsi mineral dalam tubuh ada 3, yaitu:
1. Mineral merupakan konstituen tulang dan gigi, yang memberikan kekuatan serta
rigiditas kepada jaringan tersebut, misalnya: kalsium, fosfor dan magnesium.
2. Mineral membentuk garam-garam yang dapat larut dan dengan demikian
mengendalikan komposisi cairan tubuh.
3. Mineral turut membangun enzim dan protein. (Mery E. Beck, 2000).

5. Masalah-masalah yang berkaitan dengan pemberian nutrisi


Dampak Psikologis
Mencakup aspek psikodinamik, psikososial dan maturasi organik.
a. Psikodinamik (Freud)
Pada usia bayi, pemenuhan kebutuhan yang utama adalah kebutuhan dasar melalui
oral. Fase oral berhasil dilalui apabila anak mendapatkan kepuasan dalam
pemenuhan kebutuhan oral saat makan dan minum. Dampak psikodinamik yang
diperoleh bayi adalah kepuasan karena terpenuhinya kebutuhan dasar dan
kehangatan saat pemenuhan kebutuhan dasar tersebut.
b. Psikososial (Erikson)
Fase awal dari pertumbuhan dan perkembangan anak menurut pendekatan
psikososial adalah tercapainya rasa percaya dan tidak percaya. Makanan
merupakan stimulus yang dapat meringankan rasa lapar anak dan pemuasan yang
konsisten terhadap rasa lapar dapat mempengaruhi kepercayaan anak terhadap
lingkungannya terutama lingkungan keluarga.
c. Maturasi Organik (Piaget)
Perkembangan organik yang dilalui anak melalui makanan adalah pengalaman
mendapatkan beberapa sensoris seperti rasa atau pengecapan, penciuman,
pergerkan dan perabaan. Dengan dikenalkan berbagai macam makanan, anak akan
kaya dengan berbagai macam rasa, demikian juga dengan bertambah kayanya
penciuman melaui bau makanan. Selain itu, dengan makanan anak dapat
meningkatkan keterampilan, seperti memegang botol susu, memegang cangkir,
sendok, dan keterampilan koordinasi gerak, seperti menyuap dan menyendok
makanan.

2.1.2 Dampak Fisiologis


Dampak nutrisi pada anak yang terlihat jelas adalah terhadap pertumbuhan fisik anak.
Selama masa intrauterin, asupan nutrisi yang adekuat pada ibu berdampak tidak hanya
pada kesehatan ibu, tetapi lebih pada pertumbuhan janin. Dengan asupan nutrisi yang
adekuat, dari hari ke hari kehamilan ibu bertambah besar dan sejalan dengan itu, janin
tumbuh dan berkembang sampai pada usia kehamilan yang matang maka janin siap
dilahirkan dengan berat badan, dan pertumbuhan organ fisik lainnya yang normal.
Terutama pada trimester pertama pada saat terjadi pertumbuhan otak, asupan nutrisi
yang adekuat terutama protein akan mempengaruhi pertumbuhan otak. Sebaliknya,
apabila ibu tidak mendapat asupan gizi yang adekuat, bayi dapat lahir dengan berat
badan rendah. Diet atau pembatasan makanan pada ibu selama masa kehamilan akan
menurunkan berat badan bayi.
Begitu juga setelah anak dilahirkan, asupan nutrisi yang tepat untuk bayi, toddler,
prasekolah, usia sekolah, dan remaja akan sangat berdampak pada pertumbuhan fisik,
yaitu anak akan bertambah berat dan bertambah tinggi atau meningkat secara
kuantitas.

6. Tindakan untuk meminimalkan masalah


 Perbaiki asupan nutrisi
 Lakukan pengobatan
 Minimalisir kebiasaan buruk
C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

BAB VII MATERI POKOK 6

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK SAKIT (KONSEP HOSPITAISASI)


A. Indikator Keberhasilan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang konsep asuhan keperawtan pada
anak sakit (konsep hospitalisasi)
B. Uraian Materi
1. Stressor umum pada hospitalisasi
Faktor Lingkungan rumah sakit
Faktor Berpisah dengan orang yang sangat berarti
Faktor kurangnya informasi
Faktor kehilangan kebebasan dan kemandirian
Faktor pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan

2. Faktor yang mempengaruhi reaksi orang tua terhadap hospitalisasi


Pengalaman dg penyakit/ hospitalisasi
Prosedur medis --> pengobatan dan diagnosis
Sistem pendukung yg ada --> efek thd fungsi kekuatan pribadi
Stres tambahan pada keluarga
Kemampuan koping sebelumnya
Keyakinan agama dan latar belakang budaya
Pola komunikasi diantara keluarga

3. Reaksi sibling akibat hospitalisasi


Sibling akan merasa cemburu, marah, benci, iri dan merasa bersalah. Hal
tersebut dikarenakan secara tiba-tiba perhatian keluarga sedang tertuju
kepada saudaranya yang sakit sehingga sibling akan merasa terabaikan.
Identifikasi dan pemenuhan kebutuhan sibling antara lain:
(1) memberikan informasi tentang kondisi penyakit saudara kandung dan
sejauh mana perkembangannya,
(2) membiarkan sibling untuk mengunjungi saudaranya yang dirawat,
(3) anjuran untuk memberikan perhatian seperti membuatkan gambar
(4) menelpon saudaranya yang dirawat, membiarkan sibling untuk terlibat
dalam perawatan saudara kandung semampunya
4. Reaksi anak akibat hospitalisasi sesuai tahapan usia
a. Cemas akibat perpisahan
Stres utama dari masa bayi pertengahan sampai usia prasekolah, terutama
untuk anak-anak yang berusia 6 bulan sampai 30 bulan adalah kecemasan
akibat perpisahan yang disebut sebagai depresi analitik.

5. Manajemen asuhan keperawatan akibat hospitalisasi


Berikan asuhan yang konsisten
Menyanyi dan berbicara dg bayi
Sentuh, pegang, gendong bayi dan terus berinteraksi selama prosedur
Anjurkan interaksi dg ortu: ortu bicara ke anak dan ijin saat mau pergi
Biarkan mainan yg membuat rasa aman anak

C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

BAB VIII MATERI POKOK 7

KONSEP KOMUNIKASI PADA ANAK DAN KELUARGA


A. Indikator Keberhasilan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang konsep komunikasi pada anak dn
keluarga
B. Uraian Materi
1. Pengertian komunikasi
 Komunikasi adalah suatu proses yang melibatkan usaha-usaha untuk
mengelompokkan, memilih-milih dan mengirimkan lambang-lambang sedemikian
rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau penerima berita mengamati
atau menyusun kembali dalam fikirannya arti atau makna yang terkandung dalam
fikiran komunikator.
 Komunikasi adalah usaha, tingkah laku atau kegiatan penyampaian informasi
mengenai pikiran, makna atau perasaan.
 Komunikasi merupakan proses di mana informasi disampaikan pada orang lain
melalui simbol-simbol, tanda-tanda atau tingkah laku.

2. Tujuan komunikasi
 Menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan perilaku.
 Pertukaran informasi dan penyampaian makna suatu system social.
3. Tahapan komunikasi dengan anak
 Masa Bayi

 Belum dpt menggunakan kata-kata ð komunikasi non verbal.


 Mengungkapkan kebutuhan dengann tingkah laku dan bersuara yang dapat diinterpretasikan oleh
orang di sekitranya.

Menangis : lapar,sakit,pembatasan gerak,kesepian ð usap dengan tangan, berbicara halus,


gendong, pangku.

 Bayi < 6 bln perilaku mengerak-gerakkan tangan, kaki, menendang merupakan tingkah laku untuk
menarik perhatian ð menepuk tubuhnya.
 Bayi > 6 bln berpusat pada diri dan ibunya ð merasa takut terhadap orang asing (stranger anxiety)
 Anak usia kurang 5 thn

 Sangat egosentris ð hanya meliht sesuatu berpusat pada dirinya (komunikasi berpusat pada dirinya)
 Takut terhdp ketidaktahuan ð beritahu apa yang akan terjadi pada dirinya,bagaimana mereka
merasakannya, beri kesempatan untuk memegang alat yang akan menyentuh anak.
 Belum fasih berbicara ð Gunakan kata-kata simpel,singkat yang dikenal; beri pujian untuk hal-hal
yang dicapai
 Pandangan mata sejajar ð jongkok, duduk di kursi, berlutut

 Usia Sekolah

* Anak usia 5 – 8 tahun

 Bila menemui masalah hanya percaya terhdp apa yang dilihat dan yang mereka ketahui tanpa
memerlukan penjelsan secara mendalam. Anak tertarik pada aspek fungsional dara semua
prosedur,objek dan aktifitas ð Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
 Sangat memperhatikan keutuhan tubuhnya,oleh karena itu mereka peka terhdp sesuatu yang
mengancam atau menyakiti tubuhnya ð beri pendekatan positif

 Anak usia 8 – 12 tahun

Sudah mampu berfikir secara konkrit ð komunikasi mudah, beri contoh ð suntik pada boneka

 Anak usia remaja

 § Mempunyai pola fikir dan tingkah laku ð peralihan anak-dewasa


 § Bila stress diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya,orang dewasa di luar keluarga,
terbuka terhdp perawat
 § Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya ð beri support, jangan melakukan
interupsi, ekspresi wajah tidak menunjukkan heran, hindari pertanyaan yang menimbulkan rasa malu.
 § Waktu wawancara, orangtua diikutsertakan ð bila ada dilema yaitu masalah antara anak dengan
orangtua ð perawat klarifikasi masalahnya.

4. Teknik komunikasi pada anak dan keluarga


TEHNIK BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK :

1. Melalui orang lain atau pihak ketiga

Menghindari berkomunikasi langsung dengan melibatkan orangtua secara langsung yang berada
di sampingnya.Selain itu dapat digunakan dengan mengomentari tentang mainan, baju yang
sedang dipakainya serta lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.

1. Bercerita
Dengan cara ini, pesan yang akan disampaikan dengan mudah dapat diterima oleh anak
mengingat anak sangat suka dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai
dengan pesan yang disampikan yang dapat diekspresikan melalui tulisan atau gambar.

1. Memfasilitasi

Dalam memfasilitasi, kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan,
tetapi anak harsanak harus diberikan respon terhadap pesan yang disampaikan melalui
mendengarkan dengan penuh perhatian.

1. Biblioterapi

Pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan. Dengan
menceritakan isi buku atau majalah sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada anak.

1. Meminta untuk menyebutkan keinginan

Meminta anak untuk menyebutkan keinginan sehingga dapat diketahui berbagai keluhan yang
didapatkan dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu.

1. Pilihan pro dan kontra

Mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan positif dan negatif sesuai dengan pendapat
anak.

1. Penggunaan skala

Penggunan skala atau peringkat ini dapat digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak,cemas,sedih dan lain-lain dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaannya.

1. Menulis

Melalui tehnik ini anak dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau
yang lainnyadan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam.

1. Menggambar

Menggambar juga dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel marah
biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya apabila
ditanyakan tentang maksud dari gambarnya.

10. Bermain

Merupakan alat efektif dalam membantu anak untuk berkomunukasi, hubungan interpersonal
antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.

CARA KOMUNIKASI DENGAN ORANGTUA ANAK :


 Mendorong orangtua untuk berbicara
 Arahkan ke fokus
 Mendengarkan
 Diam
 Empati
 Meyakinkan kembali
 Merumuskan kembali
 Memberi petunjuk kemungkinan yang akan terjadi
 Menghindari hambatan dalam komunikasi

5. Prinsip komunikasi pada anak sesuai dengan tumbuh kembang


a) Usia Bayi (0-1 tahun)Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah
dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasiyang
efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Cara
komunikasi yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi
non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-
lain
b) Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa
anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada
tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengar kata-kata ulangan.
c) Usia Sekolah (5-11 tahun)Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah
tetap masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-
kata sederhana yang spesifik. Keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari
objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan
tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam
sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
d) Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi
atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan
perasaan malu. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif,
terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.

6. Factor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan anak


 Pendidikan

 Pengetahuan

 Sikap

 Usia tumbuh kembang

 Status kesehatan anak

 Sistem Sosial

 Saluran

 Lingkungan

7. Implikasi komunikasi dalam perawatan


 Ajak bicara lebih dahulu dengan orang tua sebelum berkomunukasi dengan
anak atau mengkaji anak dengan menjalin hubungan dalam tindakan
keperawatan.
 Lakukan kontak dengan anak dengan mengawali bercerita atau teknik lain
agar anak mau berkomunikasi.
 Berikan mainan sebelum masuk kedalam pembicaraan inti.
 Berikan kesempatan pada anak untuk memilih tempat pemeriksaan yang
diinginkan sambal duduk, beridiri atau tidur.
 Lakukan pemeriksaan dari sederhana ke kompleks, pemeriksaan yang
berdampak trauma lakukan diakhir pemeriksaan.
 Hindari pemeriksaan yang menimbulkan ketakutan pada anak dan beri
kesempatan untuk memegang alat periksa.
C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
BAB IX MATERI POKOK 8

KONSEP MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)


A. Indikator Keberhasilan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang konsep manajemen balita sakit
(MTBS)
B. Uraian Materi
1. Definisi MTBS
Merupakan bentuk pengelolaan balita yang mengalami sakit
2. Proses manajemen kasus balita sakit
1. Dilakukan pada bayi berusia 1 hari – 2 bulan
2. Kegiatan:
a. Penilaian tanda dan gejala
b. Penenteuan klasifikasi dan tingkat kegawatan
c. Penentuan tindakan
d. Asuhan dasar bayi muda
e. Asuhan pencegahan infeksi dan pemberian ASI
f. Asuhan bayi dengan ikterus fisiologis
g. Asuhan bayi dengan gangguan saluran cerna
h. BBR dan masalah pemberian ASI
i. Pemberian konseling
j. Asuhan bayi balita dengan diare
3. Tatalaksana bayi sakit
1. Kejang
a. Baringkan anak dengan posisi terlentang, kepala dimiringkan, dan
ekstensi
b. Pasang spatel lidah yang dibungkus kain kassa
c. Bebaskan jalan napas dengan menghisap lendir yang ada
d. Berikan oksigen
e. Berikan kompres
f. Lakukan observasi TTV saat kejang

2. Gg napas, seperti henti napas


a. Bebaskan jalan napas dan berikan oksigen bila ada gangguan
pernapasan
b. Bila apnea lakukan resusitasi
c. Pertahankan kadar gula darah agar tidak turun
d. Pastikan bayi tetap hangat
e. Lakukan rujukan segera

3. Hipotermi:
 Ringan
 Sedang
a. Hangatkan tubuh bayi. Namun bila setelah 2 jam suhu tetap
rendah maka rujuk segera
b. Pertahankan gula darah pada kadar normal
c. Jangan mandikan bayi selama suhu tubuhnya rendah

 Berat:
a. Hangatkan tubuh bayi. Bila suhu tetap tidak naik, maka
rujuk segera
b. Pertahankan agar gula darah tetap pada batas normal
c. Lakukan rujukan

C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
BAB X MATERI POKOK 9

KONSEP PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATAL (1)


A. Indikator Keberhasilan
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan dan memberikan simulasi patofisiologi
dan asuhan keperawatan pada neonatal (1)
B. Uraian Materi
1. Asuhan keperawatan pada anak dengan prematuritas
2.
3. Pengertian Bayi Prematur
4. Prematuritas adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan.
5. Etiologi dan Ciri-ciri Bayi Prematur
6. Lebih dari 30% penyebab premature tidak diketahui. Faktor-faktor yang bisa jadi
penyebab antara lain sebagai berikut:
7. 1. Faktor ibu. Penykit pada ibu: pre-eklampsi/eklampsi, HAP, Diabetes,nefritis akut, usia
ibu <16 tahun atau >35 tahun, perokok, peminum, incompetent serviks, dan sebagainya.
8. 2. Faktor janin. Hidramion, ketuban pecah dini, gemelli, kelainan kromosom, dan
sebagainya.
9. 3. Faktor lain. Tingkat kehidupan sosial ekonomi yang rendah, gizi yang kurang,
terkontaminasi dengan zat-zat beracun, pemeriksaan antenatal yang sangat minim, trauma
antenatal, plasenta previa, dan sebagainya.
10. Cirri-ciri bayi premature
11. 1. Berat badan <dari 2500gr, panjang badan kurang dari 45cm, lingkar kepala kurang dari
33cm, lingkar dada kurang dari 30cm.
12. 2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
13. 3. Kepala lebih besar daripada badan.
14. 4. Kulit: tipis transparan, rambut lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan
lengan.
15. 5. Lemak subkutan kurang.
16. 6. Otot hipotonik lemah.
17. 7. Reflex tonus otot masih lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk
belum sempurna.
18. 8. Tulang rawan dan daun telinga immature (elastic daun telinga masih kurang
sempurna).
19. 9. Pernapasan tak teratur bisa terjadi apnea(gagal napas).
20. 10. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus.
21. 11. Kepala tidak mampu tegak.
22. 12. Pernapasan sekitar 45-50kali/menit, dan frekuensi nadi 100-140/menit.
23. 13. Sering anemia.
24. 14. Genetalia belum sempurna, labio minora belum tertutup oleh labia mayora dan pada
laki-laki testis belum turun.
25. 15. Garis pada telapak kaki belum jelas dan kulit teraba halus.
26. Penyakit dan Masalah yang Sering Terjadi Pada Bayi Prematur
27. 1. Sindrom distress pernapasan, disebut juga HMD, karena pada stadium akhir akan
terbentuk membrane hialin yang melapisi alveolus paru. RDS sering terdapat bayi
premature karena pembentukan surfaktan yang belum sempurna, dimana jumlah dan
bentuknya sempurna pada masa gestasi 36 minggu.
28. 2. Aspirasi pneumonia: keadaan ini disebabkan karena reflex menelan dan batuk pada
bayi premature belum sempurna.
29. 3. Perdarahan intraventrikular: yaitu perdarahan spontan pada ventrikel otak lateral,
biasanya terjadi bersamaan dengan terbentuknya membrane hialin di paru-paru.
30. 4. Fibroplasia Retrolental atau ROP (retinopaty of prematurity), disebabkan oleh
gangguan oksigen yang berlebihan yang dikonsumsi oleh bayi premature.
31. 5. Hiperbilirubinemia, keadaan ini disebabkan karena hepar pada bayi premature yang
belum matang sehingga kerja sirkulasi enterhepatik yang belum sempurna.
32. 6. Hipotermi/hipertermi, Karena system pengontrolan suhu belum stabil.
33. Masalah yang mungkin timbul pada bayi premature
34. 1. Fungsi Respirasi
35. Pada bayi premature memiliki kesulitan dalam transisi kehidupan antara intra uterin dan
ekstra uterin, hal tersebut disebabkan antara lain:
36. a. Jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit,
37. b. Defisien tingkat surfaktan,
38. c. Kecilnya lumen pada respiratory system,
39. d. Lemah atau tak ada reflek,
40. e. Belum sempurnanya aliran darah di paru-paru,
41. f. Potensial terjadi kollap dan obstruksi pada saluran pernafasan
42. 2. Fungsi Kardiovaskuler
43. Fungsi kardiovaskuler yang belum optimal yang dapat menyebabkan penurunan tekanan
darah, lambatnya capiller refill (>3detik), hypovolemik dan shock.
44. 3. Suhu Tubuh
45. Kehilangan panas tubuh merupakan faktor terpenting pada bayi karena permukaan tubuh
yang tidak sesuai dengan berat badan. Bila panas tubuh hilang atau berkurang maka lemak
tubuh akan terpakai untuk menaikkan suhu tubuh, maka berat badan semakin menurun.
46. Bayi premature masih sulit untuk pengaturan suhu di dalam otaknya, dimana pengaturan
suhu di otak untuk menciptakan NTE (Neutral Thermal Environment) di dalam suhu
lingkungan terdapat oksigen minimal, tetapi adekuat untuk mengatur suhu tubuh. Perlu
diperhatikan agar bayi jangan kehilangan panas secara konveksi, konduksi, evaporasi, dan
radiasi. Bayi dapat diletakkan dalam isolette untuk beradaptasi dengan NTE.
47. 4. Fungsi Sistem Syaraf Sentral
48. Pada bayi premature, susunan syaraf pusat mudah terkena injury, seperti:
49. a. Perdarahan karena pembuluh darah yang mudah pecah,
50. b. Kegagalan proses koagulasi, termasuk panjangnya waktu pembekuan darah,
51. c. Hypoglikemi,
52. d. Trauma lahir dengan kerusakan pada struktur yang masih immature,
53. e. Anoksia.
54. Tanda keadaan neurologic abnormal, menurut Fanaroff & Martin (1997) adalah hypotonia,
penurunan aktivitas, menangis lemah lebih dari 24 jam, serta ketidakmampuan menghisap
dan menelan.
55. 5. Infeksi
56. Bayi premature sangat beresiko untuk terkena infeksi karena sedikitnya cadangan
immunoglobulin dari ibu, ketidakmampuan untuk membuat antibody, system integument
masih immature, dimana pembuluh darah dilindungi oleh kulit yang tipis.
57. Tanda dan gejala infeksi:
58. a. Ketidakstabilan suhu: hypotermi dan hypertermi.
59. b. Perubahan CNS (central nervous system): letarghi dan irritability.
60. c. Perubahan warna: sianosis, pucat dan jaundice.
61. d. Cardiovaskuler: perfusi yang menurun, hypotensi, bradikardi/takikardi
62. e. Distress pernapasan: tacipnea, apnea, retraksi, grunting.
63. f. Gastrointestinal problem: intoleran feeding, vomiting, diare, hypoglikemi.
64. g. Asidosis metabolic.
65. Perawatan pada Bayi Prematur
66. 1. Pengaturan Suhu Tubuh Bayi
67. Pada bayi premature dengan cepat akan kehilangan panas dan menjadi hipotermi <36,5oC
karena pusat pengaturan suhu tubuh belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, dan permukaan tubuh relative luas. Oleh karena it, bayi perlu dirawat dalam
incubator (33oC-35oC) atau menggunakan metode “kangguru”.
68. 2. Intake
69. Alat pencernaan bayi belum matang, masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5gr/kg berat badan da kalori
110Ka/kg berat badan. Reflex menghisap masih lemah sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit melalui sonde, sebaiknya diberi ASI karena merupakan nutrisi
yang paling sesuai.
70. Pemberian cairan perparenteral disesuaikan dengan keadaan bayi sedang puasa atau tidak.
Permulaan cairan diberikan sekitar 10-20cc/kg berat badan perhari dan terus dinaikkan
mencapai sekitar 60-90cc/kg BB perhari.
71. 3. Menghindari Infeksi
72. Pada bayi premature mudah sekali terjadi infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibody belum sempurna,
maka perawatan butuh isolasi. Universal Precaution sangat diperhatikan dalam perawatan
bayi premature.
73. 4. Observasi Pernafasan
74. Seperti pada bayi aterm, pengkajian awal dimulai dengan mengkaji fungsi pernapasan dan
mengamati kemampuan bayi untuk melakukan transisi dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin. Bayi prematur cenderung mengalami kesulitan dalam melakukan
transisi akibat berbagai penurunan pada sistem pernapasannya.
75. Penurunan jumlah alveoli fungsional.
76. Defisiensi kadar surfaktan.
77. Lumen pada sistem pernapasan lebih kecil.
78. Jalan napas lebih sering kolabs dan mengalami obstruksi.
79. Insufiensi klasifikasi tulang toraks.
80. Lemah dan tidak ada refleks gag.
81. Kapiler-kapiler dalam paru mudah rusak dan tidak matur.
82. Secara berkombinasi, kekurangan ini sangat menghambat usaha napas bayi dan
mengakibatkan gawat napas atau apnea. Petugas kesehatan perlu menyediakan oksigen dan
ventilasi, bila diperlukan.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100. ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI PREMATUR
101. 1. PENGKAJIAN DASAR DATA NEONATUS
102. SIRKULASI
103. Nadi apikal mungkin cepat dam atau tidak teratur dalam batas normal(120 -160dpm)
murmur jantung yang dapat didengar dapat menanadakan duktus arterious paten (PDA).
104. MAKANAN/CAIRAN
105. Berat badan < 2500 g (5 1b 8oz)
106. NEOROSENSORI
107. Tubuh panjang, kurus , lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam
hubungarnya dengan tubuh, sutura mungkin mudah di gerakkan ,fontenetal mungkin atau
tidak terbuka lebar.dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputar . edema kelopak
mata umum terjadi, mata mungkin merapat( tergantung pada usia gestasi). Refleks
tergantung pada usia gestasi: roting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi
refleks untuk menghisap ,menelan ,bernapas, biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke-
32; komponen pertama dari refleks moro ( ekstasi lateral dari ektremitas atas dengan
mebuka tangan ) tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen kedua ( refleksi anterior dan
menangis yang dapat di dengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.pemeriksaan dubowits
menandakan usia gestasi antra minggu 24 dan 37.
108. PERNAPASAN
109. Skor agar mungkin rendah .
110. Pernapasan mungkin dakal, tidak terutur; retraksi diafragmatik intermirten atau
periodik (40-60x/mnit)
111. Mengorok, pernafan cuping hidung, retraksi superasternal atau substernal, atau berb
agai drajat sianosis mu ngkin ada.
112. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi , menandakan sindro distres pernafasan(RDS).
113. KEAMANAN
114. Suhu berfluktuasi dengan mudah .
115. Menagis mungkin lemah.
116. Wajah mungkin memar; mungkin ada suksedaneum.
117. Kulit kemerahan atau tembus pandang; warna mungkin merah muda/ kebiruan,
akrosianosis, atau sianosis/pucat.
118. Lanugo terdistribusi secara luas di seluruh tubuh.
119. Ekstremitas mungkin tamapak edema.
120. Garis telapak kaki mungkin atau mungkin tidak ada pada semua atau sebagian tepak.
121. Kukumungkin pendek.
122. SEKSUALITAS
123. Persalinan atau kelahiran mungkin tergesa-gesa.
124. Genetalia;labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayor dengan klitoris
menonjol;
125. Testispria mungkin btidak turun, rugea mungkin banyak atau tidak ada pda skrotum.
126.
127. PENYULIHAN/PEMBELAJARAN
128. Riwayat ibu dapat menunjukan faktor-faktor yang memperberat persalinan praterm,
seperti usia muda; latar belakang sosial ekonomi rendah; rentang ke hamilan dekat;gestasi
meliputi multipel; nutrisi buruk; kelahiran pratrem sebbelimnya;komlikasi obstetrik seperti
absropsio plasentae, ketuban pecah dini, dilatasi serviks prematur, adanya infeksi;
inkompatibilits darah berhubungan dengan eritroblastosis fetalis; penggunaan obat yang di
resapkan, di jual bebas atau obat jalanan.
129. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
130. Pilihan tes yang di perkirakan tergantug padda adanya masalah dan koplkasi sekinder.
Studi cairan amniotik : untuk rasia lesetin terhadap sfingofielin , profil paru janin, dan
fosfatidigliserol / fosfatidilinositol mungkin telah di lakukan selama kehamilan untuk
mengkaji maturitas janin.
131. Jumlah darah lengkap : penurunan pada hemoglobinhematokrit mungkin di hubungkan
dengan anemia atau kehilangan darah . sel darah putih mungkin kurang dari 10.000/mm3
dengan pertukaran ke kiri ( kelebihan didni dari netrofil dan pita), yang biasanya
berhubungan dengan penyakit bakteri berat.
132. Dekstrostik: menyatakan hipoglekimia. Tes glukosa serum mungkin di perluan bila hasil
dekstrostik kurang dari 45mg/ml.
133. Kalsum serum: mungkin rendah.
134. Elektrolit : biasanya dalam btas normal pada awalnya.
135. Golongan darah:dapat menyebankan potensial inkompetibilitas ABO.
136. Penentuan Rh dan comb langsung (bila ibu Rh-negatif dan ayah Rh-positif) : menet ukan
inkompatibilitas.
137. Gas darah arteri (GDA): PO2 mungkin rendah : pco2 mungkin meningkat dan
menunjukan asidosis ringan , spesis ,atau kesulitan nafas yang lama.
138. Laju sidemintasi eritrosit : meningkat menunjukaan respon inflamasi akut penurunan
ESR menujukan resolusi inflamasi.
139. Protein C_ kreatif(beta globulin ): ada dalam serum sesuai dengan proporsi beratnya
prosis radang infeksi atau non infeksi.
140. Jumlah trombosittopenia dapat menertai sepsis.
141. Kadar fibrinogen: dapat menurun selama koagulasi intravaskuler diseminata (KID) atau
menjadi meningkat selama cedra.
142. Produk spilt fibrin: ada pada KID.
143. Kultur darah: mengidentifikasi organisme penyebab yang di hubungkan dengan sepsis.
144. Urinalis (pada spesimen kedua yang di keluarkan): mendeteksi abnormalitas, cedra
ginjal.
145. Klinites : mengidentifikasi gula dalm darah .
146. Hemates: memeriksa adnya darah pada feses; hasil positif menunjukan nekrotisasi entro
kolitis.
147. Tes shake aspiral lambung: menentukan adanya surfaktan .
148. Sinar x dada ( PA dan lateral ) dengan porogram udara: dapat menunjuka penampilan
groun-glass (RDS).
149. Seri ultrasonografi kranial : mendeteksi ada dan beratnya hemoragi intravekuler.
150. Punksi lumbal: dapat dilakukan untuk mengesampingkan meningitis.
151. PRIORITAS KEPERAWATAN
152. 1. Meningkatkan fungsi pernapasan optimal.
153. 2. Mempertahankan linkungan termal yang netral.
154. 3. Mencegah atau menurunkan resiko terhadap potensial komplikasi.
155. 4. Mempertahankan hemostasis melalui regulasi nutrisi dan hidrasi.
156. 5. Membantu mengembankan unit keluarga sehat .
157. TUJUAN PULANG
158. 1. Mepertahankan honeostatatis fisiologis dengan dukungan yang minimal.
159. 2. Berat badan 41/2 ibu atau lebuh besar tepat dengan usia/kondisi.
160. 3. Komplikasi di cegah/ teratasi atau ditangani secar mandiri.
161. 4. Keluarga mengidebtifikasi dan menggunakan sum ber dangan tepat.
162. 5. Keluarga mendemonstrasikan kemampuan untuk mengatur perawat
163.
164. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
165. A. PERTUKARAN GAS, KERUSAKAN
166. Dapat berhubungan dengan : ketidak seimbanagn perfusi ventilasi , ketidak
adekutan kadar surfaktan, imaturitas otot arteriol pulmunal , imaturitas sitem saraf pusat
dan sistem neoro muskular, ketidak efektifan bersihan jalan nafas, anemia dan stres dingin.
167. Kemungkinan di buktikan oleh: hiperkapnia, hipoksia, takipnia, sianosis.
168. HASIL YANG DIHARAPKAN mempertahankan kadar po2/pco2 dalam batas normal.
Menderita RDS minimal, dengann penuruna kerja pernapasan dan tidak ada morbiditas.
Bebas dari displasia bronkopulmonal.
169.
170.
171.
172.
173. TIDAKAN/ INTERVENSI
174. Mandiri
175. 1. Tinjau ulang informasi yang berhubungan dengan kondisi bayi, seperti lama
persalinan, tipe kelahiran, agar skor, kebutuhan tindakan resusitas saat kelahiran, dan obat-
obatan ibu yang di gunakan selama ke hamilan / kelahirann, termasuk betametason.
176. Rasional : Persalinan yang lama meningkatakn resiko hipoksia, dan depresi pernapasan
dapat terjadi setelah pemberian atau pengunaan obat oleh ibu. Selain itu, bayi yang
memerlukan tindakan resusitatif pada kelahiran , atau yang apgar skornya rendah, mungkin
memerlukan intervensi lebih untuk menstabilkan gas darah dan mungkin dan mungkin
menderita cedra SSP dengan kerusakan hipotalamus, yang mengontrol pernafasan.( catatn :
ppemnerian kortokosteroid pada ibu dalam minggu 1 kelhiran membantu mengembangkan
maturitas bayi dan produksi surfaktan
177. 2. Perhatian usia gestasi, berat badan, dan jenis kelamin.
178. Rasional: neonatus lahir sebelim gestasi mingu ke-30 dan / atau brat badan kurang dari
1500 g beresiko tinggi terhadap terjadinya RDS. Selain itu, pria 2 kali rentnnya dari pada
wanita. (catatan : mayoritas kematian berhubungan dengan RDS terjadi pada bayi dengan
berat badan < 1500 g).
179. 3. Kaji status pernafasan, perhatikan tanda-tanda disters pernafasan ( miss ; retraksi,
pernafasan cuping hidung , mengorok, retraksi, ronki, atau krekels).
180. Rasional: menandakan distres [pernafasan , khususnya bila pernafasan lebih besar sri
60x/mnit setelah 5 jam pertama kehidupan pernafasan mengorok menunjukan upaya untuk
mempertahankan ekspensi alveolar; pernafasan cuping hidung adalah mekanisme
kompensasi untuk menambah diameter hidung dan meningkatakan masukan oksigen.
Krekels/ ronki dapat menandakan fasokontriksi pulmunal yang berhubungan dengan TDA,
hipoksmia asedemia,atau imaturotas otot areterior, yang gagal untuk kontriksi sebagai
respons terhadap peningkatan lkdar oksigen.
181. 4. Gunakan pemantauan oksigen transkuta atau oksimeter nadi . catat kadar tiap jam,
ubah sisi alat setiap 3-4 jam .
182. Rasional: memberika pemantaaun noninfasiv konstan terhadap kdar oksigen, (cataan:
insufisiensi polmunal biasanya memburuk 24-48 jam petama, kemudian mencapai pelatian).
183. 5. Hisap hidung dan orofaring dengan hati-hati, sesuai kebutuhan btasi waktu
obstruksi jalan nafas dengan kateter 5-10 detik. Observasi pemantauan oksigen trankutan
oksimeter nadi sebelum dan selam penghisapan berikan “kantung” ventilasi setelah
penghisapan.
184. Rasional: mungkin perlu untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas, khususnya pada
bayi yang menerima penytilasi bayi pertem tidak mngembangkan reflek terkoordinasi untuk
menghisap menelan, dan bernafas sampai gestasi [ada minggu ke-32 sampai ke-34. Silia
tidak berkembang dengan penuh atau mungkin rusak dari penggunaan selam indoktrial fase
eksudat berhubngan dengang RDS pada kira-48 jam pascapartum dapat meperberat
kesutan bayi dalam mengatsi vagus, menyebabka bradikardi, hiposemia, bronkospasme.
Kantung ventilasi meningkatkan perbaikan kadar oksigenn yang cepat .
185. 6. Pertahankan keneetrlan suhu denngan suhu tubuh pada 97,7F (dalam 0,5F).Rujuk
pada DK: termoregolasi, tidak efektifresiko tinggi terada).
186. Rasional : Stres dingin menigkatkan konsumsi oksigen bayi , dapat meningkatkan
asidosis, dan selanjutnya kerusakan produksi surfaktan.
187. 7. Pantau masukan haluaran cairan: timbang berat badan sesuai indikasi berdasarkan
protokol.
188. Rasional : dehidrasi merusak kemampuan untuk membersihkan jalan nafas saat mukus
menjadi kental. Hidrasi berlebihan dapat memperberat infiltrat alveolar/ edema pulmonal.
Penurunan berat badan dan peningkatan haluran irin daoat menandakan fase diuretik dari
RDS, biasanya mulai pada 72-96 jam dan mendahului resolusi kondisi.
189. 8. Tingkatan istirahat;minimalkan rangsangan dan pengunaan energi.Posisikan bayi
pada abdomen bila mungkin berikan matras”tidak rata” sesuai indikasi
190. Rasional: menurunkan laju metabolik dan konsumsi oksigenn. Memungkinkan ekspansi
dada optimal merangsang pernafasan dan pertumbuhan ventrikel.
191. 9. Observasi terhadap tanda-tanda vital dan lokasi sianosis. Ung
192. Rasional: sianosiss adalah tanda lanjut dari poa2 rendah dan tamapak sampai ada sedikit
lbih dafri 3 g /dl penurunan Hb pada darah erteri sentrl. Atau 4-6 g/dl pada darah kapiler,
atau sampai satursai oksigen haqnya 75-85 % dengan kadar po2 42 -41 mmhg.
193. 10. Selidiki penyimpangan tiba-tba dari kondisi yang di hubungkan dengan sianosis,
penurunan atau tidak adanya bunyi napas, pergeseran btitik tampak maksimal, penonjolan
dndinng dada, hipotensi,atau disritmia jantung.
194. Rasional :penyimpangan pernapasan yang tiba- tiba atau tidak diperkirakan dapat
menandakn awitan pneomothoraks.
195. 11. Pantau terhadap tanda-tanda nekrosis ektrokolitis (rujuk pada DK:konstipasi , resiko
tiggi terhdap diaare, resiko tinggi teradap).
196. Rasional ;: hipoksia dapat menyembuhkan pirau darah ke otak sehinga men urunkan
sirkulasi keusus, dengan akibat lanjut dengan kerusakan sel usus damn infasi oleh bakteri
membentuk gas.
197. Kolaborasi
198. 12. Pantau pemeriksaan laboratorium, dengan teta; grafik seri GDA.
199. Rasional : hopoksemia. Hiperkapnia , dan asisdosis menurunkan produksi surfaktan
kadar pao2 harus 50-70 mmhg atau lebih tinngi, kadar paco2 haru 35-45mmhg, dan saturasi
oksigen harus 92%-94%.
200. 13. Hb/Ht.
201. Rasional : penurunan simpanan besi pada kelahiran, pengulangan pengambilan sampel
darah, pertumbuhan cepat, dan episode henoragis meningkatakn kemungkinan bahwa bayi
patrem akan anemik, sehingga menurunakan kapasitas pembawa oksigen darah.( catatan:
pemberian sel mungkin perli untuk menggantikan darah yang di ambil untuk pemeriksaan
laboratorium).
202. 14. Tinjau ulang seri sinar x dada.
203. Rasional : atelektasis,kongesti, bronkogram udara menujukkan terjadinya RDS.
204. 15. Berikan oksigen sesiuai kebutuhan, dengnanmasker kap, selang endotrakeal atau
fentilasi mekanik dengan menggunakan tekanan jakan napas positif konstan dan fentilasi
mandotari intermiten(IMV), atau pernapasan tekann positif intermiten dan tekanan
ekspirasi akhir positif.
205. Rasional: hipoksemia asdemia dapat berlanjut menurunkan produksi surfaktan,
meningkatkan tahanan vaskuler pulmonal dan vasokontriksi, dan menyebabkan duktus
arterious tetap terbuka . imaturitas hipotalamus dapat memerlukan bantuan ventilasi untuk
mempertahankan pernapasn. Pengunaan PEEP dapat menurunkan kolaps jalan napas,
meningkatkan pertukran gas dan menurunkan kebutuhan oksigen tingkat tinggi.
206. 16. Pantau pemberian oksigen dan durasi pemberian.
207. Rasional :kadar oksigen serum tinggi yang lama diakibatkan dari IPPB dan
PEEP(barotrauma) dapat memredisposisikan bayi pada displasia bronkopulmunal.
208.
209. 17. Catat fraksi oksigen dalam udra inspirasi (FIO2) setiap jam.
210. Rasional: jumlah oksigen yang di berikan, diexspresikan sebagai FIO2 ditentukan secra
individu, berdasarkan pada pemantauan transkutan atau sampel darah kapiler.(catatan:
kadar ooksigen tinggi lama {toksisitas oksigen }. Dapat mendisposisikan bayi pada
kertusakan retinal trolental fibropasial).
211. 18. Mulai drainase postural. Fisioterapi dada, atau vibrasi lobus setiap 2jam, sesuai
indikasi, perhatikan toleransi bayi terhadap proedur.
212. Rasional: memudahkan penghilngan sekresi. Lama waktu yang digunakan untuk setiap
lobus dihubu8ngkan dengan toleransi bayi. ( bayi biasanya tidak bisa mentoleransi regimen
tindakan yang penuh setiap waktu).
213. 19. Aspirasi isi lambung untuk tes shake.
214. Rasional: memberikan informasi yang segera akn ada atau tidak adanya surfaktan.
Surfaktan,, yang perli untuk meningkatakan ekspansi normal dan elastisitas alveolibiasanya
tidak ada dalam kuantitas yang cukup sampai gestasi minggu ke-32 samapi ke-33.
215. 20. Beri makan dengan selang nasogastrik atau orogastrik sebagai pengganti penberian
makan dengan AS, bila tepat.
216. Rasional: menu runkan kebutuhan oksigen, meningkatkan istirahat, menghemat energi,
dan menurunkan resiko aspirasi karena perkembangan refleks gag buruk.
217. 21. Berikan obat-obatan sesui indikasi:
218. a. Natrrium bikarbonat.
219. Rasional: bila tindakan meningkatkan frekuensi pernapasan atau memperbaiki ventilasi
tidak cukup untuk memperbaiki asidosis. Penggunaan natrium bikarbonat yang hati-hati
dapat mengembalikan ph ke dalam rentang normal.
220.
221.
222. b. Surfaktan(artifisial atau eksogen).
223. Rasional : Mungkin di berikan pada kelahiran atau setelah diagnosis RDS untuk
menurunkan beratnya kondisi dan komplikasi yang berhubungan efek dapat berakjir sampai
72 jam.
224. 22. Bantu dengan aspirasi jarum toresentesis, atau pemasangan selang dada.
225. Rasional: mengembankan kembali paru melalui mengeluarkan udara atau cairan yang
terjebak. Membuat kembal tekanan negatif dn meninkatkan pertukaran gas.
226. B. POLA PENAPASAN, TIDAK EFEKTIF
227. Dapat berhubungan dengan : imatiritas pusat pernafasan, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi. Depresi berhubungan dengan obat dan ketidak
seimbangan metabolik.
228. Kemungkinan di buktikan oleh : dispnea, takipneaa, periode aonea, pernafasan cuping
hidung , penggunaan bantuan otot, sianosis , GDA abnormal, takikardia.
229. HASIL YANG DI HARAPKAN NEONATAL AKAN: Mempertahankan pola pernafasan
periodik ( periode apenik berakhir 5-10 dtk diikuti dengan periode pendek ventilasi cepat).
Dengan membran mukosa merah muda dan frekuensi jantung DBN.
230. TINDAKAN/ INTERVENSI
231. Mandiri
232. 1. Kaji frekuensi pernafasan dan pola pernafasan. Perhatikan adanya apnea dan
perubahan frekuensi jantung , tonus jantung, tonus otot, dan warna kulit berkenaan dengan
prosedur atau perawatan. Lakukan pemantauan jantung dan pernafasan yang kontinu.
233. Rasional : membantu dalam memberikan periode perpytaran pernfasan normal dari
serangan apneik sejati, yang terutama sering terjadi seblum gestasi mingu ke-30.
234. 2. Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan.
235. Rasional : Menghilangkan mucus yang menyumbat jalan napas.
236. 3. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang dapat memperberat depresi
pernapasan pada bayi.
237. Rasional : madnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernafasan aktifitas SSP. Ikan
238. 4. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan pokok di
bawah bahu untuk menghasilkan sedikit hiperektensi .
239. Rasional: posisi ini dapat memoermudah pernafasan dan menurunkan episode apneik,
khususnya pada adanya hipoksia, asidosis metabolik, atau hiperkapnia.
240. 5. Pertahankan suhu tubuh optimal.(rujuk pada DK: termoregulasi , tidak efektif,
resiko tinggi terhadap).
241. Rasional: bahkan adanya sedikit peningkatan atau penurunn suhu lingkungan dapat
menimbulkan apnea.
242. 6. Berikan rangsangan taktil yang segera.( mis, gosokan punggung bayi) bila terjadi
apnea. Pergatikan adanya sianosis, bradikardi, atau hipotonia. Anjurakan kontak orang tua.
243. Rasional: merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya
pernafasan spontan. Kadang-kadang, bayi mengalami kejadian apnea lebih sedikit atau tidak
ada , atau bradikardia bila orangtua menyentuh dan bicara pada mereka.
244. 7. Tempatkan bayi pada matras bergelombang.
245. Rasional: gerakan memberikann rangsangan, yang dapat menurunkan kejadian apnneik.
246.
247. Kaloborasi
248. 8. Pantau pemeriksaan laboratorium (Mis,. GDA, glikosa serum, elekrolit, kultur,mdan
kadar obat) sesuai indikasi.
249. Rasional: hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnia, hipoglekimia, hipokalsemia,dan
sepsis dapat memperberat serangan apneik. Toksisitas obat, yang menekan fungsi
pernafasan dapat terjadi karena pernafasan dapat terjadi karena keterbatasan ekskresi dan
waktu paruh obat yang lama.
250. 9. Berikan oksigen sesuai indikasi.(rujukan pada DK: pertukaran gas, kerusakan).
251. Rasional: perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatka n pernfasan.
252. 10. Berikan obat-obatan, sesuai indikasi:
253. Natrium bikarbonat.
254. Rasional : memperbaiki asidosis.
255. Antibiotik.
256. Rasional; mengatasi infeksi pernapasan atau sepsis.
257. Kalsium glikonat.
258. Rasional: hipokalsemia mempredisposisikan bayi pada apnea.
259. Aminoflin.
260. Rasional: dapat meningkat aktifitas pusat pernafasan dan menurunkan sensitifitas
terhadap karbondiosida, menurunkan frekuensi apnea.
261. Pankuronium bromida (pavulon).
262. Rasional: mengakibatkan relaksasi otot rangka yang mungkin perlu bila bayi scra
mekanis terventilasi.
263. Larutan glukosa.
264. Rasional: mencegah hipoglikemia. (Rujuk pada DK: nutrisi, perubahan, kurang dari
kebutuhan tubuh, resikotinggi terhadap).
265. C. TERMOLEGULASI, TIDAK EFEKTIF, RESIKO TINGGI TERHADAP.
266. Faktor resiko dapat meliputi: perkembangan SSP imatur( pusat regulasi suhu).
Penurunan rasio masa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan .
keterbtasan simpanan lemak coklat , ketidak mampuan merasakan dingin atau berkeringat.
Cadangan metabolik buruk, respons mati terhadap hipotermia. Danmanipulasi dan
intervensi medis/ keperawatan yang sering.
267. Kemungkinan di buktikan oleh: {tidak dapat di terapkan: adanyha tanda/gejala untuk
mendiagnosa aktual}
268. HASIL YANG DI HARAPKAN NEONATAL AKAN: Mempertahankan suhu kilt /aksila dalam
95,9-99,1 F(35,5-37,3F) bebas dari tanda-tanda stres dimgin.
269. TINDAKAN/INTERVENSI
270. Mandiri
271. 1. Kaji suhu dengan sering. Periksa suhu rektal pada awalnya; selanjutnya, periksa
suhu aksila atau gunakan alat termostat dengan dasar terbuka dan penyebar hangat. Ulangi
setiap 15 mnt selama penghangatan ulang,
272. Rasional: hipotermia mebuat bayi cendrung pada stres dingin, penggunaan simpanan
lemak coklat yang tidak dapat diperbarui bila ada, dan menurunkan sensitifitas untuk
meningkatkan kadar karbon dioksida ( hiperkapnia) atau penurunan kadat oksigen(
hipoksia). (catatan: penghangatan ulang terlalu cepat berkenaan dengan kondisi apneik, ini
dapat menyebabkan depessi pernafasan lanjut sebagai pengganti pernapasan.
Mengakibatkan apnea dan penurunan ambilan oksigen.)
273. 2. Tempatkan bayi pada penghangat ,tempat tidur terbuka dengan penyebar hangat ,
tau tempat tidur bayi terbuka dengan pakaian tpat untuk bayi yang lebih besar tau lebih
tua.gunakan bantal pemanas di bawah bayi bila perlu, dalam hubunganya dengan tempat
tiidur isolet atau tebuka .
274. Rasional ; mempertahankan lngkungan termonal membantu mencegah stres dingin.
275. 3. Gunakan lampu pemanas selam prosedur. Tutup penyebar hangat atau bayi
dengan penutup plastik atau kertas alumunium bil tepat. Objek pans dengan tubuh bayi,
seperti stetosko, linen, dan pakaian.
276. Rasional; menurunkan kehilangan panas pada lingkungan yanng lebih dingin dari
ruangan.
277. 4. Kurangi pemajanan pada aliran udara: hindari pembukaan pagar isolette yang tidak
semestinya.
278. Rasional : menurunkan kehilangan panas karena konveksi/konduksi. Membatasi
kehilangan panas melalui radiasi.
279. 5. Ganti pakaian atau linen tempat bila basah. Pertahankan kepala bayi tetap
tertutup.
280. Rasional: menurunkan kehilangan melalui evaporasi.
281. 6. Pantau system pengatur suhu, penyebar hangat, atau incubator. (pertahankan
batas atas pada bayi 98,6oF, tergantung pada ukuran atau usia bayi).
282. Rasional : hipertemie akibat pening katan pada laju metabolisme, kebutuhan oksigen
dan glukosa dan kehilangan air tidak kasat mata dapat terjadi bila suhu lingkungan yang
dapat dikontrol, terlalu tinggi.
283. 7. Pertahankan kelembapan relatif 50-80%. Oksigen lembap hangat 88-93 F(31-34C)
284. Rasional; mencegah evaporasi berlebihan , menurunkan kehilngan cairan tidak kasat
mata..
285. 8. Perhatikan adanya takipnea atau apnea: sianosis umum, akrosianosis , atau kulit
belang: bradikardia , menangis buruk, atu latergi . evaluasi derajat dan lokasi ikterik.
(rujukan padaMK:Bayi baru lahir:hiperbiliribinemia.
286. Rasional: tanda-tanda ini menandakan stres dingin, yang meninkatkan konsumsi oksigen
dan kalori serta mebuat bayi cendrung pada asidosis berkenaan dengan metabolisme
anerobik. Hipoytmia meningkatkan reiko kernikterus, saat asam lemak dilepasakan pada
metabolisme lemak coklat bersaing dengan bilirubin untuk bagian pada albumin. (catan :
warna kulit mungkin merah terang pada perifer, dengan sianosis terlihat pada bagian tengah
sebagai akibat darike gagalan disoiasi oksihemoglobin .
287. 9. Berikan penghangatan bertahap untuk bayi yang stres dingin.
288. Rasional: Peningkatan suhu tubuh yang cepat dapat menyebabkan konsumsi oksigen
berlebihan dan apnea.
289. 10. Kaji haluaran dan berat jenis urin.
290. Rasional: peningkatan haluaran dan peningkatan berat jenis urin di hubungkan dengan
penurunan perfusi ginjal selama periode stres dingin.
291. 11. Pantau penambahan berat badan berturut-turut. Bila penambahan berat badan
tidak adekuat, tingkatkan suhu lingkingan sesuai indikasi.
292. Rasional: ketidak adekuatan penambahan berat badan mesipunmasukan kalori tidak
adekuat dapat menandakan bahwa kalori di gunakan untuk mempertahankan suhu tubuh ,
memerlukan penngkatan suhu lingkungan.
293. 12. Perhatikan frekuensi dan jumlah masukan. Pantau dextrosix. Kaji bayi terhadp
muntah, distensi abdomen, atau apatis.
294. Rasional: pemberian makan buruk ketidak stabilan biasa terjadi pada bayi dengan
ketidak stabilan suhu kadar dextrosik kurang dari 45 mg/dl menadakan hipoglekimia yang
memrluksn intervensi segera.
295. 13. Kaji kemjuan kemampuan bayi untuk berdaptasi tergadap suhu rendah di dalam
inkubator, atau pada suhu ruangann, saat mendemonstrasikan penambahan berat badan
yang tepat
296. Rasional: .alat buain dapat di gunakan bila bayi dapat memperthankan suhu tubuh stabil
97,7 F dalam udra ruangan dan dapat meningkatkan berat badan.
297. 14. Pantau suhu bayi bila keluar dari lingkungan hangtat. Berikan informasi
termoregulasi kepada orangtua.
298. Rasional: kontak di luar tempat tidur , khusunya dengan orangtua , mungkin singkat sak
bila bilqa dimungkinkan untuk mencegah strexs dingi n. ( catatan: hipertermia dapat terjdi
bla bayi di gendong oleh orang tua.)
299. 15. Perhatikan perkembangan takikardia, warna kemerahan , diaforesis, letarge,apnea,
koma atau aktifitas kejang .
300. Rassional:tanda-tanda hipertermia (suhu tubuh lebih besar dari 99 F( 37,2 C). Da oat
berkanjut pada kerusakan otak bil tidak teratasi.
301. 16. Evaluiasi sumber eksternal ( miss., foto terapi, lampu pemanas , atau sinar
matahari). Batasi pakaian dan mandi di seka dengan spon menggunakabn air hangat.
Pastikan posisi yang tepat dari alat pengukur suhu bila digunakan.
302. Rasional: tindakan ini secra umum berhasil dalam memperbaiki hipertmia. ( ctatan: bila
hipertermia menetap menetukan posisi yang tepat dan memfungsikan alat pengukur suhu,
kemungkinan status hipermetabolik seperti sepsis atau gejal a putus satnarkotik harus
dipertimbangkan).
303.
304. Kolaborasi
305. 17. Pantau pemeriksaan laboratorium,sesuai indikasi( mis., GDA, Glukosa, serum,
elektrolit, dan kadar bilirubin). (rujuk pada DK: petukaran gas .)
306. Rasional: stres dingin meningkatkan kebutuhann terhadap glukosa dan oksigen serta
dapat menyebabkan masalah asam –basa bila bayi mengalami metabolisme anerobik bila
kadar oksigen yang cukup tidak tersedia peningkatan kadar bilirubin inderek dapat terjadi
karena pelepasan asam lemak dari metabolisme lemak coklat, dengan asam lemak bersaig
dengan bilirubin pada bagian ikatan di alabumin. Asidosis metabolok dapat juga terjadi pada
hipertermia.
307. 18. Berikan D10 W dan ekspander volume secara intravena, bila diperlukan.
308. Rasional: pemberian dekstrosa mungkin perlu untuk meperbaiki hipoglikemia.
Hipotensi karena vasodilatasi perifer mungkin memerlukan tindakan pada bayi yang
mengalami stress panas. Hipertermia dapat menyebabkan peningkatan dehidrasi tiga
sampai empat kali lipat.
309. 19. Berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
310. Rasional : Bila oksigen tidak siap tersedia untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
metabolik berkenaan dengan upaya untuk meningkatkan suhu tubuh, bayi akan
menggunakan metabolisme anaerobik, mengakibatkan asidosis karena pembentukan asam
laktat. Hipotermia menurunkan respons bayi praterm terhadap hipoksia dan hiperkapnia,
yang menyebabkan depresi pernapasan lanjut sebagai ganti dari peningkatan frekuensi
pernapasan, mengakibatkan apnea dan penurunan ambilan oksigen. Hipertermia karena
penghangatan terlalu cepat dihubungkan dengan keadaan apnea, peningkatan kehilangan
air yang tidak kasatmata dan peningkatan frekuensi metabolik dengan peningkatan
kebutuhan terhadap oksigen dan glukosa.
311. 20. Berikan obat-obatan, sesuai indikasi :
312. a. Fenobarbital.
313. Rasional : Membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fungsi SSP yang
disebabkan oleh hipertermia.
314. b. Natrium bikarbonat
315. Rasional: Memperbaiki asidosis, yang dapat terjadi pada hipotermia dan hipertermia.
316. D. KEKURANGAN VOLUME CAIRAN, RISIKO TINGGI TERHADAP
317. Faktor resiko dapat meliputi : Usia dan berat badan ekstrem (prematur, dibawah 2500
g), kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis, kurang lapisan lemak, peningkatan suhu
lingkungan, ginjal imatur / kegagalan untuk mengkonsentrasikan urin).
318. Kemungkinan dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejala untuk
menegakkan diagnosa aktual].
319. HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : Bebas dari tanda-tanda dehidrasi atau
glikosuria dengan masukan cairan sama dengan haluaran dan pH, Ht, dan berat jenis urin
DBN. Menunjukkan penambahan berat badan 20-30g/hari.
320. TINDAKAN / INTERVENSI
321. Mandiri
322. 1. Dapatkan seri berat badan setiap hari dengan menggunakan skala yang sama dan
pada waktu yang sama.
323. Rasional; Berat badan adalah indikator paling sensitif dari keseimbangan cairan.
Penurunan berat badan tidak boleh melebihi 15% dari berat badan total atau 1%-2% dari
berat badan total perhari. Ketidakadekuatan penambahan berat badan dapat dihubungkan
dengan ketidakseimbangan air atau ketidakadekuatan masukan kalori.
324. 2. Bandingkan masukan dan haluaran cairan setiap shift dan keseimbangan kumulatif
setiap periode 24 jam. Pertahankan catatan setiap jam dari penginfusan cairan intravena.
Kaji haluaran melalui pengukuran urin dari kantung penampung atau melalui penimbangan /
penghitungan popok. Pertahankan catatan akurat mengenai jumlah darah yang diambil
untuk tes laboratorium.
325. Rasional: Haluran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan terapi cairan kira-kira 80-
100 ml/kg/hari pada hari pertama kehidupan, meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari pada
hari ke-3 pasca kelahiran. Pengambilan darah untuk tes menyebabkan penurunan kadar
Hb/Ht.
326. 3. Pantau berat jenis urin setiap selesai berkemih, atau setiap 2-4 jam, dengan
megaspirasi urin dari popok bila bayi tidak tahan dengan kantung penampung urin atau
yang kantung penampung yang direkatkan.
327. Rasional; Meskipun imaturitas ginjal dan ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan
urin biasanya mengakibatkan berat jenis yang rendah pada bayi praterm (rentang normal
1,006 – 1,013), berat jenis urin bervariasi, memberikan tanda tingkat dehidrasi individu.
Kadar yang rendah menandakan volume cairan berlebihan; kadar lebih besar dar 1,013
menandakan ketidakcukupan masukan cairan dan dehidrasi.
328. 4. Tes urin dengan Dextrotix per protokol.
329. Rasional: Bahkan pada kasus hipoglikemia, glikosuria terjadi saat ginjal yang imatur
mulai mengekskresikan glukosa, yang dapat menimbulkan diuresis osmotik, meningkatkan
resiko dehidrasi.
330. 5. Minimalkan kehilangan cairan yang tidak kasatmata melalui penggunaan pakaian,
suhu termonetral, dan menghangatkan atau melembabkan oksigen.
331. Rasional: Bayi praterm kehilangan air dalam jumlah besar melalui kulit, karena
pembuluh darah dekat dengan permukaan dan kadar lapisan lemak berkurang atau tidak
ada. Fototerapi atau penggunaan penyebar hangat dapat meningkatkan kehilangan tidak
kasatmata sampai 50% atau sebanyak 200 ml/kg/hari. (catatan : BB bayi < 1500g (3 lb 5 oz)
paling rentan terhadap kehilangan cairan tidak kasatmata).
332. 6. Pantau tekanan darah (TD), nadi, dan tekanan arterial rerata (TAR)
333. Rasional: Kehilangan 25% volume darah mengakibatkan syok dengan TAR <25 mmHg
menandakan hipotensi (Catatan: TD dihubungkan dengan BB; mis, bayi lebih kecil, TAR lebih
rendah).
334. 7. Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, keadaan fontanel anterior.
335. Rasional: Cadangan cairan dibatasi pada bayi praterm. Kehilangan/perpindahan cairan
yang minimal dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit yang
buruk, membran mukosa kering, dan fontanel cekung.
336. 8. Perhatikan letargi, menangis dengan nada tinggi, distensi abdomen, peningkatan
apnea, kedutan, hipotonia, atau aktivitas kejang.
337. Rasional: Tanda-tanda ini menunjukkan hipokalsemia, yang paling mungkin terjadi
selama 10 hari pertama kehidupan.
338. 9. Kaji lokasi tempat masuknya cairan intravena setiap jam. Perhatikan edema atau
kegagalan masuknya cairan. Jangan memeriksa posisi jarum dengan menurunkan cairan
dibawah tingkat jarum.
339. Rasional: Pembengkakan dapat menandakan terjadi infiltrasi cairan atau plester terlalu
ketat. Aliran balik darah disebabkan oleh penurunan cairan mungkin menyumbat jarum.
340. 10. Berikan kalium klorida, kalsium glukonat 10%, dan magnesium sulfat 50%, sesuai
indikasi. Pantau bradikardia yang potensial terjadi pada bayi melalui pemantau jantung;
observasi lokasi tempat masuknya infus terhadap adanya tanda-tanda iritasi atau edema.
341. Rasional: Perbaikan ketidakseimbangan elektrolit perlu untuk mempertahankan atau
mencapai homeostasis. Pemberian kalsium melalui kateter vena umbilikal dapat
menyebabkan nekrosis hepar, bila diberikan melalui arteri umbilikal, ini dapat memperberat
entrokolitits nekrotisan. Pengenalan dini dan intervensi segera dapat membatasi efek-efek
tidak baik dari infiltrasi obat; sperti kerapuhan, kalsifikasi, dan nekrosis. (Catatan:
Penggantian kalsium tidak efektif pada adanya defisit magnesium).
342. 11. Berikan transfusi darah.
343. Rasional: Mungkin perlu untuk mempertahankan kadar Ht/Hb optimal dan
menggantikan kehilangan darah.
344. 12. Berikan dopamin hidroklorida, sesuai indikasi.
345. Rasional: Dapat digunakan untuk mengatasi penurunan tekanan darah, khususnya bila
berhubungan dengan pemberian Pavulon.
346. Kolaborasi
347. 1. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :
348. a. Ht
349. Rasional: Dehidrasi meningkatkan kadar Ht di atas nilai normal 45% - 53%.
350. b. Kalsium serum dan magnesium serum.
351. Rasional: Bayi praterm rentan pada hipokalsemia (kadar kalsium < 7 mg/dl) karena
simpanan rendah, depresi rangsang paratiroid, dan stress karena hipoksia, sepsis, atau
hipoglikemia. Hipomagnesemia sering disertai hipokalsemia.
352. c. Kalsium serum.
353. Rasional: Hipokalsemia dapat terjadi karena kehilangan melalui selang nasogastrik,
diare, ata muntah. Kadar kalium berlebihan (hiperkalemia) dapat diakibatkan dari kesalahan
penggantian, perpindahan kalium dari ruangan intraselular ke ekstraselular, asidosis, atau
gagal ginjal.
354. 2. Berikan infus parenteral : dalam jumlah > 180 ml/kg, khususnya pada PDA,
displasia bronkopulmonal (BPD), atau enterokolitis nekrotisan (NEC).
355. Rasional: Penggantian cairan menambah volume darah, membantu mengembalikan
vasokonstriksi berkenaan dengan hipoksia, asidosis, dan pirau kanan kekiri melalui PDA, dan
telah membantu dalam penurunan komplikasi enterokolitis nekrotisan dan displasia
bronkopulmonal.
356. E. CEDERA, RISIKO TINGGI TERHADAP, KERUSAKAN SSP
357. Faktor resiko dapat meliputi : Hipoksia jaringan, perubahan faktor pembekuan,
ketidakseimbangan metabolik (hipoglikemia, perpindahan elektrolit, peningkatan bilirubin).
358. Kemungkinan dibuktikan oleh : [Tidakdapat diterapkan, adanya tanda/gejala untuk
menegakkan diagnosa aktual].
359. HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : Bebas dari kejang dan tanda-tanda
kerusakan SSP. Mempertahankan homeostasis dibuktikan oleh GDA, glukosa serum, kadar
elektrolit dan bilirubin DBN.
360. TINDAKAN / INTERVENSI
361. Mandiri
362. 1. Kaji upaya pernapasan. Perhatikan adanya pucat atau sianosis.
363. Rasional: Distress pernapasan dan hipoksia mempengaruhi fungsi serebral dan dapat
merusak atau melemahkan dinding pembuluh darah serebral, meningkatkan resiko ruptur.
Bila tidak teratasi, hipoksia dapat mengakibatkan kerusakan permanen. (Rujuk DK:
pertukaran gas, kerusakan).
364. 2. Pantau kadar Dextrostix, dan observasi adanya perilaku yang menandakan
hipokalsemia atau hipokalsemia pada bayi (mis, kacau mental, kedutan, kejang mioklonik,
atau mata terbalik). (Rujuk DK : Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh, resiko
tinggi terhadap).
365. Rasional: Karena kebutuhannya terhadap glukosa, otak dapat menderita kerusakan yang
tidak dapat pulih bila kadar glukosa serum lebih rendah dari 30-40 mg/dl. Hipokalsemia
(kadar kalsium serum < 7 mg/dl) sering menyertai hipokalsemia dan dapat mengakibatkan
apnea dan kejang.
366. 3. Observasi bayi terhadap perubahan fungsi SSP dimanifestasikan oleh perubahan
perilaku, letargi, hipotonia, penonjolan atau ketegangan fontanel, mata terbalik, atau
aktifitas kejang. Selidiki penyimpangan keadaan yang ditandai oleh menangis nada tinggi,
pernapasan yang sulit, dan sianosis, yang diikuti dengan apnea, flaksid kuadriparese, tidak
berespons, hipotensi, postur tonik, dan arefleksia.
367. Rasional: Trauma kelahiran, kapiler rapuh, dan kerusakan proses koagulasi membuat
bayi beresiko terhadap IVH, khususnya bayi yang BB nya < 1500g atau gestasi dibawah 34
minggu. Penegangan atau penonjolan fontanel anterior mungkin merupakan tanda pertama
dari IVH, syok hemoragi, atau peningkatan tekanan intrakranial (PTIK), yang dengan mudah
membawa pada kematian akibat sirkulasi yang kolaps. Bayi gestasi < 32 minggu dapat
menjadi letargik atau hipotonik serta dapat memanifestasikan gerakan “mata menjelajahi”
yang tidak terkontrol dan kurang jalur penglihatan. (Catatan: tanda-tanda klinis dan
perkembangan IVH mungkin tidak ada, sangat samar, atau tiba-tiba serta mengancam
kehidupan).
368.
369.
370.
371. 4. Ukur lingkar kepala, sesuai indikasi.
372. Rasional: Membantu mendeteksi kemungkinan PTIK atau hidrosefalus, yang mungkin
merupakan akibat dari hemoragi subdural. Hanya 35%-50% bayi dengan hidrosefalus
berkembang secara normal.
373. 5. Kaji warna kulit, perhatikan bukti peningkatan ikterik berkenaan dengan
perubahan perilaku seperti letargi, hiperrefleksia, kacau mental, dan opistotonus. (Rujuk
pada MK: Bayi baru lahir: Hiperbilirubinemia).
374. Rasional: Bayi praterm lebih rentan pada kernikterus pada kadar bilirubin lebih rendah
dari bayi cukup bulan karena peningkatan kadar bilirubin sirkulasi tidak terkonjugasi
melewati barier darah otak.
375. Kolaborasi
376. 1. Pantau pemeriksaan laboratorium, sesuai indikasi :
377. a. Ht / Hb; GDA
378. Rasional: Penurunan kadar Hb atau anemia menurunkan kapasitas pembawa oksigen,
meningkatkan resiko kerusakan SSP yang peramnen berkenaan dengan hipoksemia.
Penurunan Ht yang tiba-tiba dapat menjadi indikator pertama dari IVH.
379. b. Kadar bilirubin
380. Rasional: Peningkatan kadar bilirubin dengan cepat dapat mengakibatkan kernikterus
bila tidak diatasi.
381. c. Berika suplemen oksigen
382. Rasional: Hipokalsemia meningkatkan resiko kelemahan atau kerusakan SSP yang
permanen.
383. 2. Bantu dengan prosedur diagnostik atau terapeutik, sesuai indikasi :
384. a. Skaning tomografi komputer, ultrasonografi kranial.
385. Rasional: Mengidentifikasi adanya/luasnya hemoragi, yang bermanfaat dalam
memprediksi kemungkinan komplikasi jangka panjang dan dalam pemilihan tindakan.
386.
387. b. Punksi lumbal
388. Rasional:Spesimen cairan serebrospinal (CSS) berdarah memastikan IVH. Beberapa
rumah sakit melakukan punksi leumbal berturut-turut setiap hari untuk menurunkan TIK
dan mencegah efek-efek berbahaya dari hidrosefalus.
389. c. Transfusi tukar
390. Rasional: Naik atau meningkatnya kadar bilirubin dengan cepat menandakan kebutuhan
terhadap transfusi tukar volume ganda dengan darah O negatif untuk mengeluarkan
bilirubin dan mencegah hemolisis lanjut dari sel darah merah (SDM).
391. d. Ventrikulopunksi atau tap.
392. Rasional: Mungkin digunakan untuk mengeluarkan kelebihan darah dari ventrikel,
meskipun pemeriksaan tidak menandakan adanya perubahan dalam hasil.
393. e. Penempatan pirau ventrikuloperitoneal.
394. Rasional: Dilatasi ventrikel progresif tidak responsif pada tindakan lain dapat memrlukan
intervensi pembedahan untuk memperbaiki atau mencegah hidrosefalus.
395. 3. Berikan obat-obatan, sesuai indikasi :
396. a. Kalsium, magnesium, natrium bikarbonat, dan atau glukosa.
397. Rasional: Perbaikan ketidakseimbangan membantu mencegah aktivitas kejang
neonatus, yang dapat terjadi pada respons terhadap keadaan metabolik sementara.
398. b. Fenobarbital
399. Rasional: Membantu untuk mengontrol kejang akut serta status epileptikus pada bayi
baru lahir.
400.
401.
402.
403. c. Fenitoin atau diazepam
404. Rasional: Mungkin digunakan bila obat antiepileptik lain tidak berhasil dalam
mengontrol aktifitas kejang. (Catatan : Dosis harus berdasarkan pada pembuluh darah).
405. d. Furosemid, asetazolamid, atau steroid.
406. Rasional: Membantu menurunkan tekanan intrakranial, dan mengatasi efek-efek
sekunder dari perdarahan.
407. e. Vitamin E
408. Rasional: Sifat antioksidan melindungi membran SDM terhadap hemolisis.
409. f. Indometasin
410. Rasional: Pemberian IV dapat memperbaiki ketidakseimbangan hemodinamik melalui
penutupan duktus arteriosus paten.
411. 4. Bantu dengan penggantian cairan atau pembatasan
412. Rasional: Perfusi serebral tergantung pada volume sirkulasi adekuat. (Catatan: cairan
mungkin tidak dibatasi pada kasus hipertonisitas, kerusakan SSP dengan perdarahan, atau
palsi serebral).
413. F. NUTRISI, PERUBAHAN, KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH, RISIKO TINGGI
TERHADAP
414. Faktor resiko dapat meliputi : Imaturitas produksi enzim, penurunan produksi asam
hidroklorik (menurunkan absorpsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak), imaturitas
sfingter kardia, otot abdominal lemah, kapasitas lambung kecil, refleks lemah, tidak ada,
atau tidak sinkron berkenaan dengan pemberian makan, ketidakadekuatan kadar nutrisi
simpanan.
415. Kemungkinan dibuktikan oleh: [tidak dapat diterapkan adanya tanda/gejala untuk
menegakkan diagnose actual]
416. HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : Mempertahankan pertumbuhan dan
peningkatan BB dalam kurva normal, dengan penambahan BB tetap sedikitnya 20-30 g/hari.
Mempertahankan glukosa serum DBN dan keseimbangan nitrogen positif.
417. TINDAKAN / INTERVENSI
418. Mandiri
419. 1. Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan (mis, menghisap,
menelan, gag, dan batuk).
420. Rasional: Menentukan metode pemberian makan yang tepat untuk bayi.
421. 2. Auskultasi terhadap adanya bising usus. Kaji status fisik dan status pernapasan.
422. Rasioanal: Pemberian makan pertama pada bayi stabil yang memiliki peristaltik dapat
dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila distress pernapasan ada, cairan perenteral
diindikasikan, dan cairan peroral harus ditunda.
423. 3. Mulai pemberian makan sementara atau dengan menggunakan selang sesuai
indikasi.
424. Rasional: Pemberian makan perselang mungkin perlu untuk memberikan nutrisi yang
adekuat pada bayi yang telah mengalami koordinasi menghisap yang buruk dan refleks
menelan atau yang menjadi lebih selama pemberian makan.
425. 4. Kaji pernapasan yang tepat dari selang pemberian makan pada bayi, gunakn
prosedur pengkleman yang tepat untuk mencegah masuknya udara kedalam lambung.
426. Rasional: Pemasangan selang pada trakea yang tidak tepat dapat menurunkan fungsi
pernapasan. Bila 1 ml atau kurang aspirasi dari lambung, penjumlahan ini harus dikurangi
dari makanan yang akan diberi dan dimasukan kembali kedalam selang. Bila > 2 ml
diaspirasi, jadwal pemberian makan perlu diubah.
427. 5. Masukan ASI/formula dengan perlahan selama 20 menit pada kecepatan 1
ml/menit.
428. Rasional: Pemasukan makanan kedalam lambung yang terlalu cepat dapat
menyebabkan respons balik cepat regurgitasi, peningkatan resiko aspirasi, dan distensi
abdomen, semua ini menurunkan status pernapasan.
429. 6. Kaji tingkat energi dan penggunaannya, derajat kelelahan, frekuensi pernapasan,
dan lama waktu yang diperlukan untuk makan.
430. Rasional: Penggunaan energi berlebihan selama makan menurunkan ketersediaan kalori
untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Pengguanaan selang secara total atau
sementara mungkin perlu untuk menurunkan kelelahan. Pemberian makan peroral tidak
tepat bila frekuensi pernapasan > 60/menit.
431. 7. Penuhi kebutuhan menghisap pada bayi dengan menggunakan dot selama
pemberian makan perselang. Bila bayi menjadi kadang-kadang menyusu ASI, ibu dapat
menggosok dot pada payudara, melembabkannya dengan sedikit ASI untuk memberi bau
padanya. Ia dapat juga menggendong bayi selama pemberian makan.
432. Rasional: Memberikan kepuasaan oral sehingga bayi menghubungkan kepuasaan diri
dalam menghisap dengan kenyamanan dari pengisian lambung.
433. 8. Tunda drainase postural selama sedikitnya 1 jam setelah pemberian makan.
434. Rasional: Memungkinkan pencernaan optimal dan absorpsi dan pemberian makan,
membantu mencegah regurgitasi berkenaan dengan peningkatan penanganan.
435. 9. Perhatikan adanya diare, muntah, regurgitasi, residu lambung berlebihan, atau
hasil positif dari tes guaiak. (Rujuk pada DK: konstipasi, resiko tinggi terhadap).
436. Rasioanal: Menandakan kerusakan fungsi lambung. Residu lambung > 2 ml (diaspirasi
melalui selang nasogastrik[NG] sebelum pemberian makan) menunjukkan kebutuhan untuk
menurunkan jumlah pemberian makan dan dapat menandakan absorpsi buruk atau
enterokolitis nekrotisan.
437. 10. Pantau kadar Dextrosix dan Clinitest perprotokol.
438. Rasional: Karena hepar imatur tidak menyimpan atau melepaskan glikogen dengan baik,
resiko hipoglikemia meningkat. Hipoglikemia dapat di diagnosa dengan kadar Dextrostix <
45 mg/dl. (Catatan: Bayi mungkin asimtomatik bahkan bila hasil Dextrostix serendah 20
mg/dl).
439. 11. Pertahankan termonetral lingkungan dan oksigenasi jaringan yang tepat. Gangguan
pada bayi harus seminimal mungkin.
440. Rasional: Stress dingin, hipoksia, dan penanganan yang berlebihan meningkatkan laju
metabolisme dan kebutuhan kalori bayi, kemungkinan mengorbankan pertumbuhan dan
peningkatan BB.
441. 12. Pantau bayi terhadap reaksi lokal atau sistemik untuk pemberian makan parenteral
(mis, peningkatan suhu, trombosis pembuluh darah, dispnea, muntah, atau sianosis).
442. Rasional: Kira-kira 50% komplikasi yang berhubungan dengan nutrisi parenteral total
(NPT) adalah karena sepsis, biasanya septikemia Candida. Komplikasi lain meliputi kelebihan
beban cairan dan obstruksi atau perubahan posisi kateter.
443.
444. 13. Catat pertumbuhan dengan membuat pengukuran BB setiap hari dan setiap minggu
dari panjang badan dan lingkar kepala.
445. Rasional: Pertumbuhan dan peningkatan BB adalah criteria untuk penentuan kebutuhan
kalori, untuk menyesuaikan formula dan untuk menentukan frekuensi pemberian makan.
Pertumbuhan mendorong peningkatan kebutuhan kalori dan kebutuhan protein.
446. Kolaborasi
447. 1. Mulai pemberian makan dengan air steril, glukosa, dan ASI atau formula, dengan
tepat.
448. Rasional: Pemberian makan dini mencegah penurunan cadangan.
449. 2. Beri makan sesering mungkin sesuai indikasi berdasarkan BB bayi dan perkiraan
kapasitas lambung.
450. Rasional: Bayi < 1250g (2 lb 12 oz) diberi makan setiap 2 jam, bayi antara 1500 dan 1800
d (3 bl 8 oz – 4 lb) diberi makan setipa 3 jam.
451. 3. Gunakan formula pekat untuk memberikan 120-150 kal/kg/hari atau lebih, dengan
protein 3-4 g/kg/hari. Tambahkan suplemen ke ASI untuk pemberian makan melalui selang
sesuai kebutuhan.
452. Rasional: Masukan kalori harus cukup untuk mencegah katabolisme. Formula yang
pekat memberikan lebih banyak kalori dalam volume yang lebih sedikit, yang perlu karena
penurunan kapasitas dan pengosongan lambung, serta bahaya menekan ginjal imatur.
(Catatan : bayi yang sakit merupakan formula pembandingan setengah diawal dengan
volume/konsentrasi ditambahkan > 1-10 hari sesuai toleransi bayi).
453. 4. Berikan vitamin dan mineral, khususnya vitamin A, C, D, dan E, dan zat besi, sesuai
indikasi.
454. Rasional: Menggantikan simpanan nutrien rendah untuk meningkatkan keadekuatan
nutrisi dan menurunkan resiko infeksi. Vitamin C dapat menurunkan kerentanan pada
anemia hemolitik dan menghilangkan displasia bronkopulmonal dan fibroplasia retrolental.
Vitamin E membantu mencegah hemolisis SDM.
455. 5. Pertahankan kepatenan, bantu dengan menggunakan selang makan indwelling
(selang transpilorik, nasojejunal, nasoduodenal).
456. Rasional: Memberikan kontinuitas penginfusan formula pada bayi praterm yang sangat
kecil yang memenuhi kriteria khusus: mis, takipnea, penyakit paru kronis, ketergantungan
respirator, aspirasi berulang dengan pendekatan cara pemberian makan lain. (Catatan:
potensial resiko menyertai penggunaan selang indwelling ini harus dipertimbangkan
terhadap keuntungannya).
457. 6. Berikan makan NPT melalui pompa infus dengan menggunakan kateter indwelling
kedalam vena kava atau jalur perifer. Infus emulsi lemak (intralipid) melalui jalur perifer.
458. Rasional: Infus NPT dari protein hidrolisat, glukosa, elektrolit, mineral, dan vitamin
mungkin perlu untuk bayi dengan diare kronis; sindrom malabsorpsi, perbaikan
pembedahan dari anomali gastrointestinal (GI), obstruksi, atau enterokolitis nekrotisan,
prematuritas yang ekstrem. Infus intralipid memberikan asam lemak esensial kepada anak
yang memrlukan NPT. (Catatan: keuntungan dari pengguanaan intralipid harus
dipertimbangkan terhadap kemungkinan resiko akumulasi lemak dalam paru).
459. 7. Pantau pemeriksaan laboratorium; mis, glukosa serum, elektrolit, protein total.
460. Rasional: Mengukur ketepatan NPT
461. G. INFEKSI, RISIKO TINGGI TERHADAP KONSTIPASI, RISIKO TINGGI TERHADAP
462. Faktor resiko dapat meliputi : Respon imun imatur, kulit rapuh, jaringan trauma,
prosedur invasif, pemajangan lingkungan (KPD, pemajangan transplasental).
463. Kemungkinan dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan; adanya tanda/gejala untuk
menegakkan diagnosa aktual]
464. HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : Mempertahankan serum negatif, CSS,
urin, dan kultur nasofaringeal dengan hitung darah lengkap, trombosit, kadar pH, dan tanda
vital DBN.
465. TINDAKAN / INTERVENSI
466. Mandiri
467. 1. Tinjau ulang catatan kelahiran. Perhatikan apakah tindakan resusitasi diperlukan,
lama pecah ketuban, dan adanya korioamnionitis.
468. Rasional: Faktor-faktor maternal seperti KPD dengan persalinan dan kelahiran praterm
kemungkinan disebabkan oleh proses infeksi asenden. Infeksi transplasental didapat (yang
mempengaruhi dua sepertiga dari semua bayi terinfeksi) juga merupakan ancaman. Bayi
yang telah diresusitasi dan yang telah mendapat intervensi invasif lebih cenderung
kemasukan patogen dan infeksi. Sepsis awiatan-awal (terjadi dalam 2 hari pertama
kehidupan) dipengaruhi oleh pertahanan hospes dan durasi pecah ketuban antepartum.
469. 2. Tentukan usia gestasi janin dengan menggunakan kriteria Dubowitz.
470. Rasional: Kelahiran sebelum gestasi minggu ke-28 – 30 meningkatkan kerentanan abyi
terhadap infeksi, karena penurunan kemampuan SDP untuk menyerang bakteri, penurunan
pemindahan imunoglobulin G (IgG ditransportasikan melewati plasenta terutama pada
trimester ke-3), kurang imunogloblin A (IgA) bila bayi tidak menerima ASI, dan keratin kulit
buruk dengan ketidakefektifan kualitas barier. (Catatan : Bayi yang menderita retardasi
pertumbuhan intrauterus beresiko tinggi terhadap infeksi).
471. 3. Tingkatkan cara-cara mencuci tangan pada staf, orangtua, dan pekerja lain
perprotokol. Gunakana antiseptik sebelum membantu dalam pembedahan atau prosedur
invasif.
472. Rasional: Mencuci tangan adalah prktik yang paling penting untuk mencegah
kontaminasi silang serta mengontrol infeksi dakam ruang perawatan.
473. 4. Pantau staf dan pengunjung akan adanya lesi kulit, luka basah, infeksi pernapasan
akut, demam, gastroenteritis, herpes simpleks aktif (oral, genital, atau paronisial), dan
herpes zoster.
474. Rasional: Penularan penyakit pada neonatus dari pekerja atau pengunjung dapat terjadi
secara langsung atau tidak langsung.
475. 5. Berikan jarak yang adekuat antara bayi atau antara unit isolette atau unit individu.
Gunakan ruangan isolasi terpisah dan teknik isolasi sesuai indikasi.
476. Rasional: Memberikan jarak 4-6 kaki dengan bayi membantu mencegah penyebaran
droplet atau infeksi melalui udara.
477. 6. Kaji bayi terhadap tanda-tanda infeksi, seperti ketidakstabilan suhu (hipotermia
atau hipertermia), letargi atau perubahan perilaku, distres pernapasan (apnea, sianosis, atau
takipnea), ikterik, petekie, kongesti nasal, atau drainase dari mata atau umbilikus.
478. Rasional: Bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi, suhu tubuh sendiri merupakan adalah
cara yang tidak dpata dipercaya dalam mengkaji infeksi pada bayi praterm dengan
kerusakan respons inflamasi dan mobilisasi SDP.
479. 7. Buat kelompok bayi, bila mungkin, dan jamin bahwa perawat yang sama merawat
bayi-bayi yang dikelompokkan bersama.
480. Rasional: Bayi-bayi yang lahir dalam kerangka waktu yang sama (biasanya 24-48 jam),
atau terkolonisasi/terinfeksi dengan patogen yang sama, mungkin dikelompokkan bersama
sampai pulang. Pengelompokkan ini merupakan tindakan yang penting dalam mengkontrol
infeksi dengan embatasi jumlah dari kontak satu bayi dengan bayi yang rentan atau petugas
lainnya.
481. 8. Lakukan perwatan tali pusat sesuai protokol rumah sakit.
482. Rasional: Penggunaan alkohol lokal, triplet dye, dan berbagai antimikroba yang
membantu mencegah kolonisasi.
483. 9. Siapkan lokasi tempat prosedur invasif dengan alkohol (70%), iodin tingtur, atau
iodofor. Pantau lokasi infus intravena dan lokasi jalur pemantauan invasif perprotokol.
484. Rasional: Menurunkan insiden kemungkinan flebitis atau bakteremia.
485. 10. Gunakan teknik aseptik selama penghisapan. Bubuhi tanggal pada larutan yang
terbuka untuk pelembaban, irigasi, atau nebulasi, dan buang setelah 24 jam. Jamin
pembersihan rutin atau penggantian peralatan pernapasan.
486. Rasional: Menurunkan kesempatan untuk masuknya bakteri yang dapat mengakibatkan
infeksi pernapasan.
487. 11. Perlakuan jalur arteri, stopkok, dan kateter sebagai daerah steril, ambil spesimen
darah pada waktu yang sama.
488. Rasional: Membantu mencegah bakteremia berkenaan dengan jalur arteri dan aksesnya
yang langsung pada darah dan jaringan dalam.
489. 12. Pantau bayi terhadap tanda-tanda awitan lanjut penyakit atau infeksi.
490. Rasional: Awitan lanjut penyakit dapat terjadi dapat terjadi secepat-cepatnya pada hari
kelima, tetapi ini biasanya terjadi setelah minggu pertama kehidupan. Tanda-tanda awitan
lanjut infeksi kemungkinan disebabkan oelh bakteri yang didapat
491. 13. Observasi terhadap tanda – tanda syok atau koagulasi intravascular diseminata
(KID), seperti bradikardia, penurunan TD, ketidakstabilan suhu, malas, edema, atau eritema
pada dinding abdomen.
492. Rasional : KID dapat terjadi dengan septicemia gram negatif.
493. 14. Berikan ASI untuk pemberian makan, bila tersedia.
494. Rasional: ASI mengandung IgA, makrofag, limfosit, dan netrofil, yang memberikan
beberapa perlindungan dari infeksi.
495.
496.
497.
498. Kolaborasi
499. 1. Dapatkan specimen, sesuai indikasi (mis: urin melalui aspirasi suprapubis, darah,
CSS, lesi kulit terlihat, nasofaring, atau sputum bila bayi diintubasi.)
500. Rasional : tes kultur/ sensitivitas perlu untuk mendiagnosa pathogen dan
mengindentifikasi terapi yang tepat.
501. 2. Pantau pemeriksaan laboratorium sesui indikasi :
502. a. Seri jumlah SDM dan diferensia.
503. Rasional : prematuria menurunkan respon imun pada infeksi. Jumlah SDP pada bayi
praterm bervariasi dari 6.000 sampai 225.000/mm3 dan dapat berubah dari hari ke hari,
membatasi reabilitas diagnostic. Peningkatan nyata atau tiba-tiba atau penurunan SDP atau
sel pita menandakan infeksi.
504. b. Jumlah trombosit
505. Rasional : sepsis menyebabkan jumlah trombosit menurun, tetapi pada bayi praterm,
rentang trombosit normal mungkin hanya 60.000 (pada 3 hari pertama) sampai
100.000/mm3
506. c. Glukosa dan kadar PH serum
507. Rasional ; hipoglikemi, hiperglikemi atau asodisis metabolic ( dengan kadar bikarbonat
kurang dari 21 mEq/L ) menandakan infeksi.
508. 3. Berikan antibiotic secara intravena berdasarkan laporan sensitivitas.
509. Rasional : antibiotic spectrum luas meliputi ampisilin dan aminoglikosida biasanya
diindikasikan, menunggu hasil tes kultur dan sensitivitas. Penggunaan antibiotic sistemik
dengan sembarangan atau tidak tepat dapat menyebabkan efek samping yang tidak
diharpkan, membantu mengembangkan resitensi strain bakteri, dan mengubah flora normal
bayi baru lahir.
510.
511.
512. 4. Bantu dengan pungsi lumbal, sesuai kebutuhan.
513. Rasional : membantu mengidentifikasi organisme dan lokasi infeksi bila meningitis
dicurigai
514. 5. Bantu dengan tindakan untuk kemungkinan kondisi yang berhubungan dengan
infeksi : hipoksemia, abnormalitas sushu, ketidakseimbangan elektrolit dan asam-basa,
anemia, atau syok.
515. Rasional : kejadian fisiologis yang berhubungan dan gejala sisa mungkin mengancam
hidup bayi karena infeksi itu sendiri.
516. 6. Berikan immunoglobulin intrvena dengan tepat.
517. Rasional : penelitian menunjukkan Ig IV dapat meningkatkan laju kehidupan pada bayi
septic, selain itu, terapi profilaktik untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1500 g dapat
menurunkan insiden awitan lanjut infeksi nosokomial.
518. H. KELEBIHAN CAIRAN, RESIKO TINGGI TERHADAP
519. Faktor resiko dapat meliputi : sistem ginjal imatur dan penurunan laju filtrasi
glomelurus
520. Kemungkinan dibuktikan : tidak dapat diterapkan : adanya tanda dan gejala untuk
menegakkan diagnose actual.
521. HASIL YANG DIHARAPKAN : mempertahankan berat jenis urin, haluaran, dan PH DBN.
522. TINDAKAN INTERVENSI
523. Mandiri
524. 1. Pantau haluaran, lebih disukai dengan menimbang popok, atau dengan mengkaji
satirasi popok dan jumlah popok yang digunakan perhari. Ukur berat jenis urun.
525. Rasional : haluaran harus 1 – 3 ml/kg/jam dan berat jenis urin harus 1,006 sampai 1,013.
Hipovolemia atau anuria atau oliguria dapat menyertai hipoksia berat.
526. 2. Hitung keseimbangan cairan ( masukan total minus haluaran total) setiap 8 jam,
dan timbang bayi per protocol.
527. Rasional : keseimbangan cairan yang positif dan hubungan penambahan berat badan
dengan kelebihan 20-30 g/hari menunjukkan kelebihan cairan.
528. 3. Evaluasi hidrasi, perhatikan adanya krekels, ronki, dispnea atau takipnea.
529. Rasional : keterbatasan kemempuan ginjal untuk mengeluarkan kelebihan cairan
meningkatkan risiko hidrasi berlebihan dengan gangguan jantung atau pernapasan.
530. 4. Perhatikan adanya lokasi dan derajat edema
531. Rasional : edema berlebihan menurunkan sirkulasi dan volume ginjal saat perpindahan
cairan dari plasma ke jaringan.
532. 5. Lakukan pengukuran untuk mencegah infeksi ( rujuk pada DK: infeksi, resiko tinggi
terhadap.)
533. Rasional : infeksi menggantikan peningkatan kebutuhan pada sistem ginjal yang telah
menurun.
534. Kolaborasi:
535. 1. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi :
536. a. Kadar elektrolit dan PH.
537. Rasional : asidosis dan perubahan kadar elektrolit menunjukkan ketidakmampuan ginjal
untuk mempertahankan homeostasis.
538. b. Nitrogen urea darah, kreatinin, kadar asam urat.
539. Rasional : mengkaji beratnya keterlibatan ginjal.
540.
541. 2. Berikan makan dengan menggunakan ASI bila mungkin ; jamin jumlah kosentrasi
yang tepat dari formula suplemen.
542. Rasional : ASI mengandung sedikit larutan ginjal daripada susu sapi. Ginjal mungkin tidak
dapat mengatasi formula dengan konsentrasi larutan berlebihan.
543. 3. Perbaiki cairan, elektrolit, dan gangguan asam basa; perbaiki keadaan hipiksik.
544. Rasional : tindakan mungkin perlu untuk memperbaiki laju filtrasi glomelurus dan aliran
darah ginjal setelah periode hipoksia dengan akumulasi asam laktat. Pemberian natrium
bikarbonat mungkin perlu, karena menghalangi kapasitas ginjal mempredisposisikan bayi
praterm pada asidosis metabolic.
545. 4. Pantau bayi terhadap toksisitas obat, khususnya bayi menerima gentamisin atau
nafsilin.
546. Rasional : imaturitas ginjal menghambat atau memundurkan ekskresi obat sehingga
pada bayi praterm, toksisitas dapat terjadi lebih cepat dengan kadar yang lebih rendah
daripada bayi cuckup bulan.
547. I. KONSTIPASI, RESIKO TINGGI TERHADAP : DIARE, RESIKO TINGGI TERHADAP
548. Faktor fisiko dapat meliputi : masukan diet/cairan, ketidakaktivan fisik, oto – otot
abdomen, perubahan motalitas gastric.
549. Kemungkinan dibuktikan oleh : ( tidak dapat diterapkan ; adanya tanda/gejala untuk
menegakkan diagnose actual. )
550. HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : membantu kebiasaan defekasi tergantung
pada tipe pemberian makan, dengan abdomen lunak dan tidak distensi bebas dari tanda –
tanda enterokolitis nekrotisan.
551.
552. TINDAKAN INTERVENSI :
553. Mndiri
554. 1. Pertimbangan frekuensi dan karakteristik feses delam hubungannya dengan usia
bayi dan tipe pemberian makan. Auskultasi bising usus. Ukur lingkar abdomen, melaporkan
peningkatan ukuran 1 cm atau lebih dari pengukuran sebelumnya.
555. Rasional : penurunan fungsi usus dan motilitas GI mengakibatkan defekasi tidak sering
dan distensi abdomen.
556. 2. Perhatikan adanya faktor – faktor resiko seperti hipoksia, sepsis atau maslah
sirkulasi berkenaan dengan PDA
557. Rasional : kondisi ini dapat memperberat perkembangan enterokolitis nekrotisan.
Temuan terbaru menunjukkan bahwa perkembangan enterokolitis nekrotisan dihubungkan
dengan perkembangan dan usia gestasi.
558. 3. Kaji status hidrasi dan masukan cairan dan haluaran ( rujuk pada DK ; kekurangan
volume cairan , risiko tinggi terhadap : nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh,
risiko tinggi terhadap.)
559. Rasional : ketidakadekuatan hidrasi dapat memperberat kurangnya air atau konstipasi
feses.
560. 4. Pantau terhadap tanda – tanda enterokilitis nekrotisan, seperti distensi abdomen,
kekakuan, nyeri tekan; kulit abdomen berkilau atau tegang; lengkung usus dapat dilihat,
meludah berlebihan, muntahan berwarna empedu: kegagalan pemberian makanan per
selang untuk diabsorsi atau residu lambung berlebihan; dan tiodak adanya bising usus; tes
feses ( kecuali ada diare yang mengandung darah) dengan mengandung hematest atau
guaiak. Tes residu gaster.
561. Rasional : enterokolitis nekrotisan merupakan komplikasi yang potensial mengancam
kehidupan yang mempengaruhi 3% - 8% bayi praterm, biasanya ada dalam 2 minggu
kehidupan pertama.
562. 5. Minimalkan penanganan bayi ; berikan gosokan pada wajah, tangan, dan kaki.
Bicara pada bayi.
563. Rasional : hindari trauma abdominal lanjut. Kebutuhan emosional dan sentuhan dapat
dipenuhi dengan sentuhan ekstermitas dan kepala dan melalui percakapan.
564. 6. Hindari penggunaan popok dan thermometer rectal
565. Rasional : popok meningkatkan tekanan abdomen bawah dan mencegah atau
membatasi observasi terhadap abdomen. Thermometer rectal dapat menyebabkan trauma
pada mukosa rectal.
566. 7. Pantau bayi terhadap tanda – tanda sepsis, syok, atau KID
567. Rasional : enterokolitis nekrotisan dapat berlanjut pada perforasi usus dengan
peritonitis, mengakibatkan sepsis, syok dan KID
568. 8. Pertahankan untuk tetap mencuci tangan setelah memegang setiap bayi.
569. Rasional : membantu mencegah terjadinya epidemic enterokolitis nekrotisan dalam
ruang perawatan.
570. Kolaborasi:
571. 1. Gunakan ASI untuk pemberian makan bilamana mungkin
572. Rasional : ASI mudah dicerna menghasilkan feses yang lebih lunak, dan dapat
menurunkan risiko infeksi enteric atau terjadinya enterokolitis nekrotisan.
573. 2. Tingkatkan pengenceran formula supleman sesuai indikasi
574. Rasional : diare dapat menandakan intoleransi terhadap konsentrasi formula.
575. 3. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : jumlah SDP dan deferensial,
jumlah trombosit, masa protrombin, dan masa tromboplastin
576. Rasional : peningkatan atau penurunan jumlah SDP atau pergeseran ke kiri
menunjukkan sepsis. Trombositopeni atau masa pembekuan memanjang menunjukkan
terjadinya KID
577. 4. Tinjau sinar X abdomen
578. Rasional : adanya distensi lengkung usus, penebalan dinding, dan asites menunjukkan
enterokolitis nekrotisan.
579. 5. Kirimkan feses darah awal atau hematest positif pada laboratorium
580. Rasional : tawas yang ditimbulkan pada tes toksoid diperlukan untuk membedakan
darah bayi dari darah ibu.
581. 6. Hentikan pemberian makan oral atau NG selama 7 sampai 10 hari, sesuai indikasi.
Berikan makanan NPT
582. Rasional : memungkinkan tes usus, meningkatkan penyembuhan jaringan sambil
memenuhi kebutuhan cairan dan kebutuhan nutrisi.
583. 7. Pasang selang orogastrik atau NG, dan sambungkan ke penghisap rendah kontinu,
sesuai kebutuhan.
584. Rasional : mungkin perlu untuk dekompresi lambung pada kasus kecurigaan
enterokolitis nekrotisan atau setelah intervensi pembedahan.
585. 8. Berikan antibiotic sesuai indikasi
586. Rasional : melawan infeksi enteric; dapat meningkatkan pemulihan usus.
587. 9. Siapkan untuk pembedahan, bila diperlukan.
588. Rasional : prosedur pembedahan mungkin perlu untuk menghilangkan segmen usus
yang terinflamasi.
589. J. INTEGRITAS KULIT, KERUSAKAN, RESIKO TINGGI TERHADAP
590. Faktor risiko yang meliputi : kulit tipis, kapiler rapuh dekan permukaan kulit, tidak ada
lemak subkutan di atas penonjolan tulang, ketidakmampuan untuk mengubah posisi untuk
menghilangkan titik penekanan, penggunaan restrain, perubahan status nutrisi.
591. Kemungkinan dibuktikan oleh : ( tidak dapat diterapkan ; adanya tanda/gejala untuk
menegakkan diagnose actual. )
592. HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : mempertahankan kulit utuh. Bebas dari
cedera dermal.
593. TINDAKAN/INTERVENSI
594. Mandiri
595. 1. Inspeksi kulit, perhatikan area kemerahan atau tekanan
596. Rasional : mengidentifikasi area potensial kerusakan dermal, dapat mengakibatkan
sepsis.
597. 2. Berikan perawatan mulut dengan menggunakan salin atau gliserin swab. Berikan
jeli petroleum untuk bibir.
598. Rasional : membantu mencegah kekeringan dan pecah pada bibir berkenaan dengan
tidak adanya masukan oral atau efek kering dari terapi oksigen.
599. 3. Hindari penggunaan agens topical keras; cuci dengan hati – hati larutan povidon-
iodin setelah prosedur
600. Rasional : membantu mencegah kerusakan kulit dan menghilangkan barier pelindung
epidermal.
601. 4. Berikan latihan rentang gerak, perubahan posisi rutin, dan bantal bulu domba atau
terbuat dari bahan yang lembut.
602. Rasional : membantu mencegah kemungkinan nekrosis berhubungan dengan edema
dermis atau kurangnya lemak subkutan diatas tonjolan tulang.
603. 5. Minimalkan penggunaan plester untuk mengamankan selang, elektroda, dan
kantung urin, jalur I,V,dan sebagainya.
604. Rasional : melepaskan plester dapat juga melapas lapisan epidermal, karena kohesi
antara plester dan korneum sternum lebih kuat daripada antara dermis dan epidermis.
605. 6. Mandikan bayi dengan menggunakan air steril dengan sabun ringan. Cuci hanya
pada bagian tubuh yang benar benar kotor. Minimalkan manipulasi kulit bayi.
606. Rasional : setelah 4 hari, kulit mengalami beberapa sifat bacterisidal karena PH asam.
Mandi sering menggunakan sabun alkalin atau pelembab dapat meningkatkan PH kulit,
menurunkan flora normal dan mekanisme pertahanan alamiah yang ,melindungi pathogen
invasive.
607. 7. Ganti elektroda hanya bila perlu
608. Rasional : penggantian yang sering dapat memperberat kerusakan kulit.
609. Kolaborasi:
610. 1. Berikan saleb antibiotic pada hidung, mulut dan bibir bila pecah atau teriritasi
611. Rasional : meningkatkan pemulihan pecah – pecah dan iritasi berkenaan dengan
pemberian oksigen; dapat membantu mencegah infeksi.
612. K. PERUBAHAN SENSORI – PERSEPTUAL
613. Dapat dihubungkan dengan : imaturitas sistem neurosensori, perubahan rangsangan
lingkungan, efek – efek terapi.
614. Kemungkinan dibuktikan oleh : perubahan pada respon terhadap rangsangan, apatis,
iritabilitas, perubahan tengangan otot, ukuran berubah pada ketajaman sensorium.
615. Hasil yang diharapkan neonatal akan : berespon dengan tepat pada rangsangan khusus
usia. Bebas dari tanda kelebihan sensori. Mendemonstrasikan respon yang diharapkan pada
rangsangan visual, bebas dari tanda – tanda retinopati prematuritas (ROP)
616. TINDAKAN / INTERVENSI
617. Mandiri
618. 1. Berikan perawat primer untuk setiap shift. ( tugas perawat primer per bayi untuk
memberikan informasi pada orang tua)
619. Rasional : meningkatkan kontinuitas perawatan dan mengikuti program perkembangan.
Meningkatkan pengenalan perubahan perilaku dan kondisi bayi yang tidak kentara. Adanya
seorang perawat yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi membantu untuk
menurunkan kejadian informasi dan kesalahan pemahaman orang tua.
620. 2. Sering ganti popok bayi ( khususnya bila bayi mendapat SPAP nasal atau selang
endotrakeal)
621. Rasional : memberikan rangsangan kinesthesia. Bayi imatur secara neuromuscular tidak
mampu mengubah posisi sendiri atau bergerak dalam isolette.
622. 3. Berikan sentuhan lembut dan perhatian, khususnya pada waktu pemberian maka,
kenalkan tekstur (spatel lidah, waslap) bila tepat.
623. Rasional : memberikan rangsangan taktil, yang berkenaan dengan penambahan berat
badan dan khususnya penting bila bayi 40 minggu pascakonsepsi atau lebih.
624. 4. Bicara atau bernyanyi pada bayi, panggil nam, mainkan music lembut dalam ruang
perawatan, atau mainan suara orang tua yang direkam tipe.
625. Rasional : memberikan rangsangan auditorius, permainan, tape suara orang tua dapat
meningkatkan pengenalan bayi terhadap mereka.
626. 5. Gendong bayi setinggi wajah, memungkinkan kontak mata. Memberikan linea
berwarna, dan mengganti desain atau gambar pada sisi incubator, dan manganjurkan orang
tua untuk membuat bentuk dari kertas dan talai yang bergerak segera setelah bayi
mencapai usia pasca konsepsi 40 tahun.
627. Rasional : rangsangan visual paling baik diberikan dengan objek yang ditempatkan pada
7-9 inci dari wajah. Wajah hitam dan putih dan desain checkerboard meningkatkan
perhatian visual, bayi menjadi terbiasa pada rangsangan yang tidak berubah. Melibatkan
orang tua dalam kreasi rangsangan bayi membantu menjamin bahwa proses berlanjut
setelah pulang.
628. 6. Gendong bayi pada posisi ventral
629. Rasional : merangsang orientasi visual.
630. 7. Kaji bayi terhadap tanda – tanda fisiologis dari kelebihan beban sensori
631. Rasional : rangsangan berlebihan dapt mengakibatkan perubahan fisiologis.
632. 8. Minimalkan rangsangan interaksi social selain dari yang secara langsung
berhubungan dengan pemberian makan bila bayi menunjukkan tanda – tanda kelebihan
beban sensori. Kurangi rangsangan sebelum pemberian makan.
633. Rasional : rangsangan berlebihan dapat mengganggu pemberian makanan, sehingga
rangsangan yang diperlukan harus doberikan antara pemberian makan. Rangsangan
berlebihan sebelum pemberian makan dapat mempengaruhi penghisapan dan motilitas GI
secara negative dan dapat menyebabkan muntah.
634. 9. Rencanakan aktivitas untuk memungkinkan periode tidur. Cegah perubahan posisi
tiba – tiba atau kebisingan, dan menurunkan sinar secara intermiten dengan menutup
incubator dengan handuk atau dengan menurunkan lampu ruangan.
635. Rasional : membantu melindungi bayi dari rangsangan berlebihan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan keadaan fisiologis secara negative; meningkatkan rasa
terhadaap siklus siang – malam pada bayi.
636. 10. Buka penutup mata secara berkala bila bayi menerima fototerapi.
637. Rasional : tameng pelindung mata diperlukan pada fototerapi yang dengan berat
menurunkan kesempatan rangsangan visual.
638. 11. Kaji respon bayi terhadap rangsangan. Buat pola individual dari intervensi yang
berdasarkan pada usia perkembangan dan kebutuhan bayi.
639. Rasional : masing – masing bayi berespon secara unik pada pola intervensi berdasarkan
pada kebutuhan individual.
640. 12. Timbang berat badab bayinsetiap hari. Perhatikan frekuansi pemberian makan dan
masukan serta frekuensi defekasi.
641. Rasional : rangsangan vagal yang dihasilakan oleh rangsangan taktil dan kinestasis yang
tepat menaikkan penambahan berat badan, meningkatkan persiktaktil dan pengeluaran
produk sisa, menurunkan retensi lambung, dan meningkatkan aktivitas pemberian makan.
642. 13. Ukur lingkar kepala.
643. Rasional : korteks serebral dianggap meningkat pada berat badab dalam berespon
terhadap rangsangan pada lingkungan, dan peningkatan ini, yang berlanjut pada periode
pascanatal lanjut, dapat meningkatkan perkembangan kognitif dan intelektual.
644. 14. Perhatikan faktor – faktor fisiko berat badan lahir, kondisi yang menyrtai, dan terapi
yang berhubungan
645. Rasional : retinopati prematuria tidak lagi diyakini merupakan akibat tersendiri dari
terapi oksigen tingkat lama. Imaturitas, adanya beberapa anomaly congenital, dan berbagai
terapi membuat bayi beresiko.
646. 15. Berikan informasi pada orangtua mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
/respon individu bayi.
647. Rasional : menurunkan ansietas berkenanan dengan ketidaktahuan, meningkatkan
koping dan kemempuan pemecahan masalah. Menyadari bahwa bayi yang mengalami
kerusakan visual mungkin tidak mengenal atau menunjukkan perasaan dengan perubahan
ekspresi wajah mendorong orang tua untuk mengamati bahasa tubuh yang menunjukkan
ekspresi diri yang dengan cara demikian menguatkan ikatan kedekatan.
648. 16. Berikan peningkatan penggunaan rangsngan auditorius dan taktil.
649. Rasional : memperttahankan rangsangan dini adekuat dan tepat dapat membatasi
masalah kongnitif dan emosional masa datang berhubungan dengan isu – isu lingkungan
temasuk kekurangan rangsangan dan respon orang tua terlalu melindungi.
650. 17. Berikan tempat tidur yang tidak rata / air bila diindikasikan
651. Rasional : bayi praterm yang kurangdari gestasi 34 minggu telah menunjukkan
peningkatan ukuran kepala dan diameter bipariental dengan rangsangan bentuk ini.
652. 18. Pantau terapi oksigen dengan ketat,sesuai kadar dan pembatasan durasi dengan
tepat
653. Rasional : membantu mencegah atau membatasi perkembangan retinopati prematuria.
654. 19. Periksakan fundus oftalmoskopik indirek
655. Rasional : menganjurkan untuk senua bayi yang kurang dari gestasi minggu ke 36 atau
dibawah 2000g dan menerima terapi oksigen. Biasanya dilakukan antara usia minggu ke 4
dan minggu ke-8 dan diulang sesuai indikasi untuk diagnosis/memantau kemajuan
retinopati prematuria dan menentukan kebutuhan terapi.
656. 20. Terapi laser atau krioterapi
657. Rasional : mungkin bermanfaat dalam membatsi efek – efek merugikan berkanaan
dalam tahap akut dari retinopati prematurias dengan obliterasi pembentukan pembuluh
baru, penurunan traksi pada retina dan pelepasan selanjutnya.
658. L. KOPING, INDIVIDUAL, TIDAK EFEKTIF
659. Dapat dihubungkan dengan : imaturitas dan kerusakan SSP ( ambang rendah untuk
rangsangan dan stress nyeri), kemampuan organisasi yang buruk, keterbatasan kemampuan
untuk menguntrol lingkungan.
660. Kemungkinan dibuktikan : diisorganisasi aktivitas motorik dan siklus bangun – tibur,
iritabilitas, ketidakmampuan menyampaikan isyarat tapat pada pemberian perawatan
sehingga stressor dapat dikurangi atau dihilangkan.
661. Hasil yang diharapkan neonatal akan : meminimalkan/ menurunkan isyarat perilaku
yang menandakan stress. Mkemajuan dengan tepat, sesui pola individu dalam pertumbuhan
dan perkembangan.
662. TINDAKAN/INTERVENSI
663. Mandiri:
664. 1. Berikan perawatn primer kapan pun mungkin.
665. Rasional : perawatn yang konsisten dan dapat diperkirakan memungkinkan bayi
mengembangkan ras percaya pada pemberi perawatan, lingkunagan, dan diri sendiri serta
memudahkankoping. Pemberian perawatan yang banyak membinggungkan bayi,
meningkatkan distress selama makan, menyebabkan irribilitas dan mengganggu perhatian
visual.
666. 2. Kaji bayi terhadap isyarat perilaku yang menandakan stress, perhatikan faktor –
faktor penyebab dan hilangkan atau kurangi stressor bila mungkin.
667. Rasional : pengenalan dengan perilaku respon lazim dan sifat kepribadian bayi perlu
untuk mengidentifikasi perubahan yang tidak nyata yang menandakan stress dan perlunya
intervensi untuk menurunkan sters ini.
668. 3. Buat suasana seperti didalam uterus bilamana mungkin menutupi isolette untuk
periode lama dan menghidupkan bunyi – bunyian rekaman plasenta atau bunyi jantung
maternal.
669. 4. Memberikan lingkungan gelap, tenag, menurunkan stress, meningkatkan adaptasi,
dan didapati berhubungan secara positif dengan penambahan berat badan, penyapihan dini
dari oksigen atau ventilator dan pulang lebih dini.
670. Rasional : rekaman bunyi ibu cebderung menurunkan atau menghilangkan persepsi bayi
tentang kebisingan dari isolette.
671. 5. Ubah posisi bayi dengan menggunakan gulungan popok yanh ditempatkan pada
punggung dan bagian depan bila bayi pada posisi miring atau pada sisinya bayi dapat
mentoleransi posisi tengkurap.
672. Rasional : imaturitas neuromuscular dapat merusak kemampuan bayi untuk mencari
posisi yang nyaman atau menghilangkan stress dari perubahan posisi. Sulungan popok di
sekitar bayi memberikan rasa aman dan mempunyai efek menenangkan. Posisi telungkup
meningkatkan tidur dan relaksasi optimal.
673. 6. Tutup bagian atas penyebar hangat dengan penutup plastic, bila dibutuhkan.
674. Rasional : menurunkan stress lingkungan aliran dari udara, yang mengejutkan bayi saat
petugas bergerak melewati penghangat.
675. 7. Berikan orang tua informasi tentang isyarat perilaku bayi dan respon terhadap
stressor.
676. Rasional : orang tua harus meningkatkan keterampilan dalam pengenalan isyarat bayi
yang tidak nyata menandakan stress sehingga mereka dapat secara efektif memberikan
intervensi untuk meminimalkan stress dan memudahkan adaptasi positif bayi terhadap
kehidupan akstrauterus.
677.
678.
C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

BAB XI PENUTUP

A. Evaluasi Kegiatan Belajar…


B. Umpan Balik
C. Tindak Lanjut
D. Kunci jawaban
DAFTAR PUSTAKA

GLOSARIUM .

You might also like