You are on page 1of 4

bulkan orientasi terhadap perbuatan –perbuatan yang mengandung resiko karena terjadi

kekecewaan-kekecewaan yang diderita sebagai akibat tidak tercapainya aspirasi-aspirasi yang


ada.

Ritualism terjadi pada warga masyarakat yang berpegang teguh pada kaidah-kaidah yang
berlaku, walaupun harus mengorbankan nila-nilai sosial budaya yang ada dan berlaku.
Penyerasian semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang sudah achieved
oriented, di mana kedudukan dan peranan seseorang ditentukan oleh usaha-usahanya . retreatism
terjadi apabila nilai-nilai sosial budaya yang berlaku tak dapat tercapai melalui cara-cara yang
telah melembaga. Akan tetapi, para warga masyarakat mempunyai kepercayaan yang demikian
dalamnya sehingga mereka tidak mau menyimpang dari norma-norma yang telah melembaga.
Oleh karena itu, konflik yang timbul dalam diri masing-masing individu dihilangkan dengan
jalan meninggalkan, baik nilai-nilai sosial budaya maupun cara-cara untuk mencapainya, dengan
jalan menarik diri. Hal tersebut terlihat pada sikap apatis terhadap keadaan sekarang karena
terlampau mengagung-agungkan masa lampau. Pada rebellion, semua nilai sosial budaya
maupun kaidah-kaidah yang berlaku ingin diubah semua untuk diganti dengan hal-hal yang sama
sekali baru.

Deviation mungkin berwujud sebagai pengecualian atau penyelewengan. Di dalam hal


terjadinya pengecualian. Penyimpangan terjadi diberikan pembenaran, tetapi pada
penyelewengan telah terjadi suatu delik. Suatu delik merupakan proses, dimana warga
masyarakat gagal atau tidak mempunyai kemampuan untuk metaati nilai dan norma yang
berlaku. Terjadinya deviation kadang-kadang dianggap sebagai pertanda bahwa struktur sosial
perlu diubah. Hal ini merupakan suatu petunjuk bahwa struktur yang ada tidak mencukupi dan
tidak dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan kebutuhan yang terjadi. Oleh karena itu,
masalah deviation senantiasa harus ditelaah dari sudut pendekatan yang netral agar benar-benar
diketahui segi positif dan negatifnya. Tanpa melakukan itu, ada kemungkinan deviantion yang
ternyata negative dibiarkan saja sehingga tidak mustahil menjadi counter culture.

Orang luar yang telah melanggar aturan dan dianggap sebagai penyimpangan, telah lama
menjadi subjek yang dipelajari sehingga menimbulkan pelbagai pola studi ilmiah, konsep-
konsep, teori-teori, dan bahkan spekulasi. Warga masyarakat biasanya ingin mengetahui
mengapa orang-orang luar melakukan penyimpangan, bagaimana melakukan penyimpangan itu,
dan apa yang menjadi dorongan berbuat demikian. Pelbagai kegiatan penelitian berusaha untuk
menemukan jawaban terhadap masalah-masalah tersebut. Menurut akal sehat, timbul premis
bahwa hal demikian disebabkan karena secara inhere nada tindakan-tindakan yang dianggap
menyimpang dan melanggar aturan-aturan sosial. Selain itu, terdapat asumsi bahwa penyimpang
mempunyai ciri-ciri tertentu sehingga tidak dapat dicegah perbuatan-perbuatannya yang
menyimpang. Kalangan ilmuwan kadang-kadang menyebutnya sebagai penyimpangan,
berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu kelompok . dengan demikian , mereka
menerima nilai-nilai itu sebagai tolak ukur untuk mengadakan evaluasi.

Kiranya tidak asing lagi, setiap kelompok memberikan penilaian yang berbeda terhadap
perbuatan yang menyimpang.

Dengan demikian, masalah pertama adalah menyusun perumusan mengenai


penyimpangan. Sebelum melakukan hal itu, ada baiknya untuk menelaah beberapa definisi yang
pernah dirumuskan oleh para ilmuwan sehingga dapat diidentifikasi kelemahan-kelemahannya.

Rumusan yang paling sederhana bersifat statistic karena yang dianggap menyimpang
adalah setiap hal yang terlalu jauh dengan keadaan normal (rata-rata). Apabila seorang ahli
statistic menganalisis suatu percobaan di bidang pertanian, dia akan menyatakan bahwa tanaman
yang batangnya paling panjang atau paling pendek sebagai suatu penyimpangan. Dengan
demikian, setiap hal yang tidak sama dengan yang lazim terjadi merupakan penyimpangan.
Dalam hal ini, seseorang yang kidal merupakan penyimpang karena kebanyakan orang secara
umum lebih banyakj menggunakan tangan kananya.

Tampaknya, analisis statistic merupakan hal yang tidak terlalu istimewa karena sifatnya
sangat sederhana dan umum. Akan tetapi, perlu dicatat bahwa penyederhanaan masalah memang
terjadi karena diskusi-diskusi yang mungkin terjadi terhadap penggunaan pendekatan lain akan
dapat dicegah. Dalam setiap kasus harus diperhitungkan jarak antara sikap tindak termasuk
dengan yang umum terjadi. Akan tetapi, pekerjaan itu tidaklah semudah yang diduga.

Pandangan lain menganggap penyimpangan sebagai suatu yang bersifat patologis.


Artinya, ada suatu penyakit. Pandangan ini dilandaskan pada analogi dengan ilmu kedokteran.
Organisme manusia, apabila bekerja secara efisien dan tidak mengalami hal-hal yang kurang
mengenakkan, merupakan organisme yang dikatakan sehat. Apabila organisme tidak bekerja
secara efisien , ada penyakit. Organ tersebut tidak berfungsi bersifat patologis. Memang, keadaan
demikian dapat dikatakan merupakan keadaan sakit atau tidak sehat. Akan tetapi timbul pelbagai
kritik apabila konsep itu diterapkan untuk menentukan apakah suatu sikap menyimpang atau
tidak. Hal ini disebabkan, karena tidak ada kesepakatan mengenai apa yang disebut sebagai
sikap tindak yang sehat.

Kadang-kadang analogi diterapkan secara ketat oleh adanya anggapan bahwa


penyimpangan merupakan hasil keadaan sakit jiwa. Sikap tindak seorang homoseksual atau
kecanduan obat-obat bius merupakan perwujudan keadaan mental yang sakit. Gejala tersebut
sama dengan penderita diabetes yang sulit menyembuhkan luka-luka. Akan tetapi , sulit
menyamakan penyakit mental dengan penyakit fisik. Pandangan – pandangan secara medis juga
membatasi masalah secara terlalu sederhana (hamper sama dengan statistic). Pendekatan tersebut
menggunakan penilaian-penilaian yang terlalu dangkal untuk menentukan penyimpangan suatu
hal. Dengan menerapkan analogi, sumbernya dicari pada diri manusia itu sendiri sehingga
menghalangi pendapat bahwa penilaian itu sendiri merupakan bagian dari gejala yang dihadapi.

Beberapa sosiologi juga menggunakan model penyimpangan yang didasarkan pada


pandangan medis mengenai kesehatan dan penyakit. Mereka menelaah masyarakat atau bagian
tertentu dari suatu masyarakat dan mempermasalahkan apakah terjadi gangguan terhadap
stabilitas yang menurunkan ketahanan masyarakat itu. Apabila ada gangguan, proses demikian
dianggap sebagai suatu penyimpangan atau disorganisasi sosial. Mereka mengadakan
diskriminasi atara ciri-ciri masyarakat yang mendorong terjadinya stabilitas (yang bersifat
fungsional) dengan faktor-faktor yang mengganggu stabilitas (bersifat disfungsional). Pandangan
demikian memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasikan unsur-unsur yang mungkin
menjadi penyebab terjadinya gangguan, yang mungkin tidak disadari oleh warga masyarakat
bersangkutan.

Akan tetapi, dalam praktik agak sulit untuk merinci apa yang bersifat fungsional dan
mana unsur-unsur yang disfungsional bagi suatu kelompok atau masyarakat. Masalah-masalah
mengenai fungsi suatu kelompok dan faktor-faktor yang mungkin menghalangi tercapainya
tujuan kelompok sering kali merupakan masalah politik. Ada kelompok-kelompok dalam
masyarakat yang merumuskan tujuan sendiri dan menentukan unsur-unsur yang fungsional dan
disfungsional, padahal ada kelompok lain dalam masyarakat yang sama sekali tidak sepakat atau
tidak menerimanya. Sering kali fungsi suatu kelompok atau organisasi ditentukan melalui
pertentangan politik sehingga hakikat kelompok atau organisasi ditentukan melalui pertentangan
politik sehingga hakikat kelompok atau organisasi itu tidak tampak. Apabila ini benar, aturan-
aturan yang disepakati dan cara-cara penegakannya juga merupakan masalah politik. Pandangan
fungsional mengenai penyimpangan dengan cara tidak memperhitungkan aspek politik gejala
tersebut akan mempersempit pemahaman.

Pandangan sosiologi lainnya lebih relative. Mereka menganggap bahwa sikap tindak
menyimpang merupakan kegagalan mematuhi aturan-aturan kelompok. Kelompok merumuskan
aturan-aturan dan berusaha menegakkannya. Berdasarkan tolak ukur itu, akan dapat ditentukan
apakah seorang anggota kelompok melanggar aturan sehingga dianggap sebagai penyimpang.

Pandangan tersebut paling dekat dengan pendapat Becker, tetapi kurang


memperhitungkan keragu-raguan yang mungkin timbul untuk menentukan aturan-aturan mana
yang dapat dijadikan tolak ukur. Suatu masyarakat mencakup pelbagai kelompok, masing-
masing dengan perangkat aturan-aturannya . Tegasnya secara simultan manusia menjadi anggota
beberapa kelompoka. Ada kemungkinan bahwa seseorang melanggar aturan kelompok tertentu,
padahal dia mematuhi aturan kelompok lain. Apakah dia dianggap sebagai penyimpang?.
Namun, memang ada aturan-aturan yang secara umum ditaati karena terdapat suatu kesepakatan;
tetapi sangat sulit menemukan aturan demikian di antara sekian banyaknya aturan yang berlaku
sekaligus.

Masalah yang erat hubungannya dengan pengendalian sosial adalah conformity, yaitu
penyesuaian diri pada norma-norma dan nilai-nilai dalam suatu masyarakat. Deviation, yaitu
penyimpangan terhadap norma-norma dan nilai-nilai tersebut. Conformity biasanya sangat kuat
dalam masyarakat di kota-kota sering kali dianggap sebagai penghambat kemajuan dan
perkembangan. Secara lebih mendalam lagi, Robert K. Merton telah menelaah soal conformity
dan deviation dengan menciptakan diagram Merton. Sistematika itu menggolong-golongkan
tindakan-tindakan manusia, tujuannya, serta cara-cara mencapai tujuan tersebut.

You might also like