You are on page 1of 28

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang pendekatan dan desain penelitian, lokasi

penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional variabel,

instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, rancangan program

bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data dan langkah-langkah penelitian.

A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai

dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya (Arikunto,

2006:12). Sedangkan menurut Azwar penelitian dengan pendekatan kuantitatif

menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial

(dalam rangka pengujian hipotesis). Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi

perbedaan kelompok atau signifikasi hubungan antar variabel yang diteliti (Azwar, 2007:5).

Dalam penelitian ini digunakan metode pre eksperimental design. Menurut

Arikunto (2006:84), pre eksperimental design sering kali dipandang sebagai

eksperimen tidak sebenarnya. Oleh karena itu, sering disebut dengan “quasi

experiment” atau eksperimen semu. Penelitian eksperimen kuasi dapat diartikan

sebagai penelitian yang mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk

penelitian ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain

dengan subjek yang diteliti adalah manusia, dimana mereka tidak boleh dibedakan

Irma Numiasari, 2013


Program Bimbingan Pribadi – Sosial Berdasarkan Pendekatan Humanistik Untuk Mengembangkan
Konsep Diri Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
73

antara satu dengan yang lain seperti mendapat perlakuan karena berstatus sebagai

kelompok kontrol. Metode penelitian eksperimen kuasi (quasi experiment) mirip

dengan metode eksperimen namun lebih fleksibel karena tidak menggunakan

random assigment (Hepner et al., 2008:176). Penelitian eksperimen semu,

dilakukan untuk menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh suatu perlakuan

bila dibandingkan dengan perlakuan lain dengan pengontrolan variabelnya sesuai

dengan kondisi yang ada (situasional).

Alasan peneliti menggunakan metode penelitian quasi experiment adalah

karena (1) sampel penelitian yang digunakan melalui teknik sampel purposive

yaitu pemilihan sampel dilakukan tidak secara random; (2) peneliti tidak mungkin

menempatkan subjek penelitian dalam situasi laboratorik murni yang sama sekali

bebas dari pengaruh lingkungan sosial selama diberikan perlakuan eksperimental.

Penelitian ini menggunakan eksperimen kuasi dengan desain kelompok

kontrol yang non-ekuivalen (Nonequivalent Control Group Design). Desain

penelitian nonequivalent pretest-posttest control group design, yaitu jenis desain

yang biasanya dipakai pada eksperimen yang menggunakan kelas-kelas yang

sudah ada sebagai kelompoknya, dengan memilih kelas-kelas yang diperkirakan

sama keadaan atau kondisinya. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kedua kelompok tersebut terdiri dari peserta didik yang memiliki konsep

diri tidak kongruen berdasarkan data penyebaran instrumen konsep diri oleh

peneliti. Jumlah anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

dibandingkan dengan porsi yang seimbang. Kelompok eksperimen diberikan


74

perlakuan berupa bimbingan pribadi-sosial dan perlakuan konvensional pada

kelompok kontrol. Alasan peneliti menggunakan desain ini adalah sebagai

manipulasi, dimana peneliti menjadikan variabel bebas untuk menjadi sesuai

dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai

pembanding yang bisa membedakan antara kelompok yang memperoleh

perlakuan/manipulasi dengan kelompok yang tidak memperoleh

perlakuan/manipulasi (kelompok yang memperoleh perlakuan konvensional).

Adapun desain penelitiannya mengadaptasi dari Sugiono (2010:112),

digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.1
Desain Penelitian
KELAS Pre Test Perlakuan Post Test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
Keterangan:

X = Perlakuan dengan program bimbingan pribadi-sosial dengan menggunakan

pendekatan humanistik terhadap pengembangan konsep diri

O1 = Pengungkapan awal kondisi konsep diri peserta didik kelas eksperimen

dengan menggunakan instrumen konsep diri peserta didik

O2 = Pengungkapan akhir kondisi konsep diri peserta didik kelas eksperimen

dengan menggunakan instrumen konsep diri peserta didik

O3 = Pengungkapan awal kondisi konsep diri peserta didik kelas kontrol

dengan menggunakan instrumen konsep diri peserta didik

O4 = Pengungkapan akhir kondisi konsep diri peserta didik kelas kontrol

dengan menggunakan instrumen konsep diri peserta didik


75

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi

Tempat atau lokasi penelitian di SLBN A Kota Bandung bertempat di Jl.

Padjajaran Kota Bandung Provinsi Jawa Barat yang selanjutnya disebut SMPLB

X. Alasan dipilihnya sekolah tersebut sebagai tempat penelitian dikarenakan

mudah dalam hal pengawasan karena sekolah tersebut terletak di pusat kota

Bandung. Sekolah ini dapat dikatakan sebagai sekolah pemula di kota Bandung

yang menerima peserta didik tunanetra selain itu sekolah ini terakreditasi A di

kota Bandung. Jumlah peserta didik SMPLB tunanetra yang mengikuti pendidikan

di sekolah ini relatif banyak dibandingkan di SLBN A lainnya.

2. Populasi

Populasi penelitian ini adalah peserta didik SMPLB. Jumlah populasi

penelitian sebanyak 23 orang. Karakteristik populasi penelitian, yaitu a) peserta

didik SMPLB; b) berusia 13 sampai dengan 21 tahun; c) pria dan wanita; d) jenis

ketunaan adalah tunanetra tanpa memiliki ketunaan ganda. Adapun hal-hal yang

menjadi pertimbangan dalam pemilihan populasi adalah sebagai berikut.

a) Peserta didik SMPLB berada dalam rentang usia remaja, yaitu berkisar antara

13-21 tahun yang merupakan periode transisi perkembangan antara masa

kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan

biologis, kognitif dan sosio-emosional.

b) Peserta didik SMPLB termasuk kategori “remaja” yang mulai berfikir secara lebih

abstrak dan idealistik. Pada diri remaja muncul kemampuan untuk mengkonstruksi

diri ideal dan diri sebenarnya, menjadi membingungkan bagi remaja. Menurut
76

Rogers, perbedaan yang jauh antara diri yang nyata dan diri yang ideal menunjukkan

tanda ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri (Santrock, 2003:333)

c) Peserta didik SMPLB mendapatkan perlakuan konvensional berupa layanan

bimbingan dan konseling secara rutin oleh guru pembimbing di sekolah,

sehingga peneliti mencoba membandingkan perlakuan konvensional tersebut

dengan perlakuan yang peneliti berikan sesuai dengan rancangan penelitian

yang dibuat peneliti.

3. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang akan diteliti. Subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian ini

adalah peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran 2012/2013 yang teridentifikasi

memiliki konsep diri tidak kongruen, berdasarkan hasil perhitungan dari

penyebaran instrumen konsep diri. Penelitian ini menggunakan metode quasi

experiment dengan teknik yang digunakan purposive sampling, yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2010:124).

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling ditentukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a) Menyebarkan instrumen konsep diri peserta didik terhadap 23 orang peserta

didik SMPLB X

b) Mengambil peserta didik secara homogen, yaitu berdasarkan kategori konsep

diri tidak kongruen yaitu sebanyak 14 orang peserta didik.


77

c) Membagi 14 peserta yang memiliki konsep diri tidak kongruen tersebut

menjadi dua kelompok, yaitu 7 peserta didik untuk kelompok eksperimen dan

7 peserta didik untuk kelompok kontrol.

Langkah pengambilan sampel tersebut dimaksud agar dapat menyaring

peserta didik yang memiliki kategori konsep diri tidak kongruen kemudian

dikelompokan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian terdapat dua variabel yaitu konsep diri peserta didik dan

program bimbingan pribadi-sosial, yaitu.

a) Variabel bebas (X) adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang

dijadikan sebagai variabel bebas adalah program bimbingan pribadi-sosial

berdasarkan pendekatan humanistik

b) Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab akibat.

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel terikat adalah konsep diri .

Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah program

bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik dan konsep diri.

a) Bimbingan Pribadi-Sosial

Menurut Winkel (2007:35) bimbingan pribadi-sosial berarti proses

bantuan yang diberikan dari konselor ke konseli dalam menghadapi permasalahan


78

yang bersifat pribadi dan sosial. Menurut Yusuf dan Nurihsan (2010:11)

bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk membantu para individu

dalam memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial. Permasalahan yang bersifat

pribadi-sosial adalah masalah hubungan dengan sesama teman, pemahaman sifat

dan kemampuan diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan dan

masyarakat tempat mereka tinggal dan penyelesaian konflik.

Pendekatan humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang

manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju.

Dasar pendekatan ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya,

dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan

nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri,

dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu. Falsafah dan

asumsi dasar pendekatan ini berdasarkan pada pandangan positif tentang manusia

yang melihat orang memiliki sifat bawaan berjuang keras ke arah menjadi untuk

berfungsi secara penuh (becoming fully functioning) (Feist dan Feist, 2010:7).

Istilah bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian ini adalah upaya yang

dilakukan konselor untuk melaksanakan bantuan kepada konseli dalam

mengembangkan potensi diri dan kemampuan berhubungan sosial sehingga membina

hubungan sosial di berbagai lingkungan atau pergaulan sosial, serta bertujuan untuk

mencapai perkembangan diri mengacu pada data profil konsep diri peserta didik.

Secara operasional bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian ini adalah

upaya yang dilakukan peneliti sebagai konselor untuk melaksanakan bantuan kepada

peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran 2012/2013 sebagai konseli dalam


79

mengembangkan potensi diri dan kemampuan berhubungan sosial sehingga membina

hubungan sosial di berbagai lingkungan atau pergaulan sosial, serta bertujuan untuk

mencapai perkembangan diri khususnya pengembangan konsep diri peserta didik

dengan menekankan nilai-nilai positif individu, lebih memfokuskan perhatian pada

kekuatan dan kemampuannya daripada kekurangan dan kesulitannya serta

menerapkan konsep “unconditional positive regard”.

b) Konsep Diri

Menurut Burn (1993:87) konsep diri yaitu konseptualisasi individu

mengenai pribadinya sendiri, dipandang sebagai seseorang yang diinvestasikan

dengan konotasi-konotasi emosional yang potensial dan evaluatif karena

keyakinan-keyakinan subyektif dan pengetahuan faktual yang dianggap berasal

dari diri individu yang bersifat pribadi dalam berbagai tingkatan, intens dan

sentral terhadap keunikan identitasnya.

Menurut Carl Rogers (Alwisol, 2004:338) terkait konsep diri diartikan

sebagai: (a) persepsi, keyakinan, perasaan/sikap seseorang tentang dirinya sendiri;

(b) kualitas pensifatan individu tentang dirinya sendiri dan pandangan orang lain

tentang dirinya sendiri; (c) suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya

sendiri dan pandangan orang lain tentang dirinya.

Konsep diri menurut Rogers (Prabawa, 2009:9) merupakan sebagian dari

medan fenomenal yang lama kelamaan menjadi terpisah. Menurut Rogers, konsep

diri merupakan gestalt konseptual yang teratur dan bersifat konsisten yang terdiri

dari persepsi-persepsi tentang ciri atau karakteristik diri individu dan juga persepsi

yang individu miliki tentang hubungan antara diri individu dengan orang lain,
80

pendapat orang lain yang diyakini terhadap diri, juga berbagai aspek dalam

kehidupan individu.

Menurut Rogers (Prabawa, 2009:10) konsep diri tidak hanya terdiri dari

persepsi tentang apa yang individu sukai, tetapi juga apa yang individu fikirkan

tentang apa yang seharusnya individu lakukan dan ingin menjadi seperti apa diri

individu. Keadaan diri individu saat ini disebut real self, sementara ideal self

adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa

yang ingin dicapai oleh individu tersebut.

Menurut Atwater (Desmita, 2010:163) konsep diri adalah keseluruhan

gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan

dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. Atwater mengidentifikasikan

konsep diri atas tiga bentuk, pertama, body image yaitu kesadaran tentang

tubuhnya; kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan

seseorang mengenai dirinya; ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain

melihat dirinya.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan konsep diri

merupakan cara pandang individu terhadap gambaran pribadinya yang merupakan

hasil penggabungan dari persepsi mengenai karakteristik diri pada saat ini (real

self) dan persepsi mengenai diri terhadap orang lain dan kehidupan sehingga

memunculkan diri yang diinginkan dalam dirinya (ideal self) meliputi aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif meliputi pengalaman masa lalu,

keyakinan terhadap pilihan, pemahaman kelebihan dan kelemahan diri,

pertimbangan konsekuensi pilihan-pilihan, tujuan yang ingin dicapai, harapan,


81

nilai-nilai kehidupan, kesadaran akan perilaku diri dan orang lain. Aspek afektif

meliputi dorongan-dorongan, perasaan subjektif individu tetrhadap diri,

penghargaan terhadap diri dan orang lain, keterlibatan dalam sebuah komunitas

dan taat pada norma yang berlaku. Aspek psikomotorik meliputi interaksi dengan

lingkungan sosial, kemampuan berbahasa dan mengelola emosi. Selanjutnya

konsep diri mempresentasikan pola persepsi yang terorganisasi dan kosisten.

Walaupun diri berubah, diri akan selalu memiliki kualitas pola, integrasi dan

organisasi yang sama.

Secara operasional konsep diri yang diungkap dalam penelitian ini dibatasi

pada real self sedangkan aspek dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif

dan afektif. Indikator yang terdapat dalam aspek kognitif dan afektif tidak semua

digunakan. Secara operasional konsep diri dalam penelitian ini adalah cara

pandang peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran 2012/2013 terhadap gambaran

pribadinya pada saat ini, meliputi aspek kognitif dan afektif. Indikator-indikator

dari aspek tersebut yaitu sebagai berikut.

a. Kognitif

1) Mengetahui kondisi fisik

2) Menjabarkan identitas diri terkait kepribadian

3) Mengenal kemampuan dan ketidakmampuan diri

4) Mempelajari cara-cara pengambilan keputusan dan pemecahan masalah

5) Memaknai pengalaman

b. Afektif

1) Menghargai diri dan orang lain


82

2) Sikap percaya diri

3) Meyakini nilai-nilai moral

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka

dikembangkan alat pengumpul data yaitu skala konsep diri, digunakan untuk

memperoleh gambaran tentang konsep diri peserta didik sebelum dan sesudah

mengikuti proses bimbingan pribadi-sosial.

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Instrumen konsep diri peserta didik dikembangkan dari definisi

operasional variabel. Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan tentang konsep

diri merujuk pada aspek kognitif dan afektif berdasarkan konsep yang

dikembangkan oleh Rogers. Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah

dibuat sehingga menghasilkan item-item pernyataan dan kemungkinan

jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur konsep diri peserta didik.

Angket menggunakan format rating scale (skala penilaian) model Likert . Adapun

kisi-kisi instrumen disajikan dalam tabel 3.2 berikut ini dan instrumen secara

lengkap terlampir dalam lampiran.

Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Peserta Didik

ASPEK INDIKATOR No. Item Jml


Kognitif a. Mengetahui kondisi fisik 1,2,3,4,5,6,7,8 8
(pengetahuan
b. Menjabarkan identitas diri 9,10,11,12,13,14,15,16 12
individu terhadap
terkait kepribadian ,17,18,19,20
dirinya sendiri yang
akan membentuk c. Mempelajari cara-cara 21,22,23,24,25,26,27 7
gambaran dirinya) pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah
83

d. Mengenal kemampuan dan 28,29,30,31,32,33,34,3 9


ketidakmampuan diri 5,36,37
e. Memaknai pengalaman 38,39,40,41,42,43,44,4 11
5,46,47,48,49

Afektif a. Menghargai diri dan orang lain 50,51,52,53,54,55,56,5 22


(penilaian individu 7,58,59,60,61,62,63,64
terhadap dirinya ,65,66,67,68,69,70,71,
sendiri yang akan 72
membentuk b. Sikap percaya diri 73,74,75,76,77,78,79,8 21
bagaimana 0,81,82,83,84,85,86,87
penerimaan terhadap ,88,89,90,92
diri dan harga diri 91,93,94
individu) c. Meyakini nilai-nilai moral 95,96,97,98,99 5
JUMLAH 99

2. Penimbangan Instrumen (Expert Judgment) dan Uji Keterbacaan

Instrumen

Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh item-item yang

valid yang dapat mengukur permasalahan konsep diri peserta didik. Instrumen

penelitian ditimbang oleh tiga orang pakar untuk dikaji dan ditelaah dari segi isi,

redaksi kalimat, serta kesesuaian item dengan aspek-aspek yang akan diungkap

(apakah item layak digunakan untuk mengungkapkan atribut yang dikehendaki

oleh peneliti sebagai perancang instrumen).

Ketiga penimbang tersebut adalah Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., yang

merupakan pakar dalam bimbingan dan konseling, Dr. Nurhuda, M.Pd., yang

merupakan pakar dalam testing psikologis dan konstruksi tes serta Dr. Jaja

Raharja, M.Pd., yang merupakan pakar dalam bidang pendidikan luar biasa

khususnya ketunanetraan.

Penimbangan perlu dilakukan guna mendapatkan angket yang sesuai

dengan kebutuhan peneliti. Bila terdapat butir pernyataan yang tidak sesuai, maka
84

butir pernyataan tersebut akan dibuang atau hanya direvisi yang akan kemudian

disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Hasil penilaian dosen

penimbang, pada angket penelitian ini mengalami revisi bahasa dan sejumlah 9

item dibuang karena tidak memenuhi kualifikasi, sehingga jumlah item pada

angket yang akan diujicobakan sebanyak 99 item.

Instrumen yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar kemudian

direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari para penimbang tersebut. Setelah itu

instrumen yang telah direvisi, kemudian dilakukan uji keterbacaan oleh lima responden

untuk mengetahui apakah setiap item dapat dan mudah dipahami oleh responden.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Uji Validitas

Instrumen ini diujicobakan terhadap 5 orang peserta didik SMPLB di

SLBN A Citeurep dan 5 orang di SLBN A Kota Bandung, dimaksudkan untuk

mengetahui ketepatan/kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability) alat ukur

yang telah disusun dan akan digunakan penelitian

Uji validitas instrumen dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan

software Microsoft Excel 2007 dan software SPSS version 17.0 for Windows.

Hasil uji validitas dapat dilihat pada lampiran 2 (pengolahan data). Validitas

menunjukan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang di tanyakan dan

apa yang ingin di ukur dalam penelitian. Suatu pertanyaan dikatan valid dan dapat

mengukur variabel penelitian jika nila koefesien validitasnya lebih dari atau sama

dengan 0,30 (Sugiono, 2010:179). Proses pengujian validitas instrumen dilakukan

dengan koofesien korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:


85

N  XY   X  Y 
rxy 
N  X 2

  X  N  Y 2   Y 
2 2

Keterangan :

rxy = Koefesien indek korelasi product moment

N = Jumlah Subyek

ΣX = Jumlah skror total variable X

ΣY = Jumlah skor total variable Y

ΣX2 = Jumlah kuadrat skor variable X

ΣY2 = Jumlah kuadrat skor variable Y (Arikunto, 2006 : 170)

Setelah mendapatkan r hitung, kemudian untuk menguji nilai signifikansi

validitas butir soal tersebut, digunakan uji t yaitu dengan menggunakan rumus berikut.

Keterangan:

r = Nilai Koefesien Korelasi

N = Jumlah sampel

Dasar pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut.

Jika r positif, serta r 0.30 maka item pertanyaan tersebut valid.

Jika r negatif, serta r 0.30 maka item pertanyaan tersebut tidak valid.

Perhitungan validitas dengan menggunakan rumus koofesien korelasi

product moment dilakukan dengan bantuan Software SPSS. Di antara sejumlah 99

item yang diujicobakan, hanya diperoleh 85 item yang memenuhi kriteria

penerimaan r tersebut.
86

Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Instrumen

KESIMPULAN ITEM JUMLAH


Memadai 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 85
18, 19, 20, 22. 23, 24, 25, 26, 38, 29, 31, 32, 33, 35,
36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49,
50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63,
64, 66, 67, 68, 69 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78,
79, 80, 81, 82, 83, 85, 86, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94,
95, 96, 99, 100, 103, 104, 107, 108
Buang 1,11,12,14,23,24,30,31,36,42,43,45,58,62 14

b. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen bertujuan untuk melihat tingkat keterandalan atau

kemantapan sebuah instrumen (level of consistency) penelitian atau dengan kata lain sejauh

mana instrumen mampu menghasilkan skor-skor secara konsistens (Rakhmat dan Solehudin,

2006:70). Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran dengan

menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas intrumen ditunjukkan sebagai

derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen

yang sama dalam kondisi yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi

varians skor perolehan subjek. Dalam hal ini, skor perolehan terdiri dari skor murni dan skor

kekeliruan galat pengukuran. Oleh karena itu, reliabilitas instrumen secara operasional

dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r) (Suryabrata, 1999:41).

Hasil uji reliabilitas pada instrumen konsep diri dengan menggunakan

software SPSS version 17.0 for Windows diperoleh koefisien Alpha Cronbach

untuk konsep diri peserta didik sebesar α = 0, 989. Titik tolok ukur koefisien

reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (2010: 149) yang

disajikan pada Tabel 3.4 berikut.


87

Tabel 3.4
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 ─ 0,199 Sangat rendah
0,20 ─ 0, 399 Rendah
0,40 ─ 0,599 Sedang
0,60 ─ 0, 799 Tinggi
0,80 ─ 1, 000 Sangat tinggi

Berdasarkan hasil koefisien Alpha Cronbach yang diperoleh (α = 0, 989)

dan mengacu pada titik tolak ukur pada Tabel 3.4, maka dapat disimpulkan bahwa

instrumen konsep diri peserta diri memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi.

E. Pengembangan Program Bimbingan Pribadi-Sosial berdasarkan

Pendekatan Humanistik

Pengembangan produk merupakan salah satu tahapan yang harus

dilakukan dalam sebuah penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian dan

pengembangan. Adapun tahapan dalam pengembangan produk yang berupa

program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penyusunan Draf Program

Setelah memperoleh landasan teoretis mengenai konsep diri dan kondisi

awal konsep diri, maka kegiatan berikutnya dalam pengembangan program adalah

menyusun draf program berisi pedoman umum operasional program yang

meliputi: (1) orientasi program; (2) rasional dan asumsi; (3) tujuan program; (4)

peran konselor; (5) kompetensi konselor; (6) penunjang teknis layanan; (7)

struktur dan tahapan program, (8) refleksi dan indikator keberhasilan.


88

2. Uji Rasional

Uji rasional dalam penelitian ini melalui dua jenis pengujian yaitu: uji

validitas isi program dan uji empiris.

a. Uji Validitas Isi Program

Uji validitas isi program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan

pendekatan humanistik pada penelitian ini menggunakan pendekatan humanistik

yang diberikan oleh lima orang pakar/ahli Bimbingan dan Konseling yaitu Dr.

Mubiar Agustin, M. Pd., Dr. Ipah Saripah, M. Pd., Dr. Jaja R, M.Ed., Dr. Ehan,

M.Pd., dan Agus Sensus, M.Pd.

b. Uji Empiris

Uji empiris dilakukan melalui uji keterbacaan dan uji kepraktisan

program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik dalam

mengembangkan konsep diri dengan teknik group discussion dari para praktisi

bimbingan dan konseling. dalam penelitian ini uji kepraktisan dilakukan oleh

Guru BK yaitu Tri Bagio, M.Pd.

3. Hasil Uji Program Hipotetik Bimbingan Pribadi-Sosial berdasarkan


Pendekatan Humanistik untuk Mengembangkan Konsep Diri Peserta
Didik SMPLB X

Program bimbingan pribadi-sosial dalam penelitian ini dirancang

berdasarkan pendekatan humanistik yang dipadukan dengan hasil studi

pendahuluan tentang profil konsep diri peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran

2012/2013. Program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik


89

dikembangkan untuk mengembangkan konsep diri yang mencakup aspek kognitif

dan afektif.

Program bimbingan pribadi-sosial yang dikembangkan dijabarkan dari

konsep pendekatan humanistik, artinya secara umum konten dari layanan

bimbingan pribadi-sosial yang harus dikembangkan peserta didik adalah konsep

diri dengan bernuansa humanistik. Pengembangan program dilakukan melalui

beberapa tahapan yaitu.

Tahap pertama, penyusunan draf program bimbingan pribadi-sosial

untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. Sistematika program yang

dikembangkan meliputi: (1) orientasi program; (2) rasional dan asumsi; (3) tujuan

program; (4) peran konselor; (5) kompetensi konselor; (6) penunjang teknis

layanan; (7) struktur dan tahapan program, (8) refleksi dan indikator keberhasilan.

Tahap kedua, uji validasi rasional yang terdiri dari uji validasi isi

program dan uji empiris atau uji kepraktisan. Uji validasi isi program ditimbang

oleh lima orang pakar/ahli Bimbingan dan Konseling yaitu Dr. Mubiar Agustin,

M. Pd., Dr. Ipah Saripah, M. Pd., Dr. Jaja R, M.Ed., Dr. Ehan, M.Pd dan Agus

Sensus, M.Pd.

Adapun masukan yang diperoleh dari pakar dan praktisi yang melakukan

judgement terhadap program ini dipaparkan sebagai berikut.

Tabel 3.5
Hasil Penimbangan Pakar dan Praktisi Terhadap Layanan
Bimbingan Pribadi-Sosial berdasarkan Pendekatan Humanistik
ASPEK LAYANAN HASIL PENIMBANGAN PAKAR
Orientasi program Orientasi program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan
pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep
diri peserta didik sudah memadai, namun ada beberapa
masukan dengan tidak mencantumkan banyak landasan
90

ASPEK LAYANAN HASIL PENIMBANGAN PAKAR


teori dalam orientasi program dan belum terlihatnya
definisi program bimbingan pribadi-sosial dan relevansi
antara program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan
pendekatan humanistik dengan konsep diri. Tindak lanjut
masukan tersebut dilakukan revisi yang sesuai dengan
yang disarankan.
Rasional dan Asumsi Rasional dan asumsi program merupakan landasan
Program teoritis maupun empiris sebagai need assessment yang
dijadikan dasar dalam pembuatan program. Hasil
pertimbangan pakar menyatakan bahwa rasional dan
asumsi program memadai, namun ada beberapa saran
yang menjadi masukan yaitu terlalu banyak teori yang
dicantumkan sehingga peneliti menindak lanjutinya
dengan mengurangi landasan teori sesuai dengan yang
disarankan penimbang. Selain itu saran yang diberikan
dengan mendeskripsikan profil konsep diri peserta didik.
Tujuan Tujuan program merupakan gambaran hasil yang
diharapkan setelah peserta didik mengikuti layanan.
Berdasarkan hasil penimbangan pakar terhadap tujuan
program dinilai memadai, sedangkan dua pakar memberi
nilai sangat memadai. Saran dan komentar yang
diberikan adalah perlunya diklasifikasikan dalam tujuan
umum dan tujuan khusus program, dan perlunya
disesuaikan dengan need assesment.
Peran Konselor Peran konselor adalah kemampuan dasar yang perlu
dimiliki konselor untuk melaksanakan layanan. Hasil
penimbangan pakar diketahui tiga pakar menyatakan
sangat memadai dan dua pakar lain menyatakan
memadai. Masukan yang diberikan adalah perlu
dijelaskan dengan bahasa yang lebih deskriptif dan
operasional. Tindak lanjut masukan tersebut dilakukan
revisi yang sesuai dengan yang disarankan.
Kompetensi Konselor Kemampuan konselor dalam melaksanakan program
bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan konsep
diri peserta didik. Berdasarkan kelima pakar menilai
kompetensi konselor memadai dan masukan yang
diberikan adalah perlu dijelaskan dengan bahasa yang
lebih deskriptif dan operasional. Tindak lanjut terhadap
masukan tersebut dilakukan dilakukan revisi yang sesuai
dengan yang disarankan.
Penunjang Teknis Penunjang teknis layanan dinilai oleh pakar sudah
Layanan memadai. Masukan yang diberikan adalah perlu
diperjelas dalam tahapan pelaksanaan bimbingan. Tindak
lanjut dari saran tersebut dilakukan dilakukan revisi yang
sesuai dengan yang disarankan.
91

ASPEK LAYANAN HASIL PENIMBANGAN PAKAR


Struktur dan Tahapan Struktur dan tahapan berisi gambaran singkat langkah
Layanan kerja dan aktivitas yang ada dalam setiap layanan. Hasil
penimbangan menurut lima pakar menunjukkan struktur
dan tahapan dianggap memadai. Setiap tahapan dalam
dianggap sudah mengakomodir dalam pencapaian tujuan
program. Masukan yang diberikan adalalah perlu
ditambah pengembangan tema dan materi program pada
setiap tahapan.
Refleksi Layanan dan Refleksi layanan dinilai oleh pakar sudah memadai.
Indikator Masukan yang diberikan adalah perlu disertakan format
Keberhasilan lampiran refleksi. Tindak lanjut dari saran tersebut
dilakukan dilakukan revisi yang sesuai dengan yang
disarankan. Indikator keberhasilan dinilai oleh kelima
orang pakar sudah memadai dan tidak ada masukan yang
perlu diperbaiki.
F. Teknik Analisis Data

Penelitian menggunakan metode eksperimen kuasi yang menyajikan profil

umum tentang konsep diri peserta didik dan efektivitas program bimbingan

pribadi-sosial. Untuk uji efektivitas program, dibandingkan hasil skor rata-rata

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Mengacu pada kepentingan tersebut,

penting diadakan analisis statistika untuk menjawab pertanyaan penelitian dan

memperoleh data dalam bentuk angka.

1. Teknik Analisis Profil Umum Konsep Diri Peserta Didik

Teknik analisis pertama ditujukan untuk mengetahui gambaran umum

konsep diri, alat yang digunakan berupa instrumen. Instrumen disusun

berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sehingga menghasilkan item-item

pernyataan dan kemungkinan jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur

konsep diri peserta didik.

Item pernyataan dalam instrumen konsep diri peserta didik menggunakan

bentuk skala Likert, dengan pilihan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju
92

(KS), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun kriteria

penskoran untuk mendapat skor angket konsep diri peserta didik dapat dilihat

pada Tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.6
Ketentuan Pemberian Skor Angket Konsep Diri Peserta Didik
Pernyataan Skor
SS S KS TS STS
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
Tabel konversi skor setiap indikator untuk menentukan kategorisasi

konsep diri peserta didik yang dimaknai sebagai profil umum konsep diri peserta

didik, disajikan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 3.7
Konversi Skor Mentah Menjadi Skor Matang Dengan Batas Lulus Aktual

Skala Skor Mentah Kategori Skor Kategori Konsep Diri


X  + 0,25 s Tinggi Kongruen
X + 0,25 s Rendah Tidak kongruen
(Rachmat dan Solehuddin, 2006)

Penentuan konversi skor sebagai standardisasi dalam menafsirkan skor

ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai individu dalam

pendistribusian responsnya terhadap instrumen. Konversi skor disusun

berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek maupun skor

total instrumen dengan jumlah kelas dua.

Penentuan konversi skor sebagai standardisasi dalam menafsirkan skor

ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai individu dalam

pendistribusian responsnya terhadap instrumen. Konversi skor disusun

berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek maupun skor

total instrumen dengan jumlah kelas dua.


93

1) Menghitung skor total masing-masing responden

2) Menentukan Range (R) = nilai terbesar – nilai terkecil

3) Menghitung banyak kelas Ρ= 1 + 3,3 log n

4) Menghitung panjang kelas = range : banyak kelas ( )

5) Memasukan data peserta didik kedalam tabel frekuensi

6) Mencari rata-rata aktual dengan rumus

= +p

Keterangan:

= rata-rata terduga, yang dijadikan rata-rata terduga adalah titik tengah kelas interval

yang terbanyak frekuensinya atau kelas interval yang berada di tengah-tengah

p = panjang kelas interval

d = selisih titik tengah kelas interval dari dibagi p

7) Mencari simpangan dengan rumus

S= p

8) Mencari batas lulus (BL) = + 0,25 s

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3.7, maka kriteria konsep diri yang

digunakan sebagai acuan dalam pengelompokan skor konsep diri peserta didik

dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8
Kriteria Gambaran Umum Konsep Diri Peserta Didik
Kriteria Konsep Diri Rentang
Kongruen ≥ 248
Tidak kongruen < 248
94

Secara teori konversi skor yang digunakan dalam penelitian ini adalah

didasarkan pada status konsep diri peserta didik.

Tabel 3.9
Status Konsep Diri
Kriteria Rentang Penafsiran Skor
Konsep
Diri
Kongruen ≥ 248 Peserta didik mampu terbuka pada pengalaman, hidup
pada masa kini, yaitu hidup dan menerima apa yang
ada saat ini, mampu mempercayai dirinya, melakukan
apa yang individu anggap benar, mengalami
kebebasan yaitu perasaan bebas untuk memilih dan
selalu bertanggungjawab dengan pilihan individu,
mampu berkreativitas yaitu peduli pada sesama atau
lebih ringkasnya selalu memberikan atau melakukan
yang terbaik pada apapun yang individu lakukan.
Tidak < 248 Peserta didik belum mampu terbuka pada
kongruen pengalaman, belum menerima apa yang ada saat ini,
belum mampu mempercayai dirinya, belum
melakukan apa yang individu anggap benar, belum
mengalami kebebasan yaitu perasaan bebas untuk
memilih dan selalu bertanggungjawab dengan pilihan
individu, belum mampu berkreativitas yaitu peduli
pada sesama atau lebih ringkasnya tidak selalu
memberikan atau melakukan yang terbaik pada
apapun yang individu lakukan.

Adapun kriteria pengelompokan indikator konsep diri dapat dilihat dalam

tabel 3.10 berikut ini.

Tabel 3.10
Kriteria Indikator Konsep Diri Peserta Didik
Aspek Konsep Indikator Kriteria Rentang
Diri
1. Mengetahui kondisi fisik Kongruen ≥ 19
Kognitif Tidak kongruen < 19
2. Menjabarkan identitas diri Kongruen ≥ 26
terkait kepribadian Tidak kongruen < 26
3. Mempelajari cara-cara Kongruen ≥ 14
pengambilan keputusan dan Tidak kongruen
pemecahan masalah < 14
4. Mengenal kemampuan dan Kongruen ≥ 21
ketidakmampuan diri Tidak kongruen < 21
95

Aspek Konsep Indikator Kriteria Rentang


Diri
5. Memaknai pengalaman Kongruen ≥ 26
Tidak kongruen < 26
6. Menghargai diri dan orang lain Kongruen ≥ 70
Afektif Tidak kongruen < 70
7. Sikap percaya diri Kongruen ≥ 62
Tidak kongruen < 62
8. Meyakini nilai-nilai moral Kongruen ≥14
Tidak kongruen < 14

Hasil perolehan hitungan tersebut menghasilkan capaian indikator dan

item yang dibutuhkan dalam membuat rumusan program, lebih spesifiknya

dicantumkan dalam deskripsi kebutuhan program sebagai landasan dalam

membuat program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan profil konsep diri peserta

didik. Program bimbingan yang telah dirancang berdasarkan hasil perolehan

tersebut, menjadi dasar pelaksanaan penelitian yang disesuaikan dengan kondisi

lapangan. Status konsep diri peserta didik menjadi dua kategori, untuk

membedakan peserta didik yang butuh diberikan perlakuan dalam hal ini adalah

pelaksanaan program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan

humanistik. Program yang dilaksanakan disebut dengan program hipotetik yang

memerlukan pertimbangan dari pakar dan praktisi di bidang bimbingan dan

konseling sebelum dilaksanakan.

2. Teknik Penentuan Sampel

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono,

2010:124). Penentuan sampel ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan

jenis data yang ingin dikumpulkan. Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
96

adalah peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran 2012/2013 yang teridentifikasi

memiliki konsep diri tidak kongruen. Tujuan pengambilan sampel dengan teknik

purposive adalah untuk digunakan dalam eksperimen program bimbingan pribadi-sosial.

3. Teknik Uji Efektivitas Program Bimbingan Pribadi-Sosial berdasarkan

Profil Konsep Diri

Bentuk analisis data yang digunakan menjawab pertanyaan penelitian no

4 tentang keefektifan program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan

humanistik yang efektif untuk mengembangkan konsep diri adalah dengan cara

membandingkan data rata-rata perolehan skor onsep diri peserta didik sebelum

mendapatkan bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik

dengan data skor konsep diri peserta didik setelah memperoleh bimbingan

pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik.

Pengujian efektivitas program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan

pendekatan humanistik dilakukan dengan menggunakan uji parametris dengan

menggunakan teknik uji t (independent sample t test) melalui analisis data konsep

diri peserta didik sebelum dan setelah mengikuti program bimbingan pribadi-

sosial. Teknik uji ini dilakukan dengan cara membandingkan data pretest dan

posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tujuan uji ini adalah untuk

diperoleh fakta empirik tentang keefektifan program bimbingan pribadi-sosial

berdasarkan pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep diri peserta

didik SMPLB X. Teknik pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan

bantuan software statistical product and service solutions (SPSS) versi 17.0.
97

Prosedur pengujian efektivitas tersebut adalah sebagai berikut.

a) Menguji normalitas data pretest dan posttest kedua kelompok. Pengujian

normalitas data dilakukan dengan dengan statistik uji Z Kolmogrov-Smirnov

(p>0,05) dengan menggunakan bantuan SPSS 17.0.

b) Menguji homogenitas varians data pretest dan posttest kedua kelompok

(p>0,05) dengan bantuan SPSS 17.0.

c) Menguji perbedaan (efektivitas) program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan

pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep diri peserta didik

menggunakan uji t independent (independent sample t test) dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut.

a. Hipotesis
H0 : µ eksperimen = µ kontrol

Tidak ada perbedaan rata-rata konsep diri peserta didik antara


kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Maka program
bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik tidak
efektif untuk mengembangkan konsep diri peserta didik.

H1 : µ eksperimen > µ kontrol


Terdapat perbedaan rata-rata konsep diri peserta didik antara
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Maka program
bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik efektif
untuk mengembangkan konsep diri peserta didik.

b. Dasar pengambilan keputusan


Pengambilan keputusan dilakukan dengan dua cara, yaitu

membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai

probabilitas yang diperoleh dengan α=0,05.

Jika pengambilan keputusan berdasarkan nilai t hitung, maka kriterianya

adalah terima H0 jika – t 1- ½  < t hitung < t 1- ½  , dimana t 1- ½  didapat dari


98

daftar tabel t dengan dk = ( n1 + n2 – 1) dan peluang 1- ½  . Untuk harga-harga

t lainnya H0 ditolak.

Jika pengambilan keputusan berdasarkan angka probabilitas (nilai p),

maka kriterianya adalah:

1) Jika nilai p < 0,05, maka H0 ditolak

2) Jika nilai p > 0,05, maka H0 diterima

G. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan; (2)

tahap pelaksanaan; dan (3) tahap pengolahan dan analisis data. Secara garis besar

tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang konsep diri dan

bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik.

b. Menentukan subjek penelitian.

c. Menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian berupa kuesioner konsep diri.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan tes untuk mengetahui profil umum konsep diri peserta didik

untuk mengetahui sampel penelitian yang akan mendapatkan perlakuan

bimbingan pribadi-sosial dan perlakuan konvensional

b. Pelaksanaan (pretest) untuk mengetahui data awal konsep diri peserta

didik terhadap kelompok eksperimen sebelum dilaksanakan perlakuan

c. Menyusun program hipotetik bimbingan pribadi-sosial berdasarkan

pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep diri peserta didik


99

d. Pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan humanistik

1) Menetapkan jadwal pelaksanaan bimbingan yang sesuai dengan hasil

kesepakatan dengan peserta didik yang menjadi sampel penelitian pada

kelompok eksperimen dan pertimbangan pihak sekolah.

2) Mengkondisikan kelompok yang sudah ditetapkan sebagai kelompok

eksperimen, sehingga peserta didik mengetahui dengan baik kegiatan

bimbingan yang akan diikuti.

3) Melaksanakan bimbingan pribadi-sosial berdasarkan pendekatan

humanistik kepada kelompok eksperimen yang dirancang 12 kali

perlakuan/pertemuan bimbingan.

e. Observasi terhadap pelaksanaan bimbingan pada kelompok eksperimen

untuk mengetahui apakah bimbingan pribadi-sosial efektif untuk

mengembangkan konsep diri peserta didik.

f. Pelaksanaan tes akhir (posttest) untuk mengetahui efektivitas bimbingan

pribadi-sosial pada kelompok eksperimen dan perlakuan konvensional

pada kelompok kontrol.

3. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data

a. Mengolah skor tes awal, pretest dan tes akhir (posttest) konsep diri peserta didik.

b. Melakukan uji persyaratan statistik (keefektifan) tes awal, pretest dan tes

akhir (posttest) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

melakukan analisis data dengan menggunakan uji t-test untuk mengetahui

tingkat efektivitas sebelum dan sesudah perlakuan dengan melakukan uji -t

c. Menyajikan dan membahas hasil penelitian.

You might also like