You are on page 1of 6

JENIS PAJAK DAERAH YANG DIPUNGUT

Pajak Daerah yang dipungut terdiri atas

1. Jenis pajak provinsi terdiri atas


a. Pajak Kendaraan Bermotor
b. Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Air permukaan
e. Pajak Rokok
2. Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri atas
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Pengaturan selanjutnya undang-undang membatasi yaitu dengan pelarangan pihak daerah


untuk memungut pajak selain jenis pajak yang telah ditetapkan dalam undang-undang PDRD dan
daerah juga diberikan kewenangan menetapkan jenis pajak yang harus dipungut seperti yang telah
ditetapkan dalam undang-undang PDRD dengan mempertimbangkan potensi.

Terhadap jenis pajak ternyata potensinya kurang memadai, maka kebijakan daerah dapat
tidak memungut. Kewenanga emungutan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 91 tahun 2010
tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau dibayar
sendiri oleh Wajib Pajak mengatur
1. Pajak Kendaraan bermotor, Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan,
Pajak reklame, Pajak Air Tanah, dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
pungutannya berdasarkan penetapan Kepala Daerah.
2. Pajak Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Rokok, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan
, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan,Pajak Parkir, Pajak Sarang
Burung Walet, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak.
3. Pelaksanaan pungutan pajak seperti pada butir 1 dan butir 2 dilarang diborongkan. Hal
tersebut diartikan bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan pajak tidak dapat dikerjakan
dengan pihak ketiga yang meliputi kegiatan penghitungan besarnya pajak terutang,
pengawasan penyetoran pajak, dan penagihan pajak. Hal tersebut memungkinkan kerja sama
dengan pihak ketiga dalam rangka mendukung kegiatan pemungutan pajak, antara lain dalam
rangka pencetakan formulir perpajakan, pengirinian surat kepada Wajib Pajak, atau
penghimpunan data objek pajak dan subjek pajak.
4. Kewajiban membayar pajak yang dilakukan oleh setiap Wajib Pajak atas pajak yang terutang
didasarkan pada Surat Ketetapan Pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib-Pajak berdasarkan
ketentuan perundang-udangan perpajakan.
5. Besarnya pajak terutang ditetapkan berdasarkan penetapan kepala daerah dengan
menggunakan
a. Suirat Ketetapan Pajak Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan; atau
b. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang.
Penggunaan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) digunakanan hanya dalM
pemungutan PBB, sedangkan dokumen lain yang dipersamakan adalah karcis atau nota
perhitungan

6. Besarnya pajak terutang dengan cara dibayar sendiri oleh Waib Pajak berdasakan peraturan
perundang-udangan perpajakan menggunakan:
a. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah;
b. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB); dan/atau
c. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPD KBT)..
Terhadap wajib pajak yang pemenuhan kewajiban perpajakannya dengan membayar sendiri
diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah. Bila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dapat diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPD KBT) yang berfungsi sebagai sarana
penagihan

PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

Pasal 1 angka 12 Undang – Undang PDRD menyatakan bahwa Pajak KEndaraan bermotor adalah
pajak atas kepemilikan dan / atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor
dimaksudkan yaitu semua kendaraan beroda, beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis
jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan
bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya
menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang
dioperasikan di air.

Pokok Pengaturan sesuai undang – undang PDRD yaitu:

1. Objek Pajak
Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan
Bermotor.nTermasuk dalam pengertian Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua
jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT
5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross Tonnage).
2. Pengecualian sebagai objek pajak
a. kereta api;
b. Kendaraan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan
keamanan negara;
c. kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara
asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh
fasilitas pembebasan pajak dari Pemerintah; dan
d. objek Pajak lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
3. Subjek Pajak
Sebagai subjek pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki
dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor. Dalam hal subjek pajak Kendaraan Bermotor adalah
Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa Badan tersebut
4. Dasar pengenaan Pajak
Sebagai dasar pengenaan pajak untuk pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2
(dua) unsur pokok:
a. Nilai Jual Kendaraan Bermotor;
Besarnya nilai jual kendaraan bermotor ditentukan harga pasaran umum, yaitu harga rata
– rata yang diperoleh dari berbagai sumber yang akurat. Harga pasaran umum dimaksud
pasaran umum pada minggu pertama bulan Desember tahun Pajak sebelumnya. Khusus
untuk Kendaraan Bermotor yang digunakan di luar jalan umum, termasuk alat-alat berat
dan alat-alat besar serta kendaraan di air, dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor
adalah niali jual kendaraan bermotor. Penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaraan
Bermotor dinyatakan ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri setelah
mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan. Penghitungan dasar pengenaan Pajak
Kendaraan Bermotor ditinjau kembali setiap tahun.
b. bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan dan/aytu pencemaran
lingkungan akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.

Tarif

Besarnya tariff pajak kendaraan bermotor pribadi ditetapkan dengan peraturan daerah yaitu:

a) untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor pertama paling rendah sebesar 1% dan paling tinggi
sebesar 2%;
b) untuk kepemilikan Kendaraan Bermotor kedua dan seterusnya tarif dapat ditetapkan secara
progresif paling rendah sebesar 2% dan paling tinggi sebesar 10%.
c) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial
keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, Pemerintah/TNI/Polri, Pemerintah Daerah, dan
kendaraan lain yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ditetapkan paling rendah sebesar
0,5% dan paling tinggi sebesar 1% (satu persen).
d) Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan paling rendah
sebesar 0,1% dan paling tinggi sebesar 0,2%.
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Pengertian Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor sesuai pasal 1 angka 14 Undang – Undang
PDRD adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua
pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan,
atau pemasukan ke dalam badan usaha.

Pokok pengaturan sesuai Undang – Undangan PDRD yaitu:

1. Objek Pajak
a. Sebagai Objek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah penyerahan
kepemilikan kendaraan bermotor.
b. penguasaan kendaraan bermotor melebihi 12 (dua belas) bulan dianggap sebagai
penyerahan,
c. kecuali penguasaan kendaraan bermotor karena perjanjian sewa beli;
2. Termasuk penyerahan kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada angka 1a adalah
pemasukan kendaraan bermotor dari luar negeri untuk dipakai secara tetap di Indonesia
3. Pengecualian objek pajak
Penyerahan kendaraan bermotor seperti pada butir 2, dikecualikan sebagai objek pajak:
a. Untuk dipakai sendiri oleh orang pribadi yang bersangkutan
b. Untuk diperdagangkan
c. untuk dikeluarkan kembali dari wilayah pabean Indonesia; dan
d. objek lain yang ditetapkan peraturan daerah

PAJAK HOTEL

Pengertian Pajak Hotel sesuai Pasal angka 20 undang-undang adalah Pajak atas pelayanan
disediakan oleh hotel sedangkan hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan
termasuk jasa terkait lainya dengan dipungut bayaran yang mencakup motel, losmen, gubuk
pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos
dengan jumlah lebih dari 10 (sepuluh).

OBJEK PAJAK HOTEL


Pasal 32 undang-undang PDRD pengenaan atau pemungutan Pajak Hotel sebagai ohlek Pajaknya
yaitu pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pelayanan, termasuk jasa penunjang fasilitas
olahraga dan hiburan. Sebagai jasa penunjangnya dapat beragam sepeni telepon, facsimile, teleks,
warnet, fotokoiSi, pelayanan cuci, transpotasi, seterika, dan fasilitas sejenis lainnya yang
disediakan Hotel. Tetapi terdapat jasa yang tidak/dikecualikan sebagai objek Pajak Hotel:

a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

b. Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya

c. Jasa tempat tinggal di Pusat Pendidikan atau Kegiatan keagamaan

d. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, Panti jompo, panti asuhan, dan panti sosial
lainnya yang sejenis; dan

e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh Hotel yang dapat
dimanfaatkan oleh umum.

SUBJEK DAN TARIF PAJAK HOTEL

Sebagai pihak yang dibebani Pajak Hotel yaitu orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. Tarif Pajak Hotel yang
ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh persen) yang penetapannya dengan Peraturan Daerah dan
Dasar Pengenaan Pajaknya yaitu jumlah pembayaran yang seharusnya dibayar kepada Hotel.

PAJAK RESTORAN

Pajak Restoran tersebut dikenakan atas pelayanan yang disediakan restoran, tetapi tidak termasuk
pelayanan yang disediakan restoran yang nilai jualnya tidak melebihi batas tertentu yang
ditetapkan Peraturan Daerah Besarnya tarif pajak restoran paling tinggi 10% (sepuluh persen),
sehingga Pajak restoran yang dibebankan kepada orang pribadi atau badan yang membeli makanan
dan/atau minuman dari restoran yang dasar pengenaannya yaitu jumlah pembayaran yang diterima
atau seharusnya diterima restoran.

You might also like