Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Indriyani 17330015
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah- Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan tentang formulasi sediaan
tablet sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih
kepada Ibu Yayah Siti Juariah, S.Si, M.Si Apt selaku Dosen mata kuliah Praktikum Teknologi
Sediaan Solid yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai formulasi sediaan tablet dalam Praktikum Teknologi Sediaan
Solid. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun,
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat membuat sediaan tablet dengan metode granulasi kering dan
pengujian evaluasinya
2. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan pengaruh eksipien terhadap
karakteristik fisik tablet.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Sediaan
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa
(FI IV, 1995).
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak dalam tabung
pipih atau serkuler, kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis bahan
obat atau lebih dengan atau bahan tambahan.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan
penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda ukuran, bentuk, berat,
kekerasan, dan ketebalan, daya hancurnya dan aspek lain yang tergantung dengan
pemakaian tablet dan cara pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian
secara oral. Kebanyakan tablet dibuat dengan penambahan zat warna dan zat pemberi rasa.
Tablet lain yang penggunaanya dapat cara sublingual, bukal, atau melalui vagina.
Bentuk luar tablet sangat mempengaruhi keutuhan tablet saat transportasi dan
penyimpanan. Jenis tablet dan penggunaannya : Tablet peroral, tablet oral, meliputi tablet
hisap, sublingual dan buchal, tablet parenteral, meliputi tablet injeksi dan tablet
implantasi. Serta tablet untuk penggunaan luar meliputi tablet larut, mata, vaginal, dental
resorpsi kerja lokal dipermukaan tubuh dan lubang-lubang tubuh. (Voiqt,1984).
5
Kriteria Tablet :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
Komponen Tablet
Dalam pembuatan tablet harus terdiri dari beberapa komponen agar dapat dihasilkan tablet
yang baik. Komponennya terdiri dari :
1. Zat Aktif
Kebanyakan zat aktif tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena tidak
punya daya ikat yang cukup yang perlu untuk membuat suatu tablet, disamping itu
tidak semua zat aktif mempunyai sifat alir yang baik.
Zat aktif dalam pembuatan tablet dapat dibagi dua :
Zat aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek local pada
saluran cerna, misalnya adsorben untuk tukak lambung (Norit) .
Zat aktif yang larut, dimaksudkan untuk memberikan efek sistemik setelah
terdisolusi dalam cairan salura cerna kemudian diabsorbsi, terhadap zat aktif
yang harus diperhatikan formulasinya, desain, bentuk dan manufaktur untuk
menghasilkan tablet yang diinginkan. Sifat kelarutannya merupakan dasar
suntuk memformulasi dan mendesain produk yang efektif.
6
2. Zat Tambahan
Eksipien atau zat tambahan adalah zat inert yang tidak aktif secara farmakologi
berfungsi sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk membentuk tablet
dan untuk mempermudah teknik pembuatan tablet. Dalam pemilihan bahan
tambahan untuk pembuatan tablet harus diperhatikan sifat fisika dan sifat
kimianya, begitu juga dengan stabilitas dan zat tambahan yang digunakan.
Bahan tambahan tablet antara lain adalah :
a. Zat pengisi, zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam
sebuah formulasi tablet untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet
sesuai dengan yang ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga untuk
mempermudah pembuatan tablet walaupun pengisi adalah zat yang inert
secara farmakologi, zat tersebut masih dapat mempengaruhi sifat fisika,
kimia dan biofarmasi dari sedian tablet. Contoh, interaksi basa atau
garam - garam amin dengan laktosa dan alkali basa yang menyebabkan
terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam. Laktosa tidak
bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide. Penggunaan dari
pengisi tergantung dari volume atau berat tablet yang diingan. Bahan
pengisi yang sering digunakan: laktosa USP, lactose anhydrous, spray
dried lactose. Amylim : maydis, oryzae, meranthae, solany, mannitol,
sukrosa dan lain- lain.
b. Bahan pengikat, adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan
kedalam formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara
partikel-partikel serbuk dalam masa tablet yang diperlukan untuk
pembentukkan granul dan kemudian untuk pembentukan massa menjadi
kompak dan padat yang disebut tablet. Pengikat dapat dibagi 2 :
Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam
massa kering. Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
Acasia 2 - 5 %
Derivat selulosa 1 - 5 %
Sukrosa 2 - 25 %
Pengikat Basah ( Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan
atau suspensi, contoh pengikat basah yang sering digunakan:
Derivat selulosa 1 – 5 %
7
Gelatin 1 – 5 %
Pasta amylum 1 – 5 %
Natrium alginat 2 – 5 %
c. Bahan Penghancur
Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk
membantu mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat
disintegran dapat ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai
fasa dalam yang disebut sebagai bahan internal dan sebagai fasa luar yang
disebut bahan eksternal. Mekanisme kerja dari bahan penghancur adalah :
Jika kontak dengan air akan mengembang sehingga volume tablet
membesar dan akhirnya pecah,contoh : golongan selulosa.
Memecah ikatan partikel tablet sehingga akan pecah.
Membentuk kapiler,contoh : golongan amilum dan selulosa.
Membentuk gas : asam sitrat dan bikarbonat.
Membentuk lelehan, contoh : oleum cacao.
Tablet dibuat dengan 3 cara umum yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa
langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran
atau kemampuan kempa. Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain, kecuali zat
pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet
8
dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing) mengisi cetakan serta
menjaga agar tablet tidak retak (capping) (Anief, M., 2005).
1. Cara Basah
Zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi
dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu
diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40⁰-
50⁰. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin
tablet.
2. Cara Kering
Dikerjakan sebagai berikut: Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu
zat pengikat dan zat pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa cetak menjadi
tablet yang besar (sugging,setelah itu tablet yang terjadi dipecah menjadi granul lalu
diayak, akhirnya dikempa cetak menjadi tablet yang dikehendaki dengan mesin
tablet. (Anief,Moh.,IMO,1988)
Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yang dihasilkan harus mempunyai
sifat-sifat yang baik, yaitu :
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan, pengemasan,
transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji dengan uji kekerasan
dan uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat dari uji waktu
hancur dan uji disolusi.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan tanda
lain yang menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang konsisiten
(Anonim, 2005).
9
Keuntungan Sediaan Tablet
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga
memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunyai beberapa kerugian, antara lain:
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan)
Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya,
flokulasi, atau rendahnya berat jenis
Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar
atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi
dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian
rupa)
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat
aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara,
memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul
menjadi lebih baik daripada tablet.
10
digunakan dalam bidang kesehatan. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat merubah
bahan menjadi bentuk sediaan farmasi adalah ilmu farmasetika dan teknologi farmasi.
Satu hal yang penting diingat adalah bahwa desain sediaan harus dilakukan dengan
sistematis berdasarkan pertimbangan kriteria atau syarat sediaan, informasi mengenai bahan
yang ada, sarana/prasarana yang tersedia, dan pertimbangan ekonomi.
Tahap desain sediaan padat yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :
11
ini juga perlu dipikirkan kegiatan apa saja yang harus dilakukan pada saat produk
jadi (tablet) sudah selesai dikemas dan siap didistribusikan. Misalnya apakah
diadakan pengujian stabilitas selama proses distribusi atau apakah perlu dilakukan
monitoring terhadap pengguna tablet setelah beberapa tahun dimasyarakat.
6. Uji kaji – stability test
Tahapan ini pada dasarnya adalah kegiatan untuk memastikan apakah semua bahan
dan peralatan, metode, proses dan hasil setiap tahap sudah dilakukan dengan baik
dan benar. Pengujian dilakukan beberapa kali sedemikian rupa sehingga hasil
percobaan dalam skala laboratorium dapat diimplementasikan dalam skala
produksi. Disamping itu juga dilakukan uji stabilitas, untuk mengetahui apakah
karakteristik/mutu tablet yang dihasilkan tidak berubah selama dalam kondisi
penyimpanan, pendistribusian maupun jelang dipakai konsumen.
Pengujian dilakukan dengan mengamati perubahan karakteristik yang terjadi
dalam kondisi temperatur tertentu, tekanan fisik, pemaparan terhadap cahaya
ataupun kelembaban. Untuk mengetahui apakah dalam waktu yang lama (misal 3
tahun) tablet dihasilkan stabil, tentunya terlalu lama waktu pengamatan yang
dibutuhkan. Biasanya dilakukan pengujian yang dipercepat, antara lain dengan
melakukan pengujian dalam temperature yang ditingkatkan, misalnya 45 – 50°C.
Dengan suhu penyimpanan tersebut selama 3 bulan dapat meramalkan kondisi 2 –
3 tahun kedepan.
7. Uji kaji – test pasar
Pengujian sediaan atau produk jadi dipasar, terutama dilakukan untuk mengamati
apakah dokter, apoteker maupun tenaga kesehatan lain serta masyarakat dapat
menerima kehadiran produk tablet tersebut.
Berikut ini disampaikan tahapan pembuatan granul dan sekaligus sampai dengan pengempaan
dengan cara kempa langsung, granulasi basah, dan granulasi kering :
12
No Kempa langsung Granulasi basah 1 Granulasi basah 2 Granulasi kering
10 Pencampuran/lub
rikasi
pengempaan
13
Tahap ini dilakukan melalui :
1. Pengumpulan informasi tentang kriteria, persyaratan dan karakter yang diinginkan dari
sediaan tablet yang akan dibuat. Informasi ini dapat diperoleh dari buku resmi/standar.
Farmakope memuat batasan dan persyaratan umum sediaan serta standar sediaan untuk
bahan aktif tertentu serta cara pengujian persyaratan. Buku referensi memuat karakter
sediaan yang baik, cara pengujian dan sebagainya.
2. Pengumpulan informasi dan literature terkait mengenai bahan aktif dan bahan penolong
yang ada. Informasi ini dapat diperoleh dari :
Monografi bahan aktif yang terdapat di dalam farmakope, merck index, atau
buku referensi lain.
Monografi bahan aktif dan sediaan yang terdapat di dalam buku Martindale.
Monografi bahan penolong yang terdapat di dalam hand book of exipient.
Sertifikat analisis yang dikeluarkan oleh produsen bahan baku maupun lembaga
pemerintah atau swasta yang independent.
3. Mengidentifikasi parameter atau factor yang terkait dengan aspek fisika, kimia,
biologi/farmakologi dan bahan aktif yang ada, dihubungkan dengan keperluan atau
persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat serbuk granul yang baik untuk
pembuatan tablet ataupun untuk menghasilkan tablet yang baik dan memenuhi syarat.
4. Mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai celah (gap) antara karakter atau
tujuan yang harus dicapai dengan data/informasi yang tersedia dari
parameter/persyaratan yang ada, ada alternative pemecahan masalah yang ada atau
alternative langkah yang harus dilakukan untuk menghasilkan tablet bermutu.
5. Menyusun rekomendasi atau langkah yang harus dilakukan agar dapat diperoleh tablet
yang baik melalui proses pembuatan yang ekonomis dan efektif. Rekomendasi pada
umumnya terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
Komponen apa saja yang harus ada didalam tablet , sehingga diperoleh susunan
formula yang baik dan benar.
Bagaimana cara melaksanakan pembuatan tablet atau metode pembuatan tablet
apa yang akan dipakai.
Bagaimana cara menegakkan, mengendalikan ataupun mengawasi mutu bahan
awal, bahan dalam proses, proses pembuatan dan sediaan jadi.
14
Disamping 3 hal diatas, juga sebaiknya direkomendasikan aspek atau informasi apa
yang harus dicantumkan di dalam penandaan ataupun lembar informasi/leaflet/brosur.
15
Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah memenuhi
kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya adalah :
1. Uji Penampilan
Uji keseragaman ukuran dilakukan dengan cara 10 tablet diukur keseragaman ukuran
satu per satu, mengukur diameter menggunakan jangka sorong dan mengukur ketebalan
menggunakan mikrometer sekrup. Kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak boleh
lebih dari 3x dan tidak kurang dari 11/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet
ini dilakukan terhadap 20 tablet.
Dilakukan dengan cara 20 tablet secara acak diuji satu per satu menggunakan hardness
tester dinyatakan dalam kg/cm2.
Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu.
Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot rata-
rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.
16
5. Uji Waktu Hancur
Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) adalah system yang memastikan produk dibuat dan
dikontrol secara konsisten sesuai kualitas standar. Dibuat untuk meminimalkan resika pada
produk farmasi yang tidak dapat disingkirkan lagi saat produk diuji saat sudah jadi. Resiko
utama adalah kontaminasi, menyebabkan gangguan kesehatan bahkan kematian, label yang
tidak benar, bahan aktif yang terlalu sedikit atau banyak, berakibat pengobatan tidak efektif
atau menimbulkan efek samping.
CPOB meliputi semua proses produksi mulai dari bahan awal, tempat, dan alat sampai
pelatihan dan kebersihan dari pekerja. Prosedur tertulis dari tiap proses produksi adalah
komponen penting yang dapat mempengaruhi kualitas akhir dari produk.
17
2.2 Bahan Aktif dan Bahan Tambahan
NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Warna : Putih atau agak kuning
Rasa : Asam
Bau : Tidak berbau
Bentuk : Serbuk atau hablur
2. Kelarutan Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol
(95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P,
dalam eter P dan dalam benzen P.
3. pH pH = 2,2-2,5
4. OTT Vitamin C inkompatibel dengan garam besi, agen
pengoksidasi dan garam dari logam berat
5. Cara sterilisasi -
6. Indikasi Defisiensi Vitamin C
7. Dosis Lazim 30 mg – 40 mg
200 mg – 300 mg (dibagi dalam 3-4 dosis)
8. Cara Pemakaian Dapat diberikan melalui oral atau injeksi
9. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari
cahaya
10. Kadar Air Buruk
11. Bulk Density 0,76 g/ml
12. Tap Density 1 g/ml
13. Distribusi Ukuran Partikel Kurang Bagus
14. Sudut Henti Mudah Mengalir
15. Kompresibilitas Baik
18
DATA PRAFORMULASI BAHAN TAMBAHAN
19
Nama Bahan Tambahan : Amylum
NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Serbuk halus kadang – kadang berupa gumpalan
kecil putih tidak berbau dan tidak berasa.
2. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dingin dan etanol 95%
3. Ph 5,5– 6,5
4. OTT Pati inkompatibel dengan zat pengoksidasi kuat,
berwarna senyawa inklusi terbentuk dengan yodium
5. Cara sterilisasi -
6. Indikasi Desintegran / penghancur
7. Dosis Lazim Sebagai penghancur : 5-20%
8. Cara Pemakaian Oral
9. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah yang tertutup baik pada tempat sejuk
dan kering
NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Bentuk : serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat
pada kulit bebas dari butiran
Warna : putih
Bau : tidak berbau
2. Kelarutan Tidak larut dalam hamper semua pelarut
3. Ph 7 – 10 untuk 20% w/v dispersi berair
4. OTT Inkompatibel dengan senyawa ammonium kuartener
5. Cara sterilisasi Pemanasan dan Penyinaran
6. Indikasi Pelincir
7. Dosis Lazim Sebagai pelincir : dalam konsentrasi 1-5%
8. Cara Pemakaian Oral
9. Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
penyimpanan
20
Nama Bahan Tambahan : Laktosa ( Handbook of excipient hal. 153 )
NO PARAMETER DATA
1. Pemerian Bentuk : serbuk hablur
Warna : putih
Bau : tidak berbau
Rasa : agak manis
2. Kelarutan Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air
mendidih, sukar larut dalam etanol 95%, praktis
tidak larut dalam kloroform dan eter
3. Ph
4. OTT Inkompabilitas berubah warna menjadi coklat
jika terdapat bersama sama senyawa amino
primer.
5. Cara sterilisasi sterilisasi Autoclap
6. Indikasi Pengisi
7. Dosis Lazim Sebagai pengisi : konsentrasi 65-85% b/b
8. Cara Pemakaian Oral
9. Wadah dan penyimpanan Dalam wada tertutup rapat
21
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Pemakaian Bahan
Fungsi Nama Bahan Lazim (%) % Per tablet Per batch
Bahan (mg) (g)
Bahan Aktif Asam 90,05% -110,0% - 100 mg 50 g
Askorbat
(Vitamin C)
Pengikat Avicel 1-5 % 5% 22,5 mg 11,25 g
1. Timbangan gram
2. Mixer
3. Granulator
4. Mesin Kempa Tablet
5. Mortir
6. Sieving Analyzer
7. Alat ukur sudut henti / sifat aliran
8. Alat ukur kadar air
9. Gelas ukur 100 ml
10. Jangka sorong
22
11. Alat penetapan kadar
12. Friabilator Roche
13. Disintegration tester
14. Oven
15. Hardness tester
23
BAB IV
PROSEDUR DAN HASIL KEGIATAN
2. Bahan bahan yang telah ditimbang dicampur hingga homogen, kemudian dilakukan
granulasi dengan ditambahkan zat pengikat
3. Hasil granulasi kemudian dikeringkan setelah itu diayak.
24
4. Dilakukan pencampuran ke II yaitu pencampuran bahan lubrikan sebelum
pengempaan.
5. Dilakukan pengempaan.
14 3,37 3,37 %
16 3,44 3,44 %
18 2,95 2,95 %
20 2,96 2,96 %
25
a. Pasang ring pada statif
b. Tempatkan corong mulut lebar diatas ring
c. Buat kertas alas yang berisi garis koordinat berskala 1 cms
d. Atur posisi tengah lobang corong persis sama diatas pusat
Koordinat keras penampung serbuk, dan berada 10 cm diatas kertas
e. Tutup ujung corong dengan kertas yang kaku
f. Timbang serbuk/granul yang akan diukur
g. Masukan serbuk/granul kedalam corong
h. Lepaskan tutup corong, biarkan serbuk/granul mengalir
i. Ukur tinggi tumpuan serbuk/granul
j. Ukur jari-jari tumpukan serbuk/granul
k. Hitung sudut henti
Data yang didapatkan adalah sebagai berikut :
Tinggi Serbuk 2,5 cm
Diameter Serbuk 9 cm
Sudut Henti 28,81
Kesimpulan : Sudut henti 28,81 yang berarti sifat aliran mudah mengalir karena
berdasarkan pengelompokan serbuk nilai 25-45 mudah mengalir
c. Pengujian Kompresibilitas
Pengujian kompresibilitas dilakukan dengan mencari bulk dan tap density dari
serbuk tersebut, cara pengujian dari uji ini adalah menimbang 50 gram serbuk, lalu
dimasukan dalam gelas ukur. Dihitung tinggi serbuk data dipakai sebagai nilai bulk
density. Gelas ukur lalu dimampatkan dengan cara mengetuknya ke permukaan
yang datar selama 300 kali. Catat tinggi, data ini dipakai sebagai nilai tap density.
Data yang didapatkan adalah sebagai berikut :
Bobot Sampel 50 gram
Tap density 1,06 (g/ml)
Bulk Density 0,86 (g/ml)
Rasio Housner 1,23
Kompresibilitas 18,86 %
Kesimpulan : kompresibilitas 18,86 % yang berarti sedang (fair) karena nilai
kompreibilitas memenuhi kategori 18-21
26
2. Pengujian Mutu Granul
Pengujian ini juga dilakukan terhadap granul yang telah didapatkan.
a. Distribusi Ukuran Partikel (DUP)
Jml Serbuk
Mesh
Gram %
12 0,13 0,13 %
14 16,46 16,46 %
16 29,83 29,83 %
18 14,41 14,41 %
20 18,27 18,27 %
Diameter serbuk 11 cm
c. Pengujian kompresibilitas
Data yang didapatkan adalah sebagai berikut :
27
Berat jenis awal 0,83 g/ml
Kompresibilitas 20,19 %
28
d. Hitung penyimpangan tiap tablet
4. Pengujian Ukuran
Pengujian diameter dan ketebalan tablet menggunakan jangka sorong, diuji
sebanyak 10 tablet.
a. Ambil 10 tablet sebagai sampel
b. Ukur diameter masing-masing tablet , kemudian catat
c. Ukur tebal masing-masing tablet kemudian catat
d. Hitung rata-rata dan penyimpangannya
Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
29
No.tablet Diameter Ukuran
1 7 3
2 7 3
3 7 3
4 7 3
5 7 3
6 7 3
7 7 3
8 7 3
9 7 3
10 7 3
Rata-rata 7 mm 3 mm
Syarat : diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali
tebalnya tablet.
3 mm = 3 x
x = 3/3
= 1 mm
3 mm = 1 1/3 x
3 = 4/3 x
x = 10 x 3/4
= 2,25
Kesimpulan : Hasil keseragaman ukuran memenuhi syarat karena masih berada
dalam batas maksimal dan minimal tablet yang diinginkan.
30
No. Tablet Kekerasan (Kg/cm2)
1 2
2 2,4
3 0,5
4 1,9
5 2,3
6 3
7 2,1
8 2
9 3
10 2
Rata – rata 2,12
31
Bobot yang hilang : 0,24 g
Friabilitas tablet : 0,24 x 100% = 0,036 %
7,49
Syarat : friabilitas ≤ 1%
Kesimpulan : friabilitas tablet kurang dari 1% (tablet memenuhi syarat uji
keregasan tablet).
32
BAB V
PEMBAHASAN
Pembuatan sediaan farmasi terdiri dari tahap, mulai dari pengkajian praformulasi,
formulasi sediaan, produksi atau pembuatan dan evaluasi sediaan. Pembuatan sediaan tablet
dimulai dengan pengkajian praformulasi bahan baku. Pengkajian praformulasi ini penting
dilakukan dalam formulasi sediaan karena melihat sifat fisikokimia bahan, ketercampuran
dengan bahan tambahan, sifat farmakologi, farmakokinetika, farmakodinamika dan hal lainnya
yang akan mempengaruhi kualitas produk akhir dari segi penampilan, efikasi, dan
keamanannya.
Pada praktikum kali ini kelompok kami melakukan praktek pembuatan vitamin C
dengan metode granulasi kering. Zat – zat yang biasanya dibuat dengan menggunakan metode
granulasi kering adalah zat – zat yang yang mudah terurai oleh air ataupun yang tidak tahan
pemanasan. Salah satu bahan tersebut adalah Vitamin C. Singkatnya, tablet dengan metode
granulasi kering itu dibuat dengan cara mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat
penghancur, zat pelicin agar menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dicetak dengan tekanan
tinggi sehingga membentuk tablet besar (proses slugging) yang kemudian dihancurkan kembali
dan diayak hingga memperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Barulah setelah
itu massa serbuk dicetak sesuai ukuran yang diinginkan.
Pada cetak tablet metode granulasi kering dilakukan dua kali pencetakan. Pertama
mencetak serbuk menjadi slugging, lalu setelah dihancurkan dan diayak dengan menggunakan
pengayak nomor 16 dan menjadi granul, dilakukan pencetakan granul untuk menjadi tablet.
Pada saat hendak melakukan slugging, setengah dari fase luar seperti lubrikan ikut dimasukkan
dan dihomogenkan. Lubrikan dimasukkan sebagian gunanya untuk mengurangi gesekan antara
serbuk dengan alat pada saat proses pencetakan. Setelah semua bahan homogen, barulah
dilakukan proses slugging. Namun kami menemukan masalah pada proses slugging. Kekerasan
tabet hanya ada pada kisaran 2,12 kg/cm2, padahal slug yang kami buat itu bobotnya 450 mg
dan seharusnya kekerasannya itu 4 – 10 kg/cm2. Hal ini diduga kurangnya tekanan pada saat
pencetakan atau karena ruang antara punch bawah dan punch atas berbeda jadi kekerasannya
pun tidak tetap dan juga karena bahan pengikat yang kurang. Namun, waktu hancur tablet kami
kurang baik, pada menit ke 15 tablet kami belum hancur. Friabilitas tablet kami adalah 0,036%
yang artinya memenuhi syarat, karena friabilitas yang dapat diterima adalah kurang dari 1%.
Untuk pengujian keseragaman ukuran, tablet yang kami cetak mempunyai ukuran yang
33
seragam, namun ada kerusakan pada tampilan tablet kami, bagian atas tablet kami tidak rata,
ada sedikit cacat. Hal ini disebabkan karena punch yang kami gunakan sudah tidak baik. Untuk
keseragaman bobot, tablet yang kami hasilkan kurang seragam bobotnya. Hal ini diduga karena
laju alir dari granul kami yang kurang baik, sehingga pada saat pencetakan, bobot tablet yang
satu dengan yang lainnya menjadi tidak seragam.
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut
sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna karena sisa sediaan yang tertinggal pada kasa
alat uji merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas. Waktu hancur tablet
nyata adalah 3-4 artinya waktu hancur tablet kami memenuhi persyaratan karena dapat hancur
kurang dari 15 menit.
34
BAB VI
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, tablet yang dibuat tidak memenuhi beberapa
persyaratan dalam spesifikasi tablet yang diinginkan dan juga berdasarkan standar dari
Farmakope Indonesia, sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pembuatan tablet
yaitu untuk menghasilkan tablet yang bermutu dari segi penampilan, efikasi dan
keamanan ternyata belum tercapai.
Tablet yang dihasilkan ada yang tidak memenuhi persyaratan seperti pada uji
keragaman bobot dan uji kekerasan tablet, tapi tablet kami mempunyai kompresibilitas
serta daya mengalir serbuk yang bagus.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum menentukan formulasi tablet yang akan dibuat carilah informasi
sebanyak-banyaknya tentang bahan-bahan yang dugunakan agar nantinya didapatkan
hasil tablet yang baik sesuai dengan persyaratan tablet yang telah ditetapkan.
35
DAFTAR PUSTAKA
36