You are on page 1of 49

MAKALAH PRAKTIKUM FITOKIMIA

PREPARASI SAMPEL, INFUSA, MASERASI, SOXHLETASI, EVAPORASI,


IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER DENGAN METODE KLT DAN UJI FITOKIMIA
TANAMAN OBAT

DISUSUN OLEH:
RINA ARYATI (174840121)
THERESIA M. L. T (174840125)
WULAN SEPTIANA (174840128)
ZAURA (174840130)

DOSEN PENGAMPU:
OCCA ROANISCA, S. P., M. Si
YULIZA EKA FITRI, ST

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG


PRODI FARMASI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkat dan karunia sehingga penulisan
makalah Praktikum Fitokimia yang berjudul “PREPARASI SAMPEL, INFUSA, DESTILASI
MINYAK ATSIRI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA MINYAK ATSIRI” dapat diselesaikan
dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah jauh dari kata sempurna. Penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman satu kelompok
yang telah membantu dalam mengerjakan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Demikian penulisan makalah ini, penulis menyadari banyak keterbatasan dan
kekurangan ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi peningkatan wawasan kami dalam memberikan penulisan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat pada semua pihak.

Pangkalpinang, 25April 2019

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 3
BAB I..................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 4

1.2 Tujuan............................................................................................................................... 5

BAB II ................................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 7
1. Monografi Kunyit .............................................................................................................. 12

2. Monografi Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb)................................................ 13

BAB III ................................................................................................................................ 16


METODE PRAKTIKUM .................................................................................................... 16
1.1 WAKTU DAN TEMPAT .............................................................................................. 16

1.2 ALAT DAN BAHAN .................................................................................................... 17

1.3 CARA KERJA ............................................................................................................... 20

BAB IV ................................................................................................................................ 24
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................... 24
BAB V ................................................................................................................................. 41
KESIMPULAN ................................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 43
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 44
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemurnian suatu senyawa dapat dilakukan dengan ekstraksi. Ekstraksi cairan-
cairan merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat
bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada dasaranya tidak
saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke
dalam pelarut kedua itu. Pemisahan itu dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok
larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat tercampur (immiscible)
menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan di
mana tujuan primernya adalah bukan analitis namun preparatif, ekstraksi pelarut dapat
merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya
dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Pemisahan ekstraksi pelarut
biasanya ‘bersih´ dalam arti tak ada analog, kopresipitasi dengan sistem semacam itu.
Ekstraksi merupakan metode pemisahan yang baik dan popular dibanding
kebanyakan metode lain. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan
baik dalam tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus
atau canggih kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat
terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur
seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat
ditransfer dalam jumlah yang berbeda dalam kedua fase terlarut. Teknik ini dapat
digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya pemisahan serta analisis
pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis kemudian
berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk
ion-ion logam yang bertindak sebagai pengotor dan ion-ion logam dalam jumlah
makrogram.
Untuk itu praktikan melakukan sebuah kegiatan praktikum untuk mengelola dan
memanfaatkan sebuah sumber daya alam yang ada sehingga dapat digunakan dalam
waktu jangka panjang. Praktikum yang dilakukan ialah mengekstrak tanaman kunyit
(Curcuma longa linn)dengan metode preparasi sampel untuk pembuatan simplisia dari
tanaman rimpang kunyit, tanaman pandan (Pandanacea) dengan metode infusa dan
soxhletasi yang kemudian dilakukan evaporasi, dan destilasi jeruk medan (Citrus l)
dengan metode destilasi minyak atsiri. Ekstrak yang dihasilkan akan dimanfaatkan
untuk melihat ada tidaknya potensi untuk dijadikan sebuah obat. Serta melakukan uji
metabolit sekunder dengan metode Kromatogrfi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak kental
kunyit dan melakukan uji fitokimia tanaman obat

1.2 Tujuan
1. PREPARASI SAMPEL
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman kunyit.
b. Mahasiswa memahami proses kerja ekstrak simplisia dari tanaman.

2. INFUSA
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman bagian daun
pandan.
b. Mahasiswa memahami proses kerja infusa.
c. Mahasiswa dapat memisahkan zat dari pelarutnya.

3. MASERASI
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman.
b. Mahasiswa dapat memahami proses kerja ekstraksi metode maserasi.
c. Mahasiswa dapat memisahkan ekstrak basah dari pengotornya.

4. SOXHLETASI
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman.
b. Mahasiswa dapat memahami proses kerja ekstraksi metode soxhletasi.
c. Mahasiswa dapat memisahkan ekstrak basah dari pengobatannya.

5. EVAPORASI
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman.
b. Mahasiswa dapat memisahkan zat uji dari pelarutnya.

6. IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER DENGAN METODE KLT


Mengetahui ada tidaknya komponen metabolitsekunder didalam sampel uji
dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

7. UJI FITOKIMIA TANAMAN OBAT


a. Mempelajari cara-cara analisa senyawa bioaktif pada sampel yang meliputi
analisa alkaloid, fenol hidrokuinon, flavonoid, saponin dan steroid.
b. Mengetahui ada tidaknya komponen senyawa bioaktif didalam sampel uji
yang digunakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ekstraksi adalah penguraian zat-zat berkhasiat atau zat aktif pada bagian
tanaman, hewan, dan b eberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa-
senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik. Zat aktif dari tanaman dan
hewan terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda begitu pula
ketebalan masing-masing berbeda sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut
tertentu untuk mengekstraksinya. Proses terekstraksinya zat aktif dalam sel tanaman
yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik tersebut
sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan terdistribusi ke luar sel dan
proses ini terulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat
aktif di dalam sel dan di luar sel (Team Teaching: 8: 2013).
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau lebih bahan dari suatu padatan atau cairan.
Proses ekstraksi diawali dengan terjadinya penggumpalan ekstrak dalam pelarut
sehingga pada bidang antar muka bahan dan pelarut terjadi pengendapan massa
bahan. Prinsip ekstraksi dengan pelarut berdasarkan pada kelarutan komponen terhadap
komponen lain dalam campuran. Komponen yang larut dapat berupa cair maupun padat
(Suyitno:1989).
Metode ekstraksi terbagi atas dua cara yaitu ekstraksi secara dingin dan ekstraksi
secara panas.
1. Ekstraksi secara dingin
a. Metode maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya Metode maserasi dapat dilakukan
dengan modifikasi yaitu modifikasi maserasi melingkar, modifikasi maserasi
digesti, modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat, modifikasi remaserasi,
modifikasi dengan mesin pengaduk, dan metode Soxhletasi. (Suyitno:1989).
b. Metode Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak
memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari
ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau
terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama
proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
(Suyitno:1989).

2. Ekstraksi secara panas


a. Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi
sampelsampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator (Suyitno:1989).
b. Metode destilasi uap
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak
menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan
untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung
komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal
(Suyitno:1989).

PREPARASI SAMPEL
 Panen:
Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, saat panen yang
terbaik adalah pada umur tanaman 11-12 bulan, yaitu pada saat gugurnya daun
kedua. Sebab produksi yang diperoleh lebih besar dan lebih banyak bila
dibandingkan dengan masa panen pada umur kunyit 7-8 bulan. Ciri-ciri tanaman
kunyit yang siap panen ditandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetatif,
seperti terjadi kelayuan/perubahan warna daun dan batang yang semula hijau
berubah menjadi kuning (tanaman kelihatan mati)
Pemanenan dilakukan dengan cara membongkar rimpang dengan
cangkul/garpu. Sebelum dibongkar, batang dan daun dibuang terlebih
dahulu.Selanjutnya rimpang yang telah dibongkar dipisahkan dari tanah yang
melekat lalu dimasukkan dalam karung agar tidak rusak.Panen kunyit dilakukan
saat musim kemarau karena pada saat itu sari/zat yang terkandung didalamnya
mengumpul. Saat panen kadar air kunyit bisa mencapai 90%, yang selanjutnya
perlu dikeringkan hingga mencapai kadar air 9% agar dapat disimpan lama.
 Pascapanen:

Dicuci
Simplisia Peeling dan Pencucian
(pembuangan
kunyit segar Trimming ulang
kotoran)

Pemotongan
rimpang
(hingga
Blanching Diblender Bubur Kunyit
diperoleh
ukuran yang
lebih kecil)

Pengeringan
Kondisi kunyit Giling ulang
di oven pada Disaring
membatu (dimortal)
suhu 50oC

Bahan
simplisia
kunyit

1. Tahap Penyediaan Bahan


Rimpang kunyit yang didapatkan terlebih dahulu disortasi dengan
tujuan memisahkan rimpang yang benar-benar berkualitas baik dengan jenis
rimpang yang kisut, rusak, serta dari bahan lain yang mungkin sebagai bahan
kontaminasi. Selanjutnya dicuci bersih untuk membuang kotoran yang
mungkin melekat, kemudian ditiriskan untuk mendapatkan kondisi rimpang
yang kering
2. Peeling dan Trimming
Perlakuan peeling ditujukan untuk membuang kulit rimpang kunyit dan
trimming adalah tindakan untuk membuang bagian sisa (marterial
waste).Setelah peeling dan trimming, dilakukan pencucian ulang untuk
memperoleh kondisi yang lebih bersih.
3. Blanching
Proses ini sangat mengambil andil besar terhadap keberadaan senyawa
kurkumin (berguna dalam pembuatan oleoresin, zat pewarna makanan dan
bahan aditif lainnya). Mula-mula, rimpang kunyit diblanching dengan uap air
yaitu dengan cara mengkukus rimpang pada suhu 82oC-85oC selama 4-5
menit. Alasan penggunaan uap air adalah untuk menghindari / mengurangi
kemungkinan terlarutnya warna kuning dalam air saat blanching. Penggunaan
suhu 82oC-85oC digunakan untuk mendenaturasi enzim yang terkandung
dalam kunyit, sehingga reaksi enzimatis terhadap senyawa-senyawa yang
terkandung dalam kunyit dapat berhenti.
Bila tanpa perlakuan blanching di awal proses, perbedaan aplikasi suhu
saat pengeringan akan berpengaruh terhadap keberadaan kurkumin mulai dari
kondisi bubur hingga bubuk kunyit. Efek aplikasi panas dapat dijelaskan
sebagai berikut:

 Panas yang tinggi akan mengakibatkan kerusakan yang berarti


pada kandungan atau komponen-komponen kunyit, umumnya terhadap
lemak, protein, serta gula sederhana seperti glukosa, fruktosa. Tetapi
secara khusus panas akan merusak terhadap senyawa kurkumin yang
sangat berperan terhadap perwarnaan (pembentukan warna) kuning
oranye.
 Suhu yang rendah selama pengeringan memberi peluang yang
lebih tinggi terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Artinya,
mikroorganisme tahan hidup pada suhu pengeringan yang rendah (40 0C
sampai dengan 55 0C), akibat dari kadar air pada bahan masih cukup
untuk pertumbuhannya.
Dari beberapa pengamatan, ditemukan bahwa pada suhu pengeringan
400C kondisi bubur tidak dapat kering dan selama waktu 17 jam pengeringan,
kondisi bubur berjamur. Dan pada waktu pengeringan 52 jam tingkat
kerusakan sudah maksimal. Sebaliknya dengan aplikasi panas tinggi (70 oC),
terjadi pengerasan permukaan atau pembentukan lapisan kerak yang keras
dan berwarna coklat atau kecoklatan.
4. Perolehan Bubur Kunyit
Rimpang kunyit yang telah diblanching selanjutnya diblender untuk
mendapatkan fase bubur yang relatif halus.Diupayakan agar saat
pemblanderan, penambahan air tidak terlalu banyak sehingga bubur yang
diperoleh tidak mengandung air yang berlebih dan mudah untuk dikeringkan.
5. Pengeringan bubur
Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven biasa pada suhu
yang berbeda, sesuai dengan perlakuan yang diinginkan dan lamanya waktu
yang diperlukan. Pengeringan dapat dilakukan pada suhu 50oC selama 6 jam
dalam oven (Surojanametakul et al., 2010). Pada saat pengeringan, secara
pasti bubur akan memadat atau membatu. Di kala kondisi seperti ini dapat
dilakukan upaya penggilingan ulang dengan mortal, selanjutnya hasil
gilingan dapat diovenkan kembali.Jika dibutuhkan, penggilingan dengan
mortal dapat dilakukan untuk kedua kalinya.Kondisi bubuk kering yang
diinginkan, jika bahan yang dikeringkan telah memberikan penampakan
gembur-gersang sebagaimana kondisi tepung kering.
Proses pengeringan dapat dihentikan bila bahan yang dimaksud sudah
memberikan penampakan yang benar-benar gembur-gersang sebagaimana
kondisi tepung diterima oleh masyarakat secara umum. Bubuk kunyit dengan
penampakan yang benar-benar gembur sesuai dengan penerimaan masyarakat
memiliki kandungan kadar air bahan sekitar 9,1% atau 9%.
1. Monografi Kunyit
Kunyit dikenal dengan beberapa nama daerah antara lain Kunyit (Jawa),
Kunyet (Sumatera), Kunyik (Nusa Tenggara), Kuni (Sulawesi) dan Kulin
(Maluku). Kunyit merupakan tumbuhan daerah subtropis sampai tropis dan
tumbuh subur di dataran rendah antara 90 meter sampai dengan 2000 meter di
atas permukaan laut.Tinggi tanaman kunyit sekitar 70 cm. Batang tanaman ini
semu dan basah.Pelepah daunnya membentuk batang dengan helaian daun
berbentuk bulat telur.Rimpangnya memiliki banyak cabang dengan kulit
luarnya berwarna jingga kecoklatan.Buah daging rimpang kunyit berwarna
merah jingga kekuning- kuningan (Thomas, 1989).
Klasifikasi kunyit menurut Linnaeus adalah:
Kingdom : Plantae
Phylum :Magnoliophyta
Kelas :Liliopsida
Subkelas :Zingiberidae
Ordo :Zingiberales
Famili :Zingiberaceae
Genus :Curcuma
Spesies : Curcuma longaLinn.
Kunyit sejak lama dimanfaatkan sebagai antibakteri, antiinflamasi
(Mary dkk, 2012) dan antioksidan (Chan, 2008).Kandungan utama dalam
rimpang kunyit adalah kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin,
demetoksikurkumin dan bis-demetoksikurkumin.Kandungan lainnya antara
lain air, protein, lemak, mineral, serat kasar, karbohidrat, pati, karoten, tanin,
dan minyak atsiri.Minyak atsiri pada rimpang kunyit dimuat pada Tabel II.
Komponen minyak atsiri rimpang kunyit
Turmerone Curlone
Curdione Turmeronol B
1,8 cineole α-Zingiberene
β-pinene β-bisabolene
p-cymene Curcumene
Tabel II. Kandungan minyak atsiri pada rimpang kunyit
(Sumber:Jayaprakasha dkk, 2005)

2. Monografi Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb)


Pandan wangi yang dalam bahasa latinnya Pandanus amaryllifolius Roxb
merupakan tumbuhan yang cocok dengan iklim di daerah tropis. Terdapat di
pinggir sungai, di tepi rawa, atau di tanah yang basah., dan tumbuh subur di
daerah pantai sampai ketinggian 500 m dpl. Batangnya bulat dengan bekas
duduk daun, bisa bercabang-cabang, akar tunjang keluar disekitar pangkal batang
dan cabang.
Klasifikasi ilmiah Daun Pandan/Pandan Wangi :
Kingdom : Plantae
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh)
Superdivisi :
Spermatophyta
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Liliopsida
Subkelas :
Arecidae
Ordo : Pandanales.
Family : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb
Manfaat tumbuhan Pandanus amaryllifolius Roxb. adalah sebagai bahan
baku pembuatan minyak wangi. Daunnya harum kalau diremas atau diiris-iris,
sering digunakan sebagai bahan penyedap, pewangi dan pemberi warna hijau
pada masakan. Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang potensial
untuk menghasilkan minyak atsiri. Isolasi dan karakterisasi kandungan kimia
minyak atsiri dari tumbuhan pandan wangi menjadi perhatian yang menarik
untuk dipelajari. Daun berkhasiat sebagai tonikum, penambah nafsu makan,
dan penenang. Pandan wangi selain sebagai rempah-rempah juga digunakan
sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi. Daunnya harum kalau
diremas atau diiris-iris, sering digunakan sebagai bahan penyedap, pewangi
dan pemberi warna hijau pada masakan atau penganan. Irisan daun pandan
muda dicampur dengan bunga mawar, melati, cempaka dan kenanga, sering
diselipkan di sanggul supaya rambut menjadi harum, atau diletakkan di antara
pakaian dalam lemari.Dari beberapa penelitian di bidang entomologi,
diketahui bahwa ekstrak daun pandan wangi mempunyai pengaruh terhadap
tingkat kematian larva/jentik nyamuk Aedes aegypti.
Pandan merupakan segolongan tumbuhanmonokotil dari
genusPandanus.Sebagian besar anggotanya merupakan tumbuh di pantai-pantai
daerah tropika.Anggota tumbuhan ini dicirikan dengan daun yang memanjang
(seperti daun palem atau rumput), seringkali tepinya bergerigi.Akarnya besar dan
memiliki akar tunjangyang menopang tumbuhan ini.Buah pandan tersusun dalam
karangan berbentuk membulat, seperti buah durian. Ukuran tumbuhan ini
bervariasi, mulai dari 50cm hingga 5 meter, bahkan di Papua banyak pandan
hingga ketinggian 15 meter. Daunnya selalu hijau (hijau abadi, evergreen),
sehingga beberapa di antaranya dijadikan tanaman hias.Pandan wangi daunnya
digunakan sebagai pewangi dan pewarna makanan, juga komponen dekorasi dan
pewangi ruangan.
Pandan wangi tumbuh di daerah tropis dan banyak ditanam di halaman
atau di kebun.Pandan kadang tumbuh liar di tepi sungai, tepi rawa, dan di
tempat-tempat yang agak lembap, tumbuh subur dari daerah pantai sampai
daerah dengan ketinggian 500 m dpl. Perdu tahunan, tinggi 1-2 m. Batang bulat
dengan bekas duduk daun, bercabang, menjalar, akar tunjang keluar di sekitar
pangkal batang dan cabang.
Daun tunggal, duduk, dengan pangkal memeluk batang, tersusun berbaris
tiga dalam garis spiral. Helai daun berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi
rata, bertulang sejajar, panjang 40 - 80 cm, lebar 3 - 5 cm, berduri tempel pada
ibu tulang daun permukaan bawah bagian ujung-ujungnya, warna hijau. Bunga
majemuk, bentuk bongkol, warnanya putih.Buahnya buah batu, menggantung,
bentuk bola, diameter 4 - 7,5 cm, dinding buah berambut, warnanya jingga.
Pandan wangi selain sebagai rempah-rempah juga digunakan sebagai
bahan baku pembuatan minyak wangi. Daunnya harum kalau diremas atau diiris-
iris, sering digunakan sebagai bahan penyedap, pewangi dan pemberi warna
hijau pada masakan atau penganan.Irisan daun pandan muda dicampur bunga
mawar, melati, cempaka dan kenanga, sering diselipkan di sanggul supaya
rambut menjadi harum, atau diletakkan di antara pakaian dalam lemari.Daun
pandan yang diiris kecil-kecil juga digunakan untuk campuran bunga rampai atau
bunga tujuh rupa.Perbanyakan dengan pemisahan tunas-tunas muda, yang
tumbuh di antara akar-akarnya.
Daun pandan memiliki kandungan kimia berupa alkaloida, saponin,
flavonoida, tannin, polifenol dan zat warna. Pandan wangi memiliki bau khas
aromatik dan tidak berasa. Bau khas pada daun pandan disebabkan oleh
kandungan minyak atsiri dan senyawa kimia yang disebut 2-acetyl pyrroline
BAB III
METODE PRAKTIKUM

1.1 WAKTU DAN TEMPAT


1. PREPARASI SAMPEL
Waktu : Selasa, 2 April 2019
Pukul : 14.00 WIB
Tempat : Gg. Widuri Bulan III, Air Itam Pangkalpinang

2. INFUSA
Waktu : Selasa, 23 April 2019
Pukul : 08.00 -12.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi, UBB

3. MASERASI
Waktu : Selasa, 16 April 2019
Pukul : 08.00 -12.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi, UBB

4. SOXHLETASI
Waktu : Selasa, 16 April 2019
Pukul : 08.00 -12.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi, UBB

5. EVAPORASI
Waktu : Selasa, 23 April 2019
Pukul : 08.00 -12.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi, UBB

6. IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER DENGAN METODE KLT


Waktu : Selasa, 30 April 2019
Pukul : 10.00 -12.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi, UBB

7. UJI FITOKIMIA TANAMAN OBAT


Waktu : Selasa,7 Mei 2019
Pukul : 08.00 -12.30 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi, UBB

1.2 ALAT DAN BAHAN


A. PREPARASI SAMPEL
ALAT BAHAN
 Pisau Rimpang kunyit
 Talenan
 Baskom
 Kain Hitam
 Tikar
 Blender

B. INFUSA
ALAT BAHAN
 Gelas Beker Simplisia daun pandan
 Spatula Aquadest
 Api Bunsen
 Termometer

C. MASERASI
ALAT BAHAN
 Toples Simplisia serbuk kunyit
 Gelas ukur Aseton
 Timbangan
 Spatula
 Tissue
 Isolasi/Lakban

D. SOXHLETASI
ALAT BAHAN

 Alat ekstraksi soxhlet Simplisia serbuk daun pandan

(labu didih, labu soxhlet, kondensor) n-Heksane

 Timbangan
 Klem dan statif
 Erlenmeyer
 Labu destilasi
 Botol sampel

E. EVAPORASI
ALAT BAHAN

Seperangkat alat rotary evaporator Ekstrak basah


simplisia
(kunyit dan daun pandan)

F. IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER DENGAN METODE KLT


ALAT BAHAN
 Plat KLT Ekstrak kunyit
 Pipa kapiler Etil asetat
 Pipet tetes Metanol
 Spatula N-heksan
 Penutup kaca Kertas saring
 Erlenmeyer
 Gelas ukur
 Lampu-UV
 Pinset

G. UJI FITOKIMIA TANAMAN OBAT


ALAT BAHAN
 Labu takar Ekstrak sampel
 Mortar Pereaksi Meyer
 Neraca analitik Pereaksi Wagner

 Oven Asam sulfat 2 N

 Penjepit Kloroform

 Pipet tetes Asam asetat glasial


Serbuk magnesium
 Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
Amil alkohol
 Spatula kaca
Alkohol
Asam klorida
Etanol
Pereaksi FeCl3
1.3 CARA KERJA
A. PREPARASI SAMPEL
1. Menyiapkan alat dan bahan dan menimbang bahan bassah yang
digunakan yaitu 2,5 kg.
2. Melakukan sortasi basah pada tanaman kunyit (pada rimpangnya).
3. Mencuci tanaman hingga bersih dan menggunakanv hasil simplisia
tersebut.
4. Melakukan sortasi kerig untuk memisahkan kemungkinan terjadinya
campuran dengan bahan ataupun zat lainnya.
5. Menghaluskannya simplisia dan setelah itu didapatkan serbuk simplisia
yang khasiat atau kualitasnya baik

B. INFUSA
1. Timbang 10 gram simplisia berupa bagian daun pandan.
2. Masukkan kedalam wadah atas dan tambahkan 110 mL air.
3. Setelah wadah atas siap untuk diproses,maka masukkan panci beserta isinya
segera kedalam wadah bawah yang telah berisi air.
4. Setelah itu wadah bawah dipanaskan diatas api langsung dan dibiarkan
sampai mendidih (mencapai suhu 1000C).
5. Pemanasan dilakukan selama 15 menit terhitung mulai air diwadah bawah
mendidih, sambil sesekali diaduk.
6. Setelah cukup 15 menit maka wadah atas diturunkan dan disaring.
7. Apabila ternyata volume akhir yang didapat <100 mL maka perlu
ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume
infusa yang dikehendaki 100 mL.

C. MASERASI
1. Sampel simplisia diblender dalam keadaan kering air.
2. Timbang sampel sebanyak 100 gram dan pelarutnya (aseton) dengan
perbandingan 1:3 atau divariasikan dari alat yang digunakan.
3. Sampel simplisia dimasukkan kedalam erlenmeyer/ wadah tertutup, lalu
dituang pelarutnya aseton sesuai perbandingan diatas, setelah itu dilakukan
pengadukan dan ditutup rapat dengan isolasi atau dengan lakban.
4. Diamkan selama 3 hari pada suhu ruang, setelah itu disaring kedalam
erlenmeyer menggunakan kertas saring. Lalu hasil penyaringan tersebut
dipekatkan menggunakan rotary evaporator.

D. SOXHLETASI
1. Timbang lebih kurang 20 gram sampel, masukkan kedalam timble ekstraksi.
2. Timbang labu ekstraksi yang telah dikeringkan.
3. Masukkan pelarut organik (n-Heksane) sebanyak 50 mL dalam labu didih
(labu ekstraksi).
4. Rangkai alat soxhletasi : labu didih, labu soxhlet, kondensor.
5. Lakukan ektraksi dengan kecepatan tetesan solven dari kondensor 5-6 tetes
per detik selama 4 jam.
6. Hasil ekstraksi dimasukkan kedalam botol sampel untuk dilanjutkan pada
tahap evaporasi.

E. EVAPORASI
1. Ekstrak yang masih bercampur dengan pelarutnya dimasukkan kedalam labu
evaporator sebanyak 200-300 mL.
2. Atur kecepatan putar (155 rpm) dan temperatur evaporator 700C (tergantung
jenis pelarut).
3. Ekstraksi sampel sampai pelarut habis(tersisa hanya ekstrak murni).

F. IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DENGAN METODE


KLT
1. Siapkan plat KLT berukuran panjang 6 cm dan lebar 1 cm.
2. Ambil sedikit sampel dengan spatula dan larutkan menggunakan aseton
beberapa tetes.
3. Tottolkan sampel pada plat KLT dengan menggunakan sampel pada area
yang telah ditandai dengan pensil setinggi 0,5 cm.
4. Lakukan pengelusian dengan mengkombinasikan komposisi pelarut sebagai
fase gerak, komposisi pelarut sebagai berikut :
a. N-heksane : 100%
b. N-heksane : Etil asetat : 8:2
c. N-heksane : Etil asetat : 7:3
d. N-heksane : Etil asetat : 4:6
5. Maukkan pelarut kedalam gelas kimia, jenuhkan dengan kertas saring.
6. Maukkan plat tetes yang sudah ditotoli sampel pada gelas kimia yang telh
diisi elue tersebut, dan ditutup dengan penutup kaca
7. Hitunglah noda yang terlihat dari sinar-UV dan nilai Rf setiap noda.nilai Rf
adalah “reterdation factor” atau nilai “ratio-to-front” yang diekspresikan
sebagai fraksi desimal. Berikut cara perhitungan nilai Rf :
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

G. UJI FITOKIMIA TANAMAN OBAT


Analisa alkaloid
1. Sejumlah sampel diambil beberapa bagian kemudian dimasukkan kedalam
tabung reaksi.
2. Sampel tersebut ditetesi dengan asam sulfat 2 N kemudian diuji dengan
pereaksi Mayer dan pereaksi Wagner.
3. Perubahan warna yang terjadi diamati setelah 30 menit, hasil uji dinyatakan
positif apabila pereaksi Mayer terbentuk endapan putih kekunigan dan
dengan pereaksi Wagner terbentuk endapan coklat.

Analisa fenol hidrokuinon


1. Sejumlah sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5% kedalam tabung reaksi.
3. Perubahan yang terjadi diamati, terbentuknya warna hijau atau hijau biru
menunjukkan adanya senyawa fenol dalam bahan.

Analisa flavonoid
1. Sejumlah sampel diambil dan dimasukkan kedalam taung reaksi.
2. Tambahkan pada sampel berupa serbuk Magnesium 0,1 mg dan 0,4 mL amil
alkohol (campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume yang
sama) dan 4 mL alkohol.
3. Sampel dikocok dan diamati perubahan yang terjadi, terbentuknya warna
merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkkohol menunjukkan adanya
flavonoid.

Analisa saponin
1. Sejumlah sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi.
2. Air panas ditambahkan pada sampel.
3. Perubahan yang terjadi terhadap terbentuknya busa diamati, reaksi positif
jika busa stabil selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes
HCl 2 N.

Analisa steroid
1. Sejumlah sampel diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 2 mL kloroform kedalam tabung reaksi yang berisi sampel
tersebut.
3. Tambahkan 10 tetes asam asetat glasial dan 3 tetes asam sulfat pekat
ditambahkan kedalam tabung.
4. Perubahan pada sampel diamati, terbentuknya warna merah pada larutan
pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan reaksi
positif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PREPARASI SAMPEL
Kunyit
Kunyit basah : 2500 g
Kunyit kering : 200 g
Penyusutan : 2300 g

B. INFUSA
(Daun pandan)
Air : 150 mL
Waktu di mulai : 09.20 WIB
Waktu di akhir : 09.35 WIB
Suhu : 1000C
Pelarut : Aquades
Organoleptik (Perubahan sampel)
Bentuk Warna Perubahan Aroma Volume
fisik
Cairan Hijau tua → Padatan → Bau pandan 55 ml
kuning cair
kecoklatan

C. MASERASI
Tahapan Praktikum Hasil Pengamatan

Volume awal ekstraksi 300 Ml


Volume hasil ekstraksi
94 mL
Penyusutan
Perubahan Sampel 106 mL

Warna : Kuning kecoklatan

Bau : Khas

Rasa : Pahit

Bentuk : Padatan → cair

D. SOXHLETASI
Tahapan Praktikum Hasil Pengamatan
1. Volume awal ekstraksi 125 mL
2. Volume hasil ekstraksi 95 mL
3. Penyusutan 106 mL
Perubahan Sampel Warna : Agak kehijauan
Bau : Khas pandan
Rasa : Pahit
Bentuk : Padatan → cair
Perhitungan 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Ket : a= berat labu dan sampel akhir (g)
b=berat labu kosong (g)
c=massa sampel (g)
b 133,51g − 132,88 g
(% ) = × 100%
b 5g
b 0,63 g
(% ) = × 100%
b 5g
b
(% ) = 12,6 %
v

E. EVAPORASI
Tahapan Praktikum Hasil Pengamatan

Evaporasi Ektrak Maserasi


1. Kecepatan Putar 1. 155 rpm
2. Temperatur 2. 600C
3. Waktu Evaporasi 3. 22 menit
4. Aroma Ekstrak Terbentuk 4. Khas kunyit
5. Karakteristik ektrak 5. Agak kental berwarna coklat kehitaman
dari warna kuning kecoklatan
6. Jumlah Ekstrak Total 6. 5,4 g
Evaporasi Ektrak Soxhletasi
1. Kecepatan Putar 1. 155 rpm
2. Temperatur 2. 750C
3. Waktu Evaporasi 3. 6 menit
4. Aroma Ekstrak Terbentuk 4. Khas daun pandan
5. Karakteristik ektrak 5. Ekstrak kental berwarna agak hijau
kecoklatan dari warna hijau tua
6. Jumlah Ekstraksi Total 6. 0,63 g

F. IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DENGAN METODE


KLT
Percobaan Hasil
N- Heksan : etil asetat A = 1,5 cm
8 : 2 D = 4 cm
𝐴 1,5 𝑐𝑚
Rf = 𝐷 = = 0,375 cm
4 𝑐𝑚

N- Heksan : etil asetat A = 0,5 cm


7 : 3 D = 4 cm
𝐴 0,5 𝑐𝑚
Rf = 𝐷 = = 0,125 cm
4 𝑐𝑚

N- Heksan : etil asetat A = 2 cm


4 : 6 D = 4 cm
𝐴 2 𝑐𝑚
Rf = 𝐷 = 4 𝑐𝑚 = 0,5 cm

A = 2,5 cm
D = 4 cm
𝐴 2,5 𝑐𝑚
Rf = 𝐷 = = 0,625 cm
4 𝑐𝑚

N- Heksan : etil asetat A = 0,4 cm


100 : 0 D = 4 cm
𝐴 0,4 𝑐𝑚
Rf = 𝐷 = = 0,10 cm
4 𝑐𝑚

G. UJI FITOKIMIA TANAMAN OBAT


No. Jenis Uji Hasil Pengamatan

1. Alkaloid

2. Fenol Hidrokuinon

3. Flavonoid

4. Saponin

5. Steroid
PEMBAHASAN

1.1 PREPARASI SAMPEL


Pratikum kali ini sebelum melakukan beberapa percobaan mengenai uji
fitokimia rimpang kunyit,langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan
preparasi sempel pada kunyit tersebut. Pada uji fitokimia ini sempel kunyit yang
diperoleh berasal dari kampong pinang sebatang kecamatan simpang katis, kabupaten
Bangka tengah. Pembuatan preparasi sempel kunyit pada pratikum kali ini dilakukan
pada kediaman Rina aryati beralamat di gang widuri bulan III,air itam kota pangkal
pinang pda hari selasa 2 april 2019. Adapun sempel kunyit yang digunakan pada
pratikum kali ini yaitu berbentuk simplisia.

Adapun cara pembuatan simplisia kunyit pertama-tamamenyiapkan kunyit yang


telah diambil dari kebun lalu lakukan sortasi basah yaitu dengan melakukan pemisahan
kunyit dengan pengotor-pengotor seperti tanah atau kototran yang lainnya lalu cuci
kunyit dengan air mengalir hingga bersih, setelah itu lakukan perajangan, perajangan
dilakukan dengan tujuan supaya air bias cepat mengalir sehingga simplisianya bias cepat
kering , setelah itu lakukan dilakukan pengeringan , proses pengeringan bias dilakukan
dengan menjemur kunyit dibawah sinar matahari ataupun dengsn menggunsksn oven
dan adapun dalam pengeringan simplisia rimpang kunyit pada pembuatan simplisia kali
ini menggunakan sinar matahari dengan menggunakan kain hitam sebagai penutup,hal
ini dilakukan supaya panas yang didapatkan pada kunyit merata, karena warna hitam
merupakan penghantar panas yang baik. Setelah simplisia kunyit kering lakukakn
sortasi kering,sortasi kering dilakukan untuk memisahkan bagian simplisia yang
digunakan dengan bagian dari tumbuhan yang tidak diinginkan. Setelah penghalusan
simplisia dengan blender, penghalusan dilakukan kering tanpa menggunakan air, setelah
itu diporeleh simplisia dalam bentuk serbuk dengan berat 200 gram.

1.2 INFUSA
Infusa dalam bahasa latin adalah INFUSUM yaitu sediaan cair yang dibuat
dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air pada suhu 900C selama 15
menit (Farmakope Indonesia, 1995). Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk
mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang
cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air ( contohnya air sendiri,
disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang tidak mau campur air (contohnya aseton, etil
asetat disebut pelarut non polar). Pembuatan infusa menggunakan dua buah panci yang
saling bertumpuk Wadah yang diatas digunakan untuk menaruh bahan yang akan di
ekstraksi (tentu bersama pelarutnya, yaitu air, masing-masing dengan takaran tertentu),
sementara wadah sebelah bawah di isi air, maksudnya digunakan sebagai pemanas
wadah atas, sehingga panas yang diterima wadah atas tidak langsung berhubungan
dengan api., dimana panci yang di atas diisi bahan yang akan diekstraksi, dimana
bahan pada penelitian ini adalah daun pandan dan zat penyarinya, yaitu air. Panci
yang di bawah hanya diisi air, yang berkontak langsung dengan api. Ketika panci
yang dibawah airnya mendidih hingga 100° celcius, maka panas yang diterima oleh
panci atas hanya bersuhu 90° celcius saja. Kondisi demikian ini diperlukan agar zat
aktif dalam bahan tidak rusak oleh panas berlebihan. Infusa yang telah jadi
kemudian didinginkan dan disaring menggunakan kain flanel. Pendinginan
dilakukan karena tanaman daun pandan wangi mengandung minyak atsiri yang mudah
menguap apabila disaring dalam keadaan panas.
alat yang praktikan pada saat melakukan percobaan ekstraksi metode infusa
yaitu gelas beker, spatula, hotplate. Dan untuk bahan yang digunakan adalah simplisia
daun pandan dan aquades. Pelarut yang dipakai adalah air, pelarut ini bersifat polar.
Prosedur percobaan yang dilakukan pada saat praktikum adalah pertama-tama timbang
10 gram simplisia berupa bagian daun pandan, kedua masukkan kedalam wadah atas dan
tambahkan 150 mL air, ketiga setelah wadah atas siap untuk diproses,maka masukkan
panci beserta isinya segera kedalam wadah bawah yang telah berisi air, keempat setelah
itu wadah bawah dipanaskan diatas api langsung dan dibiarkan sampai mendidih
(mencapai suhu 1000C), kelima pemanasan dilakukan selama 15 menit terhitung mulai
air diwadah bawah mendidih, sambil sesekali diaduk, ke enam setelah cukup 15 menit
maka wadah atas diturunkan dan disaring dan yang terakhir apabila ternyata volume
akhir yang didapat <100 mL maka perlu ditambahkan air panas secukupnya melalui
ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki 100 mL.
Hasil yang didapatkan dari percobaan metode infusa adalah berbentuk cairan,
berwarna hijau tua kekuningan hal ini disebabkan karena dilakukan pemanasan selama
15 menit, perubahan fisik ini dari padatan ke cair, aroma yang dihasilkan adalah
beraroma daun pandan dan mempunyai volume akhir sebanyak 55 ml dari pemanasan
selama 15 menit dengan suhu 1000C

1.3 MASERASI
Maserasi merupakan cara eksrtraksi yang sederhana. Istilah maseration berasal dari
bahasa laitin macere, yang artiya merendam jadi. Jadi masserasi dapat diartikan
sebagai proses dimana obat yang sudah halus dapat memungkinkan untuk direndam
dalam mesntrum sampai meresap dan melunakan susunan sel, sehingga zat-zat yang
mudah larut akan melarut (ansel, 1989).
Prinsip kerja dari maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada
temperature kamar terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel tanaman
melewati dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan didala sel dengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya tinggi akan terdeak
keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa
tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel dan
larutan diluar sel (Ansel, 1989).
Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15 o-20o C dalam waktu selama
3 hari sampai bahan-bahan yang larut , melarut (Ansel, 1989). Pada umumnya
maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat kehalusan yang
cocok, dimasukan kedalam bejan kemudian dituangi dangan 75 bagian cairan
penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya, sambil
berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas ditambah
cairan penyari secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari
sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup dan dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari
cahaya, selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan.
Farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan penyari adalah air,
etanol, etanol-air atau eter. Etanol dipertimbangkan seba gai penyari karena lebih
selektif, kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas, tidak beracun,
netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala
perbandingan dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit

Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida,


kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Lemak,
malam , tanin dan saponin hanya sedikit larut. Dengan demikian zat pengganggu
yang terlarut hanya terbatas. Untuk meningkatkan penyarian biasanya
menggunakan campuran etanol dan air. Perbandingan jumlah etanol dan
air tergantung pada bahan yang disari (Meyna,s.dkk. Laporan praktikum galenika
maserasi curcuma aerugenusa. F-mipa Universitas Sebelas Maret hal.3)
Pratikum kali ini yaitu melakukan percobaan metode ekstraksi maserasi yaitu
langkh pertama yang dilalukan adalah melakukan penghalusan terhadap simplisia
dengan menggunakan blender tanpa menggunakan air, setelah simplisia menjadi
serbuk, selanjutnya serbuk simplisia tersebut ditimbang sebanyak 50 gram, lalu
,memasukkan kedalam kedalam toples plastic dan menambahkan pelarut aseton
dengan perbandingan 1;3 jadi pelarut yang digunakan sebanyak 150 Ml aseton,
langkah selanjutnya adalah melakukan pengocokan terhadap sediaan yang akan
dimaserasi tersebut, lalu didiamkan selama 3-5 hari dan pada pratikum kali ini
maserasi yang dibuat membutuhkan waktu selama 3 hari. Tujuan pemilihan metpde
percobaan secara maserasi yaitu karena sempel kunyit yang digunakan tidak tahan
terhadap pemanasan yang terlalu tinggi, dan metode maserasi dipilih karena metode
ini mudah dilakukan dan dan biayanya juga murah, serat metode ini dapat dapat
digunakan untuk jumlah sempel yang banyak. Tetapi pada metode maserasi ini
memiliki kekurangan yaitu pada prosesnya membutuhkan yang cukup lama yaitu 3-5
hari.
Setelah simplisia dimaserasi simplisia dilakukan penyaringan, penyaringan
dilakukan dengan menggunakan penyaringan dengan pengisapan,adapun tujuan
dilakukannya penyaringan dengan pengisapan yaitu dengan tujuan untuk
mempermudah kegiatan rumah tangga. Penyaringan dengan pengisapan ini
memerlukan waktu yang lebih pendek dibandingkan dengan penyaringan dengan
gaya berat karena pada pengisapan ini menggunakan alat yang dapat membuat asas
menjadi kering ataupun bagian yang kita inginkan adalah cairnya maka
menggunakan penyaringan pengisapan dan apabila yang kita inginkan adalah padat
maka, gunakan penyaringan berat.
Setelah sempel dilakukan penyaringan maka sempel tersebut siapkan dengan
menggunakan rotary evaporator. Sempel kunyit tersebut dimasukkan kedalam labu
destilat kemudian nyalakan mesin rotary evaporator. Pada dasarrnya prinsip rotary
evaporator hamper sama dengan destilasi hanya perbedaannya terdapat pada rotor
penggerak. Pada rotary evaporator terdapat penggerak yang berfungsi untuk
mempercepat proses penguapan pelarut, pelarut pada rotary evaporator akan
ditampung pada labu alas bulat. Pada rotary evaporator juga terdapat pengaturan
tentang suhu dan beberapabanyak putaran. Setelah dilakukan evaporasi pada kunyit
setelah itu masukkan ekstrak kental dari kunyit hasil ekstrak tersebut kedalam pot
salep lalu letakkan pot salep tersebut kedalam desikator, hal ini dilakukan untuk
mengurangi kadarair pada kunyit, setelah itu baru simplisia kunyit bisa dilakukan
pengujian fitokimia.

1.4 SOXHLETASI
Menurut Anugrah Riski Pratama pada tahun 2015 ekstraksi soxhlet adalah salah
satu instrumen yang digunakan untuk mengekstrak suatu senyawa. Pada umumnya
metode yang digunakan dalam instrumen ini adalah untuk mengekstrak senyawa yang
memiliki kelarutan terbatas dalam suatu pelarut. Dalam proses ekstraksi ini harus tepat
untuk memilih pelarut yang akan digunakan. Pelarut yang baik untukekstraksi adalah
pelarut yang mempunyai daya melarutkan yang tinggi terhadap zat yang diekstraksi.
Daya melarutkan berhubungan dengan ke-polaran pelarut dan kepolaran senyawa yang
diekstraksi (like dissolved like).
Prinsip kerja soxhletasi adalah penyairan secara berkesinambungan dimana
cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan akan terkondensasi
molekul molekul cairan penyari oleh pendingin balik dengan turun kedalam
klonsong menyari simplisia dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu alas bulat
setelah melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif menjadi
sempurna.
Prosedur kerja untuk soxhletasi pada praktikum yang telah dilakukan oleh
praktikan yaitu simplisia daun pandan halus ditempatkanpada kertas saring dan
diletakkan didalam soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan Labu dasar bulat yang telah
diisi pelarutdan batu didih yang dihubungkan dengan Kondensator. Pelarut yang
digunakan mudah mendidih, lalu gas (uap) melewati tabung lalu akan dikondensasikan
oleh kondensator, dan pelarut yang akan dikondensasikan. Proses ekstraksi dan
pemurnian minyak atsiri menggunakan alat ekstraktor soxhlet digunakan karena untuk
efisiensi waktu, kemudahan dalam perangkaian alat, dan proses pengambilan pelarutnya
yang relatif banyak (Saiful Hadi, 2012 ).Adapun prosedur kerja untuk ekstrasi soxhlet
yang dilakukan oleh praktikan yaitu simplisia daun pandanhalus ditempatkanpada kertas
saring dan diletakkan didalam soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan Labu dasar bulat
yang telah diisi pelarutdan batu didih yang dihubungkan dengan Kondensator. Pelarut
yang digunakan mudah mendidih, lalu gas (uap) melewati tabung lalu akan
dikondensasikan oleh kondensator, dan pelarut yang akan dikondensasikanjatuh kedalam
“Porous Thimble” dan secara perlahan mengisi bagian dari soxhlet, ketika pelarut
mencapaipuncak pipa, maka pelarut tersebut akan kembali ke labu . Proses ini akan
terulang secara otomatis sampai ekstraksi selesai.
Ada 2 syarat agar pelarut dapat digunakan di dalam proses ekstraksi, yaitu pelarut
tersebut harus merupakan pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi dan pelarut
tersebut harus dapat terpisah dengan cepat setelah pengocokan. Dalam pemilihan pelarut
yang harus diperhatikan adalah toksisitas, ketersediaan, harga, sifat tidak mudah
terbakar, rendahnya suhu kritis, dan tekanan kritis untuk meminimalkan biaya operasi
serta reaktivitas (Williams, 1981).
Proses ektraksi dengan metode soxhlet ini menggunakan pelarut n-Heksane yang
berupa pelarut non polar. Tujuan dari penggunaan pelarut tersebut yaitu agar senyawa
hasil ekstrak yang didapatkan mengandung banyak senyawa-senyawa yang bersifat non
polar pila. Pada estraksi tersebut pelarut n-Heksane yang digunakan sebanyak 125 mL
dan di panaskan selama ± 1 jam dengan suhu 850C. Selama proses berlangsung
terbentuk ekstrak cair dari dua siklus soxhletasi dengan volume akhir 95 mL sehingga
dapat diketahui bahwa penyusutan pelarut yang digunakan yaitu sebesar 30 mL.

1.5 EVAPORASI
Menurut Ketaren pada tahun1986 ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan
minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak.Adapun
cara ekstraksi ini bermacam–macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering),
mechanical expression dan solvent extraction.Rendering merupakan suatu cara ekstraksi
minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan
kadar air yang tinggi Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu wet
rendering dan dry rendering.Dry Rendering merupakan cara rendering tanpa
penambahan air selama proses berlangsung. Pemanasan dilakukan pada suhu 2200F
sampai 2300F (1050C-1100C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan
diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang akan dihasilkan akan dipisahkan
dari ampas yang telah mengendapkan dan pengembilan minyak dilakukan pada bagian
atas ketel. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan
menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap
(40-60 psi) Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet rendering
Pemilihan metode ekstraksi maserasi dan sokletasi karena mempunyai banyak
keuntungan dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya. Keuntungan utama metode
ekstraksi maserasi yaitu prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana dan tidak
dipanaskan sehingga bahan alam tidak menjadi terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan
banyak senyawa terekstraksi, meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas
dalam pelarut pada suhu kamar. Sedangkan metode sokletasi merupakan metode cara
panas yang dapat menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, pelarut yang digunakan lebih
sedikit (efisiensi bahan), waktu yang digunakan lebih cepat, dan sampel diekstraksi
secara sempurna karena dilakukan berulang-ulang. Selain itu, aktivitas biologis tidak
hilang saat dipanaskan sehingga teknik ini dapat digunakan dalam pencarian induk obat
(Heinrich, 2004).
Praktikum ini digunakan untuk melakukan penguapan ekstraksi dari hasil ektraksi
secara maserasi menggunakan sampel simplisia serbuk kunyit dan hasil dari ekstraksi
dengan metode soxhletasi dari sampel simplisia serbuk daun pandan menggunakan alat
rotavapor. Ekstraksi yang sudah di maserasi ataupun yang telah di soxhletasi di saring
lalu filtratnya di masukan ke dalam labu alas bulat dengan volume 2/3 bagian dari labu
alas bulat yang di gunakan kemudian waterbath di atur pada suhu yang sesuai (5-100C di
bawah titik didih pelarut yang di gunakan) karena praktikan menggunakan pelarut n-
Heksane pada saat ekstraksi soxhletasi dan menggunakan aseton saat ekstraksi maserasi
maka pada saat evaporasi digunakan aseton untuk menguapkan pelarut dari ekstrak cair
kunyit yang dihasilkan. Berdasarkan Handbook of Pharmaceutical Excipient edisi VI
tahun 2009 titik didih dari aseton yaitu 94,30C maka suhu yang di atur tidak boleh lebih
dari 89,3-84,30C karena titik didih dari aseeton 94,30C. dengan menekan tombol on-off.
Setelah suhu tercapai, labu alas bulat yang telah di isi dengan ekstrak di pasang dengan
kuat pada ujung rotor yang menghubungkan kondensor yang dimana kondensor ini
berfungsi sebagai pendingin dan mengubah uap pada proses penguapan menjadi bentuk
cair atau embun sehingga pelarut yang di gunakan bisa di dapatkan kembali. Aliran air
pendingin dan pompa vakum kemudian tombol rotor di putar dengan kecepatan tertentu
kemudian di lanjutkan dengan mengakifkan pompa vakum.
Setelah proses penguapan selesai, maka alat di hentikan dengan terlebih dahulu
menekan tombol rotor di putar kearah nol dan pompa vakum dan aliran air di hentikan
kemudian labu alas bulat di keluarkan, kemudan kran vakum di putar pada posisi yang
sama pada saat memasukkan sampel hingga sisa udara dalam kondensor keluar secara
sempurna. Sampel yang telah di pekatkan di pindahkan dalam wadah dan selanjutnya
akan di kentalkan dengan menggunakan penangas air ataupun mantel pemanas dapat
juga digunakan hairdryer. Setelah di dapatkan ekstrak kental, maka langsung
dimasukkan ke dalam wadah tertutup baik. Adapun berat ekstrak kental yang didapatkan
oleh praktikan untuk sampel ekstrak cair dari daun pandan dan kunyit berturut-turut
yaitu 0,63 g dan 5, 4 g. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa bobot ekstrak kental
dari sampel kunyit yang menggunakan metode maserasi lebih banyak daripada ekstrak
kental dari daun pandan yang menggunakan metode soxhletasi.
Salah satu penyebab sedikitnya ekstrak kental yang didapatkan dari sampel daun
pandan diduga karena pada saat ektraksi soxhletasi, waktu yang digunakan untuk
mendapatkan ekstrak hanya 1 jam sedangkan soxhletasi sendiri biasanya dilakukan
selama 3-4 jam untuk mendapatkan ekstraksi yang lebih murni. Selain itu hal tersebut
dapat disebabkan karena suhu saat evaporasi yang digunakan terlalu tinggi (750C)
sedangkan menurut literatur ketika mencapai suhu ±690C maka pelarut n-heksan
menguap (Ina 2011)

1.6 UJI METABOLIT SEKUNDER DENGAN METODE KLT


Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pertama kali dikembangkan oleh Izmailoff dan
Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar , yang fase
diamnya berupa lapisan seragam (uniform) pada permukaan bidng datar yang didukung
oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik (Gandjar dan Rohman, 2007).
KLT merupakan salah satu metode isolasi yang terjadi berdasarkan perbedaan
daya serap (adsorpsi) dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia
yang akan bergerak mengikuti kepolaran eluen. Oleh karena daya serap adsorben
terhadap komponen kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang
berbeda sehingga hal inilah yang menyebabkan pemisahan (Hostettmann et al, 1995).
Pada proses adsorpsi senyawa kimia dapat terpisah-pisah disebabkan oleh daya
serap adsorban terhadap tiap-tiap komponen kimia tidak sama. Sedangkan partisi adalah
kelarutan tiap-tiap komponen kimia dalam cairan pengelusi (eluen) tidak sama dimana
arah gerakan eluen disebabkan oleh gaya sentrifugal sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Kromatografi lapis tipis merupakan jenis kromatografi yang dapat digunakan
untuk menganalisis senyawa secara kualitatif maupun kuantitatif. Lapisan yang
memisahkan terdiri atas bahan berbutir (fase diam) ditempatkan pada penyangga berupa
pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa
larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita, setelah pelat/lapisan ditaruh dalam bejana
tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak). Pemisahan
terjadi setelah perambatan kapiler (pengembangan), selanjutnya senyawa yang tidak
berwarna harus ditampakkan/dideteksi. Deteksi dilakukan dengan menggunakan sinar
UV (Sudjadi, 1988).
Teknik ini dikembangkan tahun 1938 Ismailoff dan Schraiber. Adsorbent
dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang fase diam. Fase
bergerak akan menyerap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram. Ini di
kenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana, cepat dalam
pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh
kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.
Biasanya yang sering digunakan sebagai materi pelapisnya adalah silika gel, tetapi
kadang kala bubuk selulosa dan tanah diatome juga dapat digunakan. Untuk fase diam
hidrofilik dapat digunakan pengikat seperti semen Paris, kanji, disperse koloid plastic,
silica terhidrasi. Untuk meratakan pengikat dan zat pada pengadsorbsi digunakan suatu
aplikator. Sekarang inin telah banyak tersedia kromatografi lapisan tipis siap pakai yang
dapat berupa gelas kaca yang telah terlapisi, kromatotube, dan sebagainya. Kadar air
dalam lapisan ini harus terkendali agar didapat hasil analisis yang reprodusibel.
Pemilihan sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip
kromatografi yang akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan dipisahkan
digunakan suatu mikro-syringe (penyuntik berukuran mikro). Sample diteteskan pada
salah satu bagian tepi pelat kromatografi. Pelarut harus nonpolar dan mudah menguap.
Kolom-kolom dalam pelat dapat diciptakan dengan mengerok lapisan vertical
searahgerakan pelarut. Teknik ascending digunakan untuk melaksanakan pemisahan
yang dilakukan pada temperature kamar, sampai permukaan pelarut mencapai tinggi 15-
18 cm. waktu yag diperlukan antara 20-40 menit. Semua teknik yang digunakan untuk
kromatografi kertas dapat di pakai juga untuk kromatografi lapis tipis. Resolusi KLT
juah lebih tinggi daripada kromatografi kertas karena laju difusi yang luar biasa kecilnya
pada lapisan pengadsorpsi. RRPC dapat juga dilakukan pada kromatografi lapisan ini,
dengan menggunakan lapisan yang sudah dicelupkan lebih dahulu pada perafin, minyak
silikon, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan adalah CH3COOH atau asetonitril.
Kadangkala untuk RPPC, waktu yang diperlukan cukup lama.
Zat-zat warna dapat terlihat langsung, tetapi dapat juga digunakan reagent
penyemprot untuk melihat bercak suatu zat. Asam kromat sering digunakan untuk zat
organic. Demikian juga penandaan secara radiokomia juga dapat digunakan. Untuk
menempatkan posisi suatu zat, reagent dapat juga disemprotkan pada bagian tepi saja.
Bagian yang lainnya dapat diperoleh kembali tanpa pengotoran dari reagent dengan
pengerokan setelah pemisahan selesai.
Untuk analisis kuatitatif dapat digunakan plot fotodensitometri. Analisisnya dapat
dilakukan dengan spektrofotometer UV, sinar tampak, IR atau flourosens atau dengan
reaksi kolorimeter dengan reagent kromogenik.
Aplikasi KLT sangatlah luas. Senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap serta
terlalu labil untuk kromatografi cair dapat dianalisis dengan KLT. Ia dapat pula untuk
memeriksa adanya zat pengotor dalam pelarut. Ahli kimia foresik menggunakan KLT
untuk bermacam pemisahan. Pemisahan berguna dari plasticizer, antioksidan, tinta dan
formulasi zat pewarna dapat ditentukan dengan KLT. Pemakaiannya juga meluas dalam
pemisahan anorganik.
Prinsip kerja kromatografi lapis tipis pada dasarnya KLT digunakan untuk
memisahkan komponen-komponen berdasarkan perbedaan adsorpsi atau partisi oleh fase
diam di bawah gerakan pelarut pengembang (Watson, 2010). KLT sangat mirip dengan
kromatografi kertas, terutama pada cara pelaksanaannya. Perbedaan nyata terlihat pada
fase diamnya atau media pemisahnya, yakni digunakan lapisan tipis adsorben sebagai
pengganti kertas.
Pada proses pemisahan dengan kromatografi lapis tipis, terjadi hubungan
kesetimbangan antara fase diam dan fasa gerak, dimana ada interaksi antara permukaan
fase diam dengan gugus fungsi senyawa organik yang akan diidentifikasi yang telah
berinteraksi dengan fasa geraknya. Kesetimbangan ini dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :
kepolaran fase diam, kepolaran fase gerak, serta kepolaran dan ukuran molekul.

Pratikum kali ini pratikan melakukan pengujian sempel kunyit yang dilakukan
dengan uji KLT (kromatografi lapis tipis ). Pengujian KLT ini dilakukan untuk
menentukan eluen nama yang cocok yang nanti digunakan untuk memisahkan senyawa-
senyawa yang terkandung didalam kunyit. Pada uji KLT ini menggunakan perbandingan
pelarut N-heksana dan etil asetat dengan menggunakan perbandingan yang berbeda-
beda. Pengujian pada plat KLT dilakukan dengan cara menimbang sempel, lalu
memasukkan sempel tersebut kedalam gelas kimia dan melarutkan dengan cara
menimbang sempel tersebut kedalam gelas kimia dan melarutkan dengan 1 mL aseton
dan menyiapkan pada plat KLT dengen menggunakan pipa kapiler, penotolan dilakukan
dengan hati-hati agar sempel tidak berlumeran pada plat KLT, untuk mencegah hal
tersebut maka kita bisa melakukan penotolan terlebih dahulu pada tissue. Setelah itu
melakukan pengelusian dengan mengkombinasikan komposisi pelarut sebagai fase gerak
dan alumina atau silica sebagai fase diam, Karena fase feraknya cair dan fase diamnya
padat maka prinsip KLT adalah adsorbsi.
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa pada
percobaan yang pertama yaitu menggunakan pelarut N-heksan 8 dan untuk etil asetat 2,
jadi perbandingan yang pertama yaitu 8:2 dan setelah meakukan percobaan didapatkan
nilai Rf sebesar 0,375 cm, untuk percobaan kedua pratikan menggunakan perbandingan
7;3 untuk N-heksan 7 dan untuk etil asetat 3 dan setelah dilakukan percobaan didapatkan
nilai Rf sebesar 0,125 cm, percobaan yang ketiga yaitu meggunakan perbandingan
pelarut yaitu 4:6 yaitu untuk N-heksan 4 dan etil asetat 6, dari percobaan tersebut
didapatkan nilai Rf sebesar 0,5 cm, Adapun untuk percoaan yang terakhir yaitu
menggunakan perbandingan 100:0, dimana 100 untuk pelarut N- heksan dan 0 untuk
oelarut etil asetat dan pada percobaan tersebut didapatkan hasil nili Rf sebesar 0,10 cm.
Berdasarkan pratikum yang telah dilakukan dan telah didaoatkan hasil untuk
nilai Rf darimasing- masing perbandingan pelarut yang berbeda dan setelah dilakukan
percobaan dapat disimpulkan bahwa untuk simplisia kunyit yang kami lakukan
pengujian dengan menggunakan pegujian KLT didapatkan kesimpulan bahwa simplisia
serbuk kunyit bersifat non polar, karena bubuk simplisia yang dilaukan percobaan lebih
mudah larutdalam pelarut N-heksan atau non polar.

1.7 UJI FITOKIMIA TANAMAN OBAT


BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan oleh praktikan meliputi


preparasi sampel, infus, maserasi serbuk simplisia kunyit praktikan mempelajari
beberapa hal sebagai berikut :
1. PREPARASI SAMPEL
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman kunyit.
b. Mahasiswa memahami proses kerja ekstrak simplisia dari tanaman.

2. INFUSA
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman bagian daun pandan.
b. Mahasiswa memahami proses kerja infusa.
c. Mahasiswa dapat memisahkan zat dari pelarutnya.

3. MASERASI
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman kunyit yang
digunakan berupa simplisia serbuk rimpang kunyit.
b. Mahasiswa dapat memahami proses kerja ekstraksi metode maserasi.
c. Mahasiswa dapat memisahkan ekstrak basah dari pengotornya dengan
melanjutkannya pada proses evaporasi.

4. SOXHLETASI
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman pandan berupa
simplisia daun pandan.
b. Mahasiswa dapat memahami proses kerja ekstraksi metode soxhletasi.
c. Mahasiswa dapat memisahkan ekstrak basah dari pelarutnya dengan dilanjutkan
pada proses evaporasi.

5. EVAPORASI
a. Mahasiswa dapat membuat ekstrak simplisia dari tanaman yang berasal daari
serbuk simplisia kunyit (hasil maserasi) dan simplisia daun pandan (hasil dari
soxhletasi)
b. Mahasiswa dapat memisahkan zat uji dari pelarutnya.

6. IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER DENGAN METODE KLT


Mengetahui ada tidaknya komponen metabolit sekunder didalam sampel uji dengan
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Yang mana dalam praktikum didapatkan
bahwa sampel dari ekstrak kental kunyit yang praktikan gunakan bersifat agak polar,
hal ini dapat terlihat pada hasil Rf dari lempeng KLT saat menggunakan eluen n-
Heksane 100%

7. UJI FITOKIMIA TANAMAN OBAT


a. Mempelajari cara-cara analisa senyawa bioaktif pada sampel yang meliputi
analisa alkaloid, fenol hidrokuinon, flavonoid, saponin dan steroid.
b. Mengetahui ada tidaknya komponen senyawa bioaktif didalam sampel uji yang
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Puspitasari , Anita Dwi dan Lean Syam Proyogo. Perbandingan Metode Ekstraksi
Maserasi Dan Sokletasi Terhadap Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol Daun
Kersen (Muntingia Calabura)Jurnal Ilmiah Cendekia EksaktaISSN 2528-5912
Williams, D.F. 1981. Extraction With Supercritical Gases. Chem.Engineering Sci. Vol
36 No.11 :1769-1788., diakses 6 Nopember 2016
Yurleni, 2018, Penggunaan Beberapa Metode Ekstraksi Pada Rimpang Curcuma
UntukMemperoleh Komponen Aktif Secara Kualitatif, Jurnal Biospecies Vol. 11 No.
1, January 2018
Ina. 2011. Metode Ekstraksi. (online). farmasi.unand.ac.id/RPKPS/Metoda_ekstraksi,
Diakses pada 05 April 2019
Rowe, Raymond C., dkk. , 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients Edition VI,
Pharmaceutical Press and American Pharmacist Assosiation : USA
Team Teaching.2013. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Pemisahan Analitik.
Laboratorium Kimia FMIPA UNG.:Gorontalo
Suyitno. 1989. Petunjuk Laboratorium Pangan Proyek Pengembangan. Universitas
Brawijaya: Malang
LAMPIRAN

1. Infusa

Gambar 1 Gambar 2
Gambar 1 :Memanaskan simplisia yang telah dilarutkan dengan aguadest
pada gelas beker dengan menggunakan api bunsen
Gambar 2 :Menunggu sampel hingga mendidih selama 15 menit sambil
sesekali diaduk.

Hasil dari proses infusa


2. Meserasi
LAMPIRAN PRAKTIKUM MASERASI

Labu berisi ektrak

Hasil evaporasi ekstraksi maserasi

Kunyit ditambahkan dengan n-heksan


Proses penambahan n-heksan

Simplisia kunyit yang telah dihaluskan


3. Refluks
LAMPIRAN PRAKTIKUM REFLUKS

Proses evaporasi sampel pandan dalam praktikum refluks


Proses refluks

Hasil dari proses refluks

Penimbangan ekstrak yang didapatkan


Ekstrak dalam labu

4. Identifikasi Metabolit Sekunder Dengan Metode KLT


LAMPIRAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Plat KLT etil asetat

Erlemeyer plat tetes


Lampu UV penutup kaca dan pipa kapiler

Hasil tes dibawah sinar UV

You might also like