You are on page 1of 27

KONSEP PENDIDIKAN SEKSUAL (TARBIYAH JINSIYAH)

DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN DAN SUNNAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Tafsir Hadits Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, MS

Disusun oleh:
Retno Lelyani Dewi
152107171492

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS IBNU KHALDUN BOGOR
2016 /1437 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kasus kekerasan seksual terhadap anak kian marak di Tanah Air. Seakan tak pernah habis,
saban hari kasus serupa hadir di media, baik di media cetak, elektronik maupun media sosial. Tak
pelak, kondisi itu memantik keresahan dan kecemasan bagi banyak pihak, terutama di kalangan
orang tua. Darurat kekerasan seksual di Indonesia pun didengungkan.
Pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Yy, 14 tahun, warga Rejang Lebong, Bengkulu,
oleh 14 pelaku yang sebagian masih di bawah umur, merupakan salah satu kasus yang membetot
perhatian. Begitu besarnya perhatian publik, kasus itu sampai memunculkan meme: Saya Bersama
Yuyun #NyalaUntukYuyun. Nahas yang menimpa Yy terjadi pada awal April, dan menjadi topik
hangat hingga beberapa pekan kemudian. Tak hanya dari kalangan orang biasa, kasus tersebut
memicu reaksi keras dari Presiden Jokowi. Presiden menanggapi serius kejahatan seksual terhadap
anak, seperti kasus pembunuhan Yuyun di Bengkulu. Tempo.co menulis dengan judul: Presiden
Jokowi: Hukuman Kejahatan Seksual Harus Luar Biasa¹
Menurut penulis, kasus kekerasan seksual dengan pelaku banyak orang dan berujung pada
kematian korban merupakan hal yang sangat memprihatinkan. Ada dua hal yang membuat miris,
pertama jumlah dan usia pelaku. Jumlah pelaku 14 orang dengan usia beberapa diantaranya masih
di bawah 18 tahun. Yang kedua, akhir bagi korban berupa kematian, merupakan hal membuat
setiap orang merasa marah dan tersulut.
Air mata dan kepedihan untuk Yy belum lagi kering, kabar yang membuat hati orang tua
teriris bertiup dari Surabaya, Jawa Timur. Headline Radar Bogor, Sabtu, 14 Mei 2016 “Geng
Bocah SD Cabuli Siswi SMP.” Kasus kekerasan seksual seksual yang terjadi di Kota Pahlawan ini
membuat miris karena semua pelaku dan korban masih di bawah umur. Tercatat, tiga orang pelaku
duduk di bangku SD, dan lima pelaku lainnya masih duduk di bangku SMP. Sedangkan korban
berusia 13 tahun dan masih duduk di kelas 7.²

___________________________________
https://m.tempo.co/read/news/2016, 10 Mei 2016
² Radar Bogor, hal 1, 16 Mei 2016
Kasus ini menurut penulis perlu ditelusuri lebih lanjut dan dicarikan alternatif treatmen yang
tepat untuk korban. Bisa bayangkan bagaimana nantinya masa depan korban, seorang remaja putri
yang baru berusia 13 tahun dan sudah yang dicabuli oleh sekelompok anak-anak. Diantara pelaku
tersebut 3 orang masih berusia SD. Bahkan laporan bahwa korban kemudian menjadi kecanduan,
menimbulkan rasa prihatin yang mendalam untuk kasus ini.
Hanya berselang tiga hari, pada 17 Mei 2016, kasus kekerasan seksual yang melibatkan
pelaku di bawah umur kembali terjadi. Perkosaan melibatkan seorang pelajar SMP dengan korban
bocah perempuan berumur 5 tahun, Kasus ini terjadi di Desa Purwasari, Kecamatan Leuwiliang.
Topik ini terdapat dalam tulisan berjudul “Terjadi Lagi, Kecamatan Leuwiliang Geger! Gadis
Lima Tahun Digagahi Siswa SMP”. ³
Menurut penulis, kekerasan seksual dengan korban anak usia 5 tahun memberi catatan merah
untuk raport kekerasan seksual di Indonesia. Kasus lain mungkin tidak tercover oleh media dan
hilang begitu saja. Namun hal ini menjadi perhatian penting mengingat usia korban masih sangat
belia.
Data kekerasan seksual pada tahun 2015, seperti dilansir Komnas Perempuan Indonesia
dalam Catatan Tahunan Tahun 2016, menunjukkan kekerasan seksual menempati peringkat ketiga.
Data tahun 2015, kekerasan seksual naik di peringkat kedua. Bentuk kekerasan seksual tertinggi
adalah perkosaan 72% atau 2.399 kasus, pencabulan 18% atau 601 kasus, dan pelecehan seksual
5% atau 166 kasus. Sebanyak 5.002 kasus (31%) terjadi di ranah komunitas. Pada tahun 2015 sama
seperti tahun 2014, kekerasan tertinggi adalah kekerasan seksual (61%). Jenis kekerasan seksual
di komunitas tertinggi adalah: perkosaan (1.657 kasus), lalu pencabulan (1.064 kasus), pelecehan
seksual (268 kasus), kekerasan seksual lain (130 kasus), melarikan anak perempuan (49 kasus),
dan percobaan perkosaan (6 kasus). 4
Banyak kalangan menyatakan bahwa kehadiran Internet ikut andil dalam maraknya kasus
kekerasan seksual. Dengan Internet di tangan, maka semua informasi bisa didapatkan. Tak hanya
yang bernilai positif, informasi yang negatif pun berseliweran. Salah satunya adalah konten berupa
___________________________________
³ http://bogordaily.net/2016/05/17, 17 Juni 2016
4. www.komnasperempuan.go.id, 22 Mei 2016
pornografi, baik tulisan, foto dan gambar, maupun film/video. Pada tahun 2000, Mark B.
Kastleman melalui bukunya The Drug of the Millenium, sudah menuliskan masalah ini. Dia
menyatakan bahwa pornografi di Internet menjadi pemicu meningkatnya angka perzinahan, seks
remaja dan kejahatan seksual. Pornografi memicu pelecehan seksual, incest dan perkosaan. 5
Untuk mencegah dan meredam kasus kekerasan seksual yang kian meningkat, selain
memperberat hukuman bagi pelaku, pentingnya pendidikan seksual bagi anak kembali nyaring
disuarakan. Pendidikan seksual di negara-negara sekuler lebih menitik beratkan pada perilaku seks
yang aman dan sehat, tidak melarang anak-anak menghindari seks bebas atau perzinahan. Salah
satu organisasi pendidikan seks komprehensif di Amerika -Sex Information and Education
Council of the United States (SIECUS) misalnya, memberi panduan pada orang tua untuk anak
kategori 5-8 tahun antara lain:
 Kebanyakan pria dan wanita adalah heteroseksual, yang berarti mereka akan
tertarik dan jatuh cinta dengan seorang dari jenis kelamin yang berbeda.
 Sebagian pria dan wanita adalah homoseksual yang berarti mereka akan tertarik
dan jatiuh cinta dengan seseorang dari gender yang sama
 Homoseksual dikenal sebagai pria homo dan wanita lesbian.
Bayangkan, untuk anak usia 5-8 tahun sudah dikenalkan konsep hubungan gay dan lesbi. 6
Pendidikan seksual di Barat didasarkan filosofis/worldview-nya yang mendidik manusia
untuk melepaskan diri dari berbagai ikatan dengan tujuan ‘menghormati’ kemauan diri sebagai
bentuk kebebasan atau asasi manusia. Maka konsep pendidikan seksual Barat seperti tersebut di
atas tentu tidak pas menurut Islam. Islam sudah memberikan rambu-rambu yang jelas berkaitan
dengan masalah itu. Dalam Islam, pendidikan seksual merupakan bagian dari pendidikan akhlak,
buah dari aqidah yang kuat.
Dari penjelasan al Qur’an, as sunnah dan berbagai kitab fiqh, didapati bahwa pendidikan
seksual dalam Islam lengkap, tidak hanya terbatas pada masa baliqh. Artinya tantangan kita
menghadapi permasalahan yang penulis bahas di atas akan dapat dijawab Islam secara lugas dan
tepat. Islam memiliki konsep pendidikan seksual yang paripurna bahkan sejak masa kanak-kanak.
___________________________________
5. Mark B. Kastleman, The Drug of the New Millenium, Yayasan Kita dan Buah hati 2015, hal XX
6. David L. Scherrer & Linda M. Klepacki, Bicara Tentang Seks dengan Anak Anda, BIP 2006, hal 70
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan seksual dalam Al Qur’an ?
2. Bagaimanakah pengembangan pendidikan seksual dalam proses pendidikan Islam ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan bagaimana pendidikan seksual yang sesuai al Qur’an yang tepat, sehingga
dapat menjawab tantangan zaman
2. Untuk menjelaskan bagaimana implementasinya dalam proses pendidikan Islam?
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PENDIDIKAN SEKSUAL


1. Menurut Etimologi
Pendidikan menurut KBBI adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;
proses, cara, perbuatan mendidik. Seks menurut KBBI adalah jenis kelamin; hal yang
berhubungan dengan alat kelamin, seperti sanggama; berahi. Pendidikan seks menurut KBBI
adalah pendidikan yang bertujuan memberi pengetahuan tentang seks, fungsi biologis kelamin,
kehamilan, dan sebagainya. 7
Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas dalam bukunya "The Concept of Education
Islam" mengatakan bahwa pendidikan adalah "Education is a process of instilling something
into human beings". Artinya pendidikan menurut al-Attas adalah proses mengajarkan sesuatu
dengan sungguh-sungguh kepada peserta didik. 8
Menurut penulis mengajarkan dengan sungguh-sungguh di sini sangat penting. Ada niat
dan keterikatan hati antara materi/ilmu yang ingin disampaikan atau diajarkan dan juga
keterikatan hati dengan mad’u atau anak didik yang akan diajarkan.
Sedangkan dalam bahasa Arab, seks sering disebut al-jins, atau al-ittis’a, al-jinsi.
Pendidikan seksual berarti al-tarbiyyah al-jinsiyyah. 9
2. Menurut Terminologi
Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam buku Tarbiyatul Aulad, mendefinisikan
pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah
seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan
seks, naluri, dan perkawinan. Sehingga, jika anak telah tumbuh menjadi seorang pemuda dan dapat
memahami urusan-urusan kehidupan, ia telah mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan
dihalalkan. Bahkan mampu menerapkan tingkah laku islami sebagai akhlak, kebiasaan, dan tidak
____________________________________
7 Kamus Besar Bahasa Indonesia online
8. www.mef-ca.org/files/attas-text-final.pdf,
9. Adib Bisri dan Munawwir A. Fattah, Kamus Indonesia-Arab Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif,
Cetakan I, 1999), hal. 316.
akan mengikuti syahwat dan cara-cara hedonism. 10
Dari definisi Nashih Ulawan tersebut, dapat diketahui bahwa esensi pendidikan seksual
adalah upaya pengajaran (transfer pengetahuan dan nilai) pada anak tentang fisiologi dan fungsi
fisik terkait dengan jenis kelamin (sex) laki-laki dan perempuan. Pengetahuan yang dimiliki
tersebut diharapkan dapat membuat anak tumbuh menjadi remaja yang mengetahui mana yang
halal mana yang haram terkait dengan masalah seksualnya. Pada akhirnya, diharapkan dirinya
mampu menerapkan perilaku islami sebagai akhlaq kesehariannya dan menutup segala hal yang
berkait dengan hubungan seksual yang abnormal /terlarang.
Profesor Gawshi ( dalam Yousef Madani) menyebutkan pendidikan seksual adalah untuk
memberikan pengetahuan yang benar kepada anak yang menyiapkannya untuk beradaptasi secara
baik dengan sikap-sikap seksual di masa depan kehidupannya; dan pemberian pengetahuan ini
menyebabkan anak memperoleh kecenderungan logis yang benar terhadap masalah-masalah
seksual dan reproduksi. 11
Berkaitan dengan penggunaan istilah seks dan seksual, tarbiyah jinsiyah diterjemahkan
penulis lebih merujuk pada istilah pendidikan seksual, menurut pendapat Profesor Gawshi. Hal
ini disebabkan istilah seks lebih dimaknai sebagai dorongan/perilaku hubungan seks. Sementara
seksual lebih luas, berhubungan dengan masalah seksual dan reproduksi.
3. Pendidikan seksual dalam Perspektif Islam
Omar Mohammad Al Toumy Al Syabany dalam bukunya tentang falsafah pendidikan
Islam, manusia memiliki dorongan untuk mencari minuman, makan, pakaian, perlindungan, seks,
keibuan, kebapakan, dan kecenderungan untuk menguasai demi kelangsungan hidup,
kecedenderungan untuk istirahat, tidur dan berpindah. 12
Islam membicarakan seks sebagai bagian dari persoalan aqidah, akhlak, menjauhi
kemungkaran dan tidak mendatangkan kemudharatan terhadap orang lain. Allah SWT
menggambarkan institusi perkawinan sebagai sebuah institusi yang suci yang mampu memberikan
ketenangan dan kasih sayang sebagaimana dituliskan dalam Al Qur’an surat Ar-Rum (30): 21 :

______________________________________
10.. Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad, Jakarta: Penerbit Asy Syifa, Cetakan kedua 1990, hal. 572
11. Prof.Yousef Madani, Pendidikan Seks Usia Dini Bagi Nak Muslim, Zahra Publishing House, Cetakan 1 2014, halaman 122
12. Omar Mohammad Al Toumy Al Syabany, Falsafah Pendidikan Islam, Bulan Bintang, hal. 142
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar -benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

Pakar pendidikan Islam Abdullah Nashih Ulwan, membagi tahapan pendidikan seksual
menjadi:
1. Masa tamyiz atau masa pra pubertas (usia 7-10 tahun). Pada masa ini anak diberi
pelajaran etika meminta izin dan memandang sesuatu.
2. Masa murohaqoh atau masa peralihan atau pubertas ( usia 10-14 tahun) pada masa
ini anak dijauhkan dari berbagai rangsang seksual.
3. Masa baligh atau masa adolescence ( 14-16 tahun). Jika anak sudah siap untuk
menikah, maka pada masa ini anak akan diberi pelajaran etika (adab) mengadakan
hubungan seksual. 12
Sedangkan tahap pendidikan Islam berkait dengan pendidikan seksual, disampaikan
Abdullah Nashih Ulawan dan Hassan Hathout, sebagai berikut: 13
1. Adab meminta ijin
Perlunya pembiasaan anak untuk meminta ijin ketika orang tua ( suami dan istri) berada
dalam situasi yang tidak ingin ada seorangpun yang melihat termasuk anak-anak kecil. 14

_____________________________________________
13. Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad, Penerbit Asy Syifa, Cetakan kedua 1990, hal. 573
14. Abdullah Nashih Ulwan dan Hassan Hathaout, Pendidikan Anak Menurut Islam Pendidikan Seks, Remaja Rosdakarya Bandung, etakan
pertama 1992, hal. 2
QS An Nur (24): 58-59:

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu
miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali
(dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar) mu di
tengah hari dan sesudah shalat Isya. (Itulah) tiga `aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan
tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu
(ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi
kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, maka hendaklah mereka meminta
izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini mencakup masalah permintaan izin kepada karib
kerabat, sebagian mereka atas sebagian yang lainnya. Pada awal surah telah disebutkan tata cara
meminta izin kepada ajaanih [bukan karib kerabat], sebagian mereka atas sebagian yang lainnya.
Allah memerintahkan kepada kaum Mukminin agar para pelayan yang mereka miliki dan anak-
anak yang belum baligh meminta izin kepada mereka pada tiga waktu:
1.Pertama, sebelum shalat shubuh, karena biasanya orang-orang pada waktu itu sedang
nyenyak tidur di pembaringan mereka.
2. Kedua, wa hiina tadla’uuna tsiyaabakum minadh-dhaHiirati (“ketika kamu
menanggalkan pakaian [luar]mu di tengah hari.”) yaitu pada waktu siang hari, karena pada
waktu itu orang-orang melepas pakaian mereka untuk bersantai bersama keluarga.
3. Ketiga, wa mim ba’di shalaatil ‘isyaa-i (“sesudah shalat ‘isya’”) karena pada waktu itu
adalah waktunya tidur, pelayan dan anak-anak diperintahkan agar tidak masuk menemui
ahli bait pada waktu-waktu tersebut, karena dikhawatirkan seseorang sedang bersama
istrinya atau sedang melakukan hal-hal yang bersifat pribadi.
Oleh sebab itu Allah berfirman: tsalaastu ‘auraatil lakum laisa ‘alaikum wa laa ‘alaihHim
junaahum ba’daHunn (“[Itulah] tiga aurat bagimu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak [pula] atas
mereka selain dari [tiga waktu] itu.”) yakni jika mereka masuk pada waktu di luar tiga waktu
tersebut, dan tidak ada dosa atas kamu bila membuka kesempatan untuk mereka [masuk] dan tiada
dosa atas mereka bila melihat sesuatu di luar tiga waktu tersebut. 15
Demikian pula dikatakan oleh Sa’id bin Jubair, berkaitan dengan firman Allah: kamas
ta’dzanal ladzinna min qabliHim (“Seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin”)
yakni seperti halnya orang-orang dewasa dari putera seseorang atau dari kalangan karib kerabatnya
wajib meminta izin. 16
Selain itu orang tuanya diwajibkan mendidik anaknya menjunjung tinggi kehormatan orang
tuanya. Jika anak diberikan aturan seperti di atas, anak akan menghargai waktu yang
berhubungan dengan aurat orang tuanya. Lebih jauh, anak juga akan menghargai aurat orang
lain. Implikasinya, anak akan belajar bahwa waktu tersebut, kurang layak bertamu atau
berkunjung ke rumah orang lain.
2. Adab memandang
1. Adab memandang muhrim
Ada muhrim karena pertalian keturunan (7 orang), pertalian perkawinan (4 orang) dan
karena persusuan. sebagaimana firman Allah dalam Qs An Nisa (4) : 23
_______________________________
15. https://alquranmulia.wordpress.com/2014/04/04/tafsir-ibnu-katsir-surah-an-nuur-28
16. https://alquranmulia.wordpress.com/2014/04/04/tafsir-ibnu-katsir-surah-an-nuur-58-59, 23 Mei 2016
Artinya : Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan;
saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan;
saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu
yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-
ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu (mertua);
anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi
jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak
berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu
(menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,
kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang,
Tafsir Ibnu Katsir menerangkan ayat ini berkait haramnya mahram berdasarkan
nasab (keturunan) dan hal-hal yang mengikutinya berupa persusuan dan kemertuaan.
hurrimat ‘alaikum ummaHaatukum wa banaatukum wa akhawaatukum (“Diharamkan
atasmu [mengawini] ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang
perempuan.”) Abu Sa’id bin Yahya bin Sa’id telah mengabarkan kepada kami dari Ibnu
`Abbas, ia berkata: “Yang diharamkan karena nasab ada tujuh dan karena kemertuaan ada
tujuh, kemudian ia membaca: hurrimat ‘alaikum ummaHaatukum wa banaatukum wa
akhawaatukum wa ‘ammaatukum wa khaalaatukum wa banaatul akhi wa banaatul ukhti
(“Di-haramkan atasmu [mengawini] ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-
saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara
ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudaramuyang laki-laki; anak-anak
perempuan dari saudaramu yang perempuan,”) merekalah [mahram dari] nasab. 17

2. Adab memandang wanita yang dilamar


Syariat Islam membolehkan laki-laki pelamar untuk memandang wanita yang sedang
dilamarnya. Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Muslim bersabda:
َ َ‫ أَن‬: ً ‫ي قَا َل ِل َر ُج ٍل ت َزَ َّو َج ا ِْم َرأَة‬
ُ ‫ اِ ْذهَبْ فَا ْن‬: ‫ قَا َل‬. ‫ ال‬: ‫ظ ْرتَ إِلَ ْي َها ؟ قَا َل‬
‫ظ ْر إِلَ ْي َها‬ َّ ‫َع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ أ َ َّن اَلنَّ ِب‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu bahwa Nabi SAW bertanya kepada seseorang yang
hendak menikahi wanita,"Apakah kamu sudah pernah melihatnya?". "Belum", jawabnya.
Nabi SAW bersabda,"Pergilah melihatnya dahulu". (HR. Muslim).18
Hadits tersebut dinilai shahih oleh Al-Hakim yang bersumber dari hadits Jabir
Radhiyallahu ‘anhu, Imam Ahmad, At-Turmudzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah telah
meriwayatkan dari sumber Al-Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu ‘anhu. 19.

_______________________________
17. https://alquranmulia.wordpress.com/2014/04/04/tafsir-ibnu-katsir-surah-an-nuur-58-59, 27 Mei 2016
18. http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-nur-ayat-31.html, 27 Mei 2016
19. https://almanhaj.or.id/462-melihat-perempuan-yang-dilamar.html, 27 Mei 2016
3. Adab memandang istri: QS An Nur (24) :31

Artinya:
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-
putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara
laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam,
atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung.

Al Qurthubiy berkata, “Tingkatan para mahram berbeda-beda satu sama lain ditinjau dari segi
pribadi secara manusiawi. Tidak diragukan lagi, keterbukaan seorang wanita di hadapan bapak dan
saudara laki-lakinya lebih terjamin atau terpelihara daripada keterbukaannya di hadapan anak
suami (anak tiri). Karena itu batas aurat yang boleh terbuka di hadapan masing-masing mahram
berbeda-beda pula.”Ada yang berpendapat bahwa mahram boleh melihat anggota-anggota tubuh
wanita yang biasa tampak seperti anggota tubuh yang dibasuh ketika berwudhu’.Madzhab Maliki
berpendapat bahwa aurat wanita di hadapan laki-laki mahram adalah sekujur tubuhnya kecuali
muka dan ujung-ujung anggota tubuh seperti kepala, kuduk, dua tangan dan dua kaki. Adapun
madzhab Hanbali, mereka berpendapat bahwa aurat wanita di hadapan laki-laki mahram adalah
sekujur tubuhnya kecuali muka, kuduk, kepala, dua tangan, kaki dan betis. 20

4. Adab memandang lawan jenis


Dalam Al Quran surat An Nur (24) : 30 Allah ‘Azza wa Jalla menjelaskan bagaimana
adab laki-laki muslim kepada lawan jenisnya:

Artinya
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".

Selain ayat tersebut, ayat berikutnya, yaitu QS An Nur (24) : 31 memberikan gambaran untuk
para wanita muslimah bagaimana memandang lawan jenis:

__________________________________________
20. http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-nur-ayat-23-31.html, 23 Mei 2016
Artinya:
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-
saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak
yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini merupakan perintah Allah kepada hamba-hambaNya
yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan agar menahan pandangan dari perkara-perkara
yang haram dilihat. 21
Muslim dalam shahihnya dari Abu Zur’ah bin Amr bin Jarir dari kakeknya, yakni Jarir bin
‘Abdillah Al bajali ra, ia berkata,” Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang pandangan
spontan. Beliau memerintahkanku agar segera memalingkan pandangan.” 22

5. Adab memandang sesama jenis


Sesama laki-laki, tidak dibolehkan memandang lelaki lainnya antara pusar sampai
lutut. Wanita dilarang memandang bagian tubuh wanita lainnya antara pusar sampai lutut. 23

6. Adab memandang aurat anak kecil


Para fuqaha’ mengatakan bahwa anak kecil, baik laki-laki maupun perempuan tidak
mempunyai aurat jika masih berusia 4 tahun ke bawah. Jika lebih dari 4 tahun, auratnya adalah
kemaluan, dubur dan sekitarnya. Tapi jika telah mencapai batas syahwat, maka auratnya adalah
seperti orang dewasa. Jika membiasakan anak kecil untuk menutup aurat, maka itu lebih utama. 24
7. Kondisi Terpaksa sehingga boleh memandang
Abdullah Nashih Ulwan menyebutkan beberapa kondisi yang memungkinkan dibolehkan
memandang lawan jenis:
1. Dengan tujuan melamar
2. Mengajar dengan tujuan pengajaran dan pendidikan
3. Dengan tujuan pengobatan
4. Untuk tujuan mengadili dan meminta persaksian 25

Selain pendapat tersebut di atas, Akhmad Alim berpandangan bahwa prinsip dasar
pendidikan seks sesuai Qs An Nur : 30-31, mencakup 3 program, yaitu :
1. Menahan pandangan (ghaddul bashar)
2. Menjaga kemaluan (hifdzul furuj)
3. Meninggalkan gaya bersolek gaya jahiliyah (tarku tabarruj al jahiliyyah) 26
________________________________________
21. http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-nur-ayat-31.html
22. https://pacaranislamikenapa.wordpress.com/2007/09/23/terjemahan-tafsir-ibnu-katsir-al-quran-juz-18-surat-an-nuur-30/ 23 Mei, 2016
23. http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-nur-ayat-31.html
24. Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad, Penerbit Asy Syifa, Cetakan kedua 1990, hal. 587-591
25. Ibid, hal. 598-602
26 Akhmad Alim, Jurnal Ta’dib, Volume 9, no 2, Desember 2016
B. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL DALAM PROSES PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan seksual dalam Islam memperhatikan berbagai kelompok umur. Masa kanak-
kanak adalah masa penting dalam pemberian materi dasar tentang pendidikan seksual. Sebagai
gambaran, data di P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak)
Kabupaten Bogor, cukup banyak laporan masuk yang berkaitan dengan korban kekerasan seksual
anak, termasuk yang usianya di bawah 7 tahun. Data selama tahun 2015 tercatat ada 13 kasus anak
di bawah 7 tahun dari total 61 kasus (21,3%). Kekerasan yang dialami di antaranya sodomi,
perkosaan dan pelecehan seksual. Tingkat pendidikan anak mulai dari belum sekolah, PAUD, TK
hingga SD. 27
Bahkan data P2TP2A Kabupaten Bogor per Mei 2016 ini sudah ada 17 kasus anak di
bawah usia 7 tahun. Sementara untuk kasus kekerasan seksual anak per Mei tahun 2015 hanya
ada 8 kasus. Artinya meningkat 215%, meningkat lebih dari 2 kali dari tahun sebelumnya. 28 Itu
hanya di kabupaten Bogor, bisa dibayangkan bagaimana kondisi yang ada se Indonesia sekarang.
Becermin pada kasus-kasus yang berkembang saat ini, pentahapan yang disebutkan
Abdullah Nashih Ulwan di awal pembahasan bab ini perlu dikembangkan. Sebab, merujuk fakta
dan data yang ada, saat ini banyak korban –dan, sebagian kecil pelaku—yang usianya di bawah 7
tahun. Itu berarti, pendidikan seksual yang salah satu tujuannya adalah mengenalkan anak pada
masalah seksual harus diberikan lebih dini. Misalnya, mengenalkan apa organ tubuh yang dimiliki
dan bagian tubuh mana yang harus dilindungi dan tak boleh disentuh oleh orang lain.
Pendidikan seksual harus dilakukan secara integral, di rumah sebagai sekolah utama dan
pertama dan di sekolah atau masjid sebagai tempat sekolah formal dan informal. Artinya, tugas
pengajaran utama dan pertama adalah di rumah. Orang tua seharusnya memahami kerangka utama
pendidikan seksual terutama di usia dini sebelum anak masuk ke jenjang pendidikan formal.
Pendidikan seksual pada anak usia dini merupakan tindakan preventif. Itulah sebabnya
anak mumayiz dilatih untuk meminta izin ( isti’dzan) ketika hendak masuk kamar orang dewasa
pada tiga waktu, seperti yang dibahas di atas.
Jika anak mulai bertanya tentang seksual, orang tua sebaiknya memberikan informasi yang
jelas, bagaimana Islam memandang masalah seksual. Orang tua dapat memberikan penjelasan
______________________________________

27. Data Kasus P2TP2A Kabupaten Bogor Periode Tahun 2015


28. Data Kasus P2TP2A Kabupaten Bogor Periode Tahun 2014
dengan santun, sebagaimana orang tua membahas fungsi panca indra, akal, apa gunanya dan
bagaimana tanggung jawab kita dengan amanah indra atau anggota tubuh yang diberikan Allah
pada kita. Jelaskan bagaimana kita harus menjaga mata dari melihat yang kurang pantas, dan
bagaimana Allah Yang Maha Melihat, Maha Mengetahui akan mencatat semuanya.
Dalam mengembangkan model metodologi pendidikan seksual yang tepat untuk anak,
Akhmad Alim memberikan beberapa alternatif metode yang menurut penulis dapat
diimplementasikan untuk pengajaran pendidikan seksual pada anak. Metode tersebut adalah: 29

1. Metode hikmah
Metode hikmah dapat dikembangkan menjadi metode:
a. Keteladanan
Metode keteladanan dapat digunakan untuk mengajarkan pendidikan seksual. Orang
tua dapat memberi contoh langsung bagaimana seharusnya menjaga aurat, bagaimana
etika/ adab berhubungan dengan orang lain yang bukan muhrim, bagaimana seharusnya
bersikap terhadap tayangan atau gambar yang seronok atau bermuatan pornografi dan
pornoaksi, dan sebagainya.
Anak juga menyukai kisah, jadi orang tua juga dapat membacakan kisah-kisah
keteladanan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menjaga kehormatan, menjaga
izzah dan menjaga auratnya dari berbagai ujian yang ada pada masa itu.
b. Metode praktik
Metode ini juga dapat digunakan untuk mengajarkan pada anak bagaimana menjaga
aurat secara langsung, bagaimana menjaga diri dari godaan dan ajakan yang
berkonotasi seksual.
Metode praktik juga digunakan saat anak masuk masa akil baligh. Anak laki-laki
mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menarche. Dengan
memberikan praktik bagaimana cara membersihkan darah haid atau bagaimana
mencuci pakaian dalam yang terkena najis. Medote ini juga dapat memberikan praktik
langsung bagaimana tata cara mandi hadats besar.

______________________________________
29. Akhmad Alim, Tafsir Pendidikan Islam, Jakarta: Penerbit AMP Press, 2014, hal 102-112
c. Metode perumpamaan
Metode ini dapat digunakan untuk memberikan kemudahan anak menggambarkan
secara konkret. Berkait dengan pendidikan seksual, metode ini dapat memberikan
gambaran bagaimana orang-orang yang terjaga bersih hatinya, berakhlaq baik, mampu
menghindar dari berbagai tarikan atau ajakan yang negatif sebagaimana perumpamaan
dalam QS Ibrahim 24:25.
2. Metode mau’izhah hasanah
Metode ini, terutama metode qaulan hasana dan kaulan karima dapat digunakan untuk
memberikan penguatan agar anak memahami bagaimana amanah Allah untuk menjaga
bagian tubuh agar terhindar dari zina.
3. Metode mujadalah
Metode diskusi, dialog dapat digunakan untuk mengajarkan masalah pendidikan seksual
terutama pada anak-anak yang masuk pada masa tamyiz.

Selain metode yang disebutkan di atas, orang tua dan guru PAUD juga dapat memberikan
pengantar pendidikan seksual kepada anak-anak dengan menggunakan gambar. Salah satu
contohnya sebagai berikut: 30
______________________________________________________________
30. Retno Lelyani Dewi, Makalah Mencegah Kejahatan Seksual Pada Anak, disampaikan di SDIT Harapan Umat, 2 Desember 2015
Pada pembahasan awal, penulis sepakat dengan pendapat Nashih Ulwan menyebutkan
tujuan pendidikan seksual agar anak mengetahui mana yang halal mana yang haram terkait dengan
masalah seksualnya. Pada akhirnya, diharapkan dirinya mampu menerapkan perilaku islami
sebagai akhlaq kesehariannya dan menutup segala hal yang berkait dengan hubungan seksual yang
abnormal /terlarang. Implementasi tujuan pendidikan seksual di rumah dan di sekolah adalah:
1. Memahamkan pengetahuan berkait masalah seksual dan fiqh pada anak-anak
mumayiz. Anak diberi pemahaman sesuai hukum fiqh . Misal saat anak melihat ibunya
mencuci bekas pakaian dalam yang terkena harah haid.
2. Menekankan anak untuk meminta izin (isti’dzan).
Dalam Al Qur’an surat an Nur 58-59, penegasan tiga waktu yang anak diharuskan
meminta ijin. Adab ini akan terbentuk jika anak dibiasakan dan dipahamkan sebagai
bagian dari memuliakan orang tua.
3. Menahan pandangan
Membiasakan anak menonton tayangan yang jauh dari bentuk-bentuk yang
mengandung pornoaksi dan pornografi, baik lewat televisi, handphone, majalah dan
sebagainya. Orang tua tentunya memberi contoh dengan menonton tayangan yang
berhikmah.
4. Menutup aurat.
Membiasakan anak untuk memilih dan menggunakan pakaian yang menutup aurat.
Termasuk orang tua memberi contoh dan memahamkan konsep berhias yang islami.
5. Selain itu, memisahkan tempat tidur anak laki-laki dengan perempuan merupakan
salah satu hal penting yang harus dilakukan orang tua. Pemisahan ini membantu anak
untuk mandiri, matang secara emosi dan menumbuhkan kesadaran tentang jenis
kelaminnya. Terkait pemisahan tempat tidur, Rasulullah SAW bersabda:
Perintahkan anak-anak kalian shalat pada usia 7 tahun, pukullah mereka jika
meninggalkannya pada usia 10 tahun dan pisahkan di antara mereka tempat
tidurnya. (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dihasankan oleh An Nawawi dalam
Riyadhus Shalihin dan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud). 31

___________________________________
31..http://www.parentingnabawiyah.com/index.php/konsultasi-parenting-nabawiyah/134-memisahkan-tempat-tidur-anak, 27 Mei 2016
6. Mengkondisikan, memfasilitasi agar anak mengikuti kegiatan yang islami, jauh dari
percampuran lawan jenis. Hal ini mendorong setiap anak untuk paham tugas dan
tanggung jawabnya sesuai jenis kelaminnya masing-masing.
Konsekuensinya dalam pengaturan kelas adalah memisahkan siswa laki-laki dengan
siswa perempuan. Pemisahan dilakukan sejak PAUD hingga perguruan tinggi.
7. Memfasilitasi anak pada kegiatan yang menantang elaborasi psikomotoriknya sesuai
usia, minat dan bakatnya. Sehingga dorongan dari dalam diri anak terkait masalah seks,
dapat teralirkan pada kegiatan yang positif, sesuai dengan syariat Islam 32.

8. Membiasakan anak untuk malu. Allah Azza Wa Jalla cinta pada orang-orang yang
malu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ( dalam shahîh: HR.Abû Dawud (no.
4012), an-Nasâ-i (I/200), dan Ahmad (IV/224) dari Ya’la) bersabda, 33

‫س َل أ َ َح ُدكُ ْم فَ ْليَ ْستَت ِْر‬ ِّ ِ ‫ي ِستِِّي ٌْر يُـحِ بُّ ْالـ َحيَا َء َوال‬
َ َ ‫ فَإِذَا ا ْغت‬، ‫ستْ َر‬ ٌّ ِ‫ع َّز َو َج َّل َحي‬
َ َ‫إِ َّن هللا‬.

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Pemalu, Maha Menutupi, Dia mencintai rasa
malu dan ketertutupan. Apabila salah seorang dari kalian mandi, maka hendaklah dia
menutup diri.”

9. Memahamkan bahaya kejahatan seksual, dampak buruk pergaulan bebas ala Barat.
Anak diberikan pemahaman dan berbagai contoh kasus yang terjadi mulai aborsi,
penyakit menular kelamin, HIV/AIDS hingga dampak secara psikologis : depresi,
gangguan jiwa dan sebagainya.
10. Menerapkan aturan agar tidak terjadi khalwat/ berpacaran, dan menetapkan
hukumannya.
Anak masuk usia tamyiz dapat diberikan pengertian dan konsekuensi hukuman.
Beberapa hukuman yang diberikan bisa berupa pengasingan, pengucilan dari
keluarga, termasuk pembatasan secara finansial.
11. Mempersiapkan anak untuk menikah dini
Jika kondisi remaja yang sudah baligh namun memiliki hasrat seksual yang besar,
dan ditengarai akan merusak dirinya, maka pernikahan dini dapat menjadi salah satu
alternatif.

________________________________
32. Retno Lelyani Dewi, Makalah Mencegah Kejahatan Seksual Pada Anak, disampaikan di SDIT Harapan Umat, 2 Desember 2015
33. https://almanhaj.or.id/3441-malu-adalah-akhlak-islam.html, 2 Juni 2016
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Islam mengajarkan dengan detail bagaimana pendidikan seksual pada anak. Pendidikan
seksual diberikan dengan metodologi dan tujuan agar terhindar dari perilaku seksual yang
abnormal. Al Quran membahas metodologi dan rambu-rambu bagaimana seharusnya
manusia perilaku yang tepat. Misalnya bagaimana antar lawan jenis, bagaimana dengan
sejenis, bagaimana melihat aurat anak-anak, bagaimana adab anak meminta izin masuk ke
kamar orag tua dan kapan waktunya, dan sebagainya.
2. Pendidikan seksual dalam al Quran merupakan pendidikan integral, menyeluruh karena
terkait masalah fiqih, aqidah dan akhlaq juga dalam konsteks muamalah, antar manusia.
3. Implementasi pendidikan seksual dapat dilakukan di rumah sebagai sekolah utama dan
pertama serta di sekolah atau di masjid sebagai sekolah formal dan informal.
B. Saran
1. Untuk Pemerintah.
a. Memasukkan materi pendidikan seksual yang sesuai al Qur’an dalam kurikulum
sekolah mulai tingkat PAUD, sekolah dasar hingga perguruan tingg.
b. Pemisahan kelas laki-laki dan perempuan dapat dilakukan tidak hanya di pesantren
namun juga di sekolah umum.
c. Pemerintah aktif membuat aturan/hukuman yang jelas dan tegas terkait kejahatan
seksual. Selain itu pemerintah harus aktif mensosialisasikan dan melaksanakan dengan
konsisten. Misal UU anti prnografi..
d. Pemerintah harus ikut hadir dalam mengatasi masalah abnormalitas seksual di
masyarakat.
2. Orang tua
a. Sebagai sekolah pertama, orang tua dapat membaca, memahami ekspresi dan perilaku
anak saat anak memiliki ketertarikan pada hal-hal yang menyangkut masalah seksual.
b. Pembahasan dengan santun menggunakan metodologi dan bahasa yang sesuai usia
anak dperlukan agar anak nyaman.
c. Membangun komunikasi dengan anak sehingga anak merasa tarbiyah jinsiyah dapat
ditanyakan pada orang tua bukan pada teman.
3. Untuk sekolah/guru
a. Memahami materi dan metodologi penting berkait masalah pendidikan seksual pada
anak.
b. Memahami kondisi fisik dan psikologis mad’u atau murid saat akan menyampaikan
materi pendidikan seksual
c. Menyiapkan diri untuk mendiskusikan masalah seksual jika murid terlihat ada indikasi
melakukan atau tertarik dengan masalah seksual
4. Masyarakat umum,
Warga masyarakat menyadari perlunya amar makruf nahi mungkar. Sehingga warga
masyarakat dapat menjaga lingkungan sekitar dari hal-hal negatif berkait masalah seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad, Bandung: Penerbit Asy Syifa, Cetakan kedua 1990,
Abdullah Nashih Ulwan dan Hassan Hathaout, Pendidikan Anak Menurut Islam Pendidikan
Seks, Remaja Rosdakarya Bandung, Cetakan pertama 1992
Adib Bisri dan Munawwir A. Fattah, Kamus Indonesia-Arab Arab-Indonesia , Surabaya: Pustaka
Progressif, Cetakan I, 1999
Akhmad Alim, Jurnal Ta’dib, Gontor, Volume 9, nomor 2, Desember 2016
Akhmad Alim, Tafsir Pendidikan Islam, Jakarta: AMP Press, Cetakan pertama, 2014
Al Quran digital versi 3, 2004.
David L. Scherrer & Linda M. Klepacki, Bicara Tentang Seks dengan Anak Anda, Jakarta: BIP
2006
Data Kasus P2TP2A Kabupaten Bogor Periode Tahun 2014
https://almanhaj.or.id/462-melihat-perempuan-yang-dilamar.html, 27 Mei 2016
https://almanhaj.or.id/3441-malu-adalah-akhlak-islam.html, 2 Juni 2016
https://alquranmulia.wordpress.com/2014/04/04/tafsir-ibnu-katsir-surah-an-nuur-28
http://bogordaily.net/2016/05/17, 17 Juni 2016
https://pacaranislamikenapa.wordpress.com/2007/09/23/terjemahan-tafsir-ibnu-katsir-al-quran-
juz-18-surat-an-nuur-30/ 23 Mei, 2016
http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-nur-ayat-31.html, 27 Mei 2016
http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-nur-ayat-23-31.html, 23 Mei 2016
http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-nur-ayat-31.html
http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-nur-ayat-31.html
https://m.tempo.co/read/news/2016, 10 Mei 2016
http://www.parentingnabawiyah.com/index.php/konsultasi-parenting-nabawiyah/134-
memisahkan-tempat-tidur-anak, 27 Mei 2016
Kamus Besar Bahasa Indonesia online
Mark B. Kastleman, The Drug of the New Millenium, Jakarta; Yayasan Kita dan Buah hati 2015
News.liputan6.com, 22 Mei 2016
Omar Mohammad Al Toumy Al Syabany, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta ; Bulan Bintang
Radar Bogor, hal 1, 16 Mei 2016
Retno Lelyani Dewi, Makalah Mencegah Kejahatan Seksual Pada Anak, disampaikan di SDIT
Harapan Umat, 2 Desember 2015
www.komnasperempuan.go.id, 22 Mei 2016
www.mef-ca.org/files/attas-text-final.pdf, 23 Mei 2016
Yousef Madani, Pendidikan Seks Usia Dini Bagi Anak Muslim, Jakarta : Zahra Publishing
House, Cetakan 1 2014

You might also like