You are on page 1of 29

Daftar IsI

Daftar IsI ........................................................................................................................ i


BAB II............................................................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 1
A. Tinjauan Teori........................................................................................................ 1
1. Tuberkulosis ................................................................................................. 1
2. Pengetahuan............................................................................................... 20
B. Landasan teori ................................................................................................ 24
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Tuberkulosis

a. Pengertian Tuberculosis

Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru

karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru

mencakup 80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberkulosis,

sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberkulosis

ekstrapulmonar(Sudarso 2010)

Tuberculosis paru adalah penyakit infeksius terutama

menyerang parenchim paru dapat juga ditularkan ke bagian tubuh

lain, termasuk meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe.

Tuberculosis adalah penyakit akibat kuman mycobacterium

tuberculosis sistematis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh

dengan lokasi infeksi primer. Tuberkulosis adalah penyakit yang

infeksius, yang terutama menyeang parenkim paru.(Mansjoer 1999)

Tuberculosis paru adalah : penyakit infeksi Mycobacterium

Tuberculosa dengan gelajala yang sangat bervariasi.

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh

mikobacterium tuberculosis. Kuman ini dapat menyerang semua

bagian tubuh dan yang paling sering terkena dalah organ paru (90%).
Tuberculosis merupakan penyakit menular granulomatosa

kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada

umumnya menyerang paru (tuberculosis paru), tetapi juga dapat

mengenai semua organ/jaringan dalam tubuh (tuberculosis ekstra

paru/tuberculosis organ). Secara khas pusat dari granuloma akan

mengalami nekrosis kaseosa yang timbul tuberkel lunak. Sumber lain

menyebutkan tuberculosis paru adalah infeksi bakteri yang akut dan

kronik serta menular.(Griffith 1994)

b. Etiologi

Penyebab tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis,

sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/μm dan

tebal 0,3-0,6/μm. Spesies lain dari kuman ini yang dapat

menyebabkan infeksi pada manusia adalah mycobacterium bovis,

mycobacterium kansasii, mycobacterium intracellulare.

Sebagian besar dari kuman ini terdari dari asam lemak (lipid).

Lipid inilah yang membuat kuman tahan lebih lama terhadap asam

dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat

tahan hidup pada udara kering maupun dingin (dapat hidup bertahun-

tahun dilemari es). Hal ini terjadi karenakuman berada dalam sifat

Dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bengkit lagi dan

menjadikan tuberculosis aktif lagi.

Didalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraseluler

yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula

memfagositasi malah kemudian disenangi karena mengandung

lemak.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan

bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan

oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apical paru

lebih tinggi daripada bagian lain., sehingga bagian apical merupakan

tempat predileksi penyakit tuberculosis.(Bahar 1998)

Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab penyakit

tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis pertama kali

didekskripsikan pada tanggal 24 Maret 1882 Robert Koch. Bakteri ini

juga disebut abasilus Koch(Smeltzer and .C. & Brenda 2002)

Bakteri ini merupakan bakteri yang sangat kuat sehingga

memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih

berbentuk bentuk batang lurus agak bengkok dengan ukuran 0.2-0,4

×1-4 um, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob.

Mycobacterium tuberculosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan

terhadap asam pada proses pewarnaan. Oleh karena itu bakteri

tuberculosis disebut pula sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).

Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam,

yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, serta

protozoa Isospora dan Cryptosporidium.

Mycobacterium termasuk dalam family Mycobacteriaceae dan

termasuk dalam ordo Actinomycetales. Kompleks tersebut

Mycobacterium tuberculosis meliputi M.tuberkulosis, M.bovis,

M.africanum, M. microti dn M. canettii. Dari beberapa kompleks

tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling

sering dijumpai. Mikrobakteri lain yang disebutkan diatas, juga dapat


menyebabkan tuberculosis, tetapi penyakit tuberculosis yang

disebabkan spesies-spesies ini jarang terjadi pada manusia.

Kuman ini tumbuh dengan lambat. Pada medium buatan,

koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu bahkan terkadang

setelah 6-8 minggu. Temperatur optimum bakteri ini adalah 37oC dan

tidak dapat tumbuh pada suhu 25oC atau lebih dari 40oC, pH

optimumnya 6,4-7,0.

Mycobacterium akan mati jika berada dalam lingkungan

bertemperatur 6oC selama 15-20 menit, juga jika terkena matahari

langsung selama 2 jam. Dalam dahak, Mycobacterium tuberculosis

dapat bertahan 20-30 jam, bakteri ini dalam suhu kamar dapat hidup

6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan 20oC selama 2

tahun.dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur lama

selama beberapa tahun.

Mycobacterium tuberculosis tahan terhadap berbagai

khemikalia dan desinfektan antar lain phenol 5%, asam sulfat 15%,

asam sitrat 3%, dan NaOH 4%. Bakteri ini dihancurkan oleh jodium

tincture dalam 5 menit, dengan alcohol 80% akan hancur dalam 2-10

menit.

Bakteri tuberculosis biasanya menyerang paru-paru (sebagai

TB paru) tetapi TBC bisa juga menyerang system saraf pusat. Sisten

lymfatik, system sirkulasi, system genitourinari, tulang, persendian,

dan bahkan kulit. Penyakit TBC paru-paru dapat disembuhkan.

Namun karena kekurangpekaan sipenderita dan kurangnya informasi

berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian pun tak


jarang terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan tindakan dini untuk

mencegah dan mengobati penyakit TBC

c. Patofisiologi

Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar

oleh Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan atau dikeluarkan

oleh si penderita TBC saat batuk, bersin, bahkan berbicara. Bakteri ini

terutama menyerang oang yang memiki daya tahan tubuh rendah.

Pada anak-anak, umumnya sumber infeksi berasal dari orng dewasa

yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan

berkumpul hingga berkembang menjadi banyak. Bakteri ini dapat pula

mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah

bening sehingga memyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain

sepeti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan

lainnya.

Masuknya Mycobacterium tuberculosis ke dalam organ paru-

paru menyebabkan infeksi pada organ paru-paru ,kemudian segera

terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular).

Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha

menghambat bakteri TBC melalui mekanisme alami sehingga

membentuk jaringan parut. Akibatnya, bakteri TBC tersebut akan

berdiam (dorman) dan tampak sebagai tuberkel pada pemeriksaan X-

ray atau Photo rontgen.

Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (imun)yang baik,

bentuk tuberkel ini akan tetap dorman sepanjang hidupnya. Lain hal

pada orang yang memiliki system kekebalan tubuh rendah atau


kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga

tuberkel betambah banyak. Tuberkel yang banyak ini berkumpul

membentuk sebuah ruang didalam rongga paru. Ruang inilah yang

nantinya menjadi sumber, produksi sputum (riak/dahak).

Pada orang yang rongga paru-parunya memproduksi sputum

dan didapati mikroba Mycobacterium tuberculosis disebut sedang

mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC.

Penularan tuberculosis paru terjadi kerena kuman keluar

bersamaan dengen droplet pada saat batuk atau bersin. Partikel

infeksius ini dapat menetap selama 1-2 jam di udara bebas,

tergantung pada ada tidaknya sinar ultra violet, ventilasiyang baik dan

kelembaban. Dalam suasana yang lembab dan gelap kumandapat

bertahan berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.

Bila partikel infeksius ini terhisap oleh orang sehat, akan

menmpel pada jalan nafas atau paru. Kebanyakan pertikel ini kan

mati atau dibersihkan oleh makrofag dan keluar dari cabang tracheo

bronchial beserta gerakan sillia dengan sekretnya. Kuman dapat juga

masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tapi hal ini jarang terjadi.

Bila kuman tetap dijaringanparu, kuman akan tumbuh dan

berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat

terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang

dijaringan paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil

dan disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini dapat

terjadi dibagian mana saja dijaringan paru.(Bahar 1998)


1) Tuberkulosis Infeksi Primer

Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali

dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil

ukurannya, sehingga dapat melewati system pertahanan

mukosiller bronkus.kuman ini terus berjaalan sehingga sampai ke

alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat luman TBC ke

peradangan didalam paru-paru. Saluran limfe kenudiana

membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, ini

disebut sebagai kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya

infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi

tuberculin dari negative menjadi positif.

Kelanjutan setelah infeksi primer bergantung dari kuman yang

masuk dan besarnya respon dayatahan tubuh (imunitas selular).

Pada umunyan reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat

menghentikan perkembangan kuman TBC.meskipun demikian,

ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister

atau dorman (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak

mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam

beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita

Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai

terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.

2) Tuberculosis post primer

Tuberculosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa

bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya

than tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang
buruk. Ciri khas dari tuberculosis pasca primer adalah kerusakan

paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di

rumah sakit.

Penderita TBC paru dengan kerusakan jaringan luas yang

telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah.

Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada

kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi

cukup diberikan pengobatan simptomatis.bila perdarahan berat,

penderita harus dirujuk kr unit spesialistik.

Kuman yang dorman ada tuberculosis primer akan muncul

bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi

tuberculosis dewasa (tuberculosis post primer). Tuberculosis post

primer dimulai sarang dini yang berlokasi regio atas paru (bagian

apical posterior lobus superior dan inferior). Invasinya adalah ke

parenkim paru dan tidak ke nodus hiler paru.

Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia

kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yaitu suatu

granuloma yang terdiri dari sel-sel Datia Langhans (sel besar

dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel limfosit dan

bermacam-macam jaringan ikat.

Secara keseluruhan sarang memiliki tiga macam :

a) Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini tidak

memerlukan pengobatan lagi


b) Sarang aktif eksudatif, sarang bentuk ini memerlukan

pengobatan yang lengkap dan sempurna

c) Sarang yang berada antara aktif dan sembuh. Sarang

bentuk ini dapat sembuh dengan spontan, tapi mengingat

dapat terjadi eksaserbasi kembali, sebaiknya diberikan

pengobatan yang sempurna (Bahar,1998)

Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas

penderita, sarang dini dapat terjadi Diresorbsi kembali dan

sembuh tanpa meninggalkan cacat, Sarang yang mula-mula

meluas tetapi segera menyembuuh dengan sebutan jaringan

fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi lebih keras

menimbulkan pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk

pengapuran. Sarang dini yang meluas dimana granuloma

berkembang menghancurkan jaringan sekitarnya dan bagian

tengahnya mengalami nekrosis dan menjadi lembek membentuk

keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar, akan menjadi kavitas.

Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-lama dindingnya

menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah besar,

sehingga menjadi kavitas skletorik (Bahar,1998)

Kavitas dapat :

d) Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia

baru. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti

yang telah disebutkan terlebih dahulu.

e) Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi

tuberculoma. Tuberculoma ini dapat mengapur dan


menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan

kavitas lagi.

f) Bersih dan sembuh, disebut open healed cavity. Dapat

juga sembuh dengan membungkus diri dan menjadi kecil.

Kadang-kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus,

menciut dan berbentuk seperti bintang disebut Stella

Shaped (Bahar, 1998)

d. Manifestasi klinis

1) Gejala penyakit TBC yang tampak pada orang dewasa

Gejala TBC dapat dibagi menjadi gejalaumun dan gejala

khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambara

secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru,

sehingga cukup sulit untuk menentukan diagnose secara klinik.

Gejala sistemik atau umum :

a) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya

dirasakan malam hari disertai keringat. Kadang-kadang

serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

b) Penurunan nafsu makan dan berat badan

c) Batuk-batuk selam lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan

darah)

d) Perasaan tidak enak (malaise) dan lemah.

Gejala khusus :

a) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi

sumbatan pada sebagian bronkus (saluran yang menuju ke

paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang


membesar, akan menimubulkan suara “mengi” suara nafas

melemah dan sesak.

b) Kalau ada caairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru),

dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

c) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi

tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan

bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar

cairan nanah (Sumiyati Astuti 2013).

2) Gejala penyakit TBC yang nampak pada anak-anak

a) Mempunyai sejarah kontak erat dengan penderita TBC. Artian

dari kontak erat adalah tinggal serumah dengan penderita

atau walaaupun tidak serumah tapi seriring sekali bedekatan

dengan anak. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan

penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkolin

positif.

b) Berat badan anak tidak bertambah atau turun selama tiga

bulan berturut-turut sebb yang jelas meskipun sudaah

dengaan penanganan gizi yang baik.

c) Anak tidak ada naafsu makan.

d) Sakit dan demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas.

Artinya anak demam tanpa jells sakitnya. Misalnya demam

tanpa jelas sakitnya. Misalnya demam namun tidak

menunjukkan tanda-tanda influenza.

e) Mucul benjolan didaerah leher.ketiak, dan lipatan paha.

f) Batuk lama lebih dari tiga minggu dan nyeri dada.


g) Diare berulang yang tidak sembuh engan pengobatan diare

biasa.

h) Tes montoux anak positif (ada pembengkakan ditempaat yang

diuiji dengan mantoux> 10mm, ukuran > 10mm ini digunakan

sebagai patokan untuk anak dengan status gizi norma. Untuk

anak kurang gizi, biasanya dipakai patokan > 5mm

i) Gambaran rontgen paru yang mendukung TBC paru.

j) Adanya reaksi kemerahan yang cepat (dibawah 1 minggu)

setelah imunisasi BCG.

k) Pada anak-anak dapat mengenai otak(lapisan pembungkus

otak) yang disebut sebagai meningitis (radang selaut

otak),dengan gejala klinis seperti demam tinggi, adanya

penurunan kesadaran dan kejang-kejang (Sumiyati Astuti

2013).

e. Pemeriksaan Diagnostik Tuberculosis

Pemeriksaan Laboratorium

1) Darah (LED normal atau meningkat, limfositosis)

2) Sputum

Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis tuberculosis

paru. Disamping itu juga dapat memberikan evaluasi terhadap

pengobatan yang diberikan. Kadang-kadang tidak mudah untuk

mendapatkan sputum terutama pada penderita yang tidak batuk

maupun batuk tetapi non produktif.

Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan

sputum, penderita dianjurkan minum sebanyak ± 2 liter dan


idanjurkan melakukan batuk efektif. Dapat juga memberikan

tambahan obat-obatan mukolitik ekspektoran atau dengan

inhalasi larutan garam hipertonik slama 20-30 menit. Bila masih

sulit sputum dapat diperoleh dengan bronchoscopy. Sputum yang

sudah didapat harus mengandung kuman BTA. Criteria sputum

BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang

kuman BTApada sediaan. Dengan kata lain diperlukan 50000

kuman dalam 1 ml sputum. Pada pemeriksaan dengan biakan,

setelah 4-6 minggu penanaman sputum dalam medium biakan,

koloni kuman tuberculosis mulai tampak. Bila setelah 8 minggu

pananaman, kolini tidak tampak, biakan dinyatakan negatif.

Medium biakan yang sering digunakan adalah Lowenstien Jensen

dan ATS.

3) Test Tuberculin

Biasanya memakai cara Mantaux yakni yakni dengan

menyuntikan 0,1 cc Tuberculin PPD (Purified Protein Derivate)

intra cutan 5 TU(intermediate strength). Setelah 48-72 jam

tuberculin disuntukkan akan timbul reaksi berupa indurasi

kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni persenyawaan

antara anti bodi dan antigen tuberculin.

Hasil Mantaux dibagi dalam :

a) Indurasi berdiameter 0-5 mm : hasil negative

b) Indurasi berdiameter 6-9 mm : hasil meragukan

c) Indurasi berdiameter 10-15 mm : hasil mantaux positif


d) Indurasi berdiameter lebih dari 16 mm : hasil mantaux

positif kuat

Biasanya hampir seluruh penderita memberikan reaksi

mantaux yang positif (99,8%). Kelemahan test ini terdapat positif

palsu yakni pemberian BCG atau terinfekssi dengan

mycobacterium lain. Negatif palsu lebih banyak ditemukan

daripada positih palsu.

Hal-hal yang menyebabkab reaksi tuberculin berkurang :

a) Penderita yang baru 2-10 minggu terpapar tuberculosis

b) Alergi, penyakit sistemik berat (sarcoidosis, L.E)

c) Penyakit Exanthe matous dengan panas yang akut : morbilli,

cacar air, cacar, poliomyelitis.

d) Reaksi hiper snesitifitas menurun pada penyakit limforetikuler

(Hodgin)

e) Pemberian kortikosteroid yang lama, pemberian obat

imunosupresi lainnya.

f) Usia tua, malnutrisi, uremia, keganasan.(Bahar 1998)

f. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan rutin lainyya adalah foto rontgen paru.

Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih

95% infeksi primer terjadi di paru-paru. Hasil rontgen paru yang

terjangkit TBC biasanya menunjukkan “flek” atau bercak-bercak putih

pada paru-paru. Bercak putih ini menunjukkan pembentukan tuberkel

pada paru. Fhoto rontgen dada dilakukan diawal dan padaa akhir

pengobatan untuk memonitor keberhasilan.


Pengobatan, biasanyaa dilakukan setelah pengobataan 2

bulan dan 6 bulan. Namun, harus diingat bahwa gambaran rontgen

TBC paru tidak khas daan interpretasi foto biasanya.

Foto thorax PA dan lateral, gambaran foto thorax yang

menunjang diagnosis tuberculosis adalah :

a) Bayangan lesi terletak pada bagian apex paru (segmen apical

lobus atas atau segmen apical lobus bawah)

b) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)

c) Adanya kavitas tunggal atau ganda

d) Kelainan bilateral, terutama lapang paru atas

e) Adanya klasifikasi

f) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

g) Bayangan millier

g. Klasifikasi Tuberculosis

Di Indonesia klasifikasi yang dipakai adalah:

1) Tuberculosis paru

2) Bekas tuberculosis paru

3) Tuberculosis tersangka yang terbagi dalam :

Tuberculosis paru tersangka yang diobati disini sputum BTA

negatif, tapi tanda-tanda lain positif. Tuberculosis paru tersangka

yang tidak diobati, disini sputum BTA negatif dan tanda-tanda

lainnya juga meragukan.

Klasifikasi Tuberculosis Menurut American Lungs adalah :

1) Group 0 : tak terpapar tuberculosis, tidak terinfeksi


2) Group 1 : terpapar tuberculosis, tanpa bukti infeksi

3) Group 2 : infeksi tuberculosis tanpa penyakit

4) Group 3 : tuberculosis adalah penyakit paru (penderita

dengan diagnosa yang lengkap : reaksi tuberculosis yang

bermakna, bukti klinis dan bukti radiology adanya

tuberculosis)

5) Group 4 : tuberculosis tanpa penyakit baru (penderita

dengan riwayat tuberculosis lama atau radiology yang

abnormal tetapi test tuberculin tidak bermakna, tanpa bukti

klinis)

6) Group 5 : tuberculosis tersangaka, digunakan selama

peeriksaan untuk mendiagnosa tersangaka, tidak lebih dari

tiga bulan.(Ignatavicius, Donna D & Baynes 1991)

h. Komplikasi

(Bahar 1998) membagi komplikasi penyakit TBC itu dalam 2

kategori yaitu:

Komplikasi Dini :

1) Pleuritis

2) Efusi Pleura

3) Empiema

4) Laringitis

5) TB usus

Komplikasi Lanjut :

1) Obstruksi Jalan Napas


2) Kor Pulmonale

3) Amiloidosis

4) Karsinoma Paru

5) Sindrom Gagal Napas

i. Factor Resiko

(Suryo. J. 2010) menjelaskan bahwa faktor risiko yang

menyebabkan penyakit TBC adalah sebagai berikut:

1) Faktor umur

Insiden tertinggi tuberkulosis paru-paru biasanya mengenai

usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TBC

adalah kelompok usia produktif, yaitu 15-50 tahun.

2) Faktor Jenis Kelamin

TBC lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan

wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan

merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TBC.

3) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap

pengetahuan seseorang, di antaranya mengenai rumah yang

memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TBC

sehingga dengan pengetahuan yang cukup, maka seseorang

akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat.

4) Pekerjaan

Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus

dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang


berdebu, paparan partikel debu di daerah terpapar akan

memengaruhi

terjadinya gangguan pada saluran pernapasan. Paparan kronis

udara

yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama

terjadinya gejala penyakit saluran pernapasan dan umumnya

TBC.

5) Kebiasaan Merokok

Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan

meningkatkan risiko untuk mendapatkan kanker paru-paru,

penyakit jantung koroner, bronkitis kronis, dan kanker kandung

kemih. Kebiasaan rokok meningkatkan risiko untuk terkena TBC.

6) Kepadatan Hunian Kamar Tidur

Luas lantai bangunan rumah harus cukup untuk penghuni di

dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus

disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan

overload.

7) Pencahayaan

Cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela kaca

minimum 20% luas lantai. Jika peletakkan jendela kurang baik

atau kurang leluasa, dapat dipasang genting kaca. Cahaya ini

sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen

di dalam rumah, misalnya basil TBC. Oleh karena itu, rumah yang

sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.


8) Ventilasi

Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk

menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar.

9) Kondisi Rumah

Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor risiko

penularan

penyakit TBC. Atap, dinding, dan lantai dapat menjadi tempat

perkembangbiakan kuman. Lantai dan dinding yang sulit

dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu sehingga

akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya

kuman Mycobacterium tuberculosis.

10) Status Gizi

status gizi kurang mempunyai risiko 3,7 kali untuk menderita

penyakit TBC berat dibandingkan dengan orang yang status

gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan

berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon

imunologik terhadap penyakit.

11) Keadaan Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan,

keadaan sanitasi lingkungan, gizi, dan akses terhadap pelayanan

kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan

kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi

makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi.

Apabila status gizi buruk, akan menyebabkan kekebalan tubuh

menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TBC.


12) Perilaku

Perilaku dapat terdiri atas pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Pengetahuan penderita TBC yang kurang tentang cara penularan,

bahaya, dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap

dan perilaku sebagai orang sakit dan akhirnya berakibat menjadi

sumber penular bagi orang di sekelilingnya.

2. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan suatu kejadian tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga(Notoatmodjo 2010)

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

terbentuknya suatu tindakan. Dengan demikian terbentuknya perilaku

terhadap seseorang karena adanya pengetahuan yang ada pada

dirinya terbentuknya suatu perilaku baru, terutama yang ada pada

orang dewasa dimulai pada domain kognitif. Dalam arti seseorang

terlebih dahulu diberi stimulus yang berupa informasi tentang upaya

pencegahan penyakit TBC sehingga menimbulkan pengetahuan yang

baru dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap

pada orang tersebut terhadap informasi upaya pencegahan penyakit

TBC yang diketahuinya. Akhirnya rangsangan yakni informasi upaya


pencegahan penyakit TBC yang telah diketahuinya dan disadari

sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu

berupa tindakan atau sehubungan dengan stimulus atau informasi

upaya pencegahan penyakit TBC (Notoatmodjo, 2007)

b. Klasifikasi

Budiman (2013) menjelaskan bahwa jenis pengetahuan di antaranya

sebagai berikut:

1) Pengetahuan Implisit

Merupakan pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk

pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat

nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.

2) Pengetahuan Eksplisit

Merupakan pengetahuan yang telah disimpan dalam wujud

nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.

c. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.
2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada. .

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.
d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

(Eko Wahyudi 2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi

terbentuknya pengetahuan adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah

menerima informasi sehingga banyak pula pengetahuan yang

dimiliki.

2) Informasi/media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga

menghasikan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal

tersebut.

3) Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui

penalaran sehingga akan bertambah pengetahuannya walaupun

tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan

memengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik


ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh

setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

6) Usia

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.

B. Landasan teori

Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena

infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru mencakup

80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan 20%

selebihnya merupakan tuberkulosis ekstrapulmonar(Sudarso 2010).

Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab penyakit

tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis pertama kali didekskripsikan pada

tanggal 24 Maret 1882 Robert Koch. Bakteri ini juga disebut abasilus Koch.

Bakteri ini merupakan bakteri yang sangat kuat sehingga memerlukan

waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih berbentuk bentuk batang

lurus agak bengkok dengan ukuran 0.2-0,4 ×1-4 um, tidak membentuk spora,
dan termasuk bakteri aerob. Mycobacterium tuberculosis mempunyai sifat

khusus yaitu tahan terhadap asam pada proses pewarnaan. Oleh karena itu

bakteri tuberculosis disebut pula sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).

Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu

spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, serta protozoa

Isospora dan Cryptosporidium.

Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh

Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan atau dikeluarkan oleh si

penderita TBC saat batuk, bersin, bahkan berbicara. Bakteri ini terutama

menyerang oang yang memiki daya tahan tubuh rendah. Pada anak-anak,

umumnya sumber infeksi berasal dari orng dewasa yang menderita TBC.

Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang

menjadi banyak. Bakteri ini dapat pula mengalami penyebaran melalui

pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga memyebabkan

terinfeksinya organ tubuh yang lain sepeti otak, ginjal, saluran cerna, tulang,

kelenjar getah bening dan lainnya.(Mansjoer 1999)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan suatu kejadian tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indra penglihatan pendengaran, penciuman, rasa,

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga(Notoatmodjo 2010)

Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan, yaitu: Tahu (know), Memahami (comprehension),


Aplikasi (aplication), Analisis (analysis), Sintesis (synthesis), Evaluasi

(evaluation).
DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Asril. 1998. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. ed. Penerbit FKUI. Jakarta.

EKO WAHYUDI. 2010. “Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Motivasi Kader

Dengan Penemuan Suspek Tuberkulosis Paru Di Puskesmas

Sanankulon.”

Griffith, H. Winter. 1994. Complete Guide to Symtomps, Illnessand Surgery.

penerbit a. ed. Cetakan I. Penterjemah : Peter Anugrah. jakarta.

Ignatavicius, Donna D & Baynes, Marylin Varner. 1991. Medical Surgical

Nursing : A Nursing Process Approach. W. B Saunders Company:

Philadelphia.

Mansjoer, Arief. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid 1. ed.

Penerbit Media Aesculapius FKUI. jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. ed. Rineka Cipta. Jakarta.

Smeltzer, S, and G.B. .C. & Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner & Suddarth. ed. ECG. Jakarta.

Sudarso, R.R. 2010. Hubungan Karakteristik Dan Tingkat Pengetahuan Ibu

Tentang Tuberkulosis Dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis

Paru Anak Di Puskesmas Kelurahan Lagoa Jakarta Utara. UPN, Skrip.

Jakarta.

SUMIYATI ASTUTI. 2013. “Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan

Penyakit Tuberkulosis Di Rw 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara Tahun

2013.” 1.

Suryo. J. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. B First.


yogyakarta.

You might also like