Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
RINA ARYATI (174840121)
THERESIA M. L. T (174840125)
WULAN SEPTIANA (174840128)
ZAURA (174840130)
DOSEN PENGAMPU:
OCCA ROANISCA, S. P., M. Si
YULIZA EKA FITRI, ST
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkat dan karunia sehingga penulisan
makalah Praktikum Fitokimia yang berjudul “PREPARASI SAMPEL, INFUSA, DESTILASI
MINYAK ATSIRI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA MINYAK ATSIRI” dapat diselesaikan
dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah jauh dari kata sempurna. Penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman satu kelompok
yang telah membantu dalam mengerjakan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Demikian penulisan makalah ini, penulis menyadari banyak keterbatasan dan
kekurangan ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi peningkatan wawasan kami dalam memberikan penulisan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat pada semua pihak.
Penulis,
DAFTAR ISI
1.2 Tujuan............................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 7
1. Monografi Kunyit .............................................................................................................. 12
BAB IV ................................................................................................................................ 24
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................... 24
BAB V ................................................................................................................................. 41
KESIMPULAN ................................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 43
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 44
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. PREPARASI SAMPEL
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman kunyit.
b. Mahasiswa memahami proses kerja ekstrak simplisia dari tanaman.
2. INFUSA
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman bagian daun
pandan.
b. Mahasiswa memahami proses kerja infusa.
c. Mahasiswa dapat memisahkan zat dari pelarutnya.
3. MASERASI
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman.
b. Mahasiswa dapat memahami proses kerja ekstraksi metode maserasi.
c. Mahasiswa dapat memisahkan ekstrak basah dari pengotornya.
4. SOXHLETASI
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman.
b. Mahasiswa dapat memahami proses kerja ekstraksi metode soxhletasi.
c. Mahasiswa dapat memisahkan ekstrak basah dari pengobatannya.
5. EVAPORASI
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman.
b. Mahasiswa dapat memisahkan zat uji dari pelarutnya.
Ekstraksi adalah penguraian zat-zat berkhasiat atau zat aktif pada bagian
tanaman, hewan, dan b eberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-
senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik. Zat aktif dari tanaman dan
hewan terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda begitu pula
ketebalan masing-masing berbeda sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut
tertentu untuk mengekstraksinya. Proses terekstraksinya zat aktif dalam sel tanaman
yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik tersebut
sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan terdistribusi ke luar sel dan
proses ini terulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat
aktif di dalam sel dan di luar sel (Team Teaching: 8: 2013).
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau lebih bahan dari suatu padatan atau cairan.
Proses ekstraksi diawali dengan terjadinya penggumpalan ekstrak dalam pelarut
sehingga pada bidang antar muka bahan dan pelarut terjadi pengendapan massa
bahan. Prinsip ekstraksi dengan pelarut berdasarkan pada kelarutan komponen terhadap
komponen lain dalam campuran. Komponen yang larut dapat berupa cair maupun padat
(Suyitno:1989).
Metode ekstraksi terbagi atas dua cara yaitu ekstraksi secara dingin dan ekstraksi
secara panas.
1. Ekstraksi secara dingin
a. Metode maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya Metode maserasi dapat dilakukan
dengan modifikasi yaitu modifikasi maserasi melingkar, modifikasi maserasi
digesti, modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat, modifikasi remaserasi,
modifikasi dengan mesin pengaduk, dan metode Soxhletasi. (Suyitno:1989).
b. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak
memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari
ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau
terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama
proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
(Suyitno:1989).
PREPARASI SAMPEL
Panen:
Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, saat panen yang
terbaik adalah pada umur tanaman 11-12 bulan, yaitu pada saat gugurnya daun
kedua. Sebab produksi yang diperoleh lebih besar dan lebih banyak bila
dibandingkan dengan masa panen pada umur kunyit 7-8 bulan. Ciri-ciri tanaman
kunyit yang siap panen ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif,
seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang semula hijau
berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati)
Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan
cangkul/garpu. Sebelum dibongkar, batang dan daun dibuang terlebih
dahulu.Selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkan dari tanah yang
melekat lalu dimasukkan dalam karung agar tidak rusak.Panen kunyit dilakukan
saat musim kemarau karena pada saat itu sari/zat yang terkandung didalamnya
mengumpul. Saat panen kadar air kunyit bisa mencapai 90%, yang selanjutnya
perlu dikeringkan hingga mencapai kadar air 9% agar dapat disimpan lama.
Pascapanen:
Dicuci
Simplisia Peeling dan Pencucian
(pembuangan
kunyit segar Trimming ulang
kotoran)
Pemotongan
rimpang
(hingga
Blanching Diblender Bubur Kunyit
diperoleh
ukuran yang
lebih kecil)
Pengeringan
Kondisi kunyit Giling ulang
di oven pada Disaring
membatu (dimortal)
suhu 50oC
Bahan
simplisia
kunyit
2. INFUSA
Waktu : Selasa, 23 April 2019
Pukul : 08.00 -12.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi, UBB
3. MASERASI
Waktu : Selasa, 16 April 2019
Pukul : 08.00 -12.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi, UBB
4. SOXHLETASI
Waktu : Selasa, 16 April 2019
Pukul : 08.00 -12.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi, UBB
5. EVAPORASI
Waktu : Selasa, 23 April 2019
Pukul : 08.00 -12.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi, UBB
B. INFUSA
ALAT BAHAN
Gelas Beker Simplisia daun pandan
Spatula Aquadest
Api Bunsen
Termometer
C. MASERASI
ALAT BAHAN
Toples Simplisia serbuk kunyit
Gelas ukur Aseton
Timbangan
Spatula
Tissue
Isolasi/Lakban
D. SOXHLETASI
ALAT BAHAN
Timbangan
Klem dan statif
Erlenmeyer
Labu destilasi
Botol sampel
E. EVAPORASI
ALAT BAHAN
Penjepit Kloroform
B. INFUSA
1. Timbang 10 gram simplisia berupa bagian daun pandan.
2. Masukkan kedalam wadah atas dan tambahkan 110 mL air.
3. Setelah wadah atas siap untuk diproses,maka masukkan panci beserta isinya
segera kedalam wadah bawah yang telah berisi air.
4. Setelah itu wadah bawah dipanaskan diatas api langsung dan dibiarkan
sampai mendidih (mencapai suhu 1000C).
5. Pemanasan dilakukan selama 15 menit terhitung mulai air diwadah bawah
mendidih, sambil sesekali diaduk.
6. Setelah cukup 15 menit maka wadah atas diturunkan dan disaring.
7. Apabila ternyata volume akhir yang didapat <100 mL maka perlu
ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume
infusa yang dikehendaki 100 mL.
C. MASERASI
1. Sampel simplisia diblender dalam keadaan kering air.
2. Timbang sampel sebanyak 100 gram dan pelarutnya (aseton) dengan
perbandingan 1:3 atau divariasikan dari alat yang digunakan.
3. Sampel simplisia dimasukkan kedalam erlenmeyer/ wadah tertutup, lalu
dituang pelarutnya aseton sesuai perbandingan diatas, setelah itu dilakukan
pengadukan dan ditutup rapat dengan isolasi atau dengan lakban.
4. Diamkan selama 3 hari pada suhu ruang, setelah itu disaring kedalam
erlenmeyer menggunakan kertas saring. Lalu hasil penyaringan tersebut
dipekatkan menggunakan rotary evaporator.
D. SOXHLETASI
1. Timbang lebih kurang 20 gram sampel, masukkan kedalam timble ekstraksi.
2. Timbang labu ekstraksi yang telah dikeringkan.
3. Masukkan pelarut organik (n-Heksane) sebanyak 50 mL dalam labu didih
(labu ekstraksi).
4. Rangkai alat soxhletasi : labu didih, labu soxhlet, kondensor.
5. Lakukan ektraksi dengan kecepatan tetesan solven dari kondensor 5-6 tetes
per detik selama 4 jam.
6. Hasil ekstraksi dimasukkan kedalam botol sampel untuk dilanjutkan pada
tahap evaporasi.
E. EVAPORASI
1. Ekstrak yang masih bercampur dengan pelarutnya dimasukkan kedalam labu
evaporator sebanyak 200-300 mL.
2. Atur kecepatan putar (155 rpm) dan temperatur evaporator 700C (tergantung
jenis pelarut).
3. Ekstraksi sampel sampai pelarut habis(tersisa hanya ekstrak murni).
Analisa flavonoid
1. Sejumlah sampel diambil dan dimasukkan kedalam taung reaksi.
2. Tambahkan pada sampel berupa serbuk Magnesium 0,1 mg dan 0,4 mL amil
alkohol (campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume yang
sama) dan 4 mL alkohol.
3. Sampel dikocok dan diamati perubahan yang terjadi, terbentuknya warna
merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkkohol menunjukkan adanya
flavonoid.
Analisa saponin
1. Sejumlah sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi.
2. Air panas ditambahkan pada sampel.
3. Perubahan yang terjadi terhadap terbentuknya busa diamati, reaksi positif
jika busa stabil selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes
HCl 2 N.
Analisa steroid
1. Sejumlah sampel diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 2 mL kloroform kedalam tabung reaksi yang berisi sampel
tersebut.
3. Tambahkan 10 tetes asam asetat glasial dan 3 tetes asam sulfat pekat
ditambahkan kedalam tabung.
4. Perubahan pada sampel diamati, terbentuknya warna merah pada larutan
pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan reaksi
positif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PREPARASI SAMPEL
Kunyit
Kunyit basah : 2500 g
Kunyit kering : 200 g
Penyusutan : 2300 g
B. INFUSA
(Daun pandan)
Air : 150 mL
Waktu di mulai : 09.20 WIB
Waktu di akhir : 09.35 WIB
Suhu : 1000C
Pelarut : Aquades
Organoleptik (Perubahan sampel)
Bentuk Warna Perubahan Aroma Volume
fisik
Cairan Hijau tua → Padatan → Bau pandan 55 ml
kuning cair
kecoklatan
C. MASERASI
Tahapan Praktikum Hasil Pengamatan
Bau : Khas
Rasa : Pahit
D. SOXHLETASI
Tahapan Praktikum Hasil Pengamatan
1. Volume awal ekstraksi 125 mL
2. Volume hasil ekstraksi 95 mL
3. Penyusutan 106 mL
Perubahan Sampel Warna : Agak kehijauan
Bau : Khas pandan
Rasa : Pahit
Bentuk : Padatan → cair
Perhitungan 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Ket : a= berat labu dan sampel akhir (g)
b=berat labu kosong (g)
c=massa sampel (g)
b 133,51g − 132,88 g
(% ) = × 100%
b 5g
b 0,63 g
(% ) = × 100%
b 5g
b
(% ) = 12,6 %
v
E. EVAPORASI
Tahapan Praktikum Hasil Pengamatan
A = 2,5 cm
D = 4 cm
𝐴 2,5 𝑐𝑚
Rf = 𝐷 = = 0,625 cm
4 𝑐𝑚
1. Alkaloid
2. Fenol Hidrokuinon
3. Flavonoid
4. Saponin
5. Steroid
PEMBAHASAN
1.2 INFUSA
Infusa dalam bahasa latin adalah INFUSUM yaitu sediaan cair yang dibuat
dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air pada suhu 900C selama 15
menit (Farmakope Indonesia, 1995). Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk
mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang
cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air ( contohnya air sendiri,
disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang tidak mau campur air (contohnya aseton, etil
asetat disebut pelarut non polar). Pembuatan infusa menggunakan dua buah panci yang
saling bertumpuk Wadah yang diatas digunakan untuk menaruh bahan yang akan di
ekstraksi (tentu bersama pelarutnya, yaitu air, masing-masing dengan takaran tertentu),
sementara wadah sebelah bawah di isi air, maksudnya digunakan sebagai pemanas
wadah atas, sehingga panas yang diterima wadah atas tidak langsung berhubungan
dengan api., dimana panci yang di atas diisi bahan yang akan diekstraksi, dimana
bahan pada penelitian ini adalah daun pandan dan zat penyarinya, yaitu air. Panci
yang di bawah hanya diisi air, yang berkontak langsung dengan api. Ketika panci
yang dibawah airnya mendidih hingga 100° celcius, maka panas yang diterima oleh
panci atas hanya bersuhu 90° celcius saja. Kondisi demikian ini diperlukan agar zat
aktif dalam bahan tidak rusak oleh panas berlebihan. Infusa yang telah jadi
kemudian didinginkan dan disaring menggunakan kain flanel. Pendinginan
dilakukan karena tanaman daun pandan wangi mengandung minyak atsiri yang mudah
menguap apabila disaring dalam keadaan panas.
alat yang praktikan pada saat melakukan percobaan ekstraksi metode infusa
yaitu gelas beker, spatula, hotplate. Dan untuk bahan yang digunakan adalah simplisia
daun pandan dan aquades. Pelarut yang dipakai adalah air, pelarut ini bersifat polar.
Prosedur percobaan yang dilakukan pada saat praktikum adalah pertama-tama timbang
10 gram simplisia berupa bagian daun pandan, kedua masukkan kedalam wadah atas dan
tambahkan 150 mL air, ketiga setelah wadah atas siap untuk diproses,maka masukkan
panci beserta isinya segera kedalam wadah bawah yang telah berisi air, keempat setelah
itu wadah bawah dipanaskan diatas api langsung dan dibiarkan sampai mendidih
(mencapai suhu 1000C), kelima pemanasan dilakukan selama 15 menit terhitung mulai
air diwadah bawah mendidih, sambil sesekali diaduk, ke enam setelah cukup 15 menit
maka wadah atas diturunkan dan disaring dan yang terakhir apabila ternyata volume
akhir yang didapat <100 mL maka perlu ditambahkan air panas secukupnya melalui
ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki 100 mL.
Hasil yang didapatkan dari percobaan metode infusa adalah berbentuk cairan,
berwarna hijau tua kekuningan hal ini disebabkan karena dilakukan pemanasan selama
15 menit, perubahan fisik ini dari padatan ke cair, aroma yang dihasilkan adalah
beraroma daun pandan dan mempunyai volume akhir sebanyak 55 ml dari pemanasan
selama 15 menit dengan suhu 1000C
1.3 MASERASI
Maserasi merupakan cara eksrtraksi yang sederhana. Istilah maseration berasal dari
bahasa laitin macere, yang artiya merendam jadi. Jadi masserasi dapat diartikan
sebagai proses dimana obat yang sudah halus dapat memungkinkan untuk direndam
dalam mesntrum sampai meresap dan melunakan susunan sel, sehingga zat-zat yang
mudah larut akan melarut (ansel, 1989).
Prinsip kerja dari maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
temperature kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel tanaman
melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya tinggi akan terdeak
keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa
tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan
larutan diluar sel (Ansel, 1989).
Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15 o-20o C dalam waktu selama
3 hari sampai bahan-bahan yang larut , melarut (Ansel, 1989). Pada umumnya
maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat kehalusan yang
cocok, dimasukan kedalam bejan kemudian dituangi dangan 75 bagian cairan
penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya, sambil
berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas ditambah
cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari
sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup dan dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari
cahaya, selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan.
Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air,
etanol, etanol-air atau eter. Etanol dipertimbangkan seba gai penyari karena lebih
selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun,
netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala
perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit
1.4 SOXHLETASI
Menurut Anugrah Riski Pratama pada tahun 2015 ekstraksi soxhlet adalah salah
satu instrumen yang digunakan untuk mengekstrak suatu senyawa. Pada umumnya
metode yang digunakan dalam instrumen ini adalah untuk mengekstrak senyawa yang
memiliki kelarutan terbatas dalam suatu pelarut. Dalam proses ekstraksi ini harus tepat
untuk memilih pelarut yang akan digunakan. Pelarut yang baik untukekstraksi adalah
pelarut yang mempunyai daya melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi.
Daya melarutkan berhubungan dengan ke-polaran pelarut dan kepolaran senyawa yang
diekstraksi (like dissolved like).
Prinsip kerja soxhletasi adalah penyairan secara berkesinambungan dimana
cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan akan terkondensasi
molekul molekul cairan penyari oleh pendingin balik dengan turun kedalam
klonsong menyari simplisia dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas bulat
setelah melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif menjadi
sempurna.
Prosedur kerja untuk soxhletasi pada praktikum yang telah dilakukan oleh
praktikan yaitu simplisia daun pandan halus ditempatkanpada kertas saring dan
diletakkan didalam soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan Labu dasar bulat yang telah
diisi pelarutdan batu didih yang dihubungkan dengan Kondensator. Pelarut yang
digunakan mudah mendidih, lalu gas (uap) melewati tabung lalu akan dikondensasikan
oleh kondensator, dan pelarut yang akan dikondensasikan. Proses ekstraksi dan
pemurnian minyak atsiri menggunakan alat ekstraktor soxhlet digunakan karena untuk
efisiensi waktu, kemudahan dalam perangkaian alat, dan proses pengambilan pelarutnya
yang relatif banyak (Saiful Hadi, 2012 ).Adapun prosedur kerja untuk ekstrasi soxhlet
yang dilakukan oleh praktikan yaitu simplisia daun pandanhalus ditempatkanpada kertas
saring dan diletakkan didalam soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan Labu dasar bulat
yang telah diisi pelarutdan batu didih yang dihubungkan dengan Kondensator. Pelarut
yang digunakan mudah mendidih, lalu gas (uap) melewati tabung lalu akan
dikondensasikan oleh kondensator, dan pelarut yang akan dikondensasikanjatuh kedalam
“Porous Thimble” dan secara perlahan mengisi bagian dari soxhlet, ketika pelarut
mencapaipuncak pipa, maka pelarut tersebut akan kembali ke labu . Proses ini akan
terulang secara otomatis sampai ekstraksi selesai.
Ada 2 syarat agar pelarut dapat digunakan di dalam proses ekstraksi, yaitu pelarut
tersebut harus merupakan pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi dan pelarut
tersebut harus dapat terpisah dengan cepat setelah pengocokan. Dalam pemilihan pelarut
yang harus diperhatikan adalah toksisitas, ketersediaan, harga, sifat tidak mudah
terbakar, rendahnya suhu kritis, dan tekanan kritis untuk meminimalkan biaya operasi
serta reaktivitas (Williams, 1981).
Proses ektraksi dengan metode soxhlet ini menggunakan pelarut n-Heksane yang
berupa pelarut non polar. Tujuan dari penggunaan pelarut tersebut yaitu agar senyawa
hasil ekstrak yang didapatkan mengandung banyak senyawa-senyawa yang bersifat non
polar pila. Pada estraksi tersebut pelarut n-Heksane yang digunakan sebanyak 125 mL
dan di panaskan selama ± 1 jam dengan suhu 850C. Selama proses berlangsung
terbentuk ekstrak cair dari dua siklus soxhletasi dengan volume akhir 95 mL sehingga
dapat diketahui bahwa penyusutan pelarut yang digunakan yaitu sebesar 30 mL.
1.5 EVAPORASI
Menurut Ketaren pada tahun1986 ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan
minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak.Adapun
cara ekstraksi ini bermacam–macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering),
mechanical expression dan solvent extraction.Rendering merupakan suatu cara ekstraksi
minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan
kadar air yang tinggi Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu wet
rendering dan dry rendering.Dry Rendering merupakan cara rendering tanpa
penambahan air selama proses berlangsung. Pemanasan dilakukan pada suhu 2200F
sampai 2300F (1050C-1100C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan
diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang akan dihasilkan akan dipisahkan
dari ampas yang telah mengendapkan dan pengembilan minyak dilakukan pada bagian
atas ketel. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan
menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap
(40-60 psi) Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet rendering
Pemilihan metode ekstraksi maserasi dan sokletasi karena mempunyai banyak
keuntungan dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya. Keuntungan utama metode
ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana dan tidak
dipanaskan sehingga bahan alam tidak menjadi terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan
banyak senyawa terekstraksi, meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas
dalam pelarut pada suhu kamar. Sedangkan metode sokletasi merupakan metode cara
panas yang dapat menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, pelarut yang digunakan lebih
sedikit (efisiensi bahan), waktu yang digunakan lebih cepat, dan sampel diekstraksi
secara sempurna karena dilakukan berulang-ulang. Selain itu, aktivitas biologis tidak
hilang saat dipanaskan sehingga teknik ini dapat digunakan dalam pencarian induk obat
(Heinrich, 2004).
Praktikum ini digunakan untuk melakukan penguapan ekstraksi dari hasil ektraksi
secara maserasi menggunakan sampel simplisia serbuk kunyit dan hasil dari ekstraksi
dengan metode soxhletasi dari sampel simplisia serbuk daun pandan menggunakan alat
rotavapor. Ekstraksi yang sudah di maserasi ataupun yang telah di soxhletasi di saring
lalu filtratnya di masukan ke dalam labu alas bulat dengan volume 2/3 bagian dari labu
alas bulat yang di gunakan kemudian waterbath di atur pada suhu yang sesuai (5-100C di
bawah titik didih pelarut yang di gunakan) karena praktikan menggunakan pelarut n-
Heksane pada saat ekstraksi soxhletasi dan menggunakan aseton saat ekstraksi maserasi
maka pada saat evaporasi digunakan aseton untuk menguapkan pelarut dari ekstrak cair
kunyit yang dihasilkan. Berdasarkan Handbook of Pharmaceutical Excipient edisi VI
tahun 2009 titik didih dari aseton yaitu 94,30C maka suhu yang di atur tidak boleh lebih
dari 89,3-84,30C karena titik didih dari aseeton 94,30C. dengan menekan tombol on-off.
Setelah suhu tercapai, labu alas bulat yang telah di isi dengan ekstrak di pasang dengan
kuat pada ujung rotor yang menghubungkan kondensor yang dimana kondensor ini
berfungsi sebagai pendingin dan mengubah uap pada proses penguapan menjadi bentuk
cair atau embun sehingga pelarut yang di gunakan bisa di dapatkan kembali. Aliran air
pendingin dan pompa vakum kemudian tombol rotor di putar dengan kecepatan tertentu
kemudian di lanjutkan dengan mengakifkan pompa vakum.
Setelah proses penguapan selesai, maka alat di hentikan dengan terlebih dahulu
menekan tombol rotor di putar kearah nol dan pompa vakum dan aliran air di hentikan
kemudian labu alas bulat di keluarkan, kemudan kran vakum di putar pada posisi yang
sama pada saat memasukkan sampel hingga sisa udara dalam kondensor keluar secara
sempurna. Sampel yang telah di pekatkan di pindahkan dalam wadah dan selanjutnya
akan di kentalkan dengan menggunakan penangas air ataupun mantel pemanas dapat
juga digunakan hairdryer. Setelah di dapatkan ekstrak kental, maka langsung
dimasukkan ke dalam wadah tertutup baik. Adapun berat ekstrak kental yang didapatkan
oleh praktikan untuk sampel ekstrak cair dari daun pandan dan kunyit berturut-turut
yaitu 0,63 g dan 5, 4 g. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa bobot ekstrak kental
dari sampel kunyit yang menggunakan metode maserasi lebih banyak daripada ekstrak
kental dari daun pandan yang menggunakan metode soxhletasi.
Salah satu penyebab sedikitnya ekstrak kental yang didapatkan dari sampel daun
pandan diduga karena pada saat ektraksi soxhletasi, waktu yang digunakan untuk
mendapatkan ekstrak hanya 1 jam sedangkan soxhletasi sendiri biasanya dilakukan
selama 3-4 jam untuk mendapatkan ekstraksi yang lebih murni. Selain itu hal tersebut
dapat disebabkan karena suhu saat evaporasi yang digunakan terlalu tinggi (750C)
sedangkan menurut literatur ketika mencapai suhu ±690C maka pelarut n-heksan
menguap (Ina 2011)
Pratikum kali ini pratikan melakukan pengujian sempel kunyit yang dilakukan
dengan uji KLT (kromatografi lapis tipis ). Pengujian KLT ini dilakukan untuk
menentukan eluen nama yang cocok yang nanti digunakan untuk memisahkan senyawa-
senyawa yang terkandung didalam kunyit. Pada uji KLT ini menggunakan perbandingan
pelarut N-heksana dan etil asetat dengan menggunakan perbandingan yang berbeda-
beda. Pengujian pada plat KLT dilakukan dengan cara menimbang sempel, lalu
memasukkan sempel tersebut kedalam gelas kimia dan melarutkan dengan cara
menimbang sempel tersebut kedalam gelas kimia dan melarutkan dengan 1 mL aseton
dan menyiapkan pada plat KLT dengen menggunakan pipa kapiler, penotolan dilakukan
dengan hati-hati agar sempel tidak berlumeran pada plat KLT, untuk mencegah hal
tersebut maka kita bisa melakukan penotolan terlebih dahulu pada tissue. Setelah itu
melakukan pengelusian dengan mengkombinasikan komposisi pelarut sebagai fase gerak
dan alumina atau silica sebagai fase diam, Karena fase feraknya cair dan fase diamnya
padat maka prinsip KLT adalah adsorbsi.
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada
percobaan yang pertama yaitu menggunakan pelarut N-heksan 8 dan untuk etil asetat 2,
jadi perbandingan yang pertama yaitu 8:2 dan setelah meakukan percobaan didapatkan
nilai Rf sebesar 0,375 cm, untuk percobaan kedua pratikan menggunakan perbandingan
7;3 untuk N-heksan 7 dan untuk etil asetat 3 dan setelah dilakukan percobaan didapatkan
nilai Rf sebesar 0,125 cm, percobaan yang ketiga yaitu meggunakan perbandingan
pelarut yaitu 4:6 yaitu untuk N-heksan 4 dan etil asetat 6, dari percobaan tersebut
didapatkan nilai Rf sebesar 0,5 cm, Adapun untuk percoaan yang terakhir yaitu
menggunakan perbandingan 100:0, dimana 100 untuk pelarut N- heksan dan 0 untuk
oelarut etil asetat dan pada percobaan tersebut didapatkan hasil nili Rf sebesar 0,10 cm.
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan dan telah didaoatkan hasil untuk
nilai Rf darimasing- masing perbandingan pelarut yang berbeda dan setelah dilakukan
percobaan dapat disimpulkan bahwa untuk simplisia kunyit yang kami lakukan
pengujian dengan menggunakan pegujian KLT didapatkan kesimpulan bahwa simplisia
serbuk kunyit bersifat non polar, karena bubuk simplisia yang dilaukan percobaan lebih
mudah larutdalam pelarut N-heksan atau non polar.
2. INFUSA
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman bagian daun pandan.
b. Mahasiswa memahami proses kerja infusa.
c. Mahasiswa dapat memisahkan zat dari pelarutnya.
3. MASERASI
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman kunyit yang
digunakan berupa simplisia serbuk rimpang kunyit.
b. Mahasiswa dapat memahami proses kerja ekstraksi metode maserasi.
c. Mahasiswa dapat memisahkan ekstrak basah dari pengotornya dengan
melanjutkannya pada proses evaporasi.
4. SOXHLETASI
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman pandan berupa
simplisia daun pandan.
b. Mahasiswa dapat memahami proses kerja ekstraksi metode soxhletasi.
c. Mahasiswa dapat memisahkan ekstrak basah dari pelarutnya dengan dilanjutkan
pada proses evaporasi.
5. EVAPORASI
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman yang berasal daari
serbuk simplisia kunyit (hasil maserasi) dan simplisia daun pandan (hasil dari
soxhletasi)
b. Mahasiswa dapat memisahkan zat uji dari pelarutnya.
Puspitasari , Anita Dwi dan Lean Syam Proyogo. Perbandingan Metode Ekstraksi
Maserasi Dan Sokletasi Terhadap Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol Daun
Kersen (Muntingia Calabura)Jurnal Ilmiah Cendekia EksaktaISSN 2528-5912
Williams, D.F. 1981. Extraction With Supercritical Gases. Chem.Engineering Sci. Vol
36 No.11 :1769-1788., diakses 6 Nopember 2016
Yurleni, 2018, Penggunaan Beberapa Metode Ekstraksi Pada Rimpang Curcuma
UntukMemperoleh Komponen Aktif Secara Kualitatif, Jurnal Biospecies Vol. 11 No.
1, January 2018
Ina. 2011. Metode Ekstraksi. (online). farmasi.unand.ac.id/RPKPS/Metoda_ekstraksi,
Diakses pada 05 April 2019
Rowe, Raymond C., dkk. , 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients Edition VI,
Pharmaceutical Press and American Pharmacist Assosiation : USA
Team Teaching.2013. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik.
Laboratorium Kimia FMIPA UNG.:Gorontalo
Suyitno. 1989. Petunjuk Laboratorium Pangan Proyek Pengembangan. Universitas
Brawijaya: Malang
LAMPIRAN
1. Infusa
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 1 :Memanaskan simplisia yang telah dilarutkan dengan aguadest
pada gelas beker dengan menggunakan api bunsen
Gambar 2 :Menunggu sampel hingga mendidih selama 15 menit sambil
sesekali diaduk.