Professional Documents
Culture Documents
W DENGAN
MITRAL REGURGITASI DI RUANG INSTALASI
GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT UMUM KOTA DEPOK
DISUSUN OLEH :
DITA TRI UTAMI YATMISARI
NIP 198807282019032003
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Insufisiensi mitralis merupakan akibat katup mitral tidak menutup secara
sempurna. Kelainan katup mitralis yang disebabkan karena tidak dapat
menutupnya katup dengan sempurna pada saat systole. Jika hal ini terjadi
maka curah jantung akan berkurang dan menyebabkan kurang
efektifnya pendistribusian oksigen ke seluruh tubuh.
Salah satu penyebab insufisiensi mitralis adalah demam reumatik. Data
terakhir mengenai prevalansi demam rematik di Indonesia untuk tahun 1981-
1990 didapati 0,3-0,8 diantara 1000 anak sekolah dan jauh lebih rendah
dibanding negara berkembang lainnya.
Meskipun jumlah kasus demam rematik yang dapat berpotensi
menyebabkan insufisiensi mitral di Indonesia tidak lebih tinggi dibanding
negara berkembang lainnya tetapi kita harus waspada dalam upaya
pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, dan lingkungan yang sehat,
diharapkan dapat menurunkan resiko penyakit katup jantung seperti
insufisiensi mitral.
Berdasarkan data data di atas maka diperlukan perawatan dan edukasi
tentang penyakit katup mitral agar prevalensi dapat di kurangi dan mencegah
terjadinya komplikasi lebih lanjut . Oleh karena itu penulis melakukan studi
kasus dalam bentuk makalah yang berjudul ” Asuhan keperawatan Ny. W
dengan Mitral Regurgitasi di ruang Unit Gawat Darurat di Rumah Sakit
Umum Kota Depok”
1. Tujuan Umum
Perawat mengetahui, memahami dan mampu melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Mitral Regurgitasi (MR).
2
2. Tujuan Khusus
1) Perawat mengetahui dan memahami tentang pengertian MR
2) Perawat mengetahui dan memahami tentang etiologi MR
3) Perawat mengetahui dan memahami tentang patofisiologi MR
4) Perawat mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan MR baik
secara keperawatan atau medis
5) Perawat mampu melakukan penatalaksanaan asuhan keperawatan pada
MR
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN TEORITIS
2.1 ANATOMI KATUP JANTUNG
Terdiri dari katup pulmonal yang terletak pada arteri pulmonaris dan
katup aorta yang terletak di antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup
ini mempunyai bentuk yang sama, terdiri dari 3 daun katup. Adanya
katup semilunar memungkinkan darah mengalir dari masing-masing
ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta.
Katup ini terletak di antara atrium dan ventrikel. Terdiri dari katup
trikuspidalis yang memiliki 3 daun katup yang memisahkan atrium
kanan dan ventrikel kanan, dan katup mitral yang memiliki 2 daun katup
yang memisahkan atrium kiri dan ventrikel kiri.
4
2.1.2.1 Katup Mitral
2.2 Definisi
Insufisiensi mitralis merupakan keadaan dimana terdapat refluks darah
dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada saat sistolik, akibat katup mitral tidak
menutup secara sempurna. Kelainan katup mitralis yang disebabkan karena
tidak dapat menutupnya katup dengan sempurna pada saat systole.
Mitral regurgitasi adalah gangguan dari jantung dimana katup mitral tidak
menutup dengan benar ketika jantung memompa keluar darah atau dapat
didefinisikan sebagai pembalikan aliran darah yang abnormal dari ventrikel
kiri ke atrium kiri melalui katup mitral. Hal ini disebabkan adanya gangguan
5
pada bagian mitral valve apparatus. Mitral Regurgitasi adalah bentuk yang
paling umum dari penyakit jantung katup (Tierney et.al, 2006).
2.3 Etiologi
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat
dibagi atas reumatik dan non reumatik (degenaratif, endokarditis, penyakit
jantung koroner, penyakit jantung bawaan, trauma dan sebagainya).
6
d. Kardiomiopati hipertrofik. Daun katup anterior berubah posisi selama sistol
dan terjadi MR.
2.4 Patofisiologi
Pada insufisiensi katup mitral, terjadi penurunan kontraktilitas yang
biasanya bersifat irreversible, dan disertai dengan terjadinya kongesti vena
pulmonalis yang berat dan edema pulmonal. Patofisiologi insufisiensi mitral
dapat dibagi ke dalam fase akut, fase kronik yang terkompensasi dan fase
kronik dekompensasi.
Pada fase akut sering disebabkan adanya kelebihan volume di atrium
dan ventrikel kiri. Ventrikel kiri menjadi overload oleh karena setiap
kontraksi tidak hanya memompa darah menuju aorta (cardiac output atau
stroke volume ke depan) tetapi juga terjadi regurgitasi ke atrium kiri
(regurgitasi volume). Kombinasi stroke volume ke depan dan regurgitasi
volume dikenal sebagai total stroke volume. Pada kasus akut, stroke volume
ventrikel kiri meningkat (ejeksi fraksi meningkat) tetapi cardiac output
menurun. Volume regurgitasi akan menimbulkan overload volume dan
overload tekanan pada atrium kiri dan peningkatan tekanan di atrium kiri akan
menghambat aliran darah dari paru yang melalui vena pulmonalis.
Pada fase kronik terkompensasi, insufisiensi mitral terjadi secara
perlahan-lahan dari beberapa bulan sampai beberapa tahun atau jika pada fase
7
akut diobati dengan medikamentosa maka pasien akan memasuki fase
terkompensasi. Pada fase ini ventrikel kiri menjadi hipertropi dan terjadi
peningkatan volume diastolik yang bertujuan untuk meningkatkan stroke
volume agar mendekati nilai normal. Pada atrium kiri, akan terjadi kelebihan
volume yang menyebabkan pelebaran atrium kiri dan tekanan pada atrium
akan berkurang. Hal ini akan memperbaiki drainase dari vena pulmonalis
sehingga gejala dan tanda kongesti pulmonal akan berkurang.
Pada fase kronik dekompensasi akan terjadi kontraksi miokardium
ventrikel kiri yang inadekuat untuk mengkompensasi kelebihan volume
dan stroke volume ventrikel kiri akan menurun. Penurunan stroke volume
menyebabkan penurunan cardiac output dan peningkatan end-systoli volume.
Peningkatan end-systolic volume akan meningkatkan tekanan pada ventrikel
dan kongesti vena pulmonalis sehingga akan timbul gejala gagal jantung
kongestif. Pada fase lebih lanjut akan terjadi cairan ekstravaskular
pulmonal (pulmonary ekstrav askular fluid). Ketika regurgitasi meningkat
secara tiba-tiba, akan mengakibatkan peningkatan tekanan atrium kiri dan
akan diarahkan balik ke sirkulasi pulmonal, yang dapat mengakibatkan edema
pulmonal.
Regurgitasi mitral juga akan menyebabkan terjadinya edema paru
pada pasien dengan mitral regurgitasi yang kronik, dimana daerah lubang
regurgitasi akan dapat berubah secara dinamis dan bertanggung jawab
terhadap kondisi kapasitas, perubahan daun katup mitral dan ukuran ventrikel
kiri serta akan menurunkan kekuatan menutup dari katup mitral.
8
Endokarditis reumatik, rupture
otot papillaries, paska infark
Insufisiensi Mitral
miokardium, penyakit jaringan
ikat generalista
Aliran darah retrograde dari
ventrikel kiri ke atrium kiri
Hipertensi pulmonalis
Perasaan lelah dan lemah
↓
Peningkatan beban
Gangguan aktivitas sehari-hari
tekanan ventrikel kanan
9
2.5 Manifestasi Klinis
Regurgitasi katup mitral yang ringan bisa tidak menunjukkan gejala.
Kelainannya bisa dikenali hanya jika dokter melakukan pemeriksaan
dengan stetoskop, dimana terdengar murmur yang khas, yang disebabkan
pengaliran kembali darah ke dalam atrium kiri ketika ventrikel kanan
berkontraksi. Secara bertahap, ventrikel kiri akan membesar untuk
meningkatkan kekuatan denyut jantung, karena ventrikel kiri harus memompa
darah lebih banyak untuk mengimbangi kebocoran balik ke atrium kiri.
Gejala yang timbul pada MR tergantung pada fase mana dari penyakit ini.
Pada fase akut gejala yang timbul seperti decompensated congestive heart
failure yaitu: sesak nafas, oedem pulmo, orthopnea, paroksimal
nocturnal, dispnoe, sampai syok kardiogenik. Pada fase kronik terkompensasi
mungkin tidak ada keluhan tetapi individu ini sensitif terhadap perubahan
volume intravaskuler.
2.6 Diagnosa
Diagnosis ditegakkan jika terdengar bunyi 'klik' yang khas melalui
stetoskop (midsistolik) yang disebabkan tegangan mendadak daun katup yang
berlebihan dan korda tendinae. Jika terdengar murmur pada saat ventrikel
berkontraksi, berarti terjadi regurgitasi (late sistolic murmur). Ekokardiografi
10
memungkinkan dokter untuk melihat prolaps dan menentukan beratnya
regurgitasi.
2.8 Komplikasi
Komplikasi dapat berat atau mengancam jiwa. Mitral stenosis biasanya
dapat dikontrol dengan pengobatan dan membaik dengan valvuloplasty atau
pembedahan. Tingkat mortalitas post operatif pada mitral commisurotomy
adalah 1-2% dan pada mitral valve replacement adalah 2-5%. (7,9).
2.9 Penatalaksanaan
Jika penyakitnya berat, katup perlu diperbaiki atau diganti sebelum
ventrikel kiri menjadi sangat tidak normal sehingga kelainannya tidak dapat
diatasi. Mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki katup
(valvuloplasti) atau menggantinya dengan katup mekanik maupun katup yang
sebagian dibuat dari katup babi. Memperbaiki katup bisa menghilangkan
regurgitasi atau menguranginya sehingga gejala dapat ditolerir dan kerusakan
jantung dapat dicegah.
11
Fibrilasi atrium juga membutuhkan terapi. Obat-obatan seperti beta-
blocker, digoxin dan verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan
membantu mengendalikan fibrilasi.
Terapi medikamentosa:
1. Digoxin
Digoxin amat berguna terhadap penanganan fibrilasi atrium. Ia adalah
kelompok obat digitalis yang bersifat inotropik positif. Ia meningkatkan
kekuatan denyut jantung dan menjadikan denyutan jantung kuat dan sekata.
2. Antikoagulan oral.
Antikoagulan di berikan kepada pasien untuk mengelakkan terjadinya
pembekuan darah yang bisa menyebabkan emboli sistemik. Emboli bisa terjadi
akibat regurgitasi dan turbulensi aliran darah.
3. Antibiotik profilaksi.
Administrasi antibiotic dilakukan untuk mengelakkan infeksi bacteria yang bisa
menyebabkan endokarditis.
Terapi surgikal :
Dalam kasus insufisiensi mitralis kronik, terapi surgical adalah penting
untuk memastikan survival pasien. Untuk itu katup prostetik digunakan untuk
menggantikan katup yang rusak.
12
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Anamnesa
a. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal sebagai
gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain
mengenai identitas pasien.
b. Keluhan utama
Sesak napas, ada beberapa macam sesak napas yang biasanya
dikeluhkan oleh klien, antara lain :
Ortopnea terjadi karena darah terkumpul pada kedua paru pada
posisi terlentang, menyebabkan pembuluh darah pulmonal
mengalami kongesti secara kronis dan aliran balik vena yang
meningkat tidak diejeksikan oleh ventrikel kiri.
Dyspnea nocturnal paroximal merupakan dispnea yang berat.
Klien sering terbangun dari tidurnyaatau bangun, duduk atau
berjalan menuju jendela kamar smabil terengah-engah. Hal ini
terjadi karena ventrikel kiri secara mendadak gagal
mengeluarkan curah jantung, sehingga tekanan vena dan kapiler
pulmonalis meningkat menyebabkan transudasi cairan kedalam
jaringan interstisial yang meningkatkan kerja pernapasan.
e. Pemeriksaan fisik
13
1. Keadaan umum
Inspeksi : bentuk tubuh, pola pernapasan, emosi/perasaan
Palpasi : suhu dan kelembaban kulit, edema, denyut dan
tekanan arteri
Perkusi : batas-batas organ jantung dengan sekitarnya.
Auskultasi :
Bising yang bersifat meniup (blowing) di apeks, menjalar ke
aksila dan mengeras pada ekspirasi
o Bunyi jantung I lemah karena katup tidak menutup
sempurna
o Bunyi jantung III yang jelas karena pengisian yang
cepat dari atrium ke ventrikel pada saat distol.
f. Pemeriksaan Diagnostik
: Menilai ada/tidaknya penyakit penyerta
: Gambaran P mitral dengan aksis dan kompleks QRS yang normal
: Axis yang bergeser ke kiri dan adanya hipertrofi ventrikel kiri
: Ekstra sistol atrium
c. Foto thorax : Pembesaran atrium kiri dan ventrikal kiri
14
: Bendungan paru, bila ada dekompensasi kordis
: Perkapuran pada anulus mitral
d. Fonokardiogram
Menilai gerakan katup, ketebalan dan perkapuran serta
menilai derajat regurgitasi insufisiensi mitral
15
urine,catat pengeluaran, dan dengan menahan cairan dan natrium, pengeluaran
kepekatan urine. urine biasanya menurun selama tiga hari karena
perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat
meningkat pada malam hari sehingga cairan
berpindah ke sirkulasi bila pasien tidur.
Istirahatkan klien dengan tirah Istirahat akan mengurangi kerja jantung,
baring optimal meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan
menurunkan tekanan darah. Lamanya berbaring juga
merangsang diuresis karena berbaring akan
memperbaiki perfusi ginjal. Istirahat juga
mengurangi kerja otot pernafasan dan penggunaan
oksigen. Frekuensi jantung menurun, yang akan
memperpanjang periode diastole pemulihan sehingga
memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.
Atur posisi tirah baring yang Posisi tersebut pada pasien penurunan curah jantung
ideal. Kepala tempat tidur harus berfungsi Untuk mengurangi kesulitan bernapas dan
dinaikan 20-30 cm atau klien mengurangi jumlah darah yang kembali kejantung,
didudukan dikursi. sehingga dapat mengurangi kongesti paru.
Kaji perubahan pada sensorik, Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi
contoh letargi, cemas dan serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.
depresi.
Berikan istirahat psikologi Stress emosi menghasilkan vasokonstriksi yang
dengan lingkungan yang tenang. terkait dan meningkatkan tekanan darah dan
frekuensi/kerja jantung.
Berikan oksigen tambahan Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan
dengan nasal kanul/masker miokard dalam melawan efek hipoksia/iskemia.
sesuai dengan indikasi.
Hindari manuver dinamik seperti Berjongkok meningkatkan aliran balik vena dan
berjongkok waktu BAB dan resisten arteri sistemik. Secara simultan
mengepal-ngepalkan tangan. menyebabkan kenaikan volume sekuncup(stroke
volume) dan tekanan arterial. Peregangan ventrikel
kiri bertambah sehingga akan meningkatkan beban
kerja jantung secara simultan.
16
Kolaborasi: Mengatur diet, sehingga kerja dan ketegangan otot
pemberian diet jantung. jantung minimal. Status nutrisi terpelihara sesuai
dengan selera dan pola makan klien. Pembatasan
natrium ditujukan untuk mencegah,mengatur atau
mengurangi edema,seperti pada hipertensi atau gagal
jantung.
Pemberian obat ( diuretik, Banyaknya obat dapat digunakan untuk
vasodilator, captopril). meningkatkan volume sekuncup,memperbaiki
kontraktilitas dan menurunkan kongesti
Pemberian cairan IV, Oleh karena adanya peningkatan tekanan ventrikel
pembatasan jumlah total sesuai kiri,pasien tidak dapat menoleransi peningkatan
dengan indikasi. Hindari cairan volume cairan (preload),pasien juga mengeluarkan
garam. sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan
meningkatkan kerja miokard.
Pantau seri EKG dan perubahan Depresi segmen ST dan datarnya gelombang T dapat
foto dada. terjadi karena peningkatan kebutuhan oksigen. Foto
dada dapat menunjukkan pembesaran jantung dan
perubahan kongesti pulmonal
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perembesan cairan, kongesti paru akibat
sekunder dari perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstitial.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x24 jam diharapkan pola
nafas efektif.
Kriteria hasil: klien tidak sesak nafas, RR dalam batas normal(16-20x/mnt), respon batuk
berkurang
INTERVENSI RASIONAL
Auskultasi bunyi nafas Indikasi edema paru sekunder akibat dekompensasi
jantung.
Kaji adanya edema Curiga gagal congestif atau kelebihan volume cairan.
17
pengeluaran urine.
Timbang berat badan Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukkan
gangguan keseimbangan cairan.
Pertahankan pemasukan total Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa,
cairan 2000 ml/24 jam dalam tetapi memerlukan pembatasan dengan adanya
toleransi kardiovaskular dekompensasi jantung.
Kolaborasi : Natrium meningkatkan retensi cairan dan
Pemberian diet tanpa garam meningkatkan volume plasma yang berdampak
terhadap peningkatan beban kerja jantung dan akan
membuat kebutuhan miokardium meningkat.
Pemberian diuretic Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma
dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga
menurunkan resiko terjadinya edema paru.
Pemantauan data laboratorium Hipokalemia dapat membatasi keefektifan terapi.
elektrolit kalium
Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan aktifitas
sehari-hari klien dapat terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktifitas.
Kriteria hasil: Klien menunjukan kemampuan beraktifitas tanpa gejala-gejala yang berat
terutama mobilisasi ditempat tidur.
INTERVENSI RASIONAL
Catat frekuensi dan irama Respon klien terhadap aktivitas dapat
jantung serta perubahan tekanan mengindikasikan penurunan oksigen miokard.
darah selama dan sesudah
beraktifitas.
Tingkatkan istirahat, batasi Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen.
aktifitas dan berikan aktifitas
senggang yang tidak berat.
Anjurkan menghindari Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi,
18
peningkatan tekanan abdomen. menurunkan curah jantung dan takikardi serta
penikatan TD.
Jelaskan pola peningkatan Aktivitas yang maju memberikan control jantung,
bertahap dari tingkat aktifitas. menigkatkan ragangan, dan mencegah aktivitas
berlebihan.
Pertahankan Klien tirah baring Untuk mengurangi beban jantung.
sementara sakit akut.
Tingkatkan Klien duduk dikursi Untuk meningkatkan venous return.
dan tinggikan kaki klien.
Pertahankan rentang gerak pasif Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu
selama sakit kritis venous return.
Evaluasi tanda vital saat Untuk mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan
kemajuan aktifitas terjadi dengan aktivitas.
Berikan waktu istirahat diantara Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh
waktu aktifitas. dan tidak terlalu memaksa kerja jantung.
Pertahankan penambahan O2 Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.
sesuai instruksi.
Selama aktifitas kaji EKG Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi
dypsnea, sianosis, kerja dan jantung
frekuensi nafas serta keluhan
subjektif.
Berikan diet sesuai kebutuhan Untuk mencegah retensi cairan dan edema akibat
penurunan kontraktilitas jantung.
Rujuk keprogram rehabilitasi Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk
jantung. pemakaian miokardium sekaligus mengurangi
ketidak nyamanan karena iskemia
3. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Pada evaluasi
terdapat evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dinuat segera setelah perawat
melakukan tindakan keperawatan yang berisikan respon pasien baik subyektif
maupun obyektif dan evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dibuat saat akhir
jaga. Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan
19
data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan apakan tujuan asuhan
keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta
menentukan masalah apa yang perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan
dinilai kembali.
20
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. W Jenis Kelamin : Perempuan
No. RM : 336998 Pekerjaan : IRT
Alamat : Pancoran Mas Agama : Islam
Umur : 68 thn Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Dx. Medis : ADHF, MR severe, TR mild-moderate, AR mild
21
3.1.6 Hasil Foto Rontgen
22
3.1.8 Hasil Elektrokardiografi
23
menurun.
2. Data Subjektif : Pengembangan Pola napas
Pasien mengeluh sesak paru yang tidak tidak efektif
ketika istirahat optimal, proses
Data Objektif : penyakit
- Keadaan umum sedang
lemah, kesadaran compos
mentis
- vital sign Tekanan Darah
144/99 mmHg, nadi
116x/menit, Suhu 36,50C,
RR 28x/menit, saturasi
99%. CRT < 3detik , EKG
Monitor : AFRVR
Pemeriksaan penunjang :
Echo : EDD 52, ESD 46,
EF 25 %, global
hipokinetik, fungsi sistolik
LV menurun, MR severe,
TR mild-moderate, AR
mild, kontraktilitas RV
menurun.
3 Data Subjektif : - Mekanisme Gangguan
Pasien mengeluh sesak pengaturan keseimbangan
Data Objektif : melemah cairan dan
- Keadaan umum sedang - Asupan cairan elektrolit :
lemah, kesadaran compos berlebihan Kelebihan
mentis. Ctr 2’’. volume cairan
- Ekstremitas : edema
++/++
Pemeriksaan penunjang :
Echo : EDD 52, ESD 46,
EF 25 %, global
hipokinetik, fungsi sistolik
LV menurun, MR severe,
TR mild-moderate, AR
mild, kontraktilitas RV
menurun.
Lab : Ur. 25 / Cr.1,0
4 Data Subjektif : Ketidakseimbangan Intoleransi
Pasien mengatakan lemas antara supply aktifitas
lelah bila beraktifitas oksigen dengan
jaringan
Data Objektif :
Pasien tampak berbaring di
tempat tidur dan masih
tampak lemas, posisi tidur
semi fowler, kebutuhan
24
pasien sebagian dibantu
oleh perawat.
EKG Monitor : AFRVR
Diagnosa Keperawatan
3.1. Penurunan cardiac output b.d. Gangguan konduksi, hambatan aliran
dari atrium kiri ke ventrikel kiri
3.2. Pola napas tidak efektif b.d. Pengembangan paru yang tidak optimal,
proses penyakit
3.3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : Kelebihan volume
cairan b.d. Mekanisme pengaturan melemah, Asupan cairan berlebihan
3.4. Intoleransi aktifitas b.d. Ketidakseimbangan antara supply oksigen
dengan jaringan
3.2 Rencana Asuhan Keperawatan
25
AFRVR Monitor jumlah, bunyi dan
irama jantung
Pemeriksaan Monitor suhu, warna, dan
penunjang : kelembaban kulit
Echo : EDD 52, ESD Kelola pemberian obat anti
46, EF 25 %, global aritmia, inotropik,
hipokinetik, fungsi nitrogliserin dan vasodilator
sistolik LV menurun, untuk mempertahankan
MR severe, TR kontraktilitas jantung
mild-moderate, AR Kelola pemberian
mild, kontraktilitas antikoagulan untuk
RV menurun. mencegah trombus perifer
Minimalkan stress
lingkungan
26
Gangguan Setelah dilakukan Pertahankan catatan intake
keseimbangan cairan tindakan dan output yang akurat
dan elektrolit : keperawatan selama Pasang urin kateter jika
Kelebihan volume 7 x 24 jam diperlukan
cairan b.d. Kelebihan volume Monitor hasil lab yang
Mekanisme cairan teratasi sesuai dengan retensi
pengaturan dengan kriteria: cairan
melemah, Asupan Terbebas dari Monitor vital sign
cairan berlebihan edema, efusi, Monitor indikasi retensi /
anaskara kelebihan cairan (cracles,
Data Subjektif : Bunyi nafas CVP , edema, distensi
Pasien mengeluh bersih, tidak ada vena leher, asites)
sesak dyspneu/ortopne Kaji lokasi dan luas edema
Data Objektif : u Monitor masukan
- Keadaan umum Terbebas dari makanan / cairan
sedang lemah, distensi vena Monitor status nutrisi
kesadaran compos jugularis, Berikan diuretik sesuai
mentis. Ctr 2’’. Memelihara interuksi
- Ekstremitas : tekanan vena Kolaborasi pemberian obat
edema ++/++ sentral, tekanan diuretik
Pemeriksaan kapiler paru, Monitor berat badan
penunjang : output jantung Monitor elektrolit
Echo : EDD 52, ESD dan vital sign Monitor tanda dan gejala
46, EF 25 %, global dbn. dari odema
hipokinetik, fungsi Terbebas dari
sistolik LV menurun, kelelahan,
MR severe, TR kecemasan atau
mild-moderate, AR bingung
mild, kontraktilitas
RV menurun.
Lab : Ur. 25 / Cr.1,0
Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan Kaji aktifitas yg
b.d. tindakan menyebabkan kelelahan
Ketidakseimbangan keperawatan selama Monitor nutrisi dan sumber
antara supply 3x 24 jam Pasien energi yang adekuat
oksigen dengan bertoleransi terhadap Monitor pasien akan adanya
jaringan aktivitas dengan kelelahan fisik dan emosi
Kriteria Hasil : secara berlebihan
Data Subjektif : Berpartisipasi Monitor respon
Pasien mengatakan dalam aktivitas kardivaskuler terhadap
lemas lelah bila fisik tanpa aktivitas (takikardi,
beraktifitas disertai disritmia, sesak nafas,
peningkatan diaporesis, pucat, perubahan
tekanan darah, hemodinamik)
Data Objektif : nadi dan RR Bantu klien untuk
Pasien tampak Mampu mengidentifikasi aktivitas
berbaring di tempat melakukan yang mampu dilakukan
tidur dan masih aktivitas sehari Bantu untuk memilih
tampak lemas, posisi hari (ADLs) aktivitas konsisten yang
27
tidur semi fowler, secara mandiri sesuai dengan kemampuan
kebutuhan pasien Keseimbangan fisik, psikologi dan sosial
sebagian dibantu aktivitas dan Bantu pasien/keluarga untuk
oleh perawat. istirahat mengidentifikasi kekurangan
EKG Monitor : dalam beraktivitas
AFRVR Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
28
Gangguan Monitoring TTV S:-
keseimbangan cairan Monitoring O : TD 134/82 mmHg, HR
dan elektrolit : intake output 98x/mnt, RR 25 x/mnt, sat
Kelebihan volume Monitoring 100%, udema +/+, balance
cairan b.d. keluhan sesak cairan negatif
Mekanisme dan edema A : masalah teratasi sebagian
pengaturan Monitoring status P : -Lanjutkan intervensi
melemah, output nutrisi -Batasi cairan
cairan berkurang Kolaborasi -Kaji status volume
pemberian -lanjut therapy diuretic
diuretik 2x40mg iv
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada Ny. W dengan
diagnosa medis ADHF, MR severe, TR mild-moderate, AR mild di ruang Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok, maka dalam bab ini
penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh
sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Penulis juga akan membahas kesulitan
yang di temukan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. W dalam
penyusunan asuhan keperawatan kami merencanakan keperawatan yang meliputi
pengkajian perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
30
4.2 Diagnosa Keperawatan
4.2.1 Penurunan cardiac output b.d. Gangguan konduksi, hambatan aliran dari
atrium kiri ke ventrikel kiri.
Diagnosa tersebut ditegakkan bila ada data mayor yang mendukung yaitu
perubahan freuensi irama jantung ditandai dengan bradikardia, takikardia,
gangguan konduksi jantung, perubahan preload ditandai dengan edema,
peningkatan CVP, keletihan, murmur, penurunan CVP, perubahan
afterload ditandai dengan peningkatan atau penurunan tekanan darah,
akral dingin, urine out put tidak memadai, sianotik, perubahan
kontraktilitas jantung suara nafas tidak normal (ronchi) dan bunyi jantung
s3 dan s4, tanda lain adalah penurunan deficit neurologis pusing, syncope,
kejang.
31
EKG Monitor : AFRVR. Echo : EDD 52, ESD 46, EF 25 %, global
hipokinetik, fungsi sistolik LV menurun, MR severe, TR mild-moderate,
AR mild, kontraktilitas RV menurun.
4.2.2 Pola napas tidak efektif b.d. Pengembangan paru yang tidak optimal,
proses penyakit
4.2.3 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : Kelebihan volume cairan
b.d. Mekanisme pengaturan melemah, Asupan cairan berlebihan
4.2.2 Pola napas tidak efektif b.d. Pengembangan paru yang tidak
optimal, proses penyakit
32
menyebabkan aliran darah pulmonal meningkat menjadi peningkatan
tekanan hidrostatik paru meningkat, sehingga menjadi sesak nafas.
Masalah ini juga didapatkan sesuai dari teori yang ada, dimana terjadinya
gagal jantung kanan yang berakibat pada peningkatan tekanan ventrikel
kanan, kemudian peningkatan tekanan atrium kiri, menyebabkan
terjadinya distensi vena dan edema ekstremitas.
33
Data Objektif : pasien tampak berbaring di tempat tidur dan masih tampak
lemas, posisi tidur semi fowler, kekuatan otot baik Tonus otot baik,
Kebutuhan pasien sebagian dibantu oleh perawat. Penulis tidak
memprioritaskan masalah tersebut karena tidak mmengancam kehidupan
klien. Tetapi jika tidak di tegakan klien tidak dapat mandiri dalam
beraktivitas. Adanya kelemahan pada pasien tersebut disebabkan karena
supply oksigen ke otot jaringan terganggu akibat penurunan cardiac output
sehingga menyebabkan metabolisme anerob dan penurunan produksi ATP
untuk pembentukan energi.
34
BAB V
5.1 Kesimpulan
Gejala yang timbul pada MR tergantung pada fase mana dari penyakit ini.
Pada fase akut gejala yang timbul seperti decompensated congestive heart
failure yaitu: sesak nafas, oedem pulmo, orthopnea, paroksimal nocturnal,
dispnoe, sampai syok kardiogenik. Pada fase kronik terkompensasi mungkin
tidak ada keluhan tetapi individu ini sensitif terhadap perubahan volume
intravaskuler.
35
Peran perawat sangat penting dalam mengenali tanda dan gejala khas
regurgitasi sehingga mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan tindakan
selanjutnya. Peran perawat juga penting dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dan keluarga sehingga mengurangi faktor resiko
yang dapat dimodifikasi pada penyakit jantung. Pasien dianjurkan untuk
kontrol secara teratur setelah pulang dari rumah sakit setelah dilakukan
tindakan dan minum obat secara teratur.
5.2 Saran
a. Perlu adanya kerjasama yang baik antara dokter, perawat dan penunjang
medis lain serta pasien dan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif.
b. Pemantauan dan tindakan harus dilakukan berdasarkan kondisi klinis
pasien dan dikombinasikan dengan monitor. Jangan melakukan tindakan
hanya berdasarkan hasil monitor dan nilai pemeriksaan diagnostik saja.
c. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan mitral
regurgitasi dibutuhkan perawat yang mempunyai pengetahuan yang
optimal, mempunyai kemampuan klinis serta mampu berfikir dengan
kritis sehingga angka kematian akibat penyakit dapat diminimalisir.
36
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/8338486/Asuhan_Keperawatan_Mitral_Insufisiensi
file:///I:/Mitral%20Stenosis%20&%20Mitral%20Regurgitasi%20~%20Berbagi%
20Manfaat%20.com.htm
Harisson. 2000. prinsip-prinsip ilmu penyaakit dalam vol 3, isselbacher
dkk,jakarta egc
Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2009.
https://books.google.co.id/books?id=noWFt_QVOUMC&pg=PA154&lpg=PA154&dq=pen
kes+mitral+regurgitasi&source=bl&ots=0luXfl7f6N&sig=ACfU3U0Gmq7ibLHGZY3UN
y9yuETLEljHWg&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiUv-
785o_iAhUTEnIKHfJhCms4ChDoATABegQICBAB#v=onepage&q&f=false
37