Professional Documents
Culture Documents
1. PENDAHULUAN
1.1 Permasalahan
Konflik merupakan interaksi dari beberapa keinginan dan tujuan yang berbeda serta
berlawanan yang didalamnya terjadi perselisihan, akan tetapi tidak secara pasti diselesaikan.
Konflik merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih yang memiliki atau tidak sejalan
Setiap konflik yang terjadi dalam masyarakat akan membawa dampak, baik dampak secara
langsung maupun tidak langsung. Dampak Secara Langsung yang dirasakan oleh pihak-
pihak yang terlibat dalam konflik. Adapun dampak secara langsung adalah sebagai berikut.
Menimbulkan keretakan hubungan antar individu atau kelompok dengan individu atau
kelompok lainnya, adanya perubahan kepribadian seseorang, seperti selalu muncul rasa
curiga, rasa benci, dan akhirnya bisa berubah menjadi tindak kekerasan, hancurnya harta
benda dan korban jiwa, jika konflik tersebut berubah menjadi tindakan kekerasan,Kemiskinan
bertambah akibat tidak kondusifnya keamanan. Dampak Tidak Langsung , yang merupakan
dampak yang dirasakan oleh pihak-pihak yang tidak terlibat langsung dalam sebuah konflik
ataupun dampak jangka panjang dari suatu konflik yang tidak secara langsung dirasakan oleh
Penggunaan kekerasan dalam penyelesaian konflik telah lama terjadi dalam masyarakat
Indonesia, misalnya ‘tindak main hakim sendiri’ (mob justice), konflik antara suku dan etnik,
perkelahian antara kampung dan geng, dan budaya kekerasan dalam rumah tangga. Konflik
seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat awam, kalangan pelajar juga banyak
1
berkonflik yang disertai tindakan agresif (Ariyanto 1992).
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan,
dan lain sebagainya. Terjadinya konflik dalam setiap pelajar merupakan sesuatu hal yang
tidak dapat dihindarkan. Hal ini terjadi karena di satu sisi orang-orang yang terlibat dalam
komunitas tersebut mempunyai karakter, tujuan, visi, maupun gaya yang berbeda-beda.
Jika konflik telah terjadi dan biasanya membawa dampak yang tidak di inginkan
bahkan sampai terbawah kearah kekerasan, maka di butuhkan cara penyelesaian dari konflik
secara umum agar tidak terjadi berlarut – larut, bentuk yang paling sering digunakan dalam
prososial, dan dapat menghindari sebagai korban dari tindak kekerasan (Johnson & Johnson
Namun demikian, menurut Theberge & Karan (2004) program penyelesaian konflik yang
diajarkan di sekolah tidak banyak dipraktikkan oleh siswa. Menurutnya, hanya 8% pelajar
temannya dalam menyelesaikan konflik. Dengan demikian, untuk penyelesaian konflik antar
siswa di sekolah diperlukan model yang lebih diterima oleh siswa , mudah diterapkan, dan
2
efektif bagi penyelesaian konfliknya (den van Akker 1999; Nieveen 1999).
Pada dasarnya, siswa yang mengalami konflik perlu ditolong dengan metode yang
sesuai sehingga mereka dapat menyelesaikannya secara tepat, iaitu menyelesaikannya secara
yang diharapkan oleh sebahagian besar pimpinan sekolah bahwa penyelesaian konflik antar
siswa dapat dilakukan melalui konseling sehingga lebih efektif dalam mencegah terjadinya
peningkatan konflik, peningkatan rasa damai di sekolah, serta penyelesaian konflik secara
lebih cepat.
konseling yang dapat digunakan untuk menyelesaikan kasus konflik antar siswa di suatu
sekolah.Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengembangkan model konseling
1.2 Tujuan
menyelesaikan konflik antar siswa di sekolah. Secara lebih khusus, tujuannya adalah: (1)
konflik antar teman sebaya di kalangan remaja dan (2) Menggunakan Konseling berfokus
3
2. Pembahasan
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli, menurut Taquiri dalam
Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh
kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing –
masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan
ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya
konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada.
Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik
Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada
1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya
dengan stres.
Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih
pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh
perbedaan tujuan.
4
Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar
dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan
adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok
dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian
menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan,
Konflik senantiasa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin
1993:341).
Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak
dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda-beda (Devito,
1995:381).
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat
menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial,
berbeda.
5
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan
pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
a. Koersi.
Adalah pemaksaan kehendak dari yang lebih kuat memaksa kehendak kepada yang
b. Kompromi.
senjata.
c. Perwasitan (arbitration).
sepakat untuk menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan keputusan-
6
Sebagai contoh : Penyelesaian permasalahan karyawan dengan pihak perusahaan
d. Konsolidasi (consolidation).
e. Mediasi (mediation).
Yaitu pengendalian konflik dimana kedua belah pihak yang bersengketa bersepakat
f. Toleransi.
Bisa terjadi secara tidak sadar tanpa direncanakan kerana adanya keinginan untuk
g. Adjudikasi.
Yaitu merupakan penyelesaian masalah atau sengketa melalui pengadilan atau jalur
Walter dan Peller berpikir mengenai konseling berfokus solusi sebagai model yang
menerangkan bagaimana orang berubah dan bagaimana mereka dapat meraih tujuan
7
terhambat oleh pikiran negatif. Pikiran berfokus masalah mencegah orang dari
b. Ada keuntungan untuk fokus positif pada solusi dan di masa depan. Jika konseli
konseling singkat
d. Konseli sering mengatakan satu sisi dari diri mereka. SFBC mengajak konseli
kecil adalah semua yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dibawa
konseli ke konseling
yang terbaik untuk membuat perubahan terjadi. Konseli harus mengambil sikap
g. Konseli bisa percaya pada niat mereka untuk menyelesaikan masalah mereka.
Tidak ada solusi yang “benar” untuk masalah spesifik yang dapat diaplikasikan
Pendekatan Solution Focused Brief Therapy (SFBT) atau Konseling singkat berfokus
solusi merupakan konsep pendekatan konseling dan psikoterapi yang dikembangkan oleh
8
Steve de Shazer dan istrinya Insoo Kim Berg. Pengembangan pendekatan ini dilakukan
bersama koleganya di Brief Therapy Center, Milauwkee, Wisconsin pada awal 1980-an.
Pendekatan ini menekankan pada Konseling singkat yang berorietasi pada masa
depan (future focused) serta langsung pada tujuan (goal directed) (de Shazer et al, 2007).
Bill O’Connel (2001) menyebutkan pendekatan ini sebagai bentuk dari konseling singkat
sebagai sumber masalah atau dalam pendekatannya lebih pada membicarakan masalah
pragmatis, SFBT memfokuskan pada kekuatan dan solusi daripada kekurangan dan
masalah (Hoyt, 1994). Bahkan SFBT menantang pemahaman tradisional kolot seperti
Bannink & Jackson (2011) menyatakan bahwa pendekatan ini menekankan pada
membangun solusi sebagai lawan dari penekanan tradisional yang menganalisa mengenai
masalah.
Pendekatan ini memberikan sudut pandang yang lebih positif terhadap manusia yang
meyakini bahwa klien memiliki kekuatan dan mampu menentukan solusinya sendiri.
Asumsi umum pada pendekatan ini mempercayai bahwa seseorang pada dasarnya
memiliki resiliensi yang kuat, dan dapat menggunakan hal tersebut untuk membuat
perubahan (de Shazer et al, 2007). Paradigma positif dalam ruang lingkup psikologi yang
Psychology is not just the study of disease, weakness, and damage; it is also the
study of strength and virtue. Treatment is not just fixing what is wrong; it is also
building what is right. Psychology is not just about illness or health; it is also
9
about work, education, insight, love, growth, and play.’
SFBT. Prinsip-prinsip utama dalam pendekatan SFBT lebih pada “building what is right”
serta meyakini pada “strength and virtue” yang dimiliki seseorang. Sehingga paradigma
yang dibangun oleh konselor terhadap konseli ialah “apa yang mesti ditumbuhkan dan
Kiser, Piercy & Lipchik (Kegley, 2000) mendeskripsikan pendekatan ini sebagai
klien untuk mendapatkan perubahan yang efektif. Hasil akhir dalam pendekatan ini ialah
untuk membangun solusi melalui proses kolaborasi antara konselor dengan klien. Dalam
sebuah solusi dan meninggalkan langkah “talking problem”. Sehingga, dalam setiap
akhir sesi konseling, klien mendapatkan solusi yang mereka tentukan sendiri.
Secara umum, arti dari pendekatan berfokus solusi ini adalah membantu
seseorang menemukan jalan untuk membuat hidupnya seperti apa yang di inginkan
(Ajmal, 2001). Jelas, penekanan utama pendekatan ini bukan pada proses
kekuatan dirinya untuk menuju tujuan yang dikehendaki dalam hidup. Sehingga, melalui
pendekatan ini konseli didorong untuk membangun solusi hidupnya sendiri untuk
pencapaian apa yang akan diraih oleh konseli sebagai hasil dari proses konseling.
10
Tujuan dalam sesi konseling berguna untuk membuat konseli nyaman,
b. Menggunakan kekuatan diri konseli. Pada tahap ini konselor memposisikan pada
d. Miracle Question. Ini merupakan intervensi yang sentral dan khas pada
masalah yang telah mereka selesaikan melalui angka. Konseli diajak untuk
menghitung tingkat masalah mereka dalam bentuk angka. Sehingga mereka sadar
apa yang seharusnya mereka lakukan. Tahap ini dapat membuat konseli aktif
pekerjaan rumah yang mesti dilakukan konseli. Hal ini untuk mengontrol
perubahan yang diraih konseli. Tugas serta percobaan yang konseli akan lakukan
dibuat oleh konseli sendiri sesuai dengan tujuan sesi konseling yang telah
11
ditentukan sebelumnya.
g. Umpan balik. Memberikan umpan balik dalam sesi kepada klien adalah elemen
Umpan balik yang dimaksud dapat berupa penghargaan, ringkasan apa yang
telah terjadi yang memang telah membantu, atau pemberian tugas/cara untuk
kolaboratif antara konselor dengan konseli serta berfous pada pembangunan solusi masa
depan. Dalam proses konseling, ada sebuah pembangunan kerjasama antara konselor dan
konseli yang berkolaborasi kuat. Sehingga, hubungan konselor dan konseli dalam
pendekatan ini bersifat egaliter dan demokratis dimana konseli dapat menentukan
pendekatan SFBT. Pertama, sikap positif, kolegial, dan berfokus solusi. Sikap yang
dimunculkan konselor yakni sikap-sikap positif, penuh respek serta penuh harapan.
Dalam hal ini keyakinan yang ditumbuhkan ialah bahwa setiap manusia memiliki
Kedua, melihat pada solusi sebelumnya. Dimana pendekatan ini meyakini bahwa
seseorang sebenarnya pernah mengatasi permasalahan yang sama dengan sebuah solusi.
Sehingga, solusi yang orang lain atau dirinya pernah lakukan untuk mengatasi
persoalannnya dapat ditinjau kembali untuk dapat dipakai sebagai solusi permasalahan
12
yang tengah dihadapi. Kuncinya, bahwa setiap orang bisa mengatasi masalah, walaupun
hanya sejenak.
masalah, kadang seseorang memikirkan dan bergelut dengan masalahnya. Sehingga, tak
ada jalan keluar atau langkah yang dilakukan untuk keluar dari masalah. Melihat
sebuah pengecualian adalah langkah kecil namun signifikan untuk keluar dari masalah.
Pada saat solusi sebelumnya tak ada, maka pendekatan ini mengarahkan untuk
menyadarkan konseli sebagai alat komunikasi dibanding dengan cara direktif. Kelima,
terfokus pada masa kini dan masa depan. Keenam, penghargaan (compliments).
Penghargaan dalam sesi konseling membantu menjelaskan bahwa apa yang dilakukan
Terakhir, secara perlahan menuju untuk melakukan sesuatu yang lebih dari telah
dilakukan. Disaat konseli memahami bahwa apa yang ia lakukan merupakan hal yang
tepat, maka konseli cenderung akan melakukan yang lebih daripada apa yang
meskipun hanya sedikit. Setelah itu, konseli didorong untuk melakukan yang lebih agar
Model Konseling Berfokus Solusi Konflik antar siswa di Sekolah dapat dilakukan
dalam beberapa tahap yang nantinya akan diperoleh hasil yang menunjukkan adanya solusi
kasus yang timbul akibat dari konflik yang terjadi pada siswa di sekolah, adapun tahapan
13
pada Model Konseling Berfokus Solusi Konflik antar siswa di Sekolah adalah sebagai berikut
:
(1) Konseling Berfokus Solusi untuk mnyelesaikan konflik antar siswa di sekolah untuk
kasus ringan sampai menengah dapat dilakukan sebayak 6 sesi, dimulai dari sesi
pendahuluan hingga sesi penutup.
(2) Pada sesi awal konselor dapat menjalankan Konseling Berfokus Solusi Konflik antar
siswa di Sekolah dengan lebih aktif untuk membangun hubungan baik antara konseli dan
konselor (rapport). Keadaan rileks perlu diciptakan oleh konselor dimulai dari sesi awal
konseling
(3) Pada sesi awal, sebagian besar konseli berperasaan enggan untuk dipertemukan dengan
lawan konfliknya. Mempersiapkan kondisi psikologis konseli dalam menghadapi
negosiasi merupakan perkara yang sangat penting. Tahap pendahuluan yang berfungsi
sebagai tahap mempersiapkan konseli memasuki tahap negosiasi dapat dilakukan dua kali
sesi, hingga konseli benar-benar sedia untuk menjalankan negosiasi secara konstruktif.
(4) Konseli yang belum sanggup mengikuti Konseling berfokus solusi antar siswa hingga
akhir sesi kedua pada dasarnya dapat dilanjutkan dengan intervensi individu sehingga
sedia untuk memasuki sesi negosiasi secara langsung dengan pihak lawan konflik.
(5) Untuk memudahkan proses konseling perlu dibina protokol konseling yang menjelaskan
secara singkat mengenai langkah-langkah operasional proses Konseling berfokus solusi
antar siswa yang terintegrasi dengan prosedur Konseling berfokus solusi antar siswa.
(6) Konseling berfokus solusi antar siswa akan efektif terhadap penyelesaian konflik antar
teman disekolah :
(a) Konseli dapat menyelesaikan konfliknya secara damai dan konstruktif dalam waktu 6
sesi pertemuan berdasarkan prosedur Konseling berfokus solusi antar siswa.
(b) Konseli merasa senang dapat menyelesaikan masalahnya tanpa dipaksa oleh orang
lain dan mereka dapat menemukan cara menyelesaikan sendiri pada waktu proses
Konseling berfokus solusi antar siswa dilakukan.
(c) Konseli bersedia mempertahankan hubungan damai dan sanggup menyelesaikan
konfliknya secara konstruktif dan damai jika menghadapi perselisihan lagi.
14
I. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
1. KELEBIHAN
b. Pendekatan ini fleksibel dan mempunyai banyak riset yang membuktikan keefektifannya
c. Pendekatan ini bersifat positif untuk digunakan dengan konseli yang berbeda-beda.
Maksudnya, teori konseing ini didasarkan pada asumsi optimis bahwa setiap manusia adalah
sehat dan kompeten serta memiliki kemampuan dalam mengkonstruk solusi dalam
d. Pendekatan ini difokuskan pada perubahan dan dasar pemikiran yang menekankan perubahan
2. KELEMAHAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Aiken, L.R. 1980. Content validity and reliability of single items or questionnaires.
Aryanto, A. 1992. Tinjauan teori Reasoned Action dan Planned Behavior mengenai tingkah
laku terlibat dalam perkelahian pada siswa SLTA dan STM di Jakarta. Tesis Master,
Bagdonis, A.S. & Salisbury., D.F. 1994. Development validation of models in instructional
Barrett-Lennard, G.T. 1998. Carl Rogers’ helping system: journey and substance. London:
Sage Publications
University Press.
Bloch, S., Reibstein, J., Crouch, E., Holroyd, P. & Themen, J. 1979. A method for the study
263.
Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983. Educational research: an introduction. Edisi ke-3. New York:
David McKay
Buss, A.H. & Perry, M. 1992. The Aggression questionnaire. Journal of Personality and
Clayton, C.J., Ballif-Spanvill, B. & Hunsaker, M.D. 2001. Preventing violence and teaching
16
peace: lanjutkan. Applied and Preventive Psychology 10: 1-35.
Cochran, J.L., Cochran, N.H., & Hatch, E.J. 2002. Empathetic communication for conflict
Colombijn, F. & Lindblad. 2002. Roots of the violence in Indonesia. Singapura: Institut of
Davis, M.H., Capabianco, S., & Kraus, L.A. 2004. Measuring conflict-related behaviors:
reliability and validity evidence regarding the conflict dynamics profile. Educational &
Deutsch, M. 1993. Educating for a Peaceful World. American Psychologist. 48 (5): 510-517
Freire, E.S., Koller, S.H., Piason, A., & Silva, R.B. 2005. Person-Centered Therapy with
November 2006]
Gani, A.H. 2000. Konflik dan kejahatan kekerasan antarkelompok di terminal bus antarkota
Gerstein, L.H. & Moeschberger, S.L. 2003. Building culture of peace: an urgent task for
Gerstein, L.H. & Moeschberger, S.L. 2003. Building culture of peace: an urgent task for
Guneri, Y. & Coban, R. 2004. The effect of conflict resolution training on Turkish elementary
17
Yogyakarta: LKIS.
Johnson, D.W. & Johnson, R.T. 1994. Constructive conflict in the schools. Journal of Social
Johnson, D.W. & Johnson, R.T. 1995. Teaching student to be peacemaker: Results of five
years of research. Peace and Conflict: Journal of Peace Psychology 1 (4): 438+
http://www.questia.com/ PM.qst?a=o&d=76938931
Johnson, D.W., Johnson, R.T., Dudley, B., & Acikgos, K. 1994. Effect of conflict resolution
training on elementary school students. Journal of Social Psychology 134 (6): 803-817
Kirschenbaum, H. 2004. Carl Rogers’s life and work an assessment on the 100 th anniversary
Lampropoulus, G.K. 2001. Common processes of change in psychotherapy and seven other
Latipun. 2005. Penanganan sekolah terhadap konflik antar remaja. Laporan Penelitian
Laursen, B., Finkelstein, B.D., Betts, N.T. 2001. A developmental meta-analysis of peer
Maher, C.A. 1986. Evaluation of a program for improving conflict management skills of
Malhi, R.S. 2004. Enhancing personal quality. Kuala Lumpur: TQM Consultants SDN. Bhd.
Marxt, C. & Hacklin, F. 2005. Design, product development, innovation: all the same in the
421.
Matindas, R. 1996. Tawuran pelajar: produk usang dalam kemasan baru. Tempo, 20 Apr 1996
Moonen, J. 1999. The design and prototyping of digital learning material: some new
perspectives. Dlm. van den Akker, J., Branch, R.M., Gustafson, K., Nieveen, N., &
18
Plomp, T. (pnyt.). Design approaches and tools in educational and training (hlm. 95-
Nelson, L.L. & Christie, D.J. 1995. Peace in the psychology curriculum: moving from
(2): 161-178.
Newman, R.S., Murray, B., & Lussier, C. 2001. Confrontation with aggressive peers at
school: Student’ reluctance to seek help from the teacher. Journal of Educational
Nieveen, N. 1999. Prototype to reach product quality. Dlm. van den Akker, J., Branch, R.M.,
Gustafson, K., Nieveen, N., & Plomp, T. (pnyt.). Design approaches and tools in
Orpinas, P. & Horne, A.M. 2004. A teacher-focused approach to prevent and reduce students'
Page, R.M., & Hammermeister, J. 1997. Weapon-carrying and youth violence. Adolescence
32 (127): 505-513.
Rais, M.F. 1997. Tindak pidana perkelahian pelajar. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Ratnawati, T. 2006. Maluku: dalam catatan seorang peneliti. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Richey, R.C., Klein, J.D., & Nelson, W.A. 2004. Developmental Research. Dlm. Jonassen,
19
Rogers, C.R. 1961. On becoming a person. Boston: Houghton Mifflin Co.
Rogers, C.R. 1962. The Interpersonal relationship: the core guidance. Harvard Educational
Rogers, C.R. 1963. The concept of the fully functioning person. Psychotherapy: Theory,
Rogers, C.R. 1987. The understanding theory: drawn from experience with individual and
Rogers, C.R. 2007. The necessary and sufficient conditions of therapeutic personality change.
535-552.
Smith, S.W., Daunic, A.P., Miller, M.D., & Robinson, T.R. 2002. Conflict resolution and peer
mediation in middle schools: extending the process and outcome knowledge base. The
Theberge, S.K. & Karan, O.C. 2004. Six factors inhibiting the use of peer mediation in a
Valcke, M., Kirschner, P., & Bos, E. 1999. Enabling technologies to design, produce and
exploit flexible, electronic learning material. Dlm. van den Akker, J., Branch, R.M.,
Gustafson, K., Nieveen, N., & Plomp, T (pnyt.). Design approaches and tools in
van den Akker, J. 1999. Principles and method of development research. Dlm. van den Akker,
J., Branch, R.M., Gustafson, K., Nieveen, N., & Plomp, T. (pnyt.). Design approaches
and tools in educational and training, hlm. 1-14. Dordrecht: Kluwer Academic
20
Publisher.
Wilson, S.J. & Lipsey, M.W. 2007. School-based interventions for aggressive and disruptive
21
SFBC merupakan salah satu teknik konseling pendekatan postmodern. Tumbuh dari
orientasi terapi strategis di lembaga penelitian jiwa, SFBC menggeser fokus dari penyelesaian
Steve de Shazer dan Insoo Kim Berg memulai pergeseran ini di pusat terapi singkat di
Milwaukee pada akhir tahun 1970an. Setelah tumbuh tidak puas dengan kendala dari model
strategis, pada tahun 1980an de Shazer berkolaborasi dengan sejumlah terapis, termasuk Eve
Lipchik, John Walter, Jane Peller, Michelle Weiner-Davis, dan Bill O’Hanlon, yang masing-
masing menulis secara ekstensif tentang SFBC dan memulai SFBC di lembaga pelatihan
mereka. Baik O’Hanlon dan Weiner-Davis terpengaruh oleh karya asli de Shazer, namun
mereka memperluas dasar ini dan menciptakan apa yang mereka sebut Solution – Oriented
therapy. Dalam bab ini ketika didiskusikan solution-focused brief therapy, solution-focused
therapy, dan solution-oriented therapy, lebih difokuskan pada kesamaan pendekatan ini
Dua pendiri utama SFBC yaitu INSOO KIM BERG : Sebagai Direktur exsekutif,
pusat terapi keluarga yang singkat di Milwaukee. Sebagai pimpinan oretician dalam
Pemusatan solusi terapi singkat (Solution Focused Brief Therapy (SFBT). Dia menyediakan
tempat kerja yang dipersatukan, Japan, Korea Utara, Australia, Denmark, Inggris dan Jerman.
Hasil tulisannya adalah jasa keluarga yang didasarkan: Pusat pendekatan solusi (1994),
bekerja dengan masalah-masalah pemabuk (1992), Pusat Pendekat solusi (1992), dan
mempelajari (SFBT) (1988), meletakan perbedaan untuk bekerja (1991), awalnya kata sihir
(1994). Dia mempresentasikan melalui tempat-tempat kerja, pelatihan, dan meluas sebagai
22
konsultan di Amerika utara, Eropah, Australia, dan Asia untuk pengembangan teori dan
solusi-solusi praktek.
SFBC berbeda dengan dari terapi tradisional dengan mengulas masa lalu dalam
mendukung baik saat ini maupun masa depan. Konselor fokus pada apa yang mungkin, dan
mereka kurang tertarik dalam mengeksplorasi masalah. De Shazer mengatakan bahwa tidak
Jika mengetahui dan memahami masalah itu tidak penting, maka selanjtnya adalah
mencari solusi yang benar. Setiap orang mungkin mempertimbangkan banyak solusi, dan apa
yang benar bagi seseorang bisa jadi tidak benar menurut orang lain. dalam SFBC, konseli
memilih tujuan penyelesaian yang mereka harapkan, dan sedikit perhatian dalam
SFBC dibangun atas dasar asumsi optimis bahwa setiap manusia adalah sehat dan
kompeten serta memiliki kemampuan dalam mengkonstruk solusi yang dapat meningkatkan
kualitas hidupnya dengan optimal. Asumsi pokok dalam SFBC ini bahwa kita memiliki
kehilangan arah atau kesadaran tentang kemampuan kita. Tanpa memperhatikan apa yang
dibentuk konseli ketika mereka memulai konseling, Berg percaya konseli kompeten dan tugas
konselor adalah untuk membantu konseli mengenali kompetensi yang mereka miliki. Esensi
dari konseling ini adalah melibatkan konseli dalam membangun harapan dan optimis dengan
membuat ekspektasi positif dalam kemungkinan perubahan. SFBC adalah pendekatan non
patologis yang menekankan kompetensi dari pada kekurangan, dan kekuatan dari pada
kelemahan. Model SFBC membutuhkan sikap filosofis dalam menerima konseli dimana
23
menumbuhkan solusi – meningkatkan kehidupan manusia dari pada fokus pada bagian-
bagian patologi masalah dan perubahan menakjubkan dapat terjadi sangat cepat”. Karena
konseli sering datang ke konseling dengan pernyataan “ orientasi masalah”, bahkan sedikit
solusi yang mereka pertimbangkan bersampul dalam kekuatan orientasi masalah. Konseli
sering memiliki cerita yang berakar dalam sebuah pandangan yang menentukan apa yang
terjadi di masa lalu pasti akan membentuk masa depan mereka. Konselor SFBC menentang
pernyataan konseli dengan percakapan optimis yang menyoroti keyakinan mereka dalam
pencapaian , menggunakan tujuan dari berbagai sudut. Konselor dapat menjadi penolong
dalam membantu konseli membuat pergeseran dari pernyataan masalah ke kondisi dengan
menulis cerita yang berbeda yang dapat menyebabkan akhir yang baru.
C. HAKIKAT MANUSIA
manusia, tetapi berfokus pada kekuatan dan kesehatan konseli. Konseling berfokus solusi
pada asumsi bahwa manusia benar-benar ingin berubah dan perubahan tersebut tidak
terelakkan.
D. PERKEMBANGAN PERILAKU
1. STRUKTUR KEPRIBADIAN
b. Konselor tidak bisa memahami secara pasti tentang penyebab masalah individu
c. Konselor perlu tahu apa yang membuat orang memasuki masa depan yang lebih baik dan
d. Individu tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi bisa mengubah tujuannya
e. Tujuan yang lebih baik dapat mengatasi masalah dan mengantarkan masa depan yang lebih
produktif
f. Konselor perlu mengetahui karakteristik tujuan konseling yang baik dan produktif, proses
positif, saat ini, praktis, spesifik, kendali konseli dan bahasa konseli
g. Sebagai ganti teori kepribadian dan psikopatologi, masalah dan masa lalu, SFBC berfokus
pada saat ini yang dipandu oleh tujuan positif yang spesifik yang dibangun berdasarkan
b. Tidak berkutat pada masalah, tetapi fokus pada solusi dan bertindak mewujudkan solusi yang
diinginkan
a. Mengkonstruk kelemahan diri. Dengan cara mengkonstruk cerita yang diberi label
b. Berkutat pada masalah dan merasa tidak mampu menggunakan solusi yang dibuatnya.
25
E. HAKIKAT KONSELING
Walter dan Peller berpikir mengenai konseling berfokus solusi sebagai model yang
menerangkan bagaimana orang berubah dan bagaimana mereka dapat meraih tujuan mereka.
meskipun keefektifan tersebut mungkin untuk sementara terhambat oleh pikiran negatif.
Pikiran berfokus masalah mencegah orang dari mengenali cara efektif mereka dalam
menangani masalah
2. Ada keuntungan untuk fokus positif pada solusi dan di masa depan. Jika konseli dapat
menyenangkan) terhadap pola masalah yang dialami dan pemilihan proses perubahan
4. Konseli sering mengatakan satu sisi dari diri mereka. SFBC mengajak konseli untuk
5. Perubahan kecil membuka jalan bagi perubahan besar. Seringkali, perubahan kecil adalah
semua yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dibawa konseli ke konseling
6. Konseli ingin berubah, memiliki kemampuan untuk berubah, dan melakukan yang terbaik
untuk membuat perubahan terjadi. Konseli harus mengambil sikap kooperatif dengan konseli
daripada merancang strategi sendiri untuk mengendalikan hambatan. Ketika konselo mencari
cara untuk kooperatif dengan konseli, maka perlawanan/ resistensi tidak akan terjadi.
7. Konseli bisa percaya pada niat mereka untuk menyelesaikan masalah mereka. Tidak ada
solusi yang “benar” untuk masalah spesifik yang dapat diaplikasikan pada semua orang.
Setiap individu unik dan begitu juga pada setiap penyelesaian masalahnya.
26
F. KONDISI PENGUBAHAN
terapeutik dan perlu dilakukan untuk keberhasilan konseling. Diakui bahwa konselor
memiliki keahlian dalam menciptakan konteks untuk perubahan, mereka menekankan bahwa
konseli adalah ahli dalam kehidupan mereka dan sering memiliki perasaan yang bagus
tentang apa yang harus dan tidak harus dilakukan di masa lalu dan begitu juga apa yang
konseli berbeda dengan sikap edukatif yang biasanya dikaitkan dengan model terapi
tradisional. Jika konseli terlibat dalam proses terapeutik dari awal sampai akhir, perubahan
meningkat sehingga konseling akan sangat berhasil. Singkatnya, hubungan kolaborasi dan
kooperatif cenderung lebih efektif dari pada hubungan hierarki dalam konseling.
1. TUJUAN
- Mengubah situasi masalah dan menekankan pada kekuatan dan sumber daya konseli
- Konseli didorong untuk terlibat dalam perubahan atau “ solution talk”, dari pada “problem
talk” dengan asumsi bahwa apa yang dibicarakan adalah sebagian besar apa yang akan
dihasilkan
- Berbicara tentang perubahan dapat menghasilkan perubahan. Secepat individu belajar untuk
berbicara dalam istilah kemampuan dan kompetensi mereka, apa sumber daya dan kekuatan
yang mereka miliki, dan apa yang siap mereka lakukan dan mengerjakannya, mereka dapat
27
2. SIKAP, PERAN DAN TUGAS KONSELOR
yaitu saat-saat ketika konseli telah melakukan (memikirkan, merasakan) sesuatu yang
- Melibatkan konseli untuk berpikir tentang masa depan mereka dan apa yang mereka
- Konselor mengambil posisi “ tidak mengetahui” untuk meletakkan konseli pada posisi
sebagai ahli mengenai kehidupan mereka sendiri. Konselor tidak mengasumsikan diri sebagai
- Membantu konseli dalam mengarahkan perubahan tetapi tidak mendikte konseli apa yang
ingin diubah
- Konselor berusaha membentuk hubungan yang kolaboratif dan menciptakan suatu iklim
yang respek, saling menghargai dan membangun suatu dialog yang bisa menggali konseli
untuk mengembangkan kisah-kisah yang mereka pahami dan hayati dalam kehidupan mereka
- Konsisten dalam membantu konseli berimajinasi bagaimana mereka menginginkan hal yang
berbeda dan apa yang akan dilakukan untuk membawa perubahan tersebut terjadi dengan
menanyakan “ apa yang Anda inginkan dari datang kesini?”, “apa yang akan membuat
28
- Memiliki motivasi untuk menyelesaikan masalah
G. MEKANISME PENGUBAHAN
1. TAHAP-TAHAP KONSELING
a. Establishing rapport. Yaitu pembentukan hubungan baik agar proses konseling berjalan
lancar seperti yang diharapkan. Agar tercipta iklim yang kolaboratif antara konselor dengan
konseli.
dipecahkan.
c. Establishing goals atau menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam proses konseling.
e. Strategic task that promote change. Yaitu tugas tertentu yang diberikan oleh konselor untuk
mengatakan:” antara sekarang dan waktu mendatang kita bertemu, saya meminta anda untuk
mengamati, sehingga Anda dapat menggambarkan pada saya pada pertemuan mendatang, apa
yang terjadi di kehidupan Anda yang Anda inginkan terjadi secara berkelanjutan”. Penugasan
tersebut mendorong konseli bahwa perubahan yang diinginkan pasti terjadi dan tidak
terelakkan. Hal tersebut sangat penting dipahami sebelum mereka memulai merancang
perubahan.
f. Identifying & emphazing new behavior & changes. Yaitu mengidentifikasi dan menguatkan
h. Termination. Pada tahap terminasi, ciri-ciri pertanyaan yang diajukan konselor untuk
mengidentifikasi keberhasilan knseling yaitu: “ apa hal berbeda yang diperlukan dalam hidup
Anda yang dihasilkan dengan datang kemari sehingga Anda mengatakan bahwa pertemuan
29
kita bermanfaat?”, dan “ ketika masalah Anda teratasi, hal berbeda apa yang akan Anda
lakukan?”.
2. TEKNIK-TEKNIK KONSELING
masalah. SFBT didasarkan pada gagasan dimana ada saat-saat dalam hidup konseli ketika
masalah yang mereka identifikasi tidak bermasalah. Waktu tersebut disebut pengecualian dan
disebut “ news of difference”. Konselor SFBC mengajukan ask exeption question untuk
menempatkan konseli pada waktu-waktu ketika tidak ada masalah, atau ketika masalah yang
ada tidak kuat. Pengecualian merupakan pengalaman hidup konseli di masa lalu ketika
dimungkinkan masalah tersebut masuk akal terjadi, tetapi entah bagaimana hal itu tidak
mengingatkan konseli bahwa masalah tidak selalu kuat dan ada selamanya; juga
menempatkan solusi yang mungkin. Konselor menanyakan pada konseli apa yang harus
dilakukan agar pengecualian ini lebih sering terjadi. Dalam istilah SFBC, hal ini disebut
“change-talk”.
Miracle Questions : Pertanyaan yang mengarahkan konseli berimajinasi apa yang akan terjadi
jika suatu masalah dialami secara ajaib terselesaikan. Konselor menanyakan “ jika suatu
keajaiban terjadi dan masalah Anda terpecahkan dalam waktu semalam, bagaimana Anda
tahu bahwa masalah tersebut terselesaikan, dan apa yang akan berbeda?”. Konseli kemudian
terdorong untuk menegaskan apa yang mereka inginkan agar merasa lebih percaya diri dan
aman, konselor bisa mengatakan: “ biarkan dirimu berimajinasi bahwa kamu meninggalkan
kantor hari ini dan kamu dalam rel untuk bertindak lebih percaya diri dan aman. Hal berbeda
30
apa yang akan kamu lakukan?”. Mengubah hal yang dilakukann dan cara pandang terhadap
tersebut dapat membuka celah kemungkinan di masa depan. Konseli didorong untuk
mengikuti mimpinya sebagai cara dalam mengidentifikasi perubahan apa saja yang paling
ingin mereka lihat. Pertanyaan ini memiliki fokus masa depan bahwa konseli dapat mulai
mempertimbangkan hal yang berbeda dalam hidupnya yang tidak didominasi oleh masalah
tertentu. Intervensi ini menggeser penekanan dari masa lalu dan masalah saat ini menuju
Scaling Questions : Pertanyaan yang meminta konseli menilai kondisi dirinya (masalah,
pencapaian tujuan) berdasarkan skala 1-10. Konselor SFBC juga menggunakan teknik ini
ketika mengubah pengalaman konseli yang tidak mudah diobservasi, seperti perasaan,
keinginan atau komunikasi. Sebagai contoh, seorang perempuan mengatakan bahwa dia
merasa panik atau cemas, bisa ditanyakan:” pada skala 0-10, dengan 0 adalah apa yang Anda
rasakan ketika Anda pertama kali datang konseling dan 10 sebagai perasaan Anda hari ini
setelah keajaiban terjadi dan masalah Anda teratasi, bagaimana Anda menyatakan skala
kecemasan Anda sekarang?”. Bahkan jika konseli hanya berkembang dari 0 ke 1, dia telah
berkembang. Bagaimana dia melakukan itu? Apa yang dia perlukan untuk meningkatkan
skala? Pertanyaan skala memungkinkan konseli untuk lebih memperhatikan apa yang mereka
lakukan dan bagaimana mereka dapat mengambil langkah yang akan memandu perubahan
Compliments : Pesan tertulis yang dirancang untuk memuji konseli atas kelebihan, kemajuan,
31
H. HASIL-HASIL PENELITIAN
Penelitian SFBC telah dilakukan oleh Mulawarman dengan judul Penerapan SFBT
untuk meningkatkan harga diri siswa (self esteem) suatu embedded experimental design.
Hasil penelitian dilihat dari hasil secara kuantitatif ditemukan perbedaan tingkatself
esteem siswa sebelum mendapatkan intervensi SFBT dengan menggunakan Wilcoxon signed
rank test, dimana nilai tersebut adalah 2, 207. Pada sisi kualitatif dengan berdasarkan pada
hasil analisis percakapan ditemukan bahwa harga diri rendah berubah menjadi harga diri
tinggi.
1. KELEBIHAN
b. Pendekatan ini fleksibel dan mempunyai banyak riset yang membuktikan keefektifannya
c. Pendekatan ini bersifat positif untuk digunakan dengan konseli yang berbeda-beda.
Maksudnya, teori konseing ini didasarkan pada asumsi optimis bahwa setiap manusia adalah
sehat dan kompeten serta memiliki kemampuan dalam mengkonstruk solusi dalam
d. Pendekatan ini difokuskan pada perubahan dan dasar pemikiran yang menekankan perubahan
2. KELEMAHAN
32
J. SUMBER RUJUKAN
Corey, Gerald. 2009.Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy Eigh Edition. USA:
Pustaka Pelajar
33
TERAPI SINGKAT BERFOKUS SOLUSI (SOLUTION
1. A. PENDAHULUAN
Seperti namanya, ini adalah tentang terapi yang singkat dan berfokus pada solusi, bukan
pada masalah. Ketika ada masalah, banyak profesional menghabiskan banyak waktu
dialami klien sedang berlangsung. Terpikir tim profesional kesehatan mental di Pusat
Terapi Singkat Keluarga yang begitu banyak waktu dan energi, serta sumber daya
banyak, dihabiskan untuk berbicara tentang masalah, daripada berpikir tentang apa
yang mungkin membantu klien untuk mendapatkan solusi yang akan membawa pada
realistis, bantuan wajar secepat mungkin. Oleh karena itulah muncul Terapi Singkat
Berfokus Solusi.
Terapi singkat berfokus solusi (SFBT) adalah salah satu pendekatan keluarga, yang
dikenal sebagai terapi sistem, yang telah dikembangkan selama 50 tahun terakhir ini,
pertama di Amerika Serikat, dan akhirnya berkembang di seluruh dunia, termasuk Eropa.
Terapi singkat berfokus solusi disebut hanya sebagai “terapi berfokus solusi (TBS)” atau
“terapi singkat”.
Pelopor terapi singkat berfokus solusi adalah Insoo Kim Berg dan Steve de Shazer, serta
praktisi SFBT berbasis sekolah dan ahli lainnya. Kita terfokus kepada segi-segi pokok dari
teori SFBT, khususnya cara dimana para praktisi berfokus solusi berpikir tentang
Sejak diciptakan pada tahun 1980-an, terapi singkat berfokus solusi (SFBT) perlahan-
lahan telah menjadi sebuah pilihan perlakuan yang umum dan diterima bagi beberapa
34
ahli kesehatan jiwa. Dengan penekanannya terhadap kekuatan klien dan pengobatan
jangka pendek, SFBT akan tampak sangat sesuai dengan konteks kesehatan mental
(jiwa), dengan berbagai masalah yang timbul di lingkungan sekolah dan muatan kasus
yang besar untuk sebagian besar pekerja sosial sekolah (guru BK di sekolah).
Salah satu gagasan yang lebih bebas tentang SFBT adalah bahwa perubahan selalu
kecil yang membuat perbedaan-perbedaan besar dalam kehidupan klien. Apa yang
dilihat adalah apa yang membuat konselor menjadi konselor SFBT. Hal ini membuat
konselor bergerak menuju konseling yang lebih berfokus kepada solusi dalam
1. Manusia pada dasarnya sehat, memiliki kekuatan atau kelebihan. Insoo Kim Berg
Melainkan kekuatan yang melekat pada mereka lah yang pada akhirnya akan
solusi.
35
1. C. Konsep Dasar SFBT
Terapi berfokus solusi berbeda dari terapi tradisional karena mengabaikan masa lampau
dan lebih setuju dengan masa sekarang dan masa yang akan datang. Terapi ini memberi
penekanan yang besar pada kemungkinan sedikit atau tidak adanya ketertarikan untuk
perlu mengetahui sebab-sebab masalah dalam solusinya dan tidak perlu ada hubungan
dibutuhkan untuk terjadi perubahan. Jika memahami dan mengetahui masalah itu tidak
penting, maka yang penting adalah mencari solusi masalah yang benar. Mungkin banyak
orang mempertimbangkan berbagai solusi, dan apa yang benar bagi seseorang belum
tentu benar bagi orang lain. Di dalam SFBT klien memilih tujuan yang mereka harapkan
bisa tercapai di dalam terapi, dan hanya sedikit perhatian yang diberikan untuk
Menurut Gerald Corey, terapi singkat berfokus solusi didasarkan pada asumsi yang
optimistik bahwa manusia itu sehat dan kompeten dan memiliki kemampuan untuk
membangun solusi yang dapat meningkatkan hidupnya. Lepas dari berbentuk seperti
apapun klien yang terlibat dalam terapi adalah mampu. Berg percaya bahwa klien adalah
kompeten dan peran konselor adalah membantu klien agar menyadari bahwa ia
mempunyai kemampuan itu. Proses terapi menyediakan suatu keadaan yang menjadikan
kendatipun dia memiliki beberapa solusi, tetapi pandangan mereka telah berbalut dalam
kekuatan orientasi masalah. Klien sering memiliki satu riwayat yang berakar dalam
pandangan mereka. SFBT membalas kehadiran klien dengan percakapan yang optimistik
yang memberikan garis-garis besar keyakinan mereka ke dalam tujuan yang dapat
digunakan dan dicapai yang ada di sekitar ruangan. Konselor menjadi alat di dalam
36
suatu dunia yang memiliki berbagai kemungkinan. Konselor mendorong dan menantang
klien untuk menulis suatu cerita yang berbeda yang dapat mengarah kepada suatu
tujuan baru.
2. Mengantar klien/manusia meraih kehidupan yang lebih sehat dan lebih bahagia
4. Membantu klien membangun visi yang dipilih untuk masa depan mereka.
5. Membantu klien mengidentifikasi hal-hal yang baik untuk kehidupan mereka saat
mereka.
klien.
bahasa dan penyikapan dari bicara tentang masalah ke bicara tentang solusi.
Klien didorong untuk terlibat dalam perubahan atau bicara solusi daripada bicara
akan menjadi apa yang kita hasilkan. Bicara tentang masalah akan menghasilkan
Begitu individu/klien itu belajar berbicara dalam pengertian apa yang mereka
mampu untuk lakukan secara baik, sumber-sumber dan kekuatan apa yang
37
mereka punyai, dan apa yang mereka telah lakukan dan bisa terlaksana, mereka
Karena terapi berfokus solusi dirancang untuk perlangsungan singkat,tak pelak terapis
memainkan peran lebih aktif dalam menggeser fokus secepat mungkin, dari fokus yang
menggunakan kemampuan merespon itu dengan lebih baik. Begitu klien bisa berfokus
pada solusi, dia pun akan banyak bisa memegang kendali dan bertanggung jawab.
Klien pada dasarnya adalah ahli (expert) yang paling mengetahui tujuan-tujuan apa yang
ingin mereka bangun. Tujuan-tujuan itu selalu unik bagi setiap klien dan dibangun klien
untuk menciptakan hari depan yang lebih baik. Sedangkan klinikus berfokus solusi
adalah pakar tentang proses dan struktur teraapi,pakar dalam membantu klien
membangun tujuan-tujuan mereka dalam kerangka kerja yang lebih baik menghasilkan
solusi yang sukses. Setiap pakar yaitu klien dan terapis memberikan andil untuk
meraih suatu manfaat atau tujuan. Klien datang ke terapi karena suatu alasan dan ingin
mencapai suatu manfaat dan tujuan. Kedua kolaborator (klien dan terapis) perlu
Berdasarkan uraian tersebut kami merumuskan hubungan antara konselor dan klien
1. Konselor berperan lebih aktif dalam menggeser dari fokus yang tercurah pada
problem/masalah ke solusi.
38
2. Konselor mendorong klien dalam menumbuhkan tanggung jawab, kemampuan
3. Klien pada dasarnya lebih ahli (expert) atau yang paling mengetahui tujuan yang
4. Hubungan/relasi konselor dan klien dalam terapi singkat berfokus solusi bersifat
dalam terapi dan memandangnya sebagai kebutuhan untuk keberhasilan terapi. Dengan
perubahan, mereka menekankan bahwa klien adalah ahli dalam kehidupan yang
dialaminya dan sering memiliki perasaan yang baik terhadap apa yang sudah atau yang
belum dikerjakan di masa lampau, dan juga sama halnya dengan apa yang harus
dikerjakan di waktu yang akan datang. Jika klien terlibat di dalam proses terapi dari awal
hingga akhir, kesempatan klien semakin meningkat dan terapi akan berhasil. Singkatnya,
hubungan kooperatif dan kolaboratif cenderung akan menjadikan lebih efektif daripada
Walter dan Peller menguraikan empat langkah yang memberikan ciri kepada proses
SFBT, yaitu :
1. Menemukan apa yang klien inginkan daripada mencari apa yang mereka tidak
inginkan.
memberikan label diagnostik, alih-alih mencari apa yang bisa dikerjakan klien
dengan baik dan mendorong mereka untuk meneruskannya searah dengan yang
sudah dilakukan.
3. Jika apa yang klien lakukan tidak bisa terlaksana dengan baik, kemudian
pertemuan.
Edy Legowo (2008:79) Proses pada terapi singkat berfokus solusi mencakup dua aktivitas
Raising)
problem.
Misalnya klien mengatakan, “Saya depresi sepanjang waktu”, “Aku tidak bisa
saya selalu bertengkar”, “Saya orang yang selalu cemas”, “Aku tidak bisa tidur”, dan
sebagainya.
minuman keras sampai tidak terkendali”, “Mengapa Anda dan pasangan hidup Anda
yang terlepas dari problem mereka. Dalam kenyataan, selalu terdapat perkecualian-
perkecualian itu, dapat diharapkan klien meraih kendali atau kontrol atas sesuatu yang
menapis butir-butir kecil emas dari hamparan pasir-biasa menjadi awal dari
pengejawantahan solusi.
40
Kurun-kurun perkecualian itu hampir selalu ada dalam kehidupan setiap klien. Untuk
klien-klien yang sangat sulit memfokuskan diri pada kurun-kurun perkecualian yang
positif, terapis bisa mengajukan pertanyaan mukjizat (miracle question) contohnya “ jika
karena suatu mukjizat, anda bebas dari problem-problem anda sepanjang malam,
perkecualian yang positif dalam imajinasi bisa membantu klien menjadi makin menyadari
satu-satunya jenis realitas dalam keseluruhan kehidupan mereka. Seyogyanya terapi bisa
dapat berupa :
Tujuan-tujuan yang kita pilih untuk menentukan masa depan kita. Seiring dengan makin
kehidupannya yang syarat problem, mereka akan bisa membuat pilihan sadar untuk
41
Klien yang selalu berfokus pada sebuah kehidupan yang sarat depresi bisa membuat
pilihan sadar untuk berpartisipasi dalam kegiatan rohani, berolahraga lebih sering, lebih
kegembiraan. Klien yang berfokus pada program kecanduan minuman keras bisa
membuat pilihan sadar untuk memfokuskan diri pada solusi-solusi atas kecanduan
Water dan Peller(1992) memberikan empat pandangan untuk membuat pilihan sadar
1. Jika pilihan yang dibuat bisa bekerja efektif, jangan berhenti sampai disitu,
2. Jika pilihan yang dibuat itu bekerja kurang efektif perjuangkan agar ia menjadi
lebih efektif
3. Jika pilihan yang dibuat itu sama sekali tidak efektif, bereksperimenlah juga
berimajinasikanlah mukjizat-mukjizat
4. Perlakuakan setiap sesi konseling atau psikoterapi seolah olah sesi itu adalah sesi
terakhir. Maka mulailah berubah sekarang, bukan esok, bukan pekan depan.
Berikut dipaparkan rincian langkah membangun solusi dalam SFBT menurut DeShazer,
Terapi dimulai dengan fokus pada tujuan-tujuan di hari kini yang bisa membangun hari
depan yang lebih baik. Pertanyaan penting dalam cakupan langkah ini adalah: ”Apa
tujuan anda ketika anda dating kemari ?” Terapis membingkai terapi diseputar tujuan-
tujuan dihari kini bukan di seputar problem-problem dihari-hari yang telah lewat.
42
Jika klien menanggapi dengan berbicara tentang problem-problem dan keluhan-keluhan,
terapis perlu memahami dan berempati. Namun demikian, segera setelah kisah tentang
menggeser fokus.
Apakah pengalaman-pengalaman yang bebas dari problem terjadi karena pilihan yang
dibuat secara sadar dan sengaja? Ataukah pengalaman-pengalaman yang lebih sehat
1. Jika perkecualian itu sudah berada dibawah kendali klien, bisa segera dibangun
yang terjadi iitu merupakan tanda yang baik. Dapat diharapkan,upaya tersebut
43
f) Melangkah dari perubahan-perubahan kecil ke perubahan-perubahan yanglebih
besar. Sesi-sesi lanjutan dilakukan atas dasar capaian-capaian dan tujuan-tujuan yang
dibangun pada awal terapi. Seorang klien melukiskan perubahan yang ia alami dalam
terapi.
g) Selalu menyadari bahwa setiap solusi adalah unik. Sebagaimana setiap klien
adalah individu yang unik, setiap solusipun unik. Terapis perlu bersiap-siap untuk terkejut
h) Memekarkan solusi dari percakapan. Solusi muncul dari dialog-dialog, baik dialog
dari diri sendiri maupun percakapan dalam terapi. Jika terapi mendorong klien berbicara
tentang problem-problem lama, dia akan menjadi diri yang lama. Perubahan dimulai
ketika klien berbicara tentang solusi. Jika terapi niscaya berlangsung singkat
langkah Berikut;
mengarah kejawaban klien atas pertanyaan terapis,” Sejauh apakah saya bisa
tujuan-tujuan yang jelas. Pertanyaan kunci yang perlu dijawab padaa langkah ini
adalah; ”Apa yang akan menjadi beda dalam kehidupan anda ketika problem-
44
3. Terapis menanyakan kepada klien tentang saat-saat ketika problem-problem klien
kepada klien hal-hal apa saja yang perlu ia amati dan lakukan sebelum sesi
menggunakan skala penilaian (Rating Scale). Klien juga ditanyai apa yang perlu
dilakukan kemudian.
Teknik-teknik yang digunakan dalam terapi singkat berfokus solusi sebagai berikut :
Penjadwalan suatu janji saja sering membuat perubahan positif dalam perjalanannya.
memperkuat apa yang sudah dilakukan yang merupakan cara untuk membuat
terapi itu sendiri, sehingga pertanyaan itu cenderung mendorong klien untuk tidak
banyak bergantung kepada konselor dan lebih bergantung kepada sumber yang dimiliki
a. Pengertian
45
MQ adalah teknik bertanya yang digunakan konselor untuk membantu klien bagaimana
menetapkan visi ke depan, merupakan suatu keadaan bilamana klien tidak bermasalah,
dan itu merupakan tujuan yang hendak dicapai. Klien didorong untuk bertindak “apa
De Jong dan Berg (dalam Gerald Corey, 2002:8) mengenali sejumlah alasan bahwa
pertanyaan ajaib adalah suatu teknik yang bermanfaat. Dengan bertanya kepada klien
sebagai cara mengenali perubahan yang memang mereka inginkan. Pertanyaan ini
memiliki focus masa depan yang dari situ klien bisa dapat memulai mempertimbangkan
suatu jenis kehidupan yang berbeda yang tidak didominasi oleh suatu masalah tertentu.
Intervensi ini mengalihkan penekanan keduanya yaitu masalah masa lalu maupun masa
contoh 1:
“Jika di suatu pertemuan konseling berakhir, Anda pulang, Anda melakukan apapun yang
Anda rencanakan pada hari itu, akhirnya Anda kelelahan dan tidur pada malam harinya.
Di tengah malam, saat Anda tidur nyenyak, keajaiban terjadi yaitu semua masalah yang
Anda alami hari ini sepertinya terpecahkan semuanya. Tetapi karena keajaiban itu
hanyalah mimpi, maka tidak ada seorangpun yang mengatakan bahwa mukjizat terjadi.
Ketika Anda bangun pagi hari, bagaimana Anda akan memulai melakukan bahwa
keajaiban terjadi? … Apa lagi yang akan Anda kerjakan? Apa lagi?”
Contoh 2:
“Jika Anda bangun sampai besok, dan keajaiban terjadi, Anda tidak lagi mudah
kehilangan kesabaran, seberbeda apa yang akan terjadi pada diri Anda?Tanda-tanda
46
“Saya tidak akan kesal ketika seseorang memanggil nama saya.” (tidak efektif)
Para konselor ingin klien mengembangkan tujuan positif, atau apa yang akan mereka
lakukan lebih dari pada apa yang mereka tidak ingin lakukan. Ini akan menjadi lebih baik,
Lebih baik, konselor barangkali meminta klien, “Apa yang dapat Anda lakukan, pada saat
1. a. Pengertian
bemanfaat bagi klien, dan dapat membantu untuk menetapkan tujuan pula.
Kutub dari skala biasanya berentang dari “kondisi masalah yang terburuk yang terjadi” (0
atau 1) di salah satu ujung, dan diujung yang lain menggambarkan “kondisi terbaik yang
Klien diminta untuk menilai mereka saat ini berada pada posisi skala berapa, dan
pengalaman manusia tidak mudah diamati, seperti perasaan, suasana hati, atau
perhatian yang lebih dekat kepada apa yang sedang mereka kerjakan dan bagaimana
mereka dapat mengambil langkah yang akan mengarahkan kepada perubahan yang
mereka kehendaki.
1. b. Contoh
47
Pengecualian: “pada suatu hari ketika Anda berada di satu titik skala yang lebih
tinggi, apa yang akan Anda katakan bahwa hal ini merupakan hal yang berada.
“Di posisi skala berapa Anda menjadi merasa cukup baik? Apa yang akan terjadi
SFBT mendasarkan pada anggapan bahwa ada saat-saat dalam hidup klien
ketika suatu masalah-masalah yang mereka kenali tidak menjadi masalah. Waktu-waktu
kekecualian untuk mengarahkan klien ke arah waktu-waktu ketika problem tidak timbul.
Kekecualian adalah pengalaman-pengalaman masa lalu dalam hidup klien yang layak
untuk diharapkan muncul ketika ada masalah, meskipun biasanya tidak. Pengungkapan
ini mengingatkan kepada klien bahwa problem itu tidak semuanya memiliki kekuatan dan
tidak selalu muncul selamanya. Pengungkapan ini juga memberikan bidang peluang bagi
1. Para pendukung SFBT berpendapat bahwa selalu ada saat dimana klien
2. Konselor berusaha mendorong klien untuk menjelaskan apa yang berbeda dengan
3. Tujuan dari teknik ini adalah agar klien mengulang kesuksesan di masa lalu, dan
1. a. Pengertian
Teknik CQ dirancang untuk memperoleh informasi tentang berbagai sumber daya yang
dimiliki klien, yang saat itu hilang (dilupakan) tak ketahuan. Bahkan mungkin merupakan
Rasa ingin tahu dan senang dapat membantu klien melihat kekuatan tanpa
48
1. 1. Sumberdaya Internal: keterampilan, kekuatan, kualitas, kepercayaan
lainnya.
3. b. Contoh
“Saya melihat hal itu benar-benar sulit bagi Anda, namun Saya kaget melihat fakta
bahwa meskipun dalam kondisi seperti itu Anda mampu me-manage dirimu untuk
bangkit, dan setiap pagi Anda melakukan semua yang diperlukan keluargamu.
Para pelaksana konseling umumnya mengambil waktu jeda lima sampai dengan
sepuluh menit menjelang setiap akhir pertemuan untuk menyusun suatu ringkasan
pesan kepada klien. Selama waktu jeda ini konselor merumuskan umpan balik yang akan
diberikan kepada klien setelah waktu jeda. De Jong dan Berg (dalam Gerald Corey,
2002:9)menguraikan tiga bagian pokok untuk umpan balik yang berupa ringkasan:
pujian, jembatan, dan anjuran tugas. Pujian adalah pengakuan yang tulus terhadap apa
yang telah klien lakukan yang mengarah ke solusi yang efektif. Pujian-pujian ini yang
awal kepada tugas anjuran yang diberikan. Jembatan memberikan alasan penalaran
untuk pujian itu. Aspek umpan balik ketiga berisi anjuran tugas kepada klien, yang dapat
kehidupan mereka. Proses monitoring diri ini membantu klien mencatat perbedaan-
7. Penghentian
Dari awal sekali wawancara berfokus solusi, konselor selalu berpikiran bahwa
dalam bekerja akan mengarah kepada penghentian. Begitu klien mampu membangun
49
solusi yang memuaskan, hubungan terapi dapat dihentikan. Sebelum konseling berakhir,
konselor membantu klien dalam mengenali hal-hal yang bisa mereka lakukan untuk
datang.
Klien juga bisa dibantu untuk mengenali rintangan atau hambatan-hambatan yang
lakukan. Karena model terapi ini singkat, berpusat pada masa sekarang, dan
dimaksudkan untuk keluhan tertentu, akan sangat mungkin bahwa klien akan mengalami
tambahan kapan saja ketika mereka merasakan adanya kebutuhan yang mereka rasakan
Terapi singkat berfokus solusi bisa digunakan oleh konselor/guru BK. Terapi ini
berlangsung singkat dan bisa digunakan kapan saja maupun dimana saja. Proses yang
singkat inilah yang disukai oleh kebanyakan klien-klien di Indonesia. Instan, begitulah
Pada terapi singkat berfokus solusi, klien di Indonesia diajarkan suapaya tidak perlu
terpaku pada masalah. Mereka perlu berfokus pada solusi, bergerak menuju dan
mengejawantahan solusi. Oleh karena itu, supaya masalah yang dihadapi cepat teratasi
maka konselor Indonesia yang menggunakan teori SFBT tak perlu menggunakan
kebiasaan lamanya yaitu dengan pertanyaan “mengapa” tetapi langsung pada solusinya
50
minuman keras 25 tahun yang lampau (semisal, karena tekanan kelompok teman
DAFTAR PUSTAKA
Edy Legowo, dkk. 2008. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Bimbingan
Perpustakaan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu
51
52