You are on page 1of 15

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Cedera kepala menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat

besar, bahkan dengan pengobatan modern di abad ke-21. Sebagian besar

pasien dengan cedera kepala (75-80%) memiliki cedera kepala ringan,

sisanya antara kategori sedang dan berat (Ainsworth & Brown, 2015). Cedera

tersebut dapat mengakibatkan luka kulit kepala, fraktur tulang tengkorak,

robekan selaput otak, kerusakan pembuluh darah intra maupun ekstraserebral,

dan kerusakan jaringan otaknya sendiri (Soertidewi, 2012).

Menurut The Centers for Disease Control and Prevention (CDC),

cedera kepala disebabkan oleh benturan, pukulan atau sentakan ke kepala atau

cedera yang menembus dan mengganggu fungsi normal otak (Betrus,

Kreipke, 2013). Saat ini cedera kepala menjadi masalah kesehatan dan

masalah sosial ekonomi serius di seluruh dunia. Dari semua jenis cedera,

cedera otaklah yang paling mungkin menyebabkan kematian dan cacat

permanen. Faktor risiko utama cedera kepala adalah umur, ras dan orang

dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah (Corrigan, Selassie, Orman.,

2010).

Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan

fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat control seperti

pengendalian fisik, intelektual, emosional, sosial, dan keterampilan.

Walaupun otak berada didalam ruang yang tertutup dan terlindungi oleh

tulang-tulang yang kuat namun dapat juga mengalami kerusakan. Salah satu

1
2

penyebab dari kerusakan otak adalah terjadinya trauma atau cidera pada

kepala yang dapat mengakibatkan kerusakan otak, sehingga fungsinya juga

akan terganggu (Tarwoto, 2012).

WHO memprediksi akan adanya peningkatan angka cedera kepala

sebanyak 40% di tahun 2030 (Murad, 2012). Berdasarkan “Global

Neurotrauma Research Challenges and Opportunities” tahun 2015

menyebutkan bahwa kejadian cedera kepala adalah penyebab terbesar angka

kematian dan kecacatan (Rubiano, 2015).

Pada tahun 2013, di Amerika Serikat terdapat sekitar 2,8 juta

kunjungan IGD terkait cedera kepala, 282.000 orang dirawat inap di rumah

sakit, 2,5 juta masuk unit gawat darurat dan 50.000 orang meninggal.

Beberapa tahun terakhir angka kunjungan IGD terkait cedera kepala

meningkat sebesar 47%, namun rawat inap menurun 25% dan kematian

menurun 5%. Banyak studi menunjukkan bahwa laki-laki yang paling

mungkin terkena cedera kepala daripada perempuan. Angka kejadian tertinggi

cedera kepala terjadi di usia 15-24 tahun (CDC, 2017).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013,

jumlah data yang dianalisis seluruhnya 1.027.758 orang untuk semua umur.

Adapun responden yang tidak pernah mengalami cedera 942.984 orang dan

yang pernah mengalami cedera 84.774 orang. Sebanyak 34.409 kasus cedera

disebabkan karena transportasi sepeda motor, yang menjadi penyebab cedera

kedua tertinggi (40,6%) setelah jatuh (40,9%). Prevalensi cedera secara

nasional adalah 8,2% dan prevalensi angka cedera yang disebabkan oleh
3

sepeda motor di Sumatera Barat sebesar 49,5%. Prevalensi cedera tertinggi

berdasarkan karakteristik responden yaitu pada kelompok umur 15-24 tahun

(11,7%), dan pada laki-laki (10,1%), (DeKes RI, 2013).

Di Indonesia, ternyata cedera kepala juga merupakan salah satu

ancaman yang serius, ini dapat ditunjukkan dari data yang dikeluarkan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) bahwa cedera kepala

menduduki urutan ke dua penyakit terbanyak penderita rawat inap di Rumah

Sakit di Indonesia yang menyebabkan kematian dengan case fatality rate

(CFR) 4,37%. Dimana jumlah kecelakaan ini meningkat dari tahun ke tahun.

Prevalensi cedera kepala nasional adalah 11,9 persen, pravalensi tertinggi

ditemukan di Gorontalo (17,9%) , terendah di Kalimantan Selatan (8,6%),

dan untuk Sulawesi Selatan (15,0%) dari survey yang dilakukan pada 35

provinsi. Prevalensi cedera tertinggi berdasarkan karakteristik responden

yaitu pada laki-laki (2,9%), dan perempuan (1,6%). (Depkes RI, 2018).

Kejadian cedera kepala di RSUP Dr. Wahidin sudirohusodo Makassar

pada tahun 2014 tercatat 1.022 kasus, tahun 2015 tercatat 858 kasus,

sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 680 kasus (Rekam Medis RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar, 2017).

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan

kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi

akibat kecelakaan lalu lintas. Di samping penanganan di lokasi kejadian dan

selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di

ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis


4

selanjutnya. Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisis umum dan

neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat

mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat

keparahan cedera kepala menjadi ringan segera ditentukan saat pasien tiba di

rumah sakit (Mansjoer, 2016).

Berbagai mekanisme dapat menyebabkan cedera kepala. Penyebab

yang paling umum adalah kecelakaan kendaraan bermotor (misalnya benturan

antara kendaraan bermotor, pejalan kaki yang tertabrak oleh kendaraan

bermotor, kecelakaan sepeda), jatuh, serangan, cedera terkait olahraga, dan

trauma tembus (Ainsworth & Brown, 2015). Cedera kepala dapat

mengakibatkan seseorang mengalami kondisi kritis seperti tidak sadarkan diri

pada periode akut, dan yang tidak kalah penting adalah saat perawatan karena

jika penatalaksanaannya tidak akurat, dapat terjadi kematian atau kecacatan

berat (Soertidewi, 2012).

Sesuai dengan prinsip kegawatan, bahwa yang menyebabkan

kegawatan pada manusia adalah apabila ada gangguan pada jalan nafas

(airway), pernafasan (breathing), dan sirkulasi (circulation). Dalam kasus

cedera kepala ini, yang paling sering terganggu adalah pernafasan dan

sirkulasinya. Selain itu, risiko kematian pada cedera kepala kemungkinan

karena pasien jatuh ke dalam koma yang lama. Sehingga ada dua aspek

kegawatan yang terganggu dan terganggunya tingkat kesadaran pasien, dan

hal ini yang menjadi alasan cedera kepala menyebabkan angka kematian yang

tinggi (Widaryati, 2016).


5

Tingkat kesadaran sendiri merupakan salah satu indikator kegawatan

dan prognosis pada cedera kepala. Pada keadaan kritis pasien mengalami

perubahan psikologis dan fisiologis, oleh karena itu peran perawat kritis

merupakan posisi sentral untuk memahami semua perubahan yang terjadi

pada pasien, mengidentifikasi masalah keperawatan dan tindakan yang akan

diberikan pada pasien. Perubahan fisiologis yang terjadi pada pasien dengan

gangguan kesadaran antara lain pada pemenuhan kebutuhan dasar yaitu

gangguan pernafasan, kerusakan mobilitas fisik, gangguan hidrasi, gangguan

aktifitas menelan, kemampuan berkomunikasi, gangguan eliminasi.

(Widyanti, 2012).

Terdapat berbagai cara penilaian keparahan cedera kepala, salah

satunya adalah dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). GCS

merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menilai status

neurologis dan derajat keparahan disfungsi otak termasuk cedera kepala. Ada

3 komponen yang dinilai dari GCS yaitu respon mata, verbal dan motorik.

Skor GCS 13-15 menunjukkan cedera kepala ringan, 9- 12 cedera kepala

sedang dan kurang dari 8 menunjukkan cedera kepala berat (Cottrell, Patel,

2017).

Didalam ilmu keperawatan ada berbagai macam bentuk terapi

komplementer untuk mengubah suasana hati dan juga mempercepat

pemulihan. Salah satunya yaitu dengan terapi murottal. Murottal mempunyai

frekuensi yang dapat mempengaruhi siklus sel dan mengoptimalkan sel saraf

otak . Selain itu, murottal bersumber dari bacaan Al-Quran termasuk kalam
6

Ilahi Robbi, sehingga ketika dibaca dan didengarkan akan memberikan

suasana spiritual yang begitu menenangkan (Al-Qattan, 2012)

Keindahan intonasi murottal memberikan alunan ritmis yang dapat

dinikmati pendengaran, sehingga mampu menyembuhkan dan menstabilkan

sistem tubuh. Sodikin (2012) menjelaskan bahwa secara prinsip getaran sel

mengikuti irama yang dipengaruhi oleh sumber suara. Suara yang masuk ke

telinga akan mempengaruhi sel-sel tubuh secara kontinu. Suara dapat

beresonansi dengan organel sel, sehingga dapat meningkatkan getaran

sitoplasma di dalam sel. Salah satu sel tersebut adalah sel saraf otak, dimana

jaringan otak memiliki sel utama yakni neuron yang berfungsi untuk

menyampaikan sinyal dari satu sel ke sel lainnya. Respon yang terjadi pada

neuron diantaranya adalah terhadap rangsangan fisika dan kimiawi,

penghubung impuls elektrokimia, dan melepaskan regulator kimia. Selain

neuron dalam sistem saraf juga terdapat neuroglia. sel neuroglia merupakan

sel penunjang tambahan neuron yang berfungsi sebagai jaringan ikat dan

mampu menjalani mitosis yang mendukung proses proliferasi pada sel saraf

otak (Sloane,2004).

Secara umum, murottal yang sampai ke telinga akan diteruskan ke sel-

sel otak, kemudian mempengaruhi sel melalui medan listrik antar neuron. Sel-

sel dan medan listrik itu saling merespon sehingga tubuh menjadi stabil (Al

Kaheel, 2012)

Lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia,

suara manusia merupakan instrument penyembuhan yang menakjubkan dan


7

alat yang paling mudah dijangkau. Dengan tempo yang lambat serta harmonis

lantunan Al-Qur’an dapat menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan

hormone endorphin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan

perhatian dari rasa takut, cemas, dan tegang, memperbaiki sitem kimia tubuh

sehinggah menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak

jantung, denyut nadi, dan aktifitas gelombang otak. Laju pernafasan yang

lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan,

kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik

(Siswantinah, 2011).

Pengobatan yang paling baik adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan

obat penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dari berbagai

penelitian membuktikan bahwa al-Quran berpengaruh positif terhadap

kesehatan serta menjadi penawar, baik penyakit fisik maupun hati,

sebagaimana firman Allah swt surat al-Isra ayat [17]: 82

   


  
   
   
Terjemahannya :
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al Isra’: 82)

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengembangkan murotal AL-Quran sebagai upaya untuk meningkatkan

status kesehatan dengan melakukan penelitian tentang “Pengaruh terapi


8

Murottal Al Quran Terhadap Peningkatan Nilai Glasgow Coma Scale (GCS)

Pada Pasien Cedera Kepala”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian “Apakah terdapat pengaruh terapi Murotal Al-Quran Terhadap

Peningkatan Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Pada Pasien cedera kepala”

C. Hipotesis

1. H0

Tidak ada pengaruh terapi Murotal Al-Quran Terhadap Peningkatan Nilai

Glasgow Coma Scale (GCS) Pada Pasien cedera kepala.

2. Ha

Ada pengaruh terapi Murotal Al-Quran Terhadap Peningkatan Nilai

Glasgow Coma Scale (GCS) Pada Pasien cedera kepala.

D. Definisi operasional

Variabel Definisi Alat dan Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
(1) (2) (3) (4) (5)
Independen
murottal al- Pemberiaan Cara ukur : sop
qur’an intervensi stimulasi
murottal al-qur’an 1. Jelaskan tujuan dan
melalui earphone prosedur yang akan
kepada pasien dilaksanakan kepada
cedera kepala responden
dengan gangguan 2. Menghubungkan
kesadaran di ruang earphone dengan
intensive care unit MP3/Tablet
(icu) dengan berisikan murottal
memperdengarkan 3. Pasien berbaring
ayat-ayat suci al- diatas tempat tidur
qur’an Ar-Raahman 4. Letakkan earphone
waktu untuk di telinga kiri dan
9

mendengarkan kanan
murottal Al-Qur’an 5. Dengarkan murottal
selama 15 menint. selama 15 menit

Alat ukur :
Earphone /headset
Handphone/MP3/Tablet
berisikan murottal

Dependen
Peningkatan Glasgow coma Eye (respon membuka Penilain gcs Interval
Gcs scale adalah skala mata) 1. Gcs 13- 15 :
pengukuran objektif (4)Spontan compos
terhadap sistem (3)Dengan rangsang mentis
neurologis suara (suruh pasien (kesadara n
(perubahan status membuka mata) baik atau
mental) dengan (2)Dengan rangsang normal)
menggunakan nyeri (berikan 2. Gcs 12- 14 :
angka untuk rangsangan nyeri, somnolen
mencatat urutan misalnya menekan (agak
data pengkajian kuku jari menurun/
yang dikumpulkan. (1)Tidak ada respon apartis)
Verbal (respon verbal) 3. Gcs 9-11
(1) Orientasi baik : sopor (
(2)Bingung, berbicara seperti
mengacau (sering mengantuk)
bertanya berulang- 4. Gcs 3-8 :
ulang) disorientasi koma (tidak
tempat dan waktu. sadar
(3)Kata-kata yang tak
berhubungan
(berbicara tidak
jelas, tapikata-kata
masih jelas, namun
tidak dalam satu
kalimat. Misalnya
“aduh…,bapak…”)
(4)Suara tak dapat
dimengerti
(mengerang)
(5)Tidak ada respon
Motorik (respon
motorik)
(1)Mengikuti perintah
(2)Melokalisir nyeri
(menjangkau &
10

menjauhkan stimulus
saat diberi rangsang
nyeri)
(3)Menarik
(menghindar atau
menarik extremitas
atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
(4)Flexi abnormal
(tangan satu atau
keduanya posisi
kaku diatas dada &
kaki extensi saat
diberi rangsang
nyeri).
(5)Extensi abnormal
(6)Tidak ada respon

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan uraian singkat hasil-hasil penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya tentang masalah yang sejenis, sehingga diketahui

secara jelas posisi penulis (Notoadmodjo, 2012). Untuk itu penulis telah

melakukan pra-penelitian dengan melakukan survei secukupnya guna

menunjang penelitian ini.

Nama peneliti/
No. Tujuan Metode Hasil
judul penelitian
1. Widaryati, 2016. Untuk Penelitian ini Adanya pengaruh terapi
pengaruh terapi mengetahui menggunakan murotal Al Qur’an
murottal Al- pengaruh terapi rancangan Pra terhadap nilai GCS pada
Qur’an terhadap murotal Al- Eksperimental, pasien cedera kepala di
hemodinamik dan Quran terhadap Dengan bentuk desain RS PKU Muhammadiyah
GCS pasien hemodinamik yang digunakan Di Yogyakarta. Tidak
cedera kepala dan tingkat adalah one group pre adanya pengaruh terapi
kesadaran test-post test, Teknik murotal Al Qur’an
pasien cedera pengambilan sampel terhadap frekuensi
kepala. menggunakan nadi, respirasi dan
consecutive sampling. tekanan darah sistolik
Intervensi yang diastolik.
11

diberikan adalah
terapi murotal Al
Qur’an adalah
memperdengarkan
murotal Al Qur’an
gaya Abdullah Al
Matrud, dengan tidak
menentukan jenis
surat, selama 30 menit
3 kali sehari pada
pasien cedera kepala.
2. Valentina B. M. Untuk Penelitian ini Hasil uji statistik
Lumbantobing mengidentifikasi menggunakan metode menunjukkan adanya
Anastasia Anna, pengaruh Quasi Experimental pengaruh stimulasi
2015. stimulasi sensori Design dengan sensori terhadap nilai
Pengaruh terhadap nilai pendekatan Pretest- GCS pada pasien cedera
Stimulasi Sensori GCS pada Posttest Control kepala primer (p=0,041).
Terhadap Nilai pasien cedera Group Design. Teknik
Glaslow Coma kepala di RSUP pengambilan sampel
Scale Pada dr Hasan menggunakan non
Pasien Cedera Sadikin probability sampling
Kepala Di Ruang Bandung. jenis consecutive
Neurosurgical sampling.
Critical Care
Unit Rsup Dr.
Hasan Sadikin
Bandung
3. Safri, Dewi Untuk Penelitian ini stimulasi Murottal Al-
Irawaty dan Made mengetahui merupakan penelitian Qur`an dapat
Kariasa, Murottal pengaruh experiment, meningkatkan nilai
Al-Qur`An Dapat stimulasi menggunakan desain kesadaran kuantitatif
Meningkatkan murottal Al- quasi experiment yang bermakna (p =
Kesadaran Qur’an terhadap dengan rancangan 0,000). Selain itu
Pasien Stroke peningkatan experiment pre test diperoleh hasil perbedaan
Hemoragik kesadaran and post test non peningkatan nilai
pasien stroke equivalent control kesadaran kuantitatif
hemoragik. group. Dalam yang signifikan (p =
penelitian ini 0.046).
dilakukan pengkajian
terlebih dahulu untuk
menentukan nilai GCS
yang selanjutnya
mendapatkan
stimulasi murottal Al-
Qur`an dengan durasi
30 menit menit.
12

Intervensi diberikan
dari hari ke 2 sampai
hari ke 6 secara
bertutur-turut antara
jam 10.00-11.00 WIB
dan pada hari ke 7
akan dilakukan
evaluasi dan
kesimpulan tingkat
kesadaran atau nilai
GCS (Glasgow Coma
Scale). Pengambilan
sampel dalam
penelitian ini
dilakukan dengan
metoda consecutif
sampling.
4. Alvina untuk Penelitian ini Terdapat pengaruh yang
Hendriyanti, Aria mengetahui menggunakan desain signifikan (P Value 0,003
Nurahman H K, pengaruh quasy experiment α = 0,05) pada pemberian
Innez Karunia M. pemberian terapi dengan pendekatan terapi hipnomurotal
2017.Pengaruh hipnomurotal two group pre test and terhadap perubahan
Terapi terhadap post test non (peningkatan) Glasgow
Hipnomurotal perubahan equivalent control Coma Scale pada pasien
Terhadap Glasgow Coma group. Sampel stroke di ICU RSUD dr.
Perubahan Scale pada penelitian diambil Soehadi Prijonegoro
Glasgow Coma pasien stroke di dengan teknik Sragen.
Scale Pada ICU RSUD dr. consecutive sampling
Pasien Stroke Di Soehadi
Icu Rsud Dr. Prijonegoro
Soehadi Sragen.
Prijonegoro
Sragen
5. Rokhib Ariyadi, The purpose of Quasi-Experimental Based on this research, it
Bedjo Santoso, this study was to with pre-test and post- could be concluded that
Djenta Saha. determine the test non-equivalent there was no significant
2018. The effect effect of control group design effect in giving
of supportive supportive was used in this supportive religious
religious audio on religious audio research. The audio to change the
hemodynamic on changes in sampling method used hemodynamic status of
status hemodynamic was purposive stroke patients with
status in stroke sampling. Data impaired consciousness
patients with analysis was done (p> 0.05).
impaired using the Mann-
consciousness. Whitney test,
Independent t-test, and
13

Manova test. The


supportive religious
audio was given 2
times a day, each time
30 minutes for 2 days
6. Supriyadi (2011). Tujuan Metode penelitian Dengan menggunakan
Efek Terapi penelitian ini yang digunakan Independent t-test
Bacaan Al-qur’an adalah adalah Quasy didapatkan p value:0,013.
Terhadap Waktu mengetahui experiment dengan Sehingga dapat
Pemulihan Pasien gambaran desain post-test only - disimpulkan bahwa terapi
Post Operasi tentang efek control group design. bacaan Al-qur'an
Dengan General terapi bacaan mepercepat pemulihan
Anestesi Di Al-Qur'an post operasi dengan
Recovery Room terhadap waktu general anestesi di
Badan Pengelola pemulihan recovery room.
Rumah Sakit pasien di
Umum Daerah recovery room
Kabupaten RSUD Kraton
Pekalongan. Kabupaten
Pekalongan

F. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui “Pengaruh terapi

Murotal Al Quran Terhadap Peningkatan Nilai Glasgow Coma Scale

(GCS) Pada Pasien Cedera Kepala”

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui nilai Glasgow Coma Scale (GCS) sebelum

dilakukan intervensi terapi murottal al-Qur’an Pada Pasien cedera

kepala.

b. Untuk mengetahui nilai Glasgow Coma Scale (GCS) sesudah

dilakukan intervensi terapi murottal al-Qur’an Pada Pasien cedera

kepala.
14

c. Untuk mengetahui Pengaruh terapi Murotal Al Quran Terhadap

Peningkatan Nilai Glasgow Coma Scale (GCS) Pada Pasien cedera

kepala

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti, sehingga peneliti dapat

mengetahui pengaruh pemberian terapi murottal Al-Qur’an terhadap

peningkatan nilai Glasgow Coma Scale (GCS) pada pasien cedera kepala

dan menambah pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian. Serta

dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu

pengetahuan atau referansi bagi profesi keperawatan utamanya para

mahasiswa yang nantinya akan bekerja atau praktek di lapangan dalam

pelaksanaan intervensi mandiri keperawatan berdasarkan hasil riset-riset

terkini.

3. Bagi pelayanan kesehatan

Sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan terapi murottal Al-Qur,an

sebagai salah satu terapi non farmakologi untuk penyembuhan pasien

dalam meningkatkan kesadaran dan untuk meningkatkan pemberian

pelayanan, memberikan alternatif terapi yang hemat biaya dan

mengintegrasikan keislaman.
15

You might also like