You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
karena tanpa kesehatan manusia sulit untuk menjalankan aktivitas. Menurut
Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah suatu
keadaan sehat, baik secara fisik,mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup untuk produktif secara sosial dan
ekonomis. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa, kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja, secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi pada
komunitasnya.
Sedangkan menurut American Nurses Association (ANA) tentang
keperawatan jiwa, keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek
keperawatan yang menggunakan ilmu dan tingkah laku manusia sebagai dasar
dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan,
mempertahankan, serta memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan
mental masyarakat dimana klien berada. Selain keterampilan teknik dan alat
klinik, perawat juga berfokus pada proses terapeutik menggunakan diri
sendiri/use self therapeutic. (Kusumawati F dan Hartono Y, 2010).
Manifestasi dari bentuk gangguan jiwa yaitu penyimpangan perilaku emosi
dalam bertingkah laku, hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi
kejiwaan (Nasir & Muhith, 2011).
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1.7 per mil.
Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali
dan Jawa Tengah. Proporsi Rumah Tangga (RT) yang pernah memasung
Anggota Rumah Tangga (ART) gangguan jiwa berat 14,3 % dan terbanyak
pada penduduk yang tinggal di pedesaan (18,2%), serta pada kelompok yang

1
2

penduduk dengan kuintal indeks kepemilihan terbawah (19,5%). Prevalensi


gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 %. Provinsi dengan
prevalensi gangguan 3 mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Di Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur
(Kemenkes RI, 2013)
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan jiwa di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan, meliputi:
a. Pengkajian
Melakukan pengkajian mencakup aspek biologis, psikologis, sosial,
kultural dan spiritual secara fokus pada klien dengan isolasi sosial
menarik diri
b. Diagnosa
Merumuskan daftar masalah keperawatan kemudian menetapkan
prioritas diagnosa keperawatan tunggal pada klien dengan isolasi
sosial menarik diri.
c. Perencanaan
Menggunakan paket SP sebagai acuan untuk membuat rencana
keperawatan jiwa diagnosa tunggal pada klien dengan isolasi sosial
menarik diri.
C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah keperawatan jiwa ini, penulis menggunakan
metode deskriptif, yaitu metode ilmiah dengan pendekatan studi kasus dan
teknik pengumpulan data melalui wawancara terhadap klien dan keluarga
klien, observasi klien secara langsung dan studi keperawatan.
3

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain atau menghindari hubungan dengan orang lain.
Menurut Townsend M.C. (1998), menarik diri merupakan suatu
keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain. Sedangkan menurut
Depkes RI (1989), penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu
tindakan melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya terhadap
lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau
menetap. Jadi, menarik diri adalah keadaan dimana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan dan menghindari
interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat
sementara atau menetap.
Jadi, isolasi sosial Menarik diri adalah suatu keadaan kesepian yang
dialami seseorang karena merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan
pasien tidak mampu berinteraksi untuk membina hubungan yang
berarti dengan orang lain di sekitarnya
B. Rentang Respon Sosial
Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang
respon yang adaptif sampai dengan maladaptif. Respon adaptif
merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
kebudayaan yang secara umum berlaku. Sedangkan respon maladaptif
merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah yang kurang dapat diterima oleh norma sosial dan budaya
setempat. Respon sosial yang maladaptif yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari adalah menarik diri, tergantung (dependen),
manipulasi, curiga, gangguan komunikasi, dan kesepian (Townsend
M.C., 1998)
4

You might also like