You are on page 1of 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIV/AIDS

A. INSIDEN
Sejumlah infeksi virus HIV terdiagnosis baru di tahun 2000 merupakan yang tertinggi
sejak pelaporan di mulai dan jumlah infeksi yang di dapat baru adalah melalui hubungan seksual
heteroseksual. Kira- kira 30.000orang hidp dengan HIV di inggris, sepertiganya tidak
terdiagnosis.
Bagi ibu positif HIV, kehamilan dan kelahiran bayi bias merupakan kejadian yang sangat
emosional. Ibu akan merasa sangat waspada terhdapa penyakitnya yang serius dan kemungkinan
bayinya akan di lahirkan postif HIV. Penularan intrauterine dapat terjadi selama kehamilan,
kelahiran, atau menyusui. Di perkirakan bahwa ibuyang baru saja terinfeksi, atau ibu yang
menderita sindrom imnunodefisiensi didapat (AIDS) lebih besar kemungkinnya mendapat bayi
yang terinfeksi (AVERT,2003). Ibu positif HIV memerlukan asuhan sensitive dari semua staf,
bimbingan, dan waktu khusus untuk bicara. Ibu mungkin meminta kamar samping tetapi banyak
ibu lain ingin bersama orang tua lainnya dan tidak di pisahkan.

B. ETIOLOGI
Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV).
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 tahun atau lebih dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB
menurun, diare, neuropati, lemah, ruam kulit, limadenopati, perlambatan kognitif, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist (NANDA nic-noc).
Cara penularan HIV:
1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi. Kondom
adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.
2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah tersebut
belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang telah
terinfeksi.
4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan atau
persalinan dan juga melalui menyusui.
Penularan secara perinatal
1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang dikandungnya.
2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada saat itu terjadi
kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga virus dari ibu dapat menular
pada bayi.
3. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewaktu berada dalam kandungan atau juga
melalui ASI
4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI

C. KLASIFIKASI
CDC adalah menerapkan system klasifikasi pasien yang mengalami infeksi HIV berdasarkan
keadaan klinik yang di jumpai sebagai berikut.
1. Grup 1/ infeksi akut
Penyakit serokonveksi sampai AIDS berlangsung beberapa tahun kemudian infeksi akut dari
awal virus menginfeksi sampai kiara kira 6 minggu.
Penyakit seokonveksi ada 3 yaitu:
a. Penyakit mirip infeksi mononukleus.
Gejala demam, malaise, alergi, mialgia, atralgia, limfadenopati dan nyeri tenggorokan
kadang di jumpai juga enselopati akut reversible di sertai disorientasi, lupa ingatan,
kesadaran menurun dan perubahan kepribadian.
b. Meningitis.
c. Mielopati
2. Grup 2/ infeksi asimtomatik
Tanpa di sertai gejala
3. Grup 3/ infeksi lymphadenopathy peprsisten generalisata
Meliputi: infeksi kronis
Adanya pembesaran kelenjar getah bening
4. Grup 4/ penyakit lain
a. Sub grup a: penyakit constitutional
b. Sub grup b: penyakit neurologic
c. Sub grup c: penyakit infeksi lain contoh: herpes
d. Sub grup d: kanker sukender
e. Sub grup e kondisi lainnya, misalnnya pneumonitis interstitial limfosit
(purwaningsih,wahyu. 2010).
D. PATOFISIOLOGI
HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan dirinya pada
protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita) turunan
yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan
suatu enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA
manusia, yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut mulai
menghasilkan virus–virus HI. Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk
virus–virus yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam
aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses yang sedikit demi
sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi
mudah diserang oleh infeksi dan penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk
menularkan virus tersebut dari orang ke orang.
Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel–sel yang
terinfeksi dan menggantikan sel–sel yang telah hilang. Respons tersebut mendorong virus untuk
menghasilkan kembali dirinya. Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat
adalah 800–1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–nya
terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–infeksi oportunistik.
Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika system kekebalan tubuh
tertekan. Pada seseorang dengn system kekebalan yang sehat. Infeksi infeksi tersebut tidak
biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang pengindap HIV hal tersebut dapat teradi
fatal (purwaningsih, wahyu.2010)

E. PERIODE PENULARAN PADA IBU HAMIL


Penyebab penularan AIDS pada ibu dan bayi adalah cairan serviks vagian, cairan amnion,
jaringan plasenta dan air susu yang berasal dari ibu yang darah darahnya terdapat virus HIV. Cara
penularannya secara:
1. Transmisi vertical
Melalui inutera, lewat plasenta. Dimana antigen HIV dapat di deteksi dalam cairan amnion
dan jarinanvetus yang terlihat dari terminasi kehamilan yang berusia 15 minggu.
2. Transmisi horizontal
Transmisinya melalui air susu (purwaningsih,wahyu.2010).

F. TANDA GEJALA
1. Respon tipe influenza.
2. Demam.
3. Malaise.
4. Mialgia.
5. Mual
6. Diare
7. Nyeri tenggorokan
8. Ruam dapat menetap 2-3 minggu
9. Berat badan menurun
10. Fatique.
11. Anoreksia.
12. Mungkin menderita kandidiasis otot faring atau vagina

Pada masa perinatal


1. Keletihan
2. Anoreksi.
3. Diare kronik selama 1 bulan.
Kemataian ibu hamil dengan HIV positif kebanyakan di sebabkan oleh penyakit oportunistik
yang menyertai terutama pneumonitis carinif pneumonia.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah.
a. Trombositopeni
b. Anemia.
c. HDL
d. Jumlah limfosit total
2. EIA atau EUSA dan tes western blot: postif, tetapi invalid.
a. EIAatau EUSA: mendeteksi antibody terhadap antigen HIV.
b. Test western blot mendeteksi adanya anti body terhadapbeberapa prot spesifik HIV.
3. Kultur HIV: dengan sel mononuclear darah perifer dan bila tersedia plasma dapat mengukur
beban virus.
4. Test reaksi polimer dengan leukosit darah perifer: mendeteksi DNA viral pada adanya
kuntitas kecil sel mononuclear perifer terinfeksi.
5. Antigen P24 serum atau plasma: peningkatan nilai kuantitatif dapat menjadi indikasi dari
kemajuan infeksi.
6. Penentuan immunoglobulin G, M, A serum kualitatif: data dasar immunoglobulin.
7. IFA: memastikan seropesivitas.
8. RIPA: mendteksi protein HIV.
9. Pemeriksaan parental juga dapat menunjukkan adanya gonorhoe, kandidiasis, hepatitis B,
tuberkolosis, sitomegalovirus, dan toksoplasmosis (purwaningsih,wahyu.2010).
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Biodata Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dana kebangsaan, pendidikan, pekerjaan,
alamat, nomor regester, tanggal Masuk Rumah Sakit , diagnosa medis.
b) Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun.
Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat
tertekan pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada
lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak
penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus,
anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit
seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens
pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang berhubungan
dengan kelainan hospes :
 Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, penuaan, aplasia timik, limfoma, kortikosteroid,
globulin anti limfosit, disfungsi timik congenital.
 Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia congenital, protein
liosing enteropati (peradangan usus)
c) Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Subyektif)
1) Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas (
Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
2) Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis,
perpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan,
mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
4) Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal,
nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering,
nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal, perubahan jumlah, warna dan
karakteristik urine.
5) Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk,
edema
6) Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
7) Neurosensoro
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status
indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
8) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.
9) Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
10) Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi
imun, demam berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran
kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
11) Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks dengan resiko tinggi, menurunnya libido,
penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia.
12) Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian, adanya trauma
AIDS.
Tanda : Perubahan interaksi.
d) Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat
penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta
responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

(a) Serologis
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8
ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus HIV)
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
monoseluler.
- Tes PHS
- Kapsul hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
(b) Neurologis
- EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
- Tes Lainnya
- Sinar X dada
- Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau
adanya komplikasi lain
- Tes Fungsi Pulmonal
- Deteksi awal pneumonia interstisial
- Skan Gallium Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk
pneumonia lainnya.
- Biopsis
- Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
- Bronkoskopi / pencucian trakeobronkial Dilakukan dengan biopsy pada
waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
(c) Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut.
Antibody terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12
bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak
memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan
mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus(HIV) dalam darah
memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic. Pada
tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji
kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau
plasma. Tes tersebut, yaitu:
 Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus
Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa
AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah
terinfeksi (HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human
Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.
 Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan
seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
 Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
 Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b) Intoleransi aktivitas
c) Penurunan koping keluarga
d) Resiko infeksi
e) Diare
f) Kurang pengetahuan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan NOC NIC


1. Nutrisi kurang dari NOC: 1. Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan tubuh. - Nutritional status mengandung tinggi serat untuk
Definisi : asupan nutrisi - Nutritional status : mencegah konstipasi.
tidak cukup untuk food dan fluid 2. Monitor jumlah nutrisi dari
memenuhi kebutuhan - Intake kandungan kalori.
metabolic. - Nutritional status: 3. Berikan informasi tentang
nutrient intake kebutuhan nutrisi.
- Weight control 4. Kaji kemampuan pasien untuk
Kriteria Hasil : mendapatkan nutrisi yang
- Adanya peningkatan dibutuhkan.
berat badan sesuai 5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dengan tujuan. menetukan jumlah kalori dan
- Berat badan ideal nutrisi yang di butuhkan pasien.
sesuai dengan tinggi
badan
- Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-
tanda mal nutrisi

Intoleransi aktivitas NOC : 1. Bantu klien untuk


Definisi: ketidak - Aktivit tolraice mengidentifikasi aktivitas yang
2. kecukupan energy - Energy mampu di lakukan
psikologi atau fisiologi converseration 2. Bantu pasien /keluarga untuk
untuk melanjutkan atau - Self care: ADLs mengintifikasi kekurangan dalam
menyelesaikan aktifitas - Kriteria Hasil : beraktivitas
kehidupan sehari- hari - berpartisipasi dalam 3. Bantu pasien untuk
yang harus atau yang di aktivitas fisik tanpa mengembangkan motvasi diri
lakukan di sertai peningkatan dalam penguatan
tekanan 4. Bantu pasien untuk melakukan
darah,nadi,RR aktivitas yang di perlukan
- mampu melakukan
akivitas sehari-hari
secara mandiri
- tanda –tanda vital
normal
- energy psikomotor.
- Level kelemahan.

Penurunan koping NOC: 1. Peningkatan koping :membantu

3. keluarga. - caregiver stressor pasien beradaptasi dengan

Definisi : orang terdekat - family coping, persepsistressor perubahan atau

anggota keluarga atau disable ancaman yang menggangu

sahabat). Yang - parental role,conflict pemenuhan tuntutan dan peran

memberikan dukungan, - therapeutic regimen hidup

rasa nyaman, bantuan, management 2. Dukungan emosi memberikan

atau motivasi tidak - ineffective penenangan, penerimaan dan

adekuat, tidak efektif, Kriteria Hasil : dorongan selama proses steres

atau mengalamu - keluarga tidak 3. Mobilitas keluarga penggunaan

penurunan yang mungkin mengalami kekuatan keluarga untuk

di perlukan oleh klien penurunan koping mempengaruhi kesehatan pasien

untuk mengelola atau keluarga kearah yang positif

menguasai tugas tugas - hubungan pasien 4. Dukungan keluarga

adaptif terkait masalah pemberi kesehatan meningkatkan nilai, minat,dan

keperawatan. adekuat tujuan keluarga

- kesejahteraan emosi 5. Panduan system kesehatan

pemberi asuhan memfasilitasi local pasien dan

kesehatan keluarga penggunaan pelayanan kesehatan

- koping keluarga yang sesuai

meningkat

Resiko infeksi NOC: 1. Inspeksi kulit dan membrane


4. Definisi : mengalami - Immune status mukosa terhdapa kemerahan,
peningkatan resiko - Knowledge: panas, drainase.
terserang organisme infection control 2. Instrusikan pasien untuk minum
patogenik. - Risk control antibiotic sesuai resep.
- Kriteria Hasil: 3. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
- Klien bebas dari dan gejala infeksi
tanda dan gejala 4. Ajarakan cara menghindari infeksi.
- Mendeskripsikan
proses penularan
penyakit, factor yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya

You might also like