Odontologi forensik pada kedokteran gigi digunakan untuk mengidentifikasi
korban. Banyak metode yang digunakan, salah satunya rugoscopy. Rugoscopy merupakan metode identifikasi dengan pemanfaatan rugae palatina. Rugoscopy sangat menguntungkan karena biaya yang murah, cepat dan praktis. Rugae palatina terlindungi dari trauma dan temperatur tinggi karena terletak pada posisi internal rongga mulut. Rugae palatina bersifat individualistik, namun dapat memiliki kesamaan pada hubungan herediter karena mekanisme poligen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan bentuk pola dan ukuran pola rugae palatina antara mamak dan kamanakan laki-laki suku Minangkabau. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional melalui pendekatan cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 78 pasang mamak dan kamanakan laki-laki suku Minangkabau di wilayah Luhak Nan Tigo. Klasifikasi rugae palatina yang digunakan adalah klasifikasi Thomaz dan Khutze. Analisis data menggunakan Uji statistik non-parametrik Uji Mann Whitney. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rugae palatina mamak dan kamanakan laki-laki suku Minangkabau didominasi bentuk bergelombang, lalu diikuti bentuk melengkung, bentuk lurus, bentuk unifikasi, dan bentuk sirkular. Ukuran rugae palatina mamak dan kamanakan laki-laki suku Minangkabau didominasi ukuran primer, lalu diikuti ukuran sekunder dan ukuran fragmenter. Hasil uji Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada bentuk dan ukuran rugae palatina antara mamak dan kamanakan laki-laki suku Minangkabau (p>0,05), tetapi terdapat perbedaan yang signifikan pada bentuk unifikasi (p<0,05). Bentuk dan ukuran rugae palatina memiliki kemiripan pada hubungan herediter, tetapi tidak identik. Pemanfaatan rugae palatina dapat dijadikan salah satu metode sekunder untuk mengidentifikasi korban.
Kata kunci : Rugoscopy, rugae palatina, mamak dan kamanakan laki-laki