Professional Documents
Culture Documents
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata ajar ini menguraikan tentang konsep dasar keperawatan anak. Proses pembelajaran
dilakukan menggunakan metode kuliah, diskusi, penelaahan kasus, penugasan secara
perorangan serta pengalaman belajar praktik klinik dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak.
D. Pokok Bahasan
1. Konsep dasar keperawatan anak
2. Konsep anak sehat pertumbuhan, perkembangan anak dan memahami konsep
perkembangan keluarga
3. System perlindungan anak di Indonesia (konsep bermain pada anak)
4. Konsep tindakan khusus pada anak sehat
5. Konsep asuhan keperawatan pada anak sakit (konsep hospitalisasi)
6. Konsep komunikasi pada anak keluarga
7. Konsep menejemen terpadu balita sakit (MTBS)
8. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada neonatal
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan prematuritas
b. Asuhan keperawatan pada anak dengan BBLR
c. Asuhan keperawatan pada anak dengan RDS
d. Asuhan keperawatan pada anak dengan asphyxia
e. Asuhan keperawatan pada anak dengan hyperbilirubinemia
f. Asuhan keperawatan pada anak dengan broncomalasia
9. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem respirasi
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan ISPA
b. Asuhan keperawatan pada anak dengan pneumonia
c. Asuhan keperawatan pada anak dengan TBC pada anak
d. Asuhan keperawatan pada anak dengan asma
10. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem kardiovaskuler
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan CHD
b. Asuhan keperawatan pada anak dengan PDA/ASD/VSD
11. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem neurologis
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam
b. Asuhan keperawatan pada anak dengan hidrocepalus
c. Asuhan keperawatan pada anak dengan meningitis
d. Asuhan keperawatan pada anak dengan enchephalitis
12. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem degastive
a. Asuhan keperawatn pada anak dengan diare
b. Asuhan keperawatn pada anak dengan demam thypoid
13. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
gizi
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan obesitas
b. Asuhan keperawatan pada anak dengan marasmus dan kwashiorkor.
14. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem perkemihan.
a. Asuhan keperawatan anak dengan nefrotik syndrome
b. Asuhan keperawatan anak dengan GNA
15. Konsep patofisiologi dan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
system hematologi
a. Asuhan keperawatan pada anak dengan Thalasemia
b. Asuhan keperawatan pada anak dengan anemia
c. Asuhan keperawatan pada anak dengan ITP
d. Asuhan keperawatan pada anak dengan Leukimia
16. Konsep family centere care dalam perawatan anak
17. Intervensi keperawatan pada bayi dan anak
BAB II MATERI POKOK I
A. Indikator Keberhasilan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep dasar keperawatan anak
B. Uraian Materi
1. Perspektif perawatan anak
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami
bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga ( family
center care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care )
1. Bayi : 0 – 1 th
2. Toddler : 1 – 2,5 th
4. Sekolah : 5 – 11 th
5. Remaja : 11 – 18 th
Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik,
mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau cacad.
Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap waktu
kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil interaksi yang
terjadi dengan kekuatan yang mengganggunya
c. Lingkungan
d. Keperawatan
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan sasaran
dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik yang memiliki
kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga untuk
mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan kesejahteran dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan moral ( etik ) & aspek
hukum ( legal )
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan
daninfo rmasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent)
atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai
advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang
prosedur operasi yang akan di lakukan sebelum pasien melakukan operasi.
c. Pendidik
d. Konseling
e. Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya
mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat
terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian
dan ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan kesehatan. Sebagai
contoh, perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat
pada anak dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk
menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang
menderita infeksi
f. Peneliti
E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
BAB III MATERI POKOK 2
A. Indikator Keberhasilan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang konsep anak sehat pertumbuhan,
perkembangan anak dan memahami konsep perkembangan keluarga
B. Uraian Materi
1. Tumbuh kembang anak
a) Segala upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan tumbang anak baik
fisik, mental, dan social
b) Menegakkan diagnosis dini pada setiap kelainan tumbang dan
kemungkinan penanganan yang efektif
2. Pengertian tumbuh kembang anak
Pertumbuhan :
perubahan fisik
peningkatan jumlah sel
ukuran
kuantitatif
tinggi badan, berat badan, ukuran tulang, gigi
pola bervariasi
Perkembangan :
kualitatif
maturation
sistematis, progresif dan berkesinambungan
ketangkasan meningkat
melompat tali
bermain sepeda
memperlihatkan tempertantrum
Implikasi keperawatan : memberikan waktu dan energi agar anak dapat mengejar hoby
dan aktivitas sekolah. Mengakui dan mendukung prestasi anak.
Berbicara lama di telepon, suasana hati berubah-ubah (emosi labil), kesukaan seksual
mulai terlihat
hubungan anak-orang tua mencapai titik terendah, mulai melepaskan diri dari orang tua
Pada akhir masa remaja : mencapai maturitas fisik, mengejar karir, identitas seksual
terbentuk, lebih nyaman dengan diri sendiri, kelompok sebaya kurang begitu penting,
emosi lebih terkontrol, membentuk hubungan yang menetap.
C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
A. Indikator Keberhasilan
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang system perlindungan anak di
Indonesia (konsep bermain pada anak)
B. Uraian Materi
1. Definisi bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain ,
anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dgn ling, melakukan apa yg
dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara .(Wong, 2000).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadarinya .(Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan.(Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah
“” Kegiatan yang tdk dpt dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari krn
bermain sama dgn berja pada org dewasa, yg dapat menurunkan stres anak,
belajar berkomunikasi dgn ling, menyesuaikan diri dgn ling, belajar mengenal
dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.””
Pada saat melakukan permainan, aktifitas motorik mrpk komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi
otot.
2. Perkembangan intelektual
Anak melakukan ekplorasi dan manipulasi thp segala sesuatu yg ada di ling
sekitarnya, terutama
Pada saat bermain anak akan melatih diri dan memecahkan masalah.
3. Perkembangan sosial.
Bermain dgn orla akan membantu anak utk mengembangkan hub sosial dan
belajar memecahkan masalah dari hub tersebut.Anak belajar berinteraksi dgn
teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar ttg nilai sosial yang ada pd
kelompok.
4. Perkembangan kreatifitas
Kemampuan utk menciptakan sesuatu dan mewujudkan ke dlm bentuk objek dan
atau kegiatan yang dilakukannya.
6. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari ling, terutama dari ortu dan guru.
7. Terapi
Pada saat dirawat di RS anak akan mengalami berbagai perasaan yg sangat tidak
menyenangkan, seperti marah,takut,cemas, sedih
dan nyeri, sehinggaanak –anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya dlm
bentuk permainan.
Tujuan Bermain
4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.
Perawat hrs mengetahui dan memberikan jenis permainan yg tepat utk setiap
tahapan pertumb dan perkem anak.
Perawat hrs mengetahui kondisi ana pada saat sakit dan jeli memilihkan
permainan yg dapat dilakukan anak sesuai dgn prisnsip bermain pd anak yg
sedang dirawat di RS.
3. Jenis kelamin
Ling yg cukup luas utk bermain memungkinkan ana mempunyai cukup ruang
utk bermain.
Alat permaianan tidak selalu harus dibeli ditoko dan harus mahal.
4. Klasifikasi bermain
a. Menurut isinya
Sosial affective play : hub interpersonal yg menyenangkan antara anak dgn orla
(EX : ciluk-baa).
Dramatik Role play : anak bermain imajinasi/fantasi (EX : dokter dan perawat).
b. Karakter sosial
Onlooker play : anak hanya mengamati temannya yg sedang bermain, tanpa ada
inisiatif utk ikut berpartisifasi dlm permainan(EX : Congklak).
Solitary play : anak tampak berada dlm klp permaianan, tetapi anak bermain
sendiri dgn alat permainan yg dimilikinya.
Parallel play : anak menggunakan alat permaianan yg sama, tetapi antara satu
anak dgn anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu
dgn lainya tida ada sosialisasi.
Associative play : permeianna ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dgn
anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin
Cooperative play : aturan permainan dlm klp tampak lebih jelas pada permaiann
jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (EX : main sepak bola).
- Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi kurang
(sering merusak mainan)
h. Usia sekolah
- Cooperative play
Negara mengakui anak sebagai pemegang hak dan berhak atas perlindungan,
mempromosikan tanggungjawab dan akuntabilitas negara untuk kesejahteraan
anak. Fokus pada pencegahan kekerasan disumber masalahnya, pengembangan
sistem kesejahteraan yang dilaksanakan oleh negara yang komprehensif (bukan
jejaring kerja/proyek), menjangkau semua anak dan fokus pada keluarga dan
masyarakat.
Kerja kerja berbasis sistem lebih teroganisir dan bersungguh sungguh, dapat
diprediksi, interaktif dan saling terkait satu sama lainnya.
Pencegahan sekunder atau layanan intervensi dini difokuskan pada keluarga dan
anak anak yang beresiko dilakukan dengan mengubah keadaan sebelum perilaku
kekerasan menimbulkan dampak buruk secara nyata terhadap anak anak
misalnya melalui konseling dan mediasi keluarga serta pemberdayaan ekonomi.
Intervensi tersier menangani situasi dimana anak sudah dalam keadaan krisis
sebagai akibat kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi, penelantaran, atau
tindakan-tindakan buruk lainnya. Oleh karena itu, intervensi ini bertujuan untuk
membebaskan anak-anak dari dampak buruk atau, jika dianggap layak,
melakukan pengawasan terstruktur dan memberikan layanan dukungan.
Mekanisme pencegahan dianggap lebih dibandingkan tepat dibandingkan
intervensi tersier atau reaktif.
Semua rangkaian sistem baik tertier, sekunder dan primer harus saling
terhubungkan dalam sebuah rangkaian kesatuan perlindungan bagi anak-anak.
Perlindungan Anak Berbasis Masyarakat Sebagai Pendekatan Berbasis
Sistem
Pada pendekatan berbasis sistem lebih mengedepankan porsi terbesar pada
layanan primer (kampanye kesadaran, pendidikan, media, dll). Dimana, hal ini
lebih banyak dilakukan diranah masyarakat hingga menyentuh wilayah keluarga
dan anak secara langsung. Anak dan keluargalah menjadi sasaran utama dalam
layanan berbasis sistem ini.
Sebagian KPAD/KPAK yang tebentuk saat ini sudah menjadi bagian dalam
struktur layanan perlindungan anak di Kecamatan/Kabupaten, yang merupakan
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam layanan perlindungan anak dari
Desa/Kelurahan – Kecamatan dan Kabupaten.
Menilik peran dan fungsi KPAD dengan lebih mengedepankan pada
pencegahan, sangatlah bersinergi pada pendekatan perlindungan anak masa kini
dan merupakan bentuk nyata dari sebuah pendekatan yang berbasis sistem yang
langsung menyentuh ranah anak dan keluarga.
C. Latihan
D. Rangkuman
Indonesia menghadapi masalah serius terkait dengan hak dan kesejahteraan anak-
anak. Hampir setengah dari anak-anak Indonesia berusia antara 13 dan 18 tahun
putus sekolah; hampir tiga juta anak terlibat dalam perburuhan anak berpotensi
berbahaya, dan sekitar 2,5 juta anak Indonesia menjadi korban kekerasan setiap
tahun. Lebih dari 80% anak-anak sedang menjalani proses peradilan berakhir di
belakang bar dan jumlah yang lebih besar adalah tanpa bantuan hukum. Statistik ini
menggarisbawahi kebutuhan untuk mengintensifkan dan memperkuat upaya saat ini
untuk meningkatkan perlindungan anak di Indonesia. 2008 review dari Pemerintah
Program Negara Indonesia dan UNICEF Kerjasama menyoroti hubungan antara
kebutuhan untuk meningkatkan perlindungan anak dan pengembangan ekonomi
nasional yang adil dan berkelanjutan.
E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
BAB V MATERI POKOK 4
C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
2.4.4 Adolesence
Remaja membutuhkan energi untuk kebutuhan mereka dan didalam makanannya
membutuhkan susu, daging, sayuran hijau dan kuning. Orang tua dianjurkan memberikan
sayur dan buah.
Sekitar 65% dari bobot tubuh adalah air. Air ini merupakan unsur paling penting
diantara semua nutrien dan terdapat baik dalam makanan padat maupun dalam
minuman. Sejumlah kecil air dihasilkan oleh metabolisme. Air merupakan media
tempat semua proses metabolisme berlangsung. Kehilangan air terjadi melalui udara
pernapasan disamping itu lewat keringat, urine dan feses. Manusia dapat hidup
berminggu-minggu tanpa makanan, namun tanpa air hidupnya hanya beberapa hari
saja (Mery E. Beck, 2000).
2.3.2 Protein
Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial. Terdapat dua jenis
protein, yaitu:
1) Protein hewani: yang didapat dari daging hewan.
2) Protein nabati: yang didapat dari tumbuh-tumbuhan.
Nilai gizi protein hewani lebih besar dari pada protein nabati dan lebih mudah diserap
oleh tubuh. Walaupun demikian, kombinasi penggunaan protein hewani dan protein
nabati sangat dianjurkan dalam pemenuhan protein yang seimbang (Yupi Supartini,
2004).
Fungsi protein merupakan konstituen penting bagi semua jaringan tubuh, yaitu:
1. Protein menggantikan protein yang hilang selama proses metabolisme yang normal
dan proses pengauasan yang normal. Protein akan hilang dalam pembentukan
rambut serta kuku, dan sebagai sel-sel mati yanfg lepas dari permukaan kulit serta
traktus alimentarius, dan dan dalam sekresi pencernaan.
2. Protein menghasilkan jaringan yang baru. Jaringan baru terbentuk selama masa
pertumbuhan, kesembuhan dari cidera, kehamilan dan laktasi.
3. Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang barudengan fungsi
khusus didalam tubuh, yaitu: sebagai enzim, hormone dan hemoglobin.
4. Protein dapat dipakai sebagai sumber energi. (Mary E. Beck, 2000)
2.3.3 Lemak
Pada dasarnya, lemak tidak banyak dibutuhkan dalam jumlah besar kecuali lemak
esensial, yaitu asam linoleat dan asam arakidonat. Pada anak usia bayi sampai kurang
lebih 3 bulan, lemak merupakan sumber gliserida dan kolesterol yang tidak dapat
dibuat dari karbohidrat. Lemak berfungsi untuk mempermudah absorsi vitamin yang
larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K (Yupi Supartini, 2004).
Fungsi dari lemak, sebagai berikut (Mery E. Beck, 2000):
1. Sumber energi, lemak dioksidasi di dalam tubuh untuk memberikan energi bagi
aktivitas jaringan dan guna mempertahankan suhu tubuh.
2. Ikut serta membangun jaringan tubuh. Sebagian lemak masuk ke dalam sel-sel
tubuh dan merupakan bagian esensial dari strutur sel tersebut.
3. Perlindungan. Endapan jaringan lemak di sekitar organ tubuh yang penting akan
mempertahankan organ tubuh dalam posisinya dan melindunginya terhadap cedera.
4. Penyekat (isolasi). Jaringan lemak subkutan akan mencegah kehilangan panas dari
tubuh.
5. Perasaan kenyang. Adanya lemak di dalam chime ketika lewat dalam duodenum
mengakibatkan penghambatan peristaltik lambung dan sekresi asam, sehingga
menunda waktu pengosongan lambung dan mencegah timbulnya rasa lapar.
6. Vitamin larut dalam lemak. Membantu proses penyerapan dari dalam usus dan
melarutkan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak.
2.3.4 Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber tenaga pada anak. Bayi yang baru mendapat asupan
makanan dari ASI akan mendapatkan 40% kalori dari laktosa yang dikandung dalam
ASI. Pada anak yang lebih besar yang sudah mendapatkan makanan yang banyak
mengandung tepung, seperti bubur susu, sereal, nasi tim, atau nasi. Apabila tidak
mendapatkan asupan karbohidrat yang memadai untuk menghasilkan energi, tubuh
akan memecah protein dan lemak cadangan dalam tubuh (Yupi Supartini, 2004).
Dibawah ini kebutuhan kalori untuk bayi dan anak (Marlow, D.R dan Reeding, B.A,
1988):
Cal/kg
Berat Permukaan
No. Usia
badan (kg) tubuh (m2)
(kg)
1 Neonatus 2,5-4 0,2-0,23 50
2 1 minggu-6 bulan 3-8 0,23-0,35 60-70
3 6 bulan-12 bulan 8-12 0,35-0,45 50-60
4 12 bulan-24 bulan 10-15 0,45-0,55 45-50
5 2 tahun-5 tahun 15-20 0,6-0,7 45
6 6 tahun-10 tahun 20-35 0,7-1,1 40-45
7 11 tahun-15 tahun 30-60 1,5-1,7 25-40
8 Dewasa 70 1,75 15-20
Fungsi karbohidrat dioksidasi di dalam tubuh agar menghasilkan panas dan energi bagi
segala bentuk aktivitas tubuh.
2.3.5 Vitamin
Vitamin adalah sejumlah zat yang terdapat dalam makanan, yang berfungsi untuk
mempertahankan fungsi tubuh (Marlow, D.R dan Reeding, B.A, 1988). Vitamin
terbagi dalam dua bagian besar, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang
larut dalam lemak:
1) Vitamin yang larut dalam air
Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B dan C yang tidak disimpan dalam
tubuh, melainkan harus dikonsumsi melalui makanan tertentu. Vitamin B mencakup
vitamin B1, B2 dan B12. Berikut ini adalah fungsi-fungsi dari vitamin tersebut:
B1 atau tiamin diperlukan tubuh untuk metabolisme karbohidrat dalam
pembentukan energi (sebagai koenzim). Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan
tubuh cepat merasa lelah, kurang nafsu makan, kerusakan pembuluh darah dan sel
saraf.
B2 atau riboflavin penting dalam metabolisme karbohidrat, asam amino, dan asam
lemak yaitu sebagai koenzim dari flavin enzim. Kekurangan vitamin ini akan
menyebabkan tubuh merasa lelah sehingga kurang aktif dalam bekerjaserta dapat
mengurangi ketajaman penglihatan.
B12: kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan anemia
2.3.6 Mineral
Unsur-unsur mineral terdapat di dalam jaringan tulang, gigi dan protein. Mineral
merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting
dalam pengendalian komposisi cairan tubuh. Unsur-unsur mineral di dalam tubuh
kurang lebih 3% dari keseluruhan bobot tubuh. Sejumlah mineral yang terlibat dalam
pelbagai proses tubuh: kalsium, fosfor, kalium/potassium, sulfur/belerang,
natrium/sodium, klor, besi fluor, tembaga, seng, yodium, kobalt, mangan, magnesium,
kromium dan selenium.
Fungsi mineral dalam tubuh ada 3, yaitu:
1. Mineral merupakan konstituen tulang dan gigi, yang memberikan kekuatan serta
rigiditas kepada jaringan tersebut, misalnya: kalsium, fosfor dan magnesium.
2. Mineral membentuk garam-garam yang dapat larut dan dengan demikian
mengendalikan komposisi cairan tubuh.
3. Mineral turut membangun enzim dan protein. (Mery E. Beck, 2000).
C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
2. Tujuan komunikasi
Menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan perilaku.
Pertukaran informasi dan penyampaian makna suatu system social.
3. Tahapan komunikasi dengan anak
Masa Bayi
Bayi < 6 bln perilaku mengerak-gerakkan tangan, kaki, menendang merupakan tingkah laku untuk
menarik perhatian ð menepuk tubuhnya.
Bayi > 6 bln berpusat pada diri dan ibunya ð merasa takut terhadap orang asing (stranger anxiety)
Anak usia kurang 5 thn
Sangat egosentris ð hanya meliht sesuatu berpusat pada dirinya (komunikasi berpusat pada dirinya)
Takut terhdp ketidaktahuan ð beritahu apa yang akan terjadi pada dirinya,bagaimana mereka
merasakannya, beri kesempatan untuk memegang alat yang akan menyentuh anak.
Belum fasih berbicara ð Gunakan kata-kata simpel,singkat yang dikenal; beri pujian untuk hal-hal
yang dicapai
Pandangan mata sejajar ð jongkok, duduk di kursi, berlutut
Usia Sekolah
Bila menemui masalah hanya percaya terhdp apa yang dilihat dan yang mereka ketahui tanpa
memerlukan penjelsan secara mendalam. Anak tertarik pada aspek fungsional dara semua
prosedur,objek dan aktifitas ð Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan
Sangat memperhatikan keutuhan tubuhnya,oleh karena itu mereka peka terhdp sesuatu yang
mengancam atau menyakiti tubuhnya ð beri pendekatan positif
Sudah mampu berfikir secara konkrit ð komunikasi mudah, beri contoh ð suntik pada boneka
Menghindari berkomunikasi langsung dengan melibatkan orangtua secara langsung yang berada
di sampingnya.Selain itu dapat digunakan dengan mengomentari tentang mainan, baju yang
sedang dipakainya serta lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
1. Bercerita
Dengan cara ini, pesan yang akan disampaikan dengan mudah dapat diterima oleh anak
mengingat anak sangat suka dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai
dengan pesan yang disampikan yang dapat diekspresikan melalui tulisan atau gambar.
1. Memfasilitasi
Dalam memfasilitasi, kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan,
tetapi anak harsanak harus diberikan respon terhadap pesan yang disampaikan melalui
mendengarkan dengan penuh perhatian.
1. Biblioterapi
Pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan. Dengan
menceritakan isi buku atau majalah sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada anak.
Meminta anak untuk menyebutkan keinginan sehingga dapat diketahui berbagai keluhan yang
didapatkan dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu.
Mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan positif dan negatif sesuai dengan pendapat
anak.
1. Penggunaan skala
Penggunan skala atau peringkat ini dapat digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak,cemas,sedih dan lain-lain dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaannya.
1. Menulis
Melalui tehnik ini anak dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau
yang lainnyadan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam.
1. Menggambar
Menggambar juga dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel marah
biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya apabila
ditanyakan tentang maksud dari gambarnya.
10. Bermain
Merupakan alat efektif dalam membantu anak untuk berkomunukasi, hubungan interpersonal
antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.
Pengetahuan
Sikap
Sistem Sosial
Saluran
Lingkungan
3. Hipotermi:
Ringan
Sedang
a. Hangatkan tubuh bayi. Namun bila setelah 2 jam suhu tetap
rendah maka rujuk segera
b. Pertahankan gula darah pada kadar normal
c. Jangan mandikan bayi selama suhu tubuhnya rendah
Berat:
a. Hangatkan tubuh bayi. Bila suhu tetap tidak naik, maka
rujuk segera
b. Pertahankan agar gula darah tetap pada batas normal
c. Lakukan rujukan
C. Latihan
D. Rangkuman
E. Evaluasi
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
BAB X MATERI POKOK 9
BAB XI PENUTUP
GLOSARIUM .