You are on page 1of 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Hidrocepalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal secara aktif yang
menyebabkan dilatasi system ventrikel otak. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut
bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-
pusat saraf yang vital. (Amin Huda,dkk, 2015)
Hidrocepalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinal, disebabkan oleh baik produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi,
dengan atau pernah disertai tekanan intracranial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran
ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinal.

B. Etiologi
Hidrocepalus dapat terjadi karena gangguan sirkulasi likuor didalam system ventrikel
atau oleh produksi berlebihan likuor.
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada
salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi
dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H.
Ropper, 2005). Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang
abnormal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
1. Kelainan Bawaan (Kongenital)
a. Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbayank pada hidrosefalus bayi dan
anak ( 60-90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau
abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit
atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.
b. Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnould-
Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum
letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian atau total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang menyebabkan hidrosefalus
obtruktif dengan pelebaran system ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat
sedemikian besarnya sehingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa
pascaerior.
d. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
Dapat terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
e. Anomali Pembuluh Darah
2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan
subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS
terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di aqueduktus sylviin atau system basalis.
Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi
beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis
terlihat pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah lain.
Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal
sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purunlenta
lokasisasinya lebih tersebar.
3. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.
Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak di
angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS melalui saluran
buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii biasanya
suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III
disebabkan kraniofaringioma.
4. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
organisasi dari darah itu sendiri
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Hidrosefalus terjadi pada masa neonates
Meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada masa
bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar
kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua
arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa.
Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi
sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok.
2. Hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak- kanak
Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi
intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda
(diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi
pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal yang
progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran
lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania
biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu: Fontanel anterior yang
sangat tegang, Sutura kranium tampak atau teraba melebar, Kulit kepala licin mengkilap dan
tampak vena-vena superfisial menonjol, Fenomena ‘matahari tenggelam’ (sunset
phenomenon).
D. PATOFISIOLOGIS
Pembentukan cairan serebrospinal terutama dibentuk di dalam sistem ventrikel.
Kebanyakan cairan tersebut dibentuk oleh pleksus koroidalis di ventrikel lateral, yaitu kurang
lebih sebanyak 80% dari total cairan serebrospinalis. Kecepatan pembentukan cairan
serebrospinalis lebih kurang 0,35- 0,40 ml/menit atau 500 ml/hari, kecepatan pembentukan cairan
tersebut sama pada orang dewasa maupun anak-anak. Dengan jalur aliran yang dimulai dari
ventrikel lateral menuju ke foramen monro kemudian ke ventrikel 3, selanjutnya mengalir ke
akuaduktus sylvii, lalu ke ventrikel 4 dan menuju ke foramen luska dan magendi, hingga akhirnya
ke ruang subarakhnoid dan kanalis spinalis. Secara teoritis, terdapat tiga penyebab terjadinya
hidrosefalus, yaitu:

1. Produksi likuor yang berlebihan. Kondisi ini merupakan penyebab paling jarang dari
kasus hidrosefalus, hampir semua keadaan ini disebabkan oleh adanya tumor pleksus
koroid (papiloma atau karsinoma), namun ada pula yang terjadi akibat dari
hipervitaminosis vitamin A.

2. Gangguan aliran likuor yang merupakan awal kebanyakan kasus hidrosefalus. Kondisi ini
merupakan akibat dari obstruksi atau tersumbatnya sirkulasi cairan serebrospinalis yang
dapat terjadi di ventrikel maupun vili arakhnoid. Secara umum terdapat tiga penyebab
terjadinya keadaan patologis ini, yaitu: a. Malformasi yang menyebabkan penyempitan
saluran likuor, misalnya stenosis akuaduktus sylvii dan malformasi Arnold Chiari. b. Lesi
massa yang menyebabkan kompresi intrnsik maupun ekstrinsik saluran likuor, misalnya
tumor intraventrikel, tumor para ventrikel, kista arakhnoid, dan hematom. c. Proses
inflamasi dan gangguan lainnya seperti mukopolisakaridosis, termasuk reaksi ependimal,
fibrosis leptomeningeal, dan obliterasi vili arakhnoid.
3. Gangguan penyerapan cairan serebrospinal. Suatu kondisi seperti sindrom vena cava dan
trombosis sinus dapat mempengaruhi penyerapan cairan serebrospinal. Kondisi jenis ini
termasuk hidrosefalus tekanan normal atau pseudotumor serebri.

E. WEB OF CAUTION

- Produksi likior berlebih Penumpukan cairan


- Peningkatan resistensi aliran likuor
- Penekanan tekanan sinus venosa
serebrospinalis (CSS) dalam Peningkatan TIK
ventrikel tak secara aktif

Nyeri Akut Sakit dan nyeri Desakan pada Hidrocepalus


kepala jaringan otak

Gg mekanisme Desakan pd Desakan pd otak &


persyarafan di medulla selaput meningen
medulla oblongata
oblongata

Vasokonstraksi
Nausea, fomitus
pembuluh darah
otak
Anoreksia

Gg aliran darah
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
ke otak
kebutuhan tubuh

Tumbuh kembang Penurunan fungsi Hipoksia


anak terganggu neurologis
cerebral

Keterlambatan Resiko
pertumbuhan & ketidakefektifan
perkembangan perfusi jaringan otak
F. PENATALAKSANAAN
1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan
tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang
menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi,
yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
a. Drainase ventrikule-peritoneal
b. Drainase Lombo-Peritoneal
c. Drainase ventrikulo-Pleural
d. Drainase ventrikule-Uretrostomi
e. Drainase ke dalam anterium mastoid
f. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter
yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan
serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik namun,
kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai terjadinya
infeksi sekunder dan sepsis.
4. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis
lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan dilakukan
pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang pintasan dipasang. Disusul
kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang
pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang
ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari luar.
5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon
yang awet, lentur, tidak mudah putus.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat
b. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
c. Riwayat Penyakit dahulu
1) Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
2) Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
3) Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
d. Riwayat penyakit keluarga

Pengkajian persistem
1) PERNAPASAN : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
2) KARDIOVASKULER : Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi
3) PERSARAFAN : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan mengkilat,
pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer,
strabismus ( juling ), tidak dapat melihat keatas “ sunset eyes ”, kejang
4) PERKEMIHAN : Oliguria
5) PENCERNAAN : Mual, muntah, malas makan
6) EKSTREMITAS : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas
Observasi tanda – tanda vital
1) Peningkatan systole tekanan darah
2) Penurunan nadi / bradikardia
3) Peningkatan frekuensi pernapasan

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d gangguan pertumbuhan fisik
(hidrocepalus)
2) Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intracranial
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnose Keperawatan NOC NIC
Keterlambatan  Growth and Peningkatan
pertumbuhan dan Development, Delayed perkembangan anak dan
perkembangan  Nutrition Imbalance remaja
Definisi : Penyimpangan / Less Than Body
kelainan dan aturan  Requirements :  Kaji faktor penyebab
kelompok usia gangguan
perkembangan anak
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil :  Indentifikasi dan
gunakan sumber
 Gangguan  Anak berfungsi pendidikan untuk
pertumbuhan fisik optimal sesuai memfasilitasi
 Penurunan waktu tingkatannya perkembangan anak
respon  Keluarga dan anak yang optimal
 Terlambat dalam mampu menggunakan  Berikan perawatan
melakukan koping terhadap yang konsisten
keterampilan umum tantangan karena  Tingkatkan komunikasi
kelompok usia adanya verbal dan stimulsi
 Kesulitan dalam ketidakmampuan taktil
melakukan  Keluarga mampu  Berikan instruksi
keterampilan umum mendapatkan sumber- berulang dan sederhana
kelompok usia sumber sarana  Berikan reinforcement
 Afek datar komunitas positif atas hasil yang
 Ketidakmapuan  Kematangan fisik : dicapai anak
melakukan aktivitas wanita : perubahan  Dorong anak
perawatan diri yang fisik normal pada melakukan perawatan
sesuai dengan usia wanita yang terjadi sendiri
 Ketidakmampuan dengan transisi dan  Manajemen perilaku
aktivitas pengendalian masa kanak-kanak ke anak yang sulit
dan perawatan diri dewasa  Dorong anak
yang sesuai dengan  Kematangan fisik : pria melakukan sosialisasi
usianya perubahan fisik normal dengan kelompok
 Lesu/tidak bersemangat pada wanita yang  Ciptakan lingkungan
terjadi dengan transisi yang aman
dari masa kanak-kanak
Faktor Yang Berhubungan ke dewasa Nutritional Management :
:  Status nutrisi seimbang
 Berat badan  Kaji keadekuatan
 Efek ketunadayaan asupan nutrisi
fisik (misainya kalori, zat
 Defisiensi lingkungan gizi)
 Pengasuhan yang tidak  Tentukan makanan
adekuat yang disukai anak
 Reponsivitas yang  Pantau kecenderungan
tidak konsisten kenaikan dan
 Pengabaian penurunan berat badan
 Pengasuh ganda
 Ketergantungan yang Nutrition Theraphy :
terprogram
 Perpisahan dari orang  MenyeIesaikn penilaian
yang dianggap penting gizi, sesuai
 Defisiensi stimulasi  Memantau makanan /
cairan tertelan dan
menghitung asupan
kalori harian, sesuai
 Memantau kesesuaian
perintah diet untuk
memenuhi kebutuhan
gizi sehari-hari, sesuai
 Kolaborasi dengan ahli
gizi, jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang
dibutuhkan
 untuk memenuhi
persyaratan gizi yang
sesuai
 Pilih suplemen gizi,
sesuai
 Dorong pasien untuk
memilih makanan
semisoft, jika
kurangnya air liur
menghalangi menelan
 Mendorong asupan
makanan tinggi
kalsium, sesuai
 Mendorong asupan
makanan dancairan
tinggi kalium, yang
sesuai
 Pastikan bahwa diet
termasuk makanan
tinggi kandungan serat
untuk mencegah
konstipasi
 Memberikan pasien
dengan tinggi protein,
tinggi kalori, makanan
dan minuman bergizi
jari yang dapat mudah
dikonsumsi, sesuai
.Administer menyusui
enterai, sesuai

Nyeri akut  Pain Level, Pain Management


Definisi : Pengalaman  Pain control
sensori dan emosional yang  Comfort level  Lakukan pengkajian
tidak menyenangkan yang nyeri secara
muncul akibat kerusakan komprehensif termasuk
jaringan yang aktual atau Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik,
potensial atau digambarkan durasi frekuensi,
dalam hal kerusakan  Mampu mengontrol kualitas dan faktor
sedemikian rupa nyeri (tahu penyebab presipitasi
(International Association nyeri, mampu  Observasi reaksi
for the study of Pain): awitan menggunakan tehnik nonverbal dan
yang tiba-tiba atau lambat nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
dan intensitas ringan hingga mengurangi nyeri,  Gunakan teknik
berat dengan akhir yang mencari bantuan) komunikasi terapeutik
dapat diantisipasi atau  Melaporkan bahwa untuk mengetahui
diprediksi dan berlangsung nyeri berkurang pengalaman nyeri
<6 bulan. dengan menggunakan pasien
manajemen nyeri  Kaji kultur yang
Batasan Karakteristik :  Mampu mengenali mempengaruhi respon
nyeri (skala, intensitas, nyeri
 Perubahan selera frekuensi dan tanda  Evaluasi pengalaman
makan nyeri) nyeri masa lampau
 Perubahan tekanan  Menyatakan rasa  Evaluasi bersama
darah nyaman setelah nyeri pasien dan tim
 Perubahan frekwensi berkurang kesehatan lain tentang
jantung ketidakefektifan
 Perubahan frekwensi kontrol nyeri masa
pernapasan Iampau
 Laporan isyarat  Bantu pasierl dan
 Diaforesis keluarga untuk mencari
 Perilaku distraksi dan menemukan
(mis,berjaIan mondar- dukungan
mandir mencari orang  Kontrol lingkungan
lain dan atau aktivitas yang dapat
lain, aktivitas yang mempengaruhi nyeri
berulang) seperti suhu ruangan,
 Mengekspresikan pencahayaan dan
perilaku (mis, gelisah, kebisingan
merengek, menangis)  Kurangi faktor
 Masker wajah (mis, presipitasi nyeri
mata kurang bercahaya,  Pilih dan lakukan
tampak kacau, gerakan penanganan nyeri
mata berpencar atau (farmakologi, non
tetap pada satu fokus farmakologi dan inter
meringis) personal)
 Sikap melindungi area  Kaji tipe dan sumber
nyeri nyeri untuk
 Fokus menyempit (mis, menentukan intervensi
gangguan persepsi  Ajarkan tentang teknik
nyeri, hambatan proses non farmakologi
berfikir, penurunan  Berikan anaIgetik
interaksi dengan orang untuk mengurangi
dan lingkungan) nyeri
 Indikasi nyeri yang  Evaluasi keefektifan
dapat diamati kontrol nyeri
 Perubahan posisi untuk  Tingkatkan istirahat
menghindari nyeri  Kolaborasikan dengan
 Sikap tubuh dokter jika ada keluhan
melindungi dan tindakan nyeri
 Dilatasi pupil tidak berhasil
 Melaporkan nyeri  Monitor penerimaan
secara verbal pasien tentang
 Gangguan tidur manajemen nyeri

Analgesic Administration
Faktor Yang Berhubungan
:  Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
 Agen cedera (mis, dan derajat nyeri
biologis, zat kimia, sebelum pemberian
fisik, psikologis) obat
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala

Ketidakseimbangan nutrisi Nutritional Status : food Nutrition Management


and Fluid Intake  Kaji adanya alergi
kurang dari kebutuhan
makanan
tubuh Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan
Definisi : Intake nutrisi tidak ahli gizi untuk
 Adanya peningkatan menentukan jumlah
cukup untuk keperluan berat badan sesuai kalori dan nutrisi
metabolisme tubuh. dengan tujuan yang dibutuhkan
 Berat badan ideal pasien.
sesuai dengan tinggi  Anjurkan pasien
 Batasan karakteristik badan untuk meningkatkan
:  Mampu intake Fe
– Berat badan 20 % mengidentifikasi  Anjurkan pasien
atau lebih di bawah kebutuhan nutrisi untuk meningkatkan
ideal  Tidak ada tanda protein dan vitamin
– Dilaporkan tanda malnutrisi C
adanya intake  Tidak terjadi  Berikan substansi
makanan yang penurunan berat gula
kurang dari RDA badan yang berarti  Yakinkan diet yang
(Recomended Daily dimakan
Allowance) mengandung tinggi
– Membran serat untuk
mukosa dan mencegah konstipasi
konjungtiva pucat  Berikan makanan
– Kelemahan otot yang terpilih ( sudah
yang digunakan dikonsultasikan
untuk dengan ahli gizi)
menelan/mengunyah  Ajarkan pasien
– Luka, inflamasi bagaimana membuat
pada rongga mulut catatan makanan
– Mudah merasa harian.
kenyang, sesaat  Monitor jumlah
setelah mengunyah nutrisi dan
makanan kandungan kalori
– Dilaporkan atau
 Berikan informasi
fakta adanya tentang kebutuhan
kekurangan makanan nutrisi
– Dilaporkan
 Kaji kemampuan
adanya perubahan
pasien untuk
sensasi rasa
mendapatkan nutrisi
– Perasaan
yang dibutuhkan
ketidakmampuan
untuk mengunyah
 Nutrition Monitoring
makanan
– Miskonsepsi  BB pasien dalam
– Kehilangan BB batas normal
dengan makanan  Monitor adanya
cukup penurunan berat
– Keengganan badan
untuk makan  Monitor tipe dan
– Kram pada jumlah aktivitas
abdomen yang biasa dilakukan
– Tonus otot jelek  Monitor interaksi
– Nyeri abdominal anak atau orangtua
dengan atau tanpa selama makan
patologi  Monitor
– Kurang berminat lingkungan selama
terhadap makanan makan
– Pembuluh darah  Jadwalkan
kapiler mulai rapuh pengobatan dan
– Diare dan atau tindakan tidak
steatorrhea selama jam makan
– Kehilangan  Monitor kulit
rambut yang cukup kering dan
banyak (rontok) perubahan
– Suara usus pigmentasi
hiperaktif  Monitor turgor
– Kurangnya kulit
informasi,  Monitor
misinformasi kekeringan, rambut
 Faktor-faktor yang kusam, dan mudah
berhubungan : patah
Ketidakmampuan  Monitor mual dan
pemasukan atau muntah
mencerna makanan  Monitor kadar
atau mengabsorpsi albumin, total
zat-zat gizi protein, Hb, dan
berhubungan dengan kadar Ht
faktor biologis,  Monitor makanan
psikologis atau kesukaan
ekonomi.
 Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan
intake nuntrisi
 Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

A.

You might also like