Professional Documents
Culture Documents
PEDAHULUAN
1
yaitu menghindari resiko kerugian, kemudahan perencanaan, memudahkan pelaksanaan
pekerjaan, memudahkan pengawasan dan memudahkan pengendalian.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui proses pendirian industri
2. Mengetahuialur proses perizinan industri suplemen.
3. Mengetahui syarat perizinan untuk membangun industri suplemen.
4. Mengetahui perolehan biaya dan BEP pada suatu industri suplemen.
5. Mengetahui penerapan aspek pembuatan suplemen yang baik dalam industri
suplemen.
6. Mengetahuianalisis (SWOT) studi kelayakan dari industri suplemen.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.3 Standar Mutu Dan Persyaratan
Suplemen makanan harus diproduksi dengan menggunakan bahan yang memenuhi
standar mutu sesuai dengan Farmakope Indonesia, Materia Medika Indonesia atau standar
lain yang diakui.
a. Suplemen makanan wajib diproduksi dengan menggunakan Cara Pembuatan yang
Baik.
b. Cara Pembuatan yang Baik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk industri farmasi;
b. Cara Pembuatan Pangan yang Baik (CPPB) untuk industri pangan;
c. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) untuk industri obat
tradisional.
Persyaratan:
a. Bahan yang berupa vitamin, mineral, asam amino dan bahan lain yang
diizinkan digunakan dalam suplemen makanan dengan pembatasan sesuai
dengan yang ditetapkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.
b. Bahan tambahan berupa pemanis buatan yang diizinkan digunakan dalam
suplemen makanan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2.
c. Bahan tambahan lain berupa pengawet, pewarna, penyedap rasa, aroma dan
pengental yang diizinkan digunakan dalam suplemen makanan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di bidang pangan.
d. Kemanfaatan suplemen makanan harus sesuai dengan jumlah dan komposisi
bahan yang dikandungnya.
e. Bahan yang berasal dari tumbuhan / hewan / mikroorganisme non patogen
yang digunakan dalam bentuk kombinasi dengan vitamin, mineral dan asam
amino harus memiliki kesesuaian khasiat yang didukung dengan data
pembuktian.
4
pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan. Persyaratan untuk memperoleh izin industri
farmasiadalah sebagai berikut:
1. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas;
2. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
4. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi,
dan pengawasan mutu;
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Dikecualikan dari persyaratan di atas poin 1 dan 2, bagi pemohon izin industri farmasi
milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2.3 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Obat Suplemen Dari Departemen
Kesehatan.
6
k. Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP);
l. Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
m. Asli surat pernyataan ketersediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker
penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu,
apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
2. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-maing apoteker penangnggung jawab
produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, apoteker penanggung
jawab pemastian mutu.
3. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu 14
(empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima atau ditolak.
4. Jika persetujuan prinsip diterima, maka Industri Suplemen akan melaksanakan
pembangunan fisik, Industri Suplemen wajib menyampaikan laporan informasi
kemajuan pembangunan fisik setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Direktur Jenderal
dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
5. Dalam pelaksanaan penyelesaian pembangunan fisik, atas permohonan pemohon
Industri Suplemen diberikan jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang
oleh Direktur Jenderal untuk paling lama 1 (satu) tahun.
6. Persetujuan prinsip akan batal demi hukum apabila setelah jangka waktu 3 (tiga)
tahun dan/atau setelah jangka waktu 1 (satu) tahun perpanjangan Industri Suplemen
belum menyelesaikan pembangunan fisik.
Persetujuan prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diubah berdasarkan
permohonan dari pemohon izin Industri Suplemen yang bersangkutan.
7
Contoh Surat Permohonan Persetujuan Prinsip
Nomor :
Yang Terhormat, Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia
Di
JAKARTA
8
2.6 Permohonan Izin
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1799/MENKES/PER/XII/2010
Permohonan Izin Industri Suplemen harus ditandatangani oleh Direktur Utama dan Apoteker
penanggung jawab pemastian mutu. Permohonan Izin Suplemen Terstandar diajukan kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
Tata cara pengajuan Permohonan Izin adalah sebagai berikut:
1. Permohonan Izin Industri Suplemen diajukan dengan kelengkapan sebagai berikut:
a. Fotokopi Persetujuan Prinsip Industri Suplemen;
b. Surat persetujuan penamanan modal untuk industri farmasi dalam rangka
penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri;
c. Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan;
d. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya;
e. Fotokopi sertifikat upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan
lingkungan dan analisis mengenai dampak lingkungan;
f. Rekomendasi kelengkapan adminsitratif izin Industri Suplemen dari Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi;
g. Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari Kepala Badan;
h. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir;
i. Asli surat pernyataan bekerja full time dari masing masing apoteker produksi,
pengawasan mutu dan pemasitan mutu;
j. Fotokopi surat pengangkatan masing-masing apoteker;
k. Fotokopi Ijazah dan STRA masing-masing apoteker;
l. Surat pernyatan komisaris dan direksi tidak terlibat pelanggaran undang-undang
2. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya tembusan
permohonan Kepala Badan akan melakukan audit pemenuhan persyaratan CPOB.
Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya tembusan
permohonan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi kelengkapan
persyaratan administratif. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak
dinyatakan memenuhi persyaratan CPOB, Kepala Badan mengeluarkan
rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon.
3. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi
kelengkapan persyaratan administratif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
9
mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan pemohon.
4. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima rekomendasi
serta persyaratan lainnya, Direktur Jenderal menerbitkan Izin Industri Suplemen.
10
g. Fotokopi UKL dan UPL atau SPPL;
h. Fotokopi Izin Lokasi;
i. Foto Copy izin UU Gangguan atau AMDAL.
11
Kelengkapan Persyaratan Surat Izin Usaha Perdagangan, sebagai berikut:
a. Fotokopi akte notaris pendirian perusahaan;
b. Fotokopi SK Pengesahan badan hukum dari Menteri Kehakiman dan HAM;
c. Fotokopi KTP pemilik/Direktur Utama/penanggungjawab perusahaan;
d. Fotokopi NPWP perusahaan;
e. Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat bagi kegiatan
usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU berdasarkan Undang-Undang
Gangguan (HO);
f. Neraca perusahaan.
SIUP dikeluarkan dalam waktu 5 hari kerja setelah Form Surat Permohonan (SP)-
SIUP diterima secara lengkap dan benar.Masa berlaku SIUP adalah selama perusahaan
bersangkutan masih melakukan kegiatan perdagangan.
SIUP terdiri atas tiga kategori yaitu :
1. SIUP Kecil, diterbitkan bagi perusahaan yang memiliki modal disetor dan
kekayaan bersih dibawah Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan.
2. SIUP Menengah, diterbitkan bagi perusahaan yang memiliki modal disetor dan
kekayaan bersih Rp. 200 juta s/d Rp. 500 juta di luar tanah dan bangunan.
3. SIUP Besar, diterbitkan bagi perusahaan yang memiliki modal disetor dan
kekayaan bersih di atas Rp. 500 juta di luar tanah dan bangunan.
12
3. Pas foto dari pemilik/penanggung jawab perusahaan 4 lembar ukuran 3x4cm.
c. Menyerahkan kembali formulir dan persyaratan lainnya kepada petugas bagian
perizinan.
13
h. Izin lokasi dari BPN.
i. Fotocopy IMB.
j. Surat dari BKPM/BKPMD bagi perusahaan yang menggunakan fasilitas
PMA/PMDN.
k. SITU/IUUG bagi perusahaan yang mengajukan heregistrasi.
l. Fotocopy NPWP.
m. Fotocopy retribusi
n. Fotocopy akta pendirian perusahaan bagi perusahaan yang berbadan hukum/badan
usaha.
o. Surat pelimpahan penggunaan tanah.
14
2.7.9 Tanda Daftar Industri (TDI)
Merupakan izin untuk melakukan kegiatan industri yang diberikan kepada semua
jenis industri dalam kelompok industri kecil dengan investasi perusahaan sebesar Rp.
5.000.000 – Rp. 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan. Perusahaan yang ingin
mendapatkan TDI, dapat mengajukan permohonan kepada dinas perindustrian setempat di
setiap kabupaten/kota.
15
4. Photo Copy KTP 1 Lembar, Karyawan (Internal Auditor)
5. Lampiran Daftar Menu
6. Lampiran Bahan Baku (dalam kemasan)
7. Photo Copyan Pembelian Sertifikat Halal Ayam & Daging yang masih berlaku
8. Daftar Bahan Baku Untuk Seluruh Produk Yang Disertifikasi Halal
9. Matriks Bahan Baku untuk Setiap Produk yang Disertifikasi Halal
10. Dokumen pendukung bahan baku
11. Copy Sertifikat Halal Produk yang lama (untuk sertifikasi
pengembangan/perpanjangan)
12. Manual SJH untuk perusahaan baru atau Revisi Manual SJH untuk perusahaan
yang telah memiliki Sertifikat Halal (Jika ada)
13. Copy status SJH atau Sertifikat SJH (untuk perusahaan yang telah memiliki
Sertifikat Halal)
14. Diagram alir proses produksi produk yang disertifikasi
15. Peta lokasi pabrik (untuk perusahaan/pabrik baru)
16. Tata letak/lay out pabrik (untuk perusahaan /pabrik baru). Jika pabrik
merupakan bagian dari sebuah site/komplek pabrik, maka lampirkan juga lay
out site pabrik keseluruhan.
17. Pernyataan fasilitas produksi bebas dari unsur babi
18. Daftar alamat pabrik, maklon, gudang (termasuk gudang produk intermediet),
dan fasilitas persiapan pra produksi (contoh fasilitas pencampuran,
penimbangan, pengeringan)
19. Profil perusahaan (untuk perusahaan baru)
20. Rancangan perjalanan audit dari keberangkatan sampai pulang (khusus audit
luar negeri)
21. Surat Depkes
22. NPWP
23. Domisili
Persyaratan Bahan dalam Sertifikasi Halal
1. Semua bahan (bahan baku, bahan pembantu dan bahan penolong) yang
digunakan harus memenuhi standar halal bahan
2. Bahan yang berupa intermediet atau raw product tidak boleh dihasilkan dari
fasilitas produksi yang juga digunakan untuk membuat produk yang
menggunakan babi atau turunannya sebagai salah satu bahannya
16
3. Perusahaan yang menerapkan pengkodean bahan atau produk harus dapat
menjamin traceability (bahan, produsen, status halal). Pengkodean juga harus
menjamin bahan dengan kode sama berstatus halal sama.
17
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan telah ditetapkan dapat dikenakan
sanksi administratif berupa:
a. Peringatan secara tertulis : sanksi ini diberikan oleh Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah untuk penarikan
kembali obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat /
kemanfaatan, atau mutu
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenihi persyaratan
keamanan, khasiat / kemanfaatan, atau mutu
d. Penghentian sementara kegiatan dapat dikenakan untuk seluruh kegiatan atau
sebagian kegiatan
e. Pembekuan izin industri farmasi : sanksi ini diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan
f. Pencabutan izin industri farmasi
18
2.10 Alur permohonan Izin Industri Suplemen
19
2.11.1 Sarana dan Prasarana
A. Sarana
1. Penataan ruangan-ruangan pembuatan,termasuk ruangan penyimpanan harus sesuai
dengan urutan proses pembuatan, sehingga tidak menimbulkan lalu lintas kerja yang
simpang siur dan tidak menimbulkan terjadinya pencemaran silang .
2. Dinding, lantai, dan langit-langit setiap ruangan pembuatan, termasuk ruangan
penyimpanan harus rata, bebas dari keretakan dan mudah dibersihkan
3. Dinding setinggi sekurang-kurangnya 150 cm dan lantai setiap ruangan pembuatan
termasuk ruangan penyimpanan harus kedap air. Dinding ruangan pembuatan selain
kedap air harus licin.
4. Ruangan pembuatan dan ruangan penunjang seperti ruang administrasi dan jamban
harus bersih , tidak menganggu dan tidak mencemari proses pembuatan.
5. Penyimpanan dari ketentuan pada butir 2 dan butir 3 harus memperoleh izin tertulis
dari Direktur Jenderal atau Kepala Kantor Wilayah.
B. Prasarana (Peralatan)
Peralatan untuk pembuatan obat tradisional hendaklah memiliki desain dan
konstruksiyang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat,agar mutu obat tradisional terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.
20
3. Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau
pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak
memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun
produk jadi;
4. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan
halsejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat;
5. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan
tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci dan tervalidasi serta
disimpan dalam keadaan bersih dan kering;
6. Metode vakum atau pencucian lebih diutamakan. Jika metode pencucian diterapkan,
peralatan hendaklah segera dikeringkan untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme. Pembersihan dengan menggunakan udara tekandan sikat hendaklah
dilaksanakan dengan hati-hati dan bila mungkin dihindarkan,karena metode tersebut
dapat meningkatkan risiko kontaminasi terhadap produk.
7. Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia atau
yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan mudah terbakar, hendaklah
dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta dibumikan dengan
benar;
8. Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang tepat
untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan yang digunakan untuk menimbang,
mengukur, memeriksa dan mencatat hendaklah diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi
sesuai program dan prosedur yang ditetapkan. Hasil pemeriksaan dan kalibrasi
hendaklah dicatat dan disimpan dengan baik;
9. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak melepaskan serat
ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh digunakan walaupun
sesudahnya disaring kembali menggunakan filter khusus yang tidak melepaskan serat;
dan
10. Pipa air suling, air de-ionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi hendaklah
disanitasi sesuai prosedur tertulis tervalidasi. Prosedur tersebut hendaklah berisi rincian
batas cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan.
21
2.11.2 Personalia
Jabatan Jumlah
Direktur 1
Dewan Komisaris 2
Sekretaris 2
Manajer Teknik dan Produksi 1
Manajer Keuangan dan
1
Marketing
Manajer Umum dan Personalia 1
Supervisor Marketing 1
Supervisor Keuangan 1
Supervisor Produksi 1
Supervisor Teknik 1
Supervisor Umum 1
Supervisor Personalia 1
Kepala Seksi Lab/R&D 1
Kepala Seksi Proses 4
Kepala Seksi Utilitas 1
22
Kepala Seksi Humas
1
Total 50
23
teratur dan sesuai dengan alur proses, sehingga dapat memperkecil risiko terjadi
kekeliruan antara produk atau komponen yang berbeda, mencegah pencemaran silang
dan memperkecil risiko terlewat atau salah melaksanakan tahapan proses produksi atau
pengawasan.
5. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan dimana terdapat
bahan awal dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan yang
terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak
melepaskan partikulat, serta memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu
disinfeksi) yang mudah dan efektif.
6. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air,
permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila
terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah
berbentuk lengkungan.
7. Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain hendaklah
dirancang dan dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan terbentuk ceruk yang
sulit dibersihkan. Untuk kepentingan perawatan, sedapat mungkin instalasi sarana
penunjang seperti ini hendaklah dapat dijangkau dari luar area pengolahan.
8. Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada dinding tetapi
digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak cukup untuk memudahkan
pembersihan menyeluruh.
9. Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran udara di dalam ruangan hendaklah dihindari.
Apabila tidak terhindarkan, maka prosedur dan jadwal pembersihan instalasi tersebut
hendaklah dibuat dan diikuti.
10. Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah dipasang
sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk.
11. Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, dirancang dan dilengkapi dengan bak
kontrol serta ventilasi yang baik untuk mencegah aliran balik. Sedapat mungkin saluran
terbuka dicegah tetapi bila perlu hendaklah cukup dangkal untuk memudahkan
pembersihan dan disinfeksi.
12. Area produksi di mana terdapat bahan awal dan bahan pengemas primer, produk
antara atau produk ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah diventilasi secara
efektif dengan menggunakan sistem pengendali udara termasuk filter udara dengan
tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan pencemaran-silang, pengendali
suhu dan, bila perlu, pengendali kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang
24
diproses dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap
lingkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara teratur baik selama
ada maupun tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap
spesifikasi yang dirancang sebelumnya.
13. Area di mana dilakukan kegiatan yang menimbulkan debu misalnya pada saat
pengambilan sampel, penimbangan bahan atau produk, pencampuran dan pengolahan
bahan atau produk, pengemasan produk serbuk, memerlukan sarana penunjang khusus
untuk mencegah pencemaran silang dan memudahkan pembersihan.
14. Tata letak ruang area pengemasan hendaklah dirancang khusus untuk mencegah
campur baur atau pencemaran silang.
15. Area produksi hendaklah mendapat penerangan yang memadai, terutama dimana
pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan.
16. Pengawasan selama-proses dapat dilakukan di dalam area produksi sepanjang
kegiatan tersebut tidak menimbulkan risiko terhadap produksi obat tradisional.
17. Pintu area produksi yang berhubungan langsung ke lingkungan luar, seperti
pintubahaya kebakaran, hendaklah ditutup rapat. Pintu tersebut hendaklah diamankan
sedemikian rupa sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat sebagai pintu
ke luar. Pintu di dalam area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap
pencemaran-silang hendaklah selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan.
25
2.12.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan Suplemen yang benar.Oleh sebab itu PT
AD Indonesia merekrut karyawan yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk
melaksanakan semua tugas. Setiap karyawan PT. AD Indonesia memahami tugas dan
tanggung jawabnya masing-masing serta memahami prinsip dalam Cara Pembuatan
Suplemen Yang Baik serta setiap karyawan juga memperoleh pelatihan awal yang
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaannya.
26
2.12.5 Dokumentasi
Dokumentasi pada PT AD Indonesia merupakan bagian dari sistem informasi
manajemen karena dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian
mutu. Pada PT AD Indonesia dokumentasi yang jelas merupakan suatu bagian yang
fundamental untuk memastikan bahwa setiap karyawan menerima uraian tugas yang relevan
secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang
biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi dari dokumen
formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari
kekeliruan dan tersedia secara tertulis.
2.12.6 Produksi
Produksi pada PT AD Indonesia dilaksanakan dengan mengikuti prosedur tervalidasi
yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Suplemen Yang Baik
sehingga senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
27
2.12.10 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk Dan
Produk Kembalian
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat pada PT AD Indonesia dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak disusun suatu sistem, mencakup penarikan
kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.
28
29
BAB III
PEMBAHASAN
30
Dikecualikan dari persyaratan di atas poin 1 dan 2, bagi pemohon izin industri farmasi
milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
31
Pertamina.
f. Tenagakerja
Sebagai kawasan industri, daerah ini merupakan salah satu tujuan para
pencari kerja. Tenaga kerja ini merupakan tenaga kerja yang produktif dari
berbagai tingkatan baik yang terdidik maupun yang belum terdidik.
g. Biaya untuk lahan pabrik
Lahan yang tersedia untuk lokasi pabrik masih cukup luas dan dalam harga
yang terjangkau.
32
bangunan yang meliputi luas bangunan, kondisi bangunan dan konstruksinya yang
memenuhi syarat, fleksibilitas dalam perencanaan tata letak pabrik dengan
mempertimbangkan kemungkinan perubahan dari proses/mesin, sehingga
perubahan-perubahan yang dilakukan tidak memerlukan biaya yang tinggi, masalah
pembuangan limbah cair dan service area, seperti kantin, tempat parkir, ruang
ibadah, dan sebagainya diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu jauh dari
tempat kerja.
Pengaturan tata letak pabrik yang baik akan memberikan beberapa
keuntungan, seperti :
Mengurangi jarak transportasi bahan baku dan produksi, sehingga
mengurangi material handling, memberikan ruang gerak yang lebih leluasa sehingga
mempermudah perbaikan mesin dan peralatan yang rusak atau di-blowdown,
mengurangi ongkos produksi, meningkatkan keselamatan kerja, mengurangi kerja
seminimum mungkin, meningkatkan pengawasan operasi dan proses agar lebih baik.
33
CEO
Manager
Sales
Teknik Keam Produ Keber
Mesin anan ksi sihan
Pencucian dan
Penyaringan
Penggilingan
Pencampuran
Pengemasan
34
5. Bagian Teknik
Tugas bagian teknik adalah menjaga dan memelihara atas kelancaran peralatan dan
mesin-mesin yang ada di pabrik, sekaligus juga memperbaiki jika ada kerusakan yang
terjadi.
6. Bagian Administrasi dan Keuangan
Bagian ini bertugas mengurusi seluruh biaya pengeluaran dan pemasukan serta urusan
kepegawaian, surat menyurat, kearsipan serta kepentingan perushaan lainnya.
7. Bagian Keamanan
Bagian ini mengawasi dan menjaga keamanan serta ketertiban pabrik, sehingga pabrik
dapat berproduksi dengan baik dan lancar.
8. Produksi
Produksi berugas Memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur
agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan,Memberikan persetujuan kerja yang
terkait dengan produksi dan memastikan bahwa petunjuk karja diterapkan secara tepat,
Memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh Kepala
Bagian Produksi sebelum diserahkan kepada Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu ), Memeriksa pemeliharaan bangunan fasilitas serta peralatan dibagian produksi,
Memastikan bahwa Validasi yang sesuai telah dilaksananakan dan Memastikan bahwa
pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di departemennya dilaksanakan dan
diterapkan sesuai kebutuhan.
9. Kepala bagian
Bertugas mengatur bagian-bagian dibawahnya seperti teknik mesin, keamanan,
produksi dan kebersihan.
35
j. Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB)
k. Izin BPOM
l. Sertifikat Halal MUI
3.1.7 Personalia
Jabatan Jumlah
Direktur 1
Dewan Komisaris 2
Sekretaris 2
Manajer Teknik dan Produksi 1
Manajer Keuangan dan
1
Marketing
Manajer Umum dan Personalia 1
Supervisor Marketing 1
Supervisor Keuangan 1
Supervisor Produksi 1
Supervisor Teknik 1
Supervisor Umum 1
Supervisor Personalia 1
Kepala Seksi Lab/R&D 1
Kepala Seksi Proses 4
Kepala Seksi Utilitas 1
36
Kepala Seksi Humas 1
Kepala Seksi
Penerimaan/Pembinaan
1
Karyawan
Kepala Seksi Humas
1
Kepala Seksi Penggajian 1
Kepala Seksi Keamanan 1
Karyawan Proses 20
Karyawan Laboratorium
5
QC/QA dan R&D
Total 50
37
d. Bahan
Bahan Istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan bahan awal, bahan
pengemas, reagensia, pelarut, bahan pembantu proses, produk antara, dan bahan
penandaan (label).
Bahan Awal
Semua bahan baku, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat, yang
berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan Suplemen
Bahan Mentah
Bahan alamiahvitamin, mineral, asam amino yang belum mengalami
pengolahan. Bahan Mentah alamiah yang segar dan belum mengalami pengolahan
dan bersumber dari tanaman, bagian hewan, dan mineral.
Bahan Pengemas
Tiap bahan, termasuk bahan cetak, yang digunakan dalam proses pengemasan
Suplemen, tetapi tidak termasuk kemasan luar yang digunakan untuk transportasi
atau keperluan pengiriman ke luar pabrik. Bahan pengemas disebut primeratau
sekunder tergantung tujuannya apakah untuk pengemasan yang langsung
bersentuhan atau tidak bersentuhan dengan produk.
Bahan Pengemas Primer
Bahan pengemas yang bersentuhan langsung dengan Suplemen.
Bahan Pengemas Sekunder
Bahan pengemas yang di dalamnya diletakkan bahan pengemas primer yang
berisiSuplemen.
Bahan Tambahan
Suatu bahan, selain bahan aktif dalam formulasi Suplemen, yang telah
dievaluasi dengan benar keamanannya untuk:
1. Membantu dalam proses pembuatan Suplemen
2. Melindungi, membantu atau meningkatkan stabilitas Suplemen, atau
akseptabilitas konsumen;
3. Membantu identifikasi produk
4. Meningkatkan atribut lain yang berkaitan dengan keamanan dan
efektifitas Suplemen selama penyimpanan atau penggunaan.
e. Produk
Pola industri Suplemenyang dipilih adalah memproduksi Suplemen yang
menggunakan mesin dalam proses produksinya, yang menghasilkan produk
38
Suplemen berbentuk tablet, kaplet, kapsul, dan larutan.PT. AD Indonesia akan
menjamin tersedianya kualitas produk yang bermutu dan aman yangseluruh aspek
pembuatannya berpedoman pada Cara Pembuatan Suplemen yang baik . PT. AD
Indonesia mempunyai prinsip kerja cepat, tepat, baik, dan benar, dengan hasil yang
memuaskan, sehingga customer akan puas dengan produk obat yang dihasilkan.
39
Apoteker penanggung jawab pemastian mutu dari pimpinan perusahaan
PT. AD Indonesia
Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu 28
(empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima atau ditolak. Persetujuan prinsip
berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diubah berdasarkan permohonan dari pemohon izin
Industri Suplemen yang bersangkutan.
40
3.3 Ruang Lingkup Cara Pembuatan Suplemen Yang Baik PT. AD Indonesia
3.3.1 Manajemen Mutu
PT. AD Indonesia membuat Suplemen sesuai dengan tujuan penggunaannya,
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak
menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau
tidak efektif. Manajemen puncak PT. AD Indonesia bertanggung jawab untuk pencapaian
tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari
semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, maka PT. AD Indonesia
membuat sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara
benar serta mengkorporasi Cara Pembuatan Suplemen Yang Baik sesuai dengan GMP
termasuk di dalamnya Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu.
3.3.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan Suplemen yang benar. Oleh sebab itu PT.
AD Indonesia merekrut karyawan yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk
melaksanakan semua tugas. Setiap karyawan PT. AD Indonesia memahami tugas dan
tanggung jawabnya masing-masing serta memahami prinsip dalam Cara Pembuatan
Suplemen Yang Baik serta setiap karyawan juga memperoleh pelatihan awal yang
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaannya.
41
khusus. Bangunan dan fasilitas serta semua peralatan kritis dikualifikasi untuk menjamin
reprodusibiltas dari bets-ke-bets.
3.3.5 Dokumentasi
Dokumentasi pada PT. AD Indonesia merupakan bagian dari sistem informasi
manajemen karena dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian
mutu. Pada PT. AD Indonesia dokumentasi yang jelas merupakan suatu bagian yang
fundamental untuk memastikan bahwa setiap karyawan menerima uraian tugas yang relevan
secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang
biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi dari dokumen
formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari
kekeliruan dan tersedia secara tertulis.
3.3.6 Produksi
Produksi pada PT. AD Indonesia dilaksanakan dengan mengikuti prosedur tervalidasi
yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Suplemen Yang Baik
sehingga senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
42
3.3.7 Pengawasan Mutu
Ruang lingkup Pengawasan Mutu pada PT. AD Indonesia, mencakup pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian serta organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan dilakukan terhadap bahan baku
dan produk jadii. Pada PT. AD Indonesia pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan
laboratorium, tapi juga dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
43
independen. Inspeksi diri dilakukan secara rutin. Prosedur dan catatan inspeksi diri pada PT.
AD Indonesia didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Biaya Tetap
Komponen Biaya (Rp)
Tanah 3000.000.000
Bangunan 25.000.000.000
Peralatan proses dan utilitas 220.000.000
Instrumentrasi dan pengendalian
40.560.000
proses
Perpipaan 55.000.000
Instalasi listrik 18.760.000
Insulasi 20.560.000
Inventaris kantor 8.850.000
Perlengkapan keamanan dan
5.500.000
kebakaran
Sarana transportasi 4.980.000
Total 28.374.210.000
44
3.4.2 Anggaran Gaji Pegawai
45
Kepala Seksi
1
Penerimaan/Pembinaan 4.000.000 4.000.000
Karyawan
Kepala Seksi Penggajian 1 4.000.000 4.000.000
Kepala Seksi Keamanan 1 3.500.000 3.500.000
Karyawan Proses 20 3.000.000 60.000.000
Karyawan Laboratorium
5 3.000.000 15.000.000
QC/QA dan R&D
Total 50 228.500.000
Anggaran untuk keseluruhan pendirian industri suplemen yaitu membutuhkan dana sebesar
Perhitungan BEP
a. Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp. 1.586.850.000
b. Biaya variable per box Rp. 10.000 yaitu terdiri dari :
46
biaya bahan baku Rp. 5.000
biaya tenaga kerja langsung Rp.3.500
biaya lain Rp.1.500
c. Harga Jual per box Rp.15.000
BEP Box adalah
= Biaya Tidak Tetap / (harga per Box – biaya variable per Box)
= 317. 370Box
= Rp. 23.802.75000.000
Rp. 10.000
= Rp 2.380.275.000
= Rp. 21.793.425000
47
meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) yaitu rasa yang bervarian dan harga
yang ekonomis serta kemasasan yang menarik. Kelemahan (Weakness) yaitu jika
penyimpanan tidak sesuai petunjuk penyimpanan yang ditentukan maka suplemen tersebut
akan mudah rusak dan menurunkan kualitas dan mutunya. Sementara, analisis eksternal
mencakup faktor peluang (Opportunity) yaitu tempat yang mudah dijangkau (strategis)
berada di pusat kota, dipinggir jalan. Tantangan (Threath) yaitu persaingan yang ketat dengan
produk suplemen lainnya. Berdasarkan keempat aspek tersebut akan dikombinasikan antara
aspek factor internal dan aspek faktor eksternal. Hasil kombinasi tersebut memberikan
informasi dan strategi dalam berwirausaha untuk mengembangkan produk pada industri
suplemen.
48
BAB IV
KESIMPULAN
Pendirian dan Perizinan Industri Suplemen PT. AD Indonesia harus melalui beberapa
proses dan tahapan permohonan izin dari Depertemen Kesehatan seperti: Direktur Jenderal,
Kepala Badan POM dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Selain itu PT. AD Indonesia juga
harus memperoleh Izin Usaha Industri (IUI), Wajib Daftar Perusahaan (WDP) dan Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP) dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh PT. AD Indonesia, yaitu:
1. Harus memiliki izin prinsip.
2. Harus memiliki izin tempat mendirikan industri dari pemerintah daerah provinsi
setempat.
3. Harus memiliki izin industri farmasi yang disetujui oleh BPOM;
4. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas;
5. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
6. Mimiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
7. Memilki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker warga negara
indonesia, masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi,
dan pengawasan mutu;
8. Komisaris dan Direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang–undangan di bidang kefarmasian.
BPOM mengadakan audit pemenuhan persyaratan Cara Pembuatan Suplemen yang
baik,paling lama 20 hari kerja sejak diterima tembusan. Kemudian BPOM menyatakan pabrik
kita memenuhi persyaratan yang telah di tetapkan, maka dia akan mengeluarkan rekomendasi
pemenuhan persyaratan kepada DIRJEN dengan tembusan kepada DINKES dan tentunya
Kita sebagai pemohon. BPOM mengeluarkan rekomendasi paling lama, dalam waktu 10 hari
kerja. Setelah itu DINKES akan melakukan verifikasi kelengkapan persyaratan administratif,
paling lama 20 hari kerja juga dan perusahan kita dinyatakan memenuhi kelengkapan
persyaratan administrasif, DINKES paling lama 10 hari kerja, akan mengeluarkan
rekomendasi pemenuhan persyaratan administrative kepada DIRJEN dengan tembusan
BPOM dan kita sebagai pemohon. Setelah menerima surat rekomendasi baik dari BPOM
maupun DINKES, maka DIRJEN menerbitkan izin industri farmasi paling lama dalam waktu
10 hari kerja. Jadi total waktu yang dibutuhkan untuk mengajukan surat izin pendirian
Industri Suplemen kurang lebih sekitar dua bulan (2 bulan).
49
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Sertifikasi
Cara Produksi Obat Yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1799 Tentang Industri Farmasi. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 1799 Tahun 2010 tentang Industri Farmasi. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.00/05.1.2569 Tentang Kriteria Dan Tata Laksana Peniliaian Produk Pangan.
50