Professional Documents
Culture Documents
METODE PENELITIAN
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya (Arikunto,
menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode
(dalam rangka pengujian hipotesis). Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi
perbedaan kelompok atau signifikasi hubungan antar variabel yang diteliti (Azwar, 2007:5).
eksperimen tidak sebenarnya. Oleh karena itu, sering disebut dengan “quasi
penelitian ini banyak digunakan di bidang ilmu pendidikan atau penelitian lain
dengan subjek yang diteliti adalah manusia, dimana mereka tidak boleh dibedakan
antara satu dengan yang lain seperti mendapat perlakuan karena berstatus sebagai
dilakukan untuk menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh suatu perlakuan
karena (1) sampel penelitian yang digunakan melalui teknik sampel purposive
yaitu pemilihan sampel dilakukan tidak secara random; (2) peneliti tidak mungkin
menempatkan subjek penelitian dalam situasi laboratorik murni yang sama sekali
sama keadaan atau kondisinya. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yaitu
Kedua kelompok tersebut terdiri dari peserta didik yang memiliki konsep
diri tidak kongruen berdasarkan data penyebaran instrumen konsep diri oleh
dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai
Tabel 3.1
Desain Penelitian
KELAS Pre Test Perlakuan Post Test
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
Keterangan:
1. Lokasi
Padjajaran Kota Bandung Provinsi Jawa Barat yang selanjutnya disebut SMPLB
mudah dalam hal pengawasan karena sekolah tersebut terletak di pusat kota
Bandung. Sekolah ini dapat dikatakan sebagai sekolah pemula di kota Bandung
yang menerima peserta didik tunanetra selain itu sekolah ini terakreditasi A di
kota Bandung. Jumlah peserta didik SMPLB tunanetra yang mengikuti pendidikan
2. Populasi
didik SMPLB; b) berusia 13 sampai dengan 21 tahun; c) pria dan wanita; d) jenis
ketunaan adalah tunanetra tanpa memiliki ketunaan ganda. Adapun hal-hal yang
a) Peserta didik SMPLB berada dalam rentang usia remaja, yaitu berkisar antara
b) Peserta didik SMPLB termasuk kategori “remaja” yang mulai berfikir secara lebih
abstrak dan idealistik. Pada diri remaja muncul kemampuan untuk mengkonstruksi
diri ideal dan diri sebenarnya, menjadi membingungkan bagi remaja. Menurut
76
Rogers, perbedaan yang jauh antara diri yang nyata dan diri yang ideal menunjukkan
3. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang akan diteliti. Subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
didik SMPLB X
menjadi dua kelompok, yaitu 7 peserta didik untuk kelompok eksperimen dan
peserta didik yang memiliki kategori konsep diri tidak kongruen kemudian
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian terdapat dua variabel yaitu konsep diri peserta didik dan
a) Variabel bebas (X) adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang
b) Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab akibat.
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel terikat adalah konsep diri .
a) Bimbingan Pribadi-Sosial
yang bersifat pribadi dan sosial. Menurut Yusuf dan Nurihsan (2010:11)
dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan
nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri,
dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu. Falsafah dan
asumsi dasar pendekatan ini berdasarkan pada pandangan positif tentang manusia
yang melihat orang memiliki sifat bawaan berjuang keras ke arah menjadi untuk
berfungsi secara penuh (becoming fully functioning) (Feist dan Feist, 2010:7).
hubungan sosial di berbagai lingkungan atau pergaulan sosial, serta bertujuan untuk
mencapai perkembangan diri mengacu pada data profil konsep diri peserta didik.
upaya yang dilakukan peneliti sebagai konselor untuk melaksanakan bantuan kepada
hubungan sosial di berbagai lingkungan atau pergaulan sosial, serta bertujuan untuk
b) Konsep Diri
dari diri individu yang bersifat pribadi dalam berbagai tingkatan, intens dan
(b) kualitas pensifatan individu tentang dirinya sendiri dan pandangan orang lain
tentang dirinya sendiri; (c) suatu sistem pemaknaan individu tentang dirinya
medan fenomenal yang lama kelamaan menjadi terpisah. Menurut Rogers, konsep
diri merupakan gestalt konseptual yang teratur dan bersifat konsisten yang terdiri
dari persepsi-persepsi tentang ciri atau karakteristik diri individu dan juga persepsi
yang individu miliki tentang hubungan antara diri individu dengan orang lain,
80
pendapat orang lain yang diyakini terhadap diri, juga berbagai aspek dalam
kehidupan individu.
Menurut Rogers (Prabawa, 2009:10) konsep diri tidak hanya terdiri dari
persepsi tentang apa yang individu sukai, tetapi juga apa yang individu fikirkan
tentang apa yang seharusnya individu lakukan dan ingin menjadi seperti apa diri
individu. Keadaan diri individu saat ini disebut real self, sementara ideal self
adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa
gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan
konsep diri atas tiga bentuk, pertama, body image yaitu kesadaran tentang
seseorang mengenai dirinya; ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain
melihat dirinya.
hasil penggabungan dari persepsi mengenai karakteristik diri pada saat ini (real
self) dan persepsi mengenai diri terhadap orang lain dan kehidupan sehingga
memunculkan diri yang diinginkan dalam dirinya (ideal self) meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif meliputi pengalaman masa lalu,
nilai-nilai kehidupan, kesadaran akan perilaku diri dan orang lain. Aspek afektif
penghargaan terhadap diri dan orang lain, keterlibatan dalam sebuah komunitas
dan taat pada norma yang berlaku. Aspek psikomotorik meliputi interaksi dengan
Walaupun diri berubah, diri akan selalu memiliki kualitas pola, integrasi dan
Secara operasional konsep diri yang diungkap dalam penelitian ini dibatasi
pada real self sedangkan aspek dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif
dan afektif. Indikator yang terdapat dalam aspek kognitif dan afektif tidak semua
digunakan. Secara operasional konsep diri dalam penelitian ini adalah cara
pribadinya pada saat ini, meliputi aspek kognitif dan afektif. Indikator-indikator
a. Kognitif
5) Memaknai pengalaman
b. Afektif
dikembangkan alat pengumpul data yaitu skala konsep diri, digunakan untuk
memperoleh gambaran tentang konsep diri peserta didik sebelum dan sesudah
diri merujuk pada aspek kognitif dan afektif berdasarkan konsep yang
Angket menggunakan format rating scale (skala penilaian) model Likert . Adapun
kisi-kisi instrumen disajikan dalam tabel 3.2 berikut ini dan instrumen secara
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri Peserta Didik
Instrumen
valid yang dapat mengukur permasalahan konsep diri peserta didik. Instrumen
penelitian ditimbang oleh tiga orang pakar untuk dikaji dan ditelaah dari segi isi,
redaksi kalimat, serta kesesuaian item dengan aspek-aspek yang akan diungkap
merupakan pakar dalam bimbingan dan konseling, Dr. Nurhuda, M.Pd., yang
merupakan pakar dalam testing psikologis dan konstruksi tes serta Dr. Jaja
Raharja, M.Pd., yang merupakan pakar dalam bidang pendidikan luar biasa
khususnya ketunanetraan.
dengan kebutuhan peneliti. Bila terdapat butir pernyataan yang tidak sesuai, maka
84
butir pernyataan tersebut akan dibuang atau hanya direvisi yang akan kemudian
penimbang, pada angket penelitian ini mengalami revisi bahasa dan sejumlah 9
item dibuang karena tidak memenuhi kualifikasi, sehingga jumlah item pada
direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari para penimbang tersebut. Setelah itu
instrumen yang telah direvisi, kemudian dilakukan uji keterbacaan oleh lima responden
untuk mengetahui apakah setiap item dapat dan mudah dipahami oleh responden.
a. Uji Validitas
software Microsoft Excel 2007 dan software SPSS version 17.0 for Windows.
Hasil uji validitas dapat dilihat pada lampiran 2 (pengolahan data). Validitas
menunjukan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang di tanyakan dan
apa yang ingin di ukur dalam penelitian. Suatu pertanyaan dikatan valid dan dapat
mengukur variabel penelitian jika nila koefesien validitasnya lebih dari atau sama
N XY X Y
rxy
N X 2
X N Y 2 Y
2 2
Keterangan :
N = Jumlah Subyek
validitas butir soal tersebut, digunakan uji t yaitu dengan menggunakan rumus berikut.
Keterangan:
N = Jumlah sampel
Jika r negatif, serta r 0.30 maka item pertanyaan tersebut tidak valid.
penerimaan r tersebut.
86
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Instrumen
b. Uji Reliabilitas
kemantapan sebuah instrumen (level of consistency) penelitian atau dengan kata lain sejauh
mana instrumen mampu menghasilkan skor-skor secara konsistens (Rakhmat dan Solehudin,
2006:70). Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran dengan
derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen
yang sama dalam kondisi yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi
varians skor perolehan subjek. Dalam hal ini, skor perolehan terdiri dari skor murni dan skor
kekeliruan galat pengukuran. Oleh karena itu, reliabilitas instrumen secara operasional
software SPSS version 17.0 for Windows diperoleh koefisien Alpha Cronbach
untuk konsep diri peserta didik sebesar α = 0, 989. Titik tolok ukur koefisien
reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari Sugiyono (2010: 149) yang
Tabel 3.4
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
dan mengacu pada titik tolak ukur pada Tabel 3.4, maka dapat disimpulkan bahwa
instrumen konsep diri peserta diri memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi.
Pendekatan Humanistik
awal konsep diri, maka kegiatan berikutnya dalam pengembangan program adalah
meliputi: (1) orientasi program; (2) rasional dan asumsi; (3) tujuan program; (4)
peran konselor; (5) kompetensi konselor; (6) penunjang teknis layanan; (7)
2. Uji Rasional
Uji rasional dalam penelitian ini melalui dua jenis pengujian yaitu: uji
yang diberikan oleh lima orang pakar/ahli Bimbingan dan Konseling yaitu Dr.
Mubiar Agustin, M. Pd., Dr. Ipah Saripah, M. Pd., Dr. Jaja R, M.Ed., Dr. Ehan,
b. Uji Empiris
mengembangkan konsep diri dengan teknik group discussion dari para praktisi
bimbingan dan konseling. dalam penelitian ini uji kepraktisan dilakukan oleh
pendahuluan tentang profil konsep diri peserta didik SMPLB X Tahun Pelajaran
dan afektif.
dikembangkan meliputi: (1) orientasi program; (2) rasional dan asumsi; (3) tujuan
program; (4) peran konselor; (5) kompetensi konselor; (6) penunjang teknis
layanan; (7) struktur dan tahapan program, (8) refleksi dan indikator keberhasilan.
Tahap kedua, uji validasi rasional yang terdiri dari uji validasi isi
program dan uji empiris atau uji kepraktisan. Uji validasi isi program ditimbang
oleh lima orang pakar/ahli Bimbingan dan Konseling yaitu Dr. Mubiar Agustin,
M. Pd., Dr. Ipah Saripah, M. Pd., Dr. Jaja R, M.Ed., Dr. Ehan, M.Pd dan Agus
Sensus, M.Pd.
Adapun masukan yang diperoleh dari pakar dan praktisi yang melakukan
Tabel 3.5
Hasil Penimbangan Pakar dan Praktisi Terhadap Layanan
Bimbingan Pribadi-Sosial berdasarkan Pendekatan Humanistik
ASPEK LAYANAN HASIL PENIMBANGAN PAKAR
Orientasi program Orientasi program bimbingan pribadi-sosial berdasarkan
pendekatan humanistik untuk mengembangkan konsep
diri peserta didik sudah memadai, namun ada beberapa
masukan dengan tidak mencantumkan banyak landasan
90
umum tentang konsep diri peserta didik dan efektivitas program bimbingan
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Mengacu pada kepentingan tersebut,
bentuk skala Likert, dengan pilihan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju
92
(KS), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun kriteria
penskoran untuk mendapat skor angket konsep diri peserta didik dapat dilihat
Tabel 3.6
Ketentuan Pemberian Skor Angket Konsep Diri Peserta Didik
Pernyataan Skor
SS S KS TS STS
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
Tabel konversi skor setiap indikator untuk menentukan kategorisasi
konsep diri peserta didik yang dimaknai sebagai profil umum konsep diri peserta
Tabel 3.7
Konversi Skor Mentah Menjadi Skor Matang Dengan Batas Lulus Aktual
berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek maupun skor
berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek maupun skor
= +p
Keterangan:
= rata-rata terduga, yang dijadikan rata-rata terduga adalah titik tengah kelas interval
S= p
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3.7, maka kriteria konsep diri yang
digunakan sebagai acuan dalam pengelompokan skor konsep diri peserta didik
Tabel 3.8
Kriteria Gambaran Umum Konsep Diri Peserta Didik
Kriteria Konsep Diri Rentang
Kongruen ≥ 248
Tidak kongruen < 248
94
Secara teori konversi skor yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Tabel 3.9
Status Konsep Diri
Kriteria Rentang Penafsiran Skor
Konsep
Diri
Kongruen ≥ 248 Peserta didik mampu terbuka pada pengalaman, hidup
pada masa kini, yaitu hidup dan menerima apa yang
ada saat ini, mampu mempercayai dirinya, melakukan
apa yang individu anggap benar, mengalami
kebebasan yaitu perasaan bebas untuk memilih dan
selalu bertanggungjawab dengan pilihan individu,
mampu berkreativitas yaitu peduli pada sesama atau
lebih ringkasnya selalu memberikan atau melakukan
yang terbaik pada apapun yang individu lakukan.
Tidak < 248 Peserta didik belum mampu terbuka pada
kongruen pengalaman, belum menerima apa yang ada saat ini,
belum mampu mempercayai dirinya, belum
melakukan apa yang individu anggap benar, belum
mengalami kebebasan yaitu perasaan bebas untuk
memilih dan selalu bertanggungjawab dengan pilihan
individu, belum mampu berkreativitas yaitu peduli
pada sesama atau lebih ringkasnya tidak selalu
memberikan atau melakukan yang terbaik pada
apapun yang individu lakukan.
Tabel 3.10
Kriteria Indikator Konsep Diri Peserta Didik
Aspek Konsep Indikator Kriteria Rentang
Diri
1. Mengetahui kondisi fisik Kongruen ≥ 19
Kognitif Tidak kongruen < 19
2. Menjabarkan identitas diri Kongruen ≥ 26
terkait kepribadian Tidak kongruen < 26
3. Mempelajari cara-cara Kongruen ≥ 14
pengambilan keputusan dan Tidak kongruen
pemecahan masalah < 14
4. Mengenal kemampuan dan Kongruen ≥ 21
ketidakmampuan diri Tidak kongruen < 21
95
lapangan. Status konsep diri peserta didik menjadi dua kategori, untuk
membedakan peserta didik yang butuh diberikan perlakuan dalam hal ini adalah
jenis data yang ingin dikumpulkan. Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
96
memiliki konsep diri tidak kongruen. Tujuan pengambilan sampel dengan teknik
humanistik yang efektif untuk mengembangkan konsep diri adalah dengan cara
membandingkan data rata-rata perolehan skor onsep diri peserta didik sebelum
dengan data skor konsep diri peserta didik setelah memperoleh bimbingan
menggunakan teknik uji t (independent sample t test) melalui analisis data konsep
diri peserta didik sebelum dan setelah mengikuti program bimbingan pribadi-
sosial. Teknik uji ini dilakukan dengan cara membandingkan data pretest dan
posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tujuan uji ini adalah untuk
bantuan software statistical product and service solutions (SPSS) versi 17.0.
97
a. Hipotesis
H0 : µ eksperimen = µ kontrol
t lainnya H0 ditolak.
G. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan; (2)
tahap pelaksanaan; dan (3) tahap pengolahan dan analisis data. Secara garis besar
1. Tahap Persiapan
a. Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang konsep diri dan
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pelaksanaan tes untuk mengetahui profil umum konsep diri peserta didik
perlakuan/pertemuan bimbingan.
a. Mengolah skor tes awal, pretest dan tes akhir (posttest) konsep diri peserta didik.
b. Melakukan uji persyaratan statistik (keefektifan) tes awal, pretest dan tes