You are on page 1of 7

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HERNIA “

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : RIO SAPUTRA
NIM : PO.71.20.2.09.027
DOSEN PEMBIMBING : NI KETUT SUJATI, M.Kes

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
JURUSAN KEPERAWATAN BATURAJA
TAHUN 2010
HERNIA

A. Pengertian
- Adalah suatu benjolan/penonjolan isi perut dari rongga normal melalui
lubang kongenital atau didapat(1).
- Adalah penonjolan usus melalui lubang abdomen atau lemahnya area
dinding abdomen (3).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hernia adalah
penonjolan dari isi perut dalam rongga normal melalui lubang yang kongenital
ataupun didapat.

A. Etiologi
Hernia dapat terjadi karena lubang embrional yang tidak menutup atau
melebar, atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi (2).

B. Klasifikasi
1. Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia
femoralis dan sebagainya.
2. Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
3. Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia
serofalis dan sebagainya).
Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia
foramen winslowi, hernia obturatoria).
4. Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan
sebagainya.
5. Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata,
hernia strangulata.
6. Nama penemunya :
a. H. Petit (di daerah lumbosakral)
b. H. Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa
epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral.
c. H. Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang
terjepit.
7. Beberapa hernia lainnya :
a. H. Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi
pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika inferior.
b. H. Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum
secara lengkap.
c. H. Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.

C. Tanda dan Gejala


Umumnya penderita menyatakan turun berok, burut atau kelingsir atau
menyatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.bnjolan itu bisa
mengecil atau menghilang, dan bila menangis mengejan waktu defekasi/miksi,
mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula ditemukan rasa
nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.
D. Patofisiologi

Proses vaginalis
peritonei

Gagal abliterasi

Sebagian terbuka Terbuka terus

Hidrokel
H. inguinalis
(terjadi jepitan oleh anulus inguinalis)

Gangguan pasase
Gangguan aliran darah
segmen usus yang
terjepit

Muntah Abdomen lambung


hijau

Nyeri

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diameter anulus inguinalis

F. Penatalaksanaan (2)
- Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah
efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi.
- Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan
kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus.
Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal
pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan.
Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk
kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi
inkarserasi.
- Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia
dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka,
isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia
langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak
dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan
anastomois .

G. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul (3)


1. Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi
hernia atau intervensi pembedahan.
Hasil yang diperkirakan : dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif klien
tentang ketidaknyamanan menurun seperti ditunjukkan skala nyeri.
Indikator objektif seperti meringis tidak ada/menurun.
a. Kaji dan catat nyeri
b. Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan
mengangkat benda yang berat.
c. Ajarkan bagaimana bila menggunakan dekker (bila diprogramkan).
d. Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang
sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan
nyeri.
e. Berikan analgesik sesuai program.

2. Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan
nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen.
Hasil yang diperkirakan : dalam 8-10 jam pembedahan, pasien berkemih
tanpa kesulitan. Haluaran urine  100 ml selama setiap berkemih dan
adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) selama periode 24 jam.
a. Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat
berkemih.
b. Pantau haluarna urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100
ml dalam suatu waktu.
c. Permudah berkemih dengan mengimplementasikan : pada posisi
normal untuk berkemih rangsang pasien dengan mendengar air
mengalir/tempatkan pada baskom hangat.

3. Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan


adanya hernia dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka.
Hasil yang diperkirakan : setelah instruksi, pasien mengungkapkan
pengetahuan tentang tanda dan gejala komplikasi GI dan menjalankan
tindakan yang diprogramkan oleh pencegahan.

a. Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap,


mual dan muntah, demam dan distensi abdomen, yang dapat
memperberat awitan inkarserasi/strangulasi usus.
b. Dorong pasien untuk mengikuti regumen medis : penggunaan dekker
atau penyokong lainnya dan menghindari mengejan meregang,
konstipasi dan mengangkat benda yang berat.
c. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diit tinggi residu atau
menggunakan suplement diet serat untuk mencegah konstipasi,
anjurkan masukan cairan sedikitnya 2-3 l/hari untuk meningkatkan
konsistensi feses lunak.
d. Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan
mengangkat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
2. Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
3. Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin
Lockhart. Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.

You might also like