You are on page 1of 18

APLIKASI SENYAWA KOORDINASI

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah
Kimia Anorganik II
Dosen Pengampu:
Ferli Septi Irwansyah, M.Si
Citra Deliana Dewi, M.Si

Disusun Oleh Kelompok 6 (Kelas VB)


Mila Fajariah 1162080043
Moch. Hilman 1152080051
Munawaroh Kamilatun Nisa 1162080046
Robiah Siti Hanifah 1162080061
Salsa Virginia 1162080065
Sindy Alriyanti 1162080068
Teti Fathonah 1162080079

PRODI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT, tak lupa shalawat
beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita semua yaitu kepada
Nabi Muhammad SAW karena atas rahmat, karunia, dan hidayahnya, sehingga kami
selaku penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-sebaiknya.

Salah satu unsur keberhasilan dalam pembuatan makalah ini adanya


kerjasama antar mahasiswa yang merupakan salah satu faktor berhasil tidaknya
mahasiswa dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kepada semua pihak yang
telah mendukung terhadap lancarnya pembuatan makalah ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis, semoga Allah SWT
membalas kebaikannya dengan berlipat ganda.

Akhir kata, mohon maaf jika dalam makalah ini terdapat kesalahan. Kritik dan
saran dari pembaca akan sangat membantu, dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat sebesar-besarnya dan bernilai ibadah disisi-Nya.

Bandung, Desember 2018

Penyusun.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3
BAB I. ....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 2
BAB II. ..................................................................................................................................... 3
ISI DAN PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
2.1 Pengertian senyawa kompleks ..................................................................................... 3
2.2 Aplikasi Senyawa Koordinasi ...................................................................................... 4
BAB III................................................................................................................................... 14
PENUTUP.............................................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 14
Daftar pustaka......................................................................................................................... 1

ii
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sarat akan
pengembangan IPTEK. Karena memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-
hari, maka aplikasi senyawa kompleks perlu dikembangkan terutama dalam bidang
kesehatan, farmasi, industri, lingkungan, dan pertanian yang pemanfaatannya berguna
bagi kelangsungan hidup manusia, hewan, dan tumbuhan. Contoh sederhana, setiap
hari manusia senantiasa memerlukan oksigen untuk bernapas. Proses pengikatan
oksigen oleh Fe menjadi senyawa kompleks dalam tubuh merupakan salah satu
contoh aplikasi senyawa kompleks dalam keseharian. Senyawa kompleks terbentuk
akibat terjadinya ikatan kovalen koordinasi antara suatu atom atau ion logam dengan
suatu ligan (ion atau molekul netral). Logam yang dapat membentuk kompleks
biasanya merupakan logam transisi, alkali, atau alkali tanah. Studi pembentukan
kompleks menjadi hal yang menarik untuk dipelajari karena kompleks yang terbentuk
dimungkinkan memberi banyak manfaat, misalnya untuk ekstraksi dan penanganan
keracunan logam berat.
Salah satu ciri penting dari logam transisi ialah kemampuannya membentuk
kompleks atau senyawa koordinasi, dimana atom atau ion logam pusatnya
mempunyai dua atau lebih ligan terikat padanya oleh ikatan kovalen koordinat.
Senyawaan demikian mungkin berupa sebuah ion kompleks dengan ion-ion
tergabung yang bermuatan berlawanan dengannya, atau mungkin berupa sebuah
kompleks yang netral. Suatu ligan dengan lebih dari satu titik lekat kepada ion atau
atom pusatnya, disebut zat penyepit (Keenan, 1984)
Senyawa koordinasi/senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk
melalui ikatan koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom pusat
dengan ligan (gugus pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena sulit
dipahami pada awal penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi merupakan
ikatan kovalen (terdapat pasangan elektron yang digunakan bersama) di mana
pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom (chang,
2005).
Senyawa kompleks sudah sejak lama dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan. Beberapa penggunaan praktis senyawaan koordinasi yang paling tua,
adalah yang disebabkan oleh warnanya. Berdasarkan kesenian dan praktek yang
berasal dari zaman kuno, pada ahli kimia dan ahli kesenian dan kerajinan
merumuskan zat-zat pewarna, kaca berwarna, dan glasir untuk keramik dari zat-zat
yang sekarang diuraikan menurut kimia koordinasi logam transisi. Jumlah dan jenis

1
aplikasi kimia koordinasi atau senyawa kompleks sangat luas meliputi kehidupan
rumah tangga, industri sampai kesehatan.
Pembentukan kompleks dalam analisis anorganik kualitatif sering trelihat
dalam pemisahan dan identifikasi. Salah satu fenomena yang paling umum muncul
jika ion kompleks terbentuk adalah adanya perubahan warna d dalam larutan.
Fenomena lain yang yang terlihat jika adalah kenaikan kelarutan. Banyak endapan
yang dapat melarut karena pembentukan kompleks (Svehla, 1995).
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai aplikasi atau penggunaan senyawa
kompleks atau senyawa koordinasi dalam industri, kimia analitik dan kesehatan.
Banyak kation yang membentuk kompleks dalam larutan dengan bervariasi substansi
berdasarkan elektron tak berpasangan yang dimiliki oleh mereka yang dapat
membentuk senyawa koordinasi dengan logam. Ion logam dalam larutan merupakan
asam Lewis (senyawa penerima pasangan elektron) dan ion pengompleksnya
merupakan bawa Lewis (senyawa yang mendonorkan elektron) (Christian, 1994).

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan senyawa kompleks/senyawa koordinasi?
2. Apa saja aplikasi dari senyawa kompleks?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi senyawa kompleks
2. Untuk mengetahui aplikasi dari senyawa kompleks

2
BAB II.
ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 Pengertian senyawa kompleks
Senyawa koordinasi/senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk
melalui ikatan koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom pusat
dengan ligan (gugus pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena sulit
dipahami pada awal penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi merupakan
ikatan kovalen (terdapat pasangan elektron yang digunakan bersama) di mana
pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom. Ikatan
koordinasi bisa terdapat pada kation atau anion senyawa tersebut. Ion/atom pusat
merupakan ion/atom bagian dari senyawa koordinasi yang berada di pusat (bagian
tengah) sebagai penerima pasangan electron sehingga dapat di sebut sebagai asam
Lewis, umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi). Sedangkan ligan
atau gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari senyawa koordinasi yang
berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron sehingga dapat disebut
sebagai basa Lewis (chang, 2005).
Reaksi pengkompleksan dengan suatu ion logam, melibatkan penggantian
satu molekul pelarut atau lebih yang terkoordinasi, dengan gugus-gugus nukleofilik
lain. Gugus-gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air,
reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan:
M(H2O)n + L = M (H2O)(n-1) L + H2O
Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan
sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung
koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis.
Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH3 melalui
atom N) disebut ligan unidentat (Ralph H petrucci, 1985).
Ligan (L) dapat berupa sebuah molekul netral atau sebuah ion bermuatan,
dengan penggantian molekul-molekul air berturut-turut selanjutnya dapat terjadi,
sampai terbentuk kompleks MLn (n adalah bilangan koordinasi dari logam itu, dan
menyatakan jumlah maksimum ligan monodentat yang dapat terikat padanya). Ligan
adalah molekul sederhana yang dalam senyawa kompleks bertindak sebagai donor
pasangan elektron (basa Lewis). ligan akan memberikan pasangan elektronnya
kepada atom pusat yang menyediakan orbital kosong. interaksi antara ligan dan atom
pusat menghasilkan ikatan koordinasi.
Ligan dapat diklasifikasikan atas dasar banyaknya titik-lekat kepada ion
logam:

3
1. Monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh
penyumbangan satu pasangan elektron kepada logam.
2. Bidentat, yaitu molekul atau ion ligan itu mempunyai dua atom penyumbang
yang masingmasing mempunyai satu pasangan.
3. Multidentat, yaitu ligan mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul.
Pembentukan kompleks dalam analisis anorganik kualitatif sering trelihat dalam
pemisahan dan identifikasi. Salah satu fenomena yang paling umum muncul jika ion
kompleks terbentuk adalah adanya perubahan warna d dalam larutan. Fenomena lain
yang yang terlihat jika adalah kenaikan kelarutan. Banyak endapan yang dapat
melarut karena pembentukan kompleks (Svehla, 1995)
2.2 Aplikasi Senyawa Koordinasi
Aplikasi senyawa kompleks sangat beragam dan banyak sekali karena
penelitian tentang senyawa kompleks terus berkembang dan perkembangannya sangat
pesat sejalan dengan perkembangan IPTEK. Dalam makalah ini diuraikan beberapa
aplikasi senyawa kompleks tersebut.
1. Radioisotop
Seperti yang dijelaskan dalam jurnal (Nota, Ligan, & Senyawa, 2007) senyawa
kompleks dapat digunakan sebagai radioisotop.
A. Metode Sintesis ligan1,4,7-triaza-siklononana-1,4,7asam triasetat
(NOTA)
Sebanyak 5 mmol 1,4,7-triazasiklo-nonana asam triklorida dalam litium
hidroksida-etanol direaksikan dengan asam bromo asetat dalam litium
hidroksidaetanol sebanyak 15,39 mmol dalam gelas kimia pada suhu 1-2oC,
sambil diaduk dengan menggunakan magnetic stirer. Kemudian suhu
dinaikkan sampai 40-50oC, dan pH larutan diatur sampai dicapai pH 10-11.
Pengadukan dilakukan selama 5 hari dengan kondisi reaksi dipertahankan
(suhu 40-50oC dan pH 10-11). Setelah 5 hari pengadukan dihentikan, pH
larutan dijadikan netral denganpenambahan asam klorida 37%. Selanjutnya,
serbuk putih yang terbentuk dipisahkan dari larutannya dengan cara dekantasi.
Serbuk putih yang didapat ditimbang dan disimpan dalam botol vial.
B. Karakterisasi dengan menggunakan spektrometer IR dan spektrometer
NMR, serta diuji kemurniannya
Metode : Serbuk putih yang telah didapat digerus dengan menggunakan
kalium bromida, lalu campuran diukur dengan alat spektrometer IR untuk
memperoleh spektrumnya. Selanjutnya sisa endapan putih dikarakterisasi
dengan menggunakan spektrometer 1H-NMR, dan kemurniannya diuji dengan
uji titik dekomposisinya

4
Hasil :
Pengukuran serapan gelombang inframerah dalam suatu penentuan struktur
bertujuan untuk mengetahui gugus-gugus fungsi yang terdapat pada suatu
molekul. Identifikasi gugus fungsi tertentu ditunjukkan oleh serapan khas
pada bilangan gelombang tertentu yang merupakan hasil transisi antara tingkat
energi vibrasi (getaran) dari setiap interaksi atom-atom dalam suatu molekul,
baik berupa bending (tekuk/lentur) ataupun stretching (regang). Dalam
struktur NOTA terdapat beberapa jenis ikatan yang menyusunnya seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut :

gambar 1 Spektrum Infra Merah Hasil Sintesis

C. Kegunaan

5
Dalam aplikasinya radioisotop digunakan dalam bentuk senyawa kompleks
radioaktif yang diikatkan dengan suatu ligan, yang dapat mengikat kuat logam
radioaktif tersebut dan juga bersifat stabil. Ligan yang sering digunakan dalam
pembentukan senyawa kompleks radioaktif tersebut adalah ligan makrosiklik.
Kompleks makro siklik ditandai dengan stabilitas termodinamika tinggi dan
ketahanannya secara kinetik. Efek makrosiklik adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan pengamatan bahwa kompleks makrosiklik lebih stabil
dari pada analog rantai terbuka mereka. Ligan 1,4,7-triazasiklononana-1,4,7-
asam triasetat (NOTA) adalah salah satu ligan makrosiklik (jenis poliaza)
yang sering digunakan sebagai prekursor pembentukan senyawa kompleks
dalam pengaplikasian pengobatan medis berbasis radiodiagnosa ataupun
radioterapi. NOTA diteliti secara intensif sebagai ligan khelat makrosiklik
multidentat sebagai pengkompleks yang luas terhadap ion metal bi- atau
trivalen (Förster et al., 2011). NOTA khususnya digunakan sebagai
pengompleks secara luas untuk ion metal bi- dan trivalen. Kompleks ini yang
memiliki aplikasi medis sebagai agen pengkontras dan pengobatan kanker,
diagnosis, terapi, dan lainnya (Nyadong, Green, Jesus, Newton, & Ferna,
2007)
2. Pembuatan Tes Kit Kromium Berdasarkan Pembentukan Kompleks Cr(Vi)
Difenilkarbazida
Seperti yang dijelaskan dalam jurnal (Khanifah,dkk 2015)
A. Penentuan Cr(VI) pada sampel air dengan tes kit kromium
Sampel diambil 1 mL, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 0,5 mL
H2SO4 1 M, ditambah 0,5 mL difenilkarbazida 0,004 M, diencerkan dengan
akuades hingga volume akhir 5 mL, dibiarkan selama waktu pembentukan
kompleks optimum, diamati perubahan warna yang terjadi dan disesuaikan
dengan komparator warna larutan pada tes kit.
B. Hasil
Penentuan variasi konsentrasi kromium bertujuan untuk untuk mengetahui
nilai sensitivitas tes kit kromium, dimana variabel yang dibuat berubah adalah
konsentrasi kromium sedangkan variabel yang lain dibuat tetap. Gambar 1
menunjukkan bahwa pada konsentrasi Cr(VI) (0-1) ppm menghasilkan kurva
yang linier dengan persamaan y = 0,427x - 0,025 dan nilai koefisien korelasi
(R2)= 0,988. Hal ini menunjukkan bahwa absorbansi meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi kromium.

6
gambar 2 Kurva penentuan variasi konsentrasi Cr(VI) 0-1 ppm Dari hasil yang
diperoleh maka penelitian dilanjutkan pada konsentrasi yang lebih besar yaitu pada
konsentrasi (0-10) ppm.

gambar 3 menunjukkan bahwa pada konsentrasi Cr(VI) (0-10) ppm menghasilkan


kurva yang linier dengan persamaan y = 0,402x + 0,017 dan nilai koefisien korelasi
(R2)= 0,998. Berdasarkan data kedua kurva dapat dihitung nilai absorbtivitas molar
yang menunjukkan sensi

C. Pembuatan Komparator Warna Larutan Pembuatan


komparator warna ini bertujuan untuk membandingkan antara intensitas
warna proporsional terhadap konsentrasi kromium. Komparator warna pada
tes kit ini digunakan sebagai alat bantu untuk menentukan konsentrasi
kromium pada sampel secara langsung dengan hanya dilihat secara visual.
Gambar 3 menunjukkan komparator warna larutan Cr(VI)-difenilkarbazida
dengan variasi konsentrasi kromium 0-1 ppm dengan perbedaan 0,1 ppm dan
0-10 ppm dengan perbedaan 1 ppm. komparator warna larutan dapat
mendeteksi konsentrasi kromium(VI) dari 0-1 ppm dengan interval 0,1 ppm
dan 0-5 ppm dengan interval 1 ppm karena pada konsentrasi 6-10 ppm
komparator tidak menunjukkan warna yang berbeda secara visual meskipun
secara spektrofotometri linier pada konsentrasi 0-6 ppm. Dengan demikian
komparator warna pada tes kit ini dapat digunakan sebagai pembanding antara
intensitas warna sampel dengan konsentrasi kromium(VI) yang ditunjukkan
komparator.

7
D. Pengukuran kadar kromium pada sampel air
bertujuan untuk mengetahui kadar kromium dalam sampel alami yang
dilakukan dengan cara membandingkan warna yang diperoleh dengan
komparator warna. Gambar 4 menunjukkan konsentrasi kromium pada sampel
air limbah berdasarkan tes kit kromium adalah 0,1 ppm. Setelah didapatkan
konsentrasi kromium yang diukur menggunakan tes kit kromium maka hasil
ini dibandingkan dengan konsentrasi kromium yang diukur menggunakan
metode standar. Gambar 5 menunjukkan kurva kalibrasi Cr(VI) (0-1) ppm
metode standar dengan spektrofotometri yang memiliki persamaan y = 0,433x
- 0,013 dan nilai koefisien korelasi (R2)= 0,990. Dari hasil perhitungan
persamaan regresi didapatkan bahwa konsentrasi kromium pada sampel air
dengan metode standar sebesar 0,096 ppm.

3. Penerapan X-ray difraksi


A. metode penerapan X-ray difraksi dan electron kristalografi
seperti yang dijelaskan pada jurnal (Nyadong et al., 2007)

gambar 4

Banyak teknik telah dikembangkan untuk penentuan struktur. Yang paling


banyak digunakan adalah kristalografi sinar-X (satu- kristal X-ray diffraction
(SCXRD) dan bubuk X-ray diffraction (PXRD)), dan tetap teknik yang paling
penting untuk penentuan struktur bahan kristal. Meskipun SCXRD dan PXRD
berhasil dalam banyak kasus, sejumlah alasan membatasi aplikasi mereka,
seperti SCXRD untuk kristal nanosized, intergrowth, dan cacat dan PXRD

8
untuk struktur kompleks, sampel multifase, pengotor, tumpang tindih puncak
dll. Teknik lain yang paling berharga untuk Penentuan struktur adalah
kristalografi elektron (EC). Dengan elektron sebagai probe, EC sendiri juga
dapat digunakan untuk penentuan struktur, terutama untuk kristal yang terlalu
kecil untuk dipelajari oleh SCXRD atau terlalu kompleks untuk PXRD.
Karena elektron berinteraksi lebih kuat dengan materi daripada sinar-X,
elektron diffpolaraction (ED) dan gambar mikroskop elektron transmisi
resolusi tinggi (HRTEM) dapat diperoleh dari kristal nanosized. Namun,
mengumpulkan satu set lengkap pola ED atau merekam gambar HRTEM yang
baik membutuhkan keahlian yang cukup besar dalam pengoperasian
mikroskop elektron dan kristalografi. Interaksi yang kuat antara elektron dan
bahan juga dapat menyebabkan edinamisffectsdan kerusakan balok. Ini
difficulties membuat penentuan struktur dari pola ED dan gambar HRTEM
tidak langsung
B. karakteristik dengan Perbandingan SCXRD, PXRD, HRTEM, dan ED

SCXRD PXRD ED (2D / 3D) Pengumpulan data HRTEM mudah mudah


membutuhkan keahlian / mudah membutuhkan keahlian unit cell
determination mudah diffikultus membutuhkan keahlian / mudah
membutuhkan keahlian kelompok ruang yang mudah diffisekte membutuhkan
keahlian / mudah membutuhkan keahlian tumpang tindih puncak tidak ada ya
tidak / tidak ada kelengkapan tinggi tinggi rendah / tinggi rendah kerusakan
balok rendah menengah rendah / sedang kuat struktur-fasa faktor tidak tidak
tidak / tidak ya informasi mengenai sampel tunggal partikel keseluruhan
tunggal partikel intensitas partikel tunggal kinematik kinematik dinamis /
dynamic struktur dinamis solusi mudah diFFIkultus membutuhkan keahlian /
mudah membutuhkan keahlian ulangfinement akurat akurat kurang akurat /
kurang akurat kurang akurat / kurang akurat batasan ukuran> 1 μm> 50 nm>
50 nm> 5 nm.

9
menggabungkan ED dengan PXRD adalah metode yang lebih praktis untuk
menyelesaikan struktur yang rumit.
Cara langsung adalah dengan menggunakan intensitas ED untuk partisi ulang
germanosilicate 26,5126 Å), ITQ-37tumpang tindih 29 puncak puncak tumpang
tindih di PXRD. Untuk dengan dengan adalah besar berat yang kubik (>94% sel eksak
(P4132, tumpang tindih a = dengan d > 1,2 Å)
C. HASIL:
Tetragonal grup, pola SAED [001 zona Laser elektron bebas X-ray (XFEL),
generasi keempat konsisten dengan (3 + 1) D simetri tetragonal, dari sumber
cahaya radiasi synchrotron, dianggap sebagai yang kuat menunjukkan90°
kembaransepanjang c sumbu. Le Bail fitting teknik untuk memecahkan
struktur kompleks, sepertinanosized data PXRD sinkrotrondigunakan untuk
menentukanmodulasi kristal protein. Namun, keterbatasan vektor XFEL hadir
dalam grup superspace Xm2m (α00) 000. Akhirnya, ini teknikadalah bahwa
setiap diffbingkai Reaction mungkin memiliki terlalu sedikit bentuk yang
tepat dari modulasi kerja dari Bi danPb refleksibintik-bintik untuk diindeks
untuk atom senyawa molekul kecil dan modulasi posisi dari semua atom
ditentukan dengan sel unit kecil. Biaya yang sangat tinggi adalah lain dengan
refinement data PXRD sinkrotron dan anomalous- pembatasan aplikasi yang
luas. Oleh karena itu, XRD dispersi berbasis data PXRD laboratorium.
dikombinasikan dengan EC masih merupakan teknik yang paling layak untuk
7.2. Komposit Composite Komposit Struktur penentuansenyawa komposit
tidak polikristalin strukturdikenal. simetri, danyang q Tivektor 6Inka 6CaOwas
menjadi 2251 pertamalebih mengkristal diidentifikasidi FFIkultus dengan
dengan jika tidak adaterkait monoklinik SAEDdan kembalididefinisikanoleh
PXRD. Its pertamasubstruktur dapat ditentukan dari data PXRD dengan
metode langsung, dan subsistem kedua hanya terdiri dari satu atom oksigen
dan dapat dibentuk langsung atas dasar modeling.

10
D. KEGUNAAN

gambar 5 penggunaan X-ray

Ringkasan penggunaan X-ray di ff raksi dan kristalografi elektron untuk


menyelesaikan kompleks masalah struktur, termasuk puncak tumpang tindih di
PXRD, ketidakmurnian, kerangka kerja yang tidak teratur, menempatkan tamu di
tempat berpori bahan, pseudo-simetri dan kembaran, dan aperiodic, struktur. dan
telah menunjukkan bahwa berurusan dengan kompleks seperti itu masalah struktur
sangat menantang dan sebagian besar masalah harus diselesaikan dengan
menggabungkan di ff teknik yang berbeda: PXRD, SCXRD, ED, dan HRTEM
bersama dengan solid-state Spektroskopi NMR, pembuatan model, simulasi
annealing, dll. Metode ED tiga dimensi yang baru dikembangkan (RED).
4. Aplikasi Dalam Bidang Lingkungan
Proses biosintesis asam oksalat oleh jamur pembusuk coklat merupakan proses
fisiologis yang sangat penting bagi jamur, dimana jamur memberoleh energi
dengan mengoksidasi karbohidrat menjadi asam oksalat, seperti pada persamaan:
C6H12O6 + 5O2 2(COOH)2 + 2CO2 + 4H2O Dalam metabolisme biosintesis
asam oksalat pada jamur basidiomisetes, asetil-KoA yang diperoleh dari oksidasi
glukosa dikonversi menjadi asam oksalat selanjutnya di disekresikan ke
lingkungann sintesis asam oksalat dengan mengunakan inhibitor spesifik
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan jamur untuk meminimalisir dalam
degradasi polutan.
5. Aplikasi Dalam Bidang Pertanian
Pemupukan memegang peranan yang penting dalam kegiatan budidaya tebu, selain
dapat meningkatkan produksi biomassanya, pupuk juga dapat meningkatkan
keragaman dan kualitas hasil yang diperoleh. Masalah utama penggunaan pupuk N
pada lahan pertanian adalah efisiensinya yang rendah karena kelarutannya yang
tinggi dan kemungkinan kehilangannya melalui penguapan, pelindian dan
immobilisasi. Untuk itu telah dilakukan penelitian peningkatan efisiensi
pemupukan N dengan rekayasa kelat urea-humat pada jenis tanah yang
mempunyai tekstur kasar (Entisol) dengan menggunakan tanaman tebu varietas PS

11
851 sebagai tanaman indikator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelapisan
urea dengan asam humat yang berasal dari Gambut Kalimantan sebesar 1%
menghasilkan pupuk urea yang lebih tidak mudah larut daripada yang dilapisi
asam humat dari Rawa Pening. Dengan pelepasan N yang lebih lambat diharapkan
keberadaan N di dalam tanah lebih awet dan pemupukan menjadi lebih efisien.
Pupuk urea-humat telah diaplikasikan ke tanah Psamment (Entisol) yang
kandungan pasirnya tinggi (tekstur kasar) untuk mewakili jenis-jenis tanah yang
biasa ditanami tebu dengan tekstur yang paling kasar. Respons tanaman tebu
varietas PS 851 menunjukkan kinerja pertumbuhan yang lebih baik di tanah
Vertisol.
Rekayasa kelat urea-humat secara fisik dan kimia terbukti meningkatkan efisiensi
pemupukan N pada tanaman tebu. Penelitian ini memperlihatkan bahwa memang
efisiensi pemupukan N pada tanah Entisol dan Vertisol rendah, bahkan di Entisol
lebih rendah (hanya sekitar 25 %). Aplikasi pupuk urea-humat pada tanah Vertisol
dan Entisol terbukti meningkatkan efisiensi pemupukan N hingga 50 %. Di tanah
Entisol bahkan efisiensi pemupukan yang lebih tinggi dicapai pada dosis pupuk
yang lebih rendah.
6. Sintesis dan Uji Antiinflamasi Senyawa (R)-3-(4-Florofenil)-1-fenil-5-(tiofen-2-
il)-4,5-dihidro-1H-pyrazol serta Pengaruhnya terhadap Kerusakan Lambung
Seperti yang dijelaskan dalam jurnal (Rullah, Hasti, Utama, Teruna, & Zamri, 2012)
A. Metodologi sintesis Senyawa (R)-3-(4-Florofenil)-1-fenil-5-(tiofen-2-il)-4,5-
dihidro-1H-pyrazol
Senyawa calkon (1 mmol) dicampurkan dengan fenilhidrazin (2 mmol)
campurkan secara merata selama lebih kurang 1 menit dengan menggerus
dalam lumpang. Campurkan NaOH (2 mmol) lanjutkan penggerusan pada
suhu ruangan selama 10-15 menit. Padatan dicuci dengan air dingin untuk
menghilangkan NaOH dan rekristalisasi dengan pelarut yang sesuai.
Kemudian tentukan kemurnian dan jarak leleh kristal.
B. Karakterisasi Senyawa Sintesis
Karakterisasi senyawa meliputi pemeriksaan organoleptis yaitu pemeriksaan
bentuk padatan dan warna, dan pemeriksaan kemurnian (pemeriksaan jarak
leleh dan kromatografi lapis tipis). Elusidasi struktur senyawa sintesis
dilakukan dengan analisa terhadap spektrofotometer UV, spektrum H-RMI
(Resonansi Magnetik Inti Proton) dan HR-MS (Spektometer Massa Resolusi
Tinggi)
C. Pengujian
1. Uji Aktivitas Antiinflamasi dengan Metode Paw Edema.
2. Penyiapan alat Pletismometer (Ugo Basile®).

12
3. Penyiapan sediaan uji.
4. Pemberian senyawa uji dan penginduksian karagen.
5. Pengukuran volume udem kaki tikus
6. Pengamatan Mukosa Lambung
D. Hasil
Hasil analisis spektrum ultraviolet diukur dengan pelarut CHCl pada rentang
panjang gelombang 200-400 µm. Hasil pengukuran menunjukkan serapan
maksimum pada senyawa ini berturut-turut pada panjang gelombang 241 dan
352 nm. Dari spektrum ultraviolet adanya dua macam serapan kromofor yang
dimiliki oleh senyawa ini.

gambar 6 struktur dari 3-(4-Florofenil)-1-fenil-5-(tiofen-2-il)-4,5-dihidro-1H-pyrazol

Metode gerus dalam sintesis senyawa (R)-3-(4-florofenil)-1-fenil-5-(tiofen-2-


il)-4,5-dihidro-1H-pirazol sangat sederhana, efisien, cepat dan ramah lingkungan
dibanding dengan metode klasik yang selama ini digunakan. Waktu yang diperlukan
dalam proses ini hanya 5-15 menit, hanya menggunakan alat mortal porselen,
rendemen tinggi, tanpa pemanasan dan radiasi serta tidak menggunakan pelarut
berbahaya. senyawa (R)-3-(4-florofenil)-1-fenil-5-(tiofen-2il)-4,5-dihidro-1H-pirazol
memiliki aktivitas antiinflamasi yang sama dengan obat standar Celecoxib® pada
dosis 40 mg/kgBB dan 80 mg/kgBB dan obat standar piroksikam pada ketiga dosis
masing-masing 20, 40, 80 mg/kgBB. Serta memiliki efek kecil terhadap kerusakan
lambung.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah mengumpulkan dan memahami aplikasi senyawa kompleks yang
bersumber dari jurnal ilmiah, makalah ilmiah maka penulis mengammbil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Aplikasi senyawa kompleks sangat beragam dan banyak sekali.
2. Tujuan utama penelitian tentang senyawa kompleks adalah untuk
pengembangan IPTEK yang berguna untuk kesejahteraan umat manusia, hewan
dan tumbuhan.
3. Penelitian tentang senyawa kompleks ini akan terus berkembang sangat pesat
baik sintesis maupun aplikasinya.

14
Daftar Pustaka

chang, r. (2005). Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga.


Christian, G. D. (1994). Analytical Chemistry. New york.
Keenan, C. (1984). Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Khanifah, N. (2015). Pembuatan Tes Kit Kromium Berdasarkan Pembentukan
Kompleks Cr(Vi)-Difenilkarbazida 1(1), 730–736.
Nota, T., Ligan, S., & Senyawa, D. (2007). Sintesis Dan Karakterisasi 1,4,7-
Triazasiklononana-1,4,7-Asam Triasetat (Nota) Sebagai Ligan Dalam Senyawa
Kompleks Sediaan Radioterapi 21, 66–71.
Nyadong, L., Green, M. D., Jesus, V. R. De, Newton, P. N., & Ferna, F. M. (2007).
Ion Trap Mass Spectrometry of Latest-Generation Counterfeit Antimalarials via
Noncovalent Complex Formation, 79(5), 2150–2157.
https://doi.org/10.1016/j.jpba.2006.06.047
Rullah, K., Hasti, S., Utama, P. B., Teruna, H. Y., & Zamri, A. (2012). Sintesis dan
Uji Antiinflamasi Senyawa Serta Pengaruhnya terhadap Kerusakan Lambung,
1(September), 17–23.
Ralph H petrucci. (1985). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Svehla. (1995). Buku ajar Vogel. Analisis anorganik kuantitatif makro dan
semimikro. . Jakarta: PT kalman media pustaka.

You might also like