Professional Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 6 :
1. Ambarwati (1610029)
2. Durrotul Lam’atis Tsaniyah (1610034)
3. Erni Heryanti (1610035)
4. Prafita Rizky (1610045)
5. Yohanes Pratama (1610051)
MALANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Kesehatan jiwa merupakan bagian yang integral dari kesehatan.
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan tetapi
merupakan suatu hal yang di butuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa
adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup,
dapat menerima orang lain sebagai mana adanya. Serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2015).
Menurut Sekretaris Jendral Dapertemen Kesehatan (Sekjen Depkes),
H. Syafii Ahmad, kesehatan jiibu Sa saat ini telah menjadi Bapakalah
kesehatan global bagi setiap negara terBapakuk Indonesia. Proses globalisasi
dan pesatnya kemajuan teknologi inforBapaki memberikan dampak terhadap
nilai-nilai sosial dan budaya pada Bapakyarakat. Di sisi lain, tidak semua
orang
mempunyai kemampuan yang sama untuk menyusuaikan dengan
berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stres tersebut. ( Diktorat
Bina Pelayanan Keperaibu Satan dan Pelayanan Medik Dapertemen
Kesehatan, 2015).
Setiap saat dapat terjadi 450 juta orang diseluruh dunia terkena
dampak perBapakalahan jiibu Sa, syaraf maupun perilaku dan jumlahnya
terus meningkat. Pada study terbaru IBU SHO di 14 negara menunjukkan
bahwa pada negara-negara berkembang, sekitar 76-85% kasus gangguan
jiibu Sa parah tidak dapat pengobatan apapun pada tahun utama(Hardian,
2010). Bapakalah kesehatan jiwa merupakan Bapakalah kesehatan
Bapakyarakat yang demikian tinggi dibandingkan dengan Bapakalah
kesehatan lain yang ada diBapakyarakat.
Dari 150 juta populasi orang di Indonesia, berdasarkan data
Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan
mental emosional. Sedangkan 4 % dari jumlah tersebut terlambat berobat dan
tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiiwaan ini.
Krisis ekonomi dunia yang semakin berat mendorong jumlah penderita
gangguan jiwa di dunia, dan Indonesia khususnya kian meningkat,
diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa (Nur Siyanti, 2010).
Berdasarkan hal diatas, kami kelompok tertarik untuk mencari serta
membahas tentang halusinasi dalam seminar kelompok yang sebagai salah
satu syarat tugas untuk menyelesaikan praktek klinik di RSJ Radjiman
Wediodiningrat malang.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum.
Untuk memberikan asuhan keperawatan Jiwa pada pasien dengan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah di ruangan Kasuari RSJ
Radjiman Wediodiningrat Malang
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Gangguan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan Melakukan
pengkajian pada klien dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri
Rendah
c. Melakukan intervensi keperawatan kepada klien dengan
Melakukan pengkajian pada klien dengan Gangguan Konsep Diri :
Harga Diri Rendah
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah Gangguan Konsep Diri : Harga
Diri Rendah
e. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
f. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan
yang penulis dapatkan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. BAPAKALAH UTAMA
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
b) Harga Diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dan menganalisis
seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari
diri sendiri dan orang lain. Individu akan merasa harga dirinnya tinggi
bila sering mengalami keberhasilan. Sebaliknya, individu akan merasa
harga dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai,
atau tidak diterima lingkungan. Harga diri dibentuk sejak kecil dari
adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai
meningkatnya usia dan sangat terancam pada Bapaka pubertas.
Coopersmith dalam buku Stuard dan Sudden (2002) menyatakan
bahwa ada empat hal yang dapat meningkatkan harga diri anak, yaitu :
1) Memberi kesempatan untuk berhasil
2) Menanamkan idealisme
3) Mendukumg aspirasi/ide
4) Membantu me
5) mbentuk koping.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap
diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal
diri. Menurut Schult and Videbeck (1998) gangguan harga diri rendah
adalah penilainan negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri
adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999).
Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu
yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.
Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga
diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama
adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.
3. Penyebab
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat
terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena :
- Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik
yang sembarangan, peBapakangan alat yang tidak sopan
(pencukuran pubis, peBapakangan kateter, pemeriksaan
perneal).
- Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
- Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai
tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir
yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik
yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life
span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh
kembang, misalnya sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima dalam kelompok (Yosep, 2007)
Tanda dan Gejalanya :
- Data Subyektif :
Mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta bantuan orang
lain dan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak
melakukan sesuatu.
- Data Obyektif :
Tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih dan
tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan,
wajah tampak murung.
4. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjadi tidak mau maupun
tidak mampu bergaul dengan orang lain dan terjadi isolasi sosial :
menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian
yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu
fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes RI 1998 : 336)
Tanda dan gejala :
Data subyektif :
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan/pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang
lain.
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain.
Data Obyektif :
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tiadalk ada kontak mata saat
berbicara.
C. BAPAKALAH DAN DATA YANG PERLU DIUJI
1) Bapakalah keperawatan:
a. Resiko isolasi sosial: menarik diri.
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c. Gangguan citra tubuh.
Core proble
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan citra tubuh.
Tujuan Khusus :
LAPORAN KASUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
Nama :Tn. K Tanggal dirawat : 18-04-2019
Umur : 37 tahun Tanggal pengkajian : 23-04-2019
Pendidikan : SMP Ruang rawat : Kasuari
Agama : Islam Sumber InforBapaki : Pasien
Status : menikah
Pekerjaan : swasta
Jenis kel. : laki-laki
No. RM : 104xx
37 thn
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal dunia
…… : Tinggal serumah
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Pasien
: cerai
2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Klien mengatakan tubuhnya biasa saja, tidak ada anggota tubuh yang
sangat disukai dan yang dibenci, akan tetapi klien mengatakan bahwa
hidungnya adalah yang paling disukai dan kurus tubuhnya yang tidak
disukai oleh Tn K karena tidak bisa gendut, walaupun seperti itu. Klien
mengatakan menerima apa adanya dalam tubuhnya.
b. Identitas :
Klien dapat mengenal dirinya sendiri mengenai dia adalah laki-laki
dalam keluarganya. Dia anak sulung dari lijma bersaudara. Klien
mengatakan sudah menikah tetapi sudah lama cerai dengan istrinya.
c. Peran :
Klien menyadari bahwa dirinya sebagai pasien dirumah sakit. Saat
dirumah pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pemborong
dalam suatu pembangunan. Klien mengatakan bahwa ia mau
bertanggung jawab terhadap pekerjaan, dia bekerja juga membantu
orang tuanya. Dalam Bapakyarakat klien sering ikut kegiatan
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan bahwa dirinya ingin cepat sembuh dan ingin
membina keluarga yang lebih baik lagi dan juga ingin kembali bekerja
seperti semula
e. Harga diri :
Pasien mengatakan malu dengan kondisi saat ini jika bertemu dengan
saudara dan tetangganya. Ia hidup sendiri sedang usianya tidak muda
lagi anak istrinya meninggalkannya
Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
Pasien mengatakan orang yang dekat dengannya adalah teman dan
keluarganya. Sedangkan saat dirumah sakit Tn K dekat dengan semua
orang dan tidak memiliki Bapakalah dengan pasien lain.
b. peran serta dalam kegiatan kelompok
Pasien mengatakan jarang mengikuti kegiatan kelompok yang ada
diBapakyarakat karena memiliki pekerjaan sendiri yang tidak bisa
ditinggalkan.
c. hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
pasien mengatakan bahwa dirinya kurang bisa diterima
dikampungnya karena sering matah-marah selain itu tetangga terdekat
selalu jaga jarak atau kurang empati dengan keadaannya
Diagnosa Keperawatan : resiko perilaku kekerasan
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
pasien .mengatakan bahwa dirinya memeluk agama islam
b. Kegiatan Ibadah
Pasien mengatakan bahwa ia melakukan ibadah sholat tapi Bapak
bolong bolong
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada Bapakalah
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan : pasien tampak memakai seragam pasien RSJ atasan
berwarna hijau dan celana berwarna cream, rambut pasien tampak rapi
tidak disisir, baju bersih, tidak terdapat bau badan, pasien menggunakan
sandal swalow berwarna hijau
Cara berpakaian : tidak terbalik saat memakai pakaian
Kebersihan : terlihat bersih
Bapakalah keperawatan: tidak ada Bapakalah
2. Pembicaraan
Frekuensi : pasien sering menjawab pertanyaan dengan jelas ,menjawab
setiap pertanyaan yang diajukan
Volume : pelan dan jelas
Jumlah : pasien menjawab pertanyaan dengan panjang
Karakter : cukup baik dan kooperatif
Saat bercerita tentang tetangga yang pernah mencemoohnya, intonasi
pasien tampak meningkat, isi pembicaraan tampak kasar dan tampak
tangan pasien mengepal.
Bapakalah keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan
3. Aktifitas Motorik/Psikomotor
Kelambatan:
Hipokinesia,
Hipoaktifitas
Kata lepsi
Sub stupor katatatonik
fleksibilitsserea
Pasien tidak mengalami kelambatan aktivitas fisik
Peningkatan:
hiperkinesia
hiperaktif
Pasien tidak mengalami peningkatan aktifitas fisik
Diagnosa keperawatan : Tidak ada Bapakalah
4. Mood dan afek
Mood :
Depresi
Ketakutan
Euforia
Khawatir
Anhedonia
Kesepian
Jelaskan
Pasien mengatakan kesepian ditinggal orang tuanya dan istrinya ,
wajah sedih, mata berkaca-kaca, pasien sering melamun dan
memikirkan sesuatu yang berkaitan dengan perpisahan keluarganya.
Dan saat seperti itu Tn K lebih memilih diam dan kurang ingin berada
dikermaian
Afek : Sesuai
Pasien tampak sedih dan megatakan kesepian, kurang istirahat,mata
berkaca-kaca, wajah sedih
Bapakalah Keperawatan:
5. Interaksi selama wawancara :
Bermusuhan
Tidak koperatif
Mudah tersinggung
Kontak mata berkurang
Defensif
curiga
Jelaskan :
Pasien dapat berinteraksi dengan baik selama wawancara, kontak mata
baik, pasien kooperatif
Diagnosa Keperawatan : tidak ada Bapakalah
6. Persepsi – sensorik
a .halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
b.ilusi
Ada
Tidak ada
Jelaskan : Pasien mengatakan mendengar suara berbisik saat naik sepeda
motor ada bisikan untuk membelok padahal jalannya lurus. Frekuensi
bisikan hanya muncul saat berkendara sepada motor, bisikan berasal dari
kedua telinga baik kanan maupun kiri. Pasien mampu mengendalikan
dirinya walaupun ada bisikan tersebut.
Bapakalah Keperawatan: Risiko gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran
7. Proses pikir
a. Arus pikir :koheren
Pasien bicara lancar mudah dipahami, pasien berbicara secara runtun
tidak loncat – loncat.
Berhitung
Pasien mampu menghitung dengan baik dibuktikan dengan pasien
mampu berhitung 100-7=93, 93-7=86
11. Kemampuan penilaian
Gangguang kemampuan penilaian ringan : pasien dapat mengambil
keputusan sederhana dengan bantuan oranglain. Contoh : pasien
diberikan pilihan mandi sebelum makan atau makan sebelum mandi.
Bapakalah perawatan : tidak ada Bapakalah
12. Daya tillik diri
Pasien Bapak bingung dengan kondisinya saat ini ia merasa sehat sehat
saja.
Bapakalah Keperawatan : Defisit pengetahuan
Makan
pasien mengatakan makan 3 kali sehari, makan secara mandiri, makan
porsi yang disediakan rumah sakit dihabiskan.
Toileting (BAK, BAB)
Pasien mengatakan BAK dan BAB dikamar mandi tanpa bantuan orang
lain
BAK: Pasien mengatakan BAK 3-4 kali sehari dikamar mandi
BAB: Pasien mengatakan 1 hari sekali dikamar mandi
3. Istirahat dan tidur
Pasien mengatakan terkadang tidur siang jam 13.00-14.00. Tidur malam
jam 21.00 sampai 04.00 pagi. Pasien mengatakan aktivitas sebelum tidur
adalah cuci kaki dan gosok gigi dan saat bangun tidur pasien mandi/cuci
muka dikamar mandi
4. Kemampuan lain-lain
Mengantisipasi kebutuhan hidup
Pasien mengatakan ingin bekerja sebagai pemborong lagi
Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Pasien mengatakan membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan
kesehatannya
Pasien mengatkan rutin minum obat yang diberikan oleh petugas.
Bapakalah Keperawatan : tidak ada Bapakalah
5. Sistem Pendukung
Keluarga Ya
Terapis Ya
Teman sejawat Ya
Kelompok sosial Ya
Jelaskan : sistem pendukung pasien terpenuhi
PERENCANAAN
No Dx Kep.
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
1 Harga diri Tujuan umum : Setelah 2 kali interaksi, Bina hubungan saling percaya dengan
Pasien memiliki Hubungan saling percaya
rendah pasien menunjukkan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
konsep diri yang merupakan dasar untuk
kronik eskpresi wajah bersahabat, :
positif 1. Sapa pasien dengan ramah baik verbal hubungan interaksi selanjutnya.
menun-jukkan rasa senang,
maupun non verbal.
Tujuan khusus: ada kontak mata, mau
2. Perkenalkan diri dengan sopan.
1. Pasien dapat
berjabat tangan, mau 3. Tanyakan nama lengkap dan nama
membina
menyebutkan nama, mau panggilan yang disukai pasien.
hubungan saling 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
menjawab salam, pasien
5. Jujur dan menepati janji.
percaya dengan
mau duduk berdampingan 6. Tunjukan sikap empati dan menerima
perawat.
dengan perawat, mau pasien apa adanya.
7. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan
mengutarakan Bapakalah
dasar pasien.
yang dihadapi
Tujuan khusus: Setelah 2 kali interaksi 1. Diskusikan dengan pasien tentang: Menilai realitas, kontrol diri
2. Pasien dapat a. Aspek positif yang dimiliki pasien,
pasien menyebutkan: atau integritas ego diperlukan
mengidentifikasi 1. Aspek positif dan keluarga, lingkungan.
sebagai dasar asuhan
b. Kemampuan yang dimiliki pasien.
aspek positif dan kemampuan yang
2. Bersama pasien buat daftar tentang: keperawatannya, reinforcement
kemampuan yang dimiliki pasien. a. Aspek positif pasien, keluarga,
positif akan meningkatkan
2. Aspek positif keluarga.
dimiliki. lingkungan.
3. Aspek positif harga diri pasien, dan pujian
b. Kemampuan yang dimiliki pasien.
lingkungan pasien. 3. Beri pujian yang realistis, hindarkan yang realistik tidak
memberi penilaian negatif. menyebabkan pasien
melakukan kegiatan hanya
karena ingin mendapatkan
pujian.
Tujuan khusus: Setelah 2 kali interaksi 1. Diskusikan dengan pasien kemampuan Prasarat untuk berubah dan
3. Pasien dapat
pasien menyebutkan yang dapat dilaksanakan. mengerti tentang kemampuan
menilai 2. Diskusikan kemampuan yang dapat
kemampuan yang dapat yang dimiliki dapat memotivasi
kemampuan yang dilanjutkan pelaksanaannya.
dilaksanakan dan mengikuti pasien untuk tetap
3. Motivasi dan ikut sertakan pasien untuk
dimiliki untuk
rehabilitasi mempertahankan
mengikuti rehabilitasi
dilaksanakan
penggunaannya
Tujuan khusus: Setelah 2 kali interaksi 1. Rencanakan bersama pasien aktivitas Pasien adalah individu yang
4. Pasien dapat pasien membuat rencana yang dapat dilakukan setiap hari sesuai bertanggung jawab terhadap
merencanakan kegiatan harian kemampuan pasien: dirinya sendiri, pasien perlu
a. Kegiatan mandiri.
kegiatan sesuai bertindak secara realistis dalam
b. Kegiatan dengan bantuan.
dengan 2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi kehidupannya, dan contoh
kemampuan yang pasien. peran yang dilihat pasien akan
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan
dimiliki memotivasi pasien untuk
yang dapat pasien lakukan.
melaksanakan kegiatan.
Tujuan khusus: Setelah 2 kali interaksi 1. Anjurkan pasien untuk melaksanakan Reinforcement positif dapat
5. Pasien dapat pasien melakukan kegiatan kegiatan yang telah direncanakan. meningkatkan harga diri kllien
2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan
melakukan sesuai jadwal yang dibuat dan memberikan kesempatan
pasien.
kegiatan sesuai kepada pasien untuk tetap
3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan
rencana melakukan kegiatan yang biasa
pasien.
4. Diskusikan dengan pasien kemungkinan dilakukan
pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
Tujuan khusus: 1. Bantu keluarga memberikan dukungan
Mendorong keluarga akan
6. Pasien dapat Setelah 1 kali interaksi selama pasien di rawat
2. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga sangat berpengaruh dalam
memanfaatkan pasien memanfaatkan sistem
tentang cara merawat pasien dengan mempercepat proses
sistem pendukung pendukung yang ada di
harga diri rendah penyembuhan pasien dan
yang ada. keluarga
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan
meningkatkan peran serta
di rumah
keluarga dalam merawat pasien
di rumah.
A. Kesimpulan
Pada kasus yang dialami Tn. K yang sudah kami kaji dan beri Asuhan Keperawatan
berupa implementasi keperawatan selama 4x24 jam, Bapakalah keperawatan yang bisa
diangkat berkaitan dengan kondisi pasien adalah:
a. Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
b. Risiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran
c. Risiko Perilaku Kekerasan
Semua Bapakalah keperawatan telah teratasi dengan beberapa faktor pendukung dan
faktor penghambat:
1. Faktor pendukung
a. Klien kooperatif
b. Klien mampu berkonsentrasi dan mengikuti arahan dengan baik
c. Klien mampu mengingat yang diajarkan dengan baik
2. Faktor penghambat : Pasien kadang Bapak merasakan sedih ketika sendirian dan tidak
ada aktivitas dan pekerjaan
B. Saran
Berdasarkan teori, diagnosa yang muncul pada Ny. K sudah banyak tercapai dan
menuju perkembangan tapi pada keperawatan jiwa, pasien Bapak perlu dipantau
terutama pada saat minum obat. Untuk itu perlu adanya motivasi dari pihak tenaga
kesehatan dan keluarga untuk memotivasi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Coopersmith. 2002. The Antecedent Of Self Esteem. San Fransisco: W. H. Freeman &
Company
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama
FORMAT
2. Fase Kerja
“ Bapak ,apa saja kemampuan yang bapak miliki ? Bagus ,apa lagi?
Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Bapak
lakukan ? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapa? Mencuci piring
……….dst”.
“Wah ,bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Bapak miliki”.
“ Bapak dari lima kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang Bapak dapat
dikerjakan di rumah sakit ?
Coba kita lihat ,yang pertama bisakah ,yang kedua………sampai 5 (misalnya ada
3 yang Bapak bisa dilakukan).Bagus sekali ada 3 kegiatan yang Bapak bisa
kerjakan di rumah sakit ini.
“Sekarang ,coba Bapak pilih satu kegiatan yang Bapak bisa dikerjakan di rumah
sakit ini”. “O yang nomor satu ,merapikan tempat tidur? Kalau begitu,bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur Bapak”.Mari kita lihat tempat
tidur Bapak ya.
Coba lihat ,sudah rapikah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur ,mari kita pindahkan dulu bantal dan
n selimutnya.bagus!Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita
balik.”Nah,sekarang kita pasang lagi spreinya ,kita mulai dari atas ya bagus!
Sekarang sebelah kaki ,tarik dan Bapakukkan ,lalu sebelah pinggir
Bapakukkan .Sekarang ambil bantal,rapikan dan letakkan di sebelah atas kepala.
Mari kita lipat selimut ,nah letakkan sebelah bawah kaki ,bagus!”
“Bapak sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali .Coba perhatikan
bedakah dengan sebelum dirapikan ?Bagus”
“ Coba Bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Bapak
lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa melakukan ,dan T
( tidak) melakukan .
3. Fase Terminasi :
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan
tempat tidur ? yach?, Bapak ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat
dilakukan di rumah sakit ini.
Salah satunya , merapikan tempat tidur , yang sudah Bapak praktekkan dengan
baik sekali
Coba ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus sekali..
“Sekarang ,mari kita Bapakukkan pada jadual harian . Bapak,Mau berapa kali
sehari merapikan tempat tidur. Bagus ,dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa? Lalu
sehabis istirahat ,jam 16.00”
“ Coba Bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau Bapak
lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa melakukan ,dan T
( tidak) melakukan .
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak Bapak ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya
bagus,cuci piring …. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok ya jam
08.00 pagi di dapur sehabis makan pagi
Sampai jumpa ya…Assalamu’alaikum
2. Kerja :
“Bapak, sebelum kita memcuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapanya,
yaitu serabut tepes untuk membersikan piring, sabun khusus untuk mencuci
piring, dan air untuk membilas, Bapak bisa mneggunakan air yang mengalir dari
kran ini, oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa –
makanan.
“sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring koto, lalu
buang dulu sisa makanan yang ada dipiring tersebut ketemapat sampah, kemudian
Bapak bersikan piring tersebut dengan menggunakan sabut tepes yang sudah
diberikan sabun pencuci piring, setelah selesai disabuni bilas dengan
menggunakan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut,
setelah itu Bapak bisa mengkeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang
sudah tersedia didapur, nah selesai
“sekarang coba Bapak yang melakukan”
“Bagus sekali, Bapak dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik, sekarang
dilap tanganya
3. Terminasi :
“bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cuci piring”
Coba ulangi cara mencuci piring…baguss
“ bagaimana kalau kegiatan cuci piring ini diBapakukan menjadi kegiatan sehari
– hari Bapak. mau berapa kali Bapak mencuci piring ? bagus sekali Bapak
mencuci piring tiga kali setelah makan”
“besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga, setelah merapikan tempat
tidur dan cuci piring. Bapak ingat kegiatan apakah itu ? ya benar kita akan latihan
mengepel”
“mau jam berapa? Sama dengan sekarang ?
sampai jumpa…Assalamu’alaikum
CATATAN:
Strategi pelaksanaan selanjutnya, sama dengan SP 2 dengan kegiatan yang
dimiliki sesuai kemampuan pasien lainnya (yang belum dilatih)
DAFTAR PUSTAKA
Boyd dan Nihart. (1998). Psychiatric Nursing& Contemporary Practice. 1st edition.
Lippincot- Raven Publisher: Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999.
Kusumawati Farida, Hartono Yudi, Buku Ajar Keperawatan Jiwa/ Farida Kusumawati dan
Yudi Hartono. – Jakarta : Salemba Medika, 2012 – Cetakan Ketiga.
Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995.
Stuart, G.W. & Michele T. Laraia, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 6 th
Edition, Mosby Company, St. Louis, 1998.
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000.
Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi
3. Jakarta: EGC.
Yusuf, Ah, dkk, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. – Jakarta : Salemba Medika, 2015.