Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem organ dalam tubuh manusia ada beberapa macam, diantaranya adalah sistem
muskuloskeletal. Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh, membantu
proses pergerakan, serta melindungi organ-organ tubuh yang lunak. Komponen utama dari
sistem muskuloskeletal merupakan jaringan ikat. Sistem ini terdiri atas tulang, sendi, otot
rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan
struktur-struktur tersebut (Patofisiologi, 2002). Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang
bersifat lunak, ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena
jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder.
Pada tumor tulang sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian
menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Kanker tulang ini
merupakan kelompok tumor tulang yang ganas.
Dari berbagai macam jaringan yang menyusun sistem ini, bermacam-macam pula
gangguan yang dapat ditimbulkan. Salah satu gangguan itu yaitu Benigna Bone Tumor and
Maligna Bone Tumor. Tumor ini sering terjadi pada anak-anak, karena sifatnya yang jinak
tumor ini tidak berbahaya. Tumor-tumor jaringan lunak merupakan suatu golongan
heterogen kelainan-kelainan yang berasal dari jaringan asal mesodermal. Dalam jaringan
ini termasuk organ gerak, seperti otot-otot dan tendon, kapsula, sendi dan juga semua
struktur lemak dan jaringan ikat penyangga, yang berada diantara komponen-komponen
epitelial dan di sekitar organ-organ. Sering juga kelainan yang berasal dari struktur
mesenkimal, tetapi yang terletak dalam organ tertentu, dibicarakan dan ditangani sebagai
kelainan organ-organ itu dan tidak dimasukkan dalam golongan tumor jaringan lunak.
Tumor tulang Benigna dan Maligna memiliki prevalensi yang jarang (kurang dari
1% dari seluruh kasus tumor), namun tumor ini mengakibatkan dampak yang cukup fatal
bagi penderitanya. Penderita tumor tulang seringkali merasakan nyeri yang hebat bahkan
pasien tidak mampu menjalankan aktivitasnya. Selain itu penderita juga dapat berisiko
mengalami cidera akibat fraktur patologik.
Peran perawat dalam penyembuhan dan perawatan klien sangat dibutuhkan,
karena umumnya pada pasien tumor tulang ini pasien mengalami kesulitan bergerak.
Bahkan efek dari tindakan medis juga cukup mengganggu, misalnya pada kemoterapi dan
pembedahan. Oleh karena itu perawat juga harus mengetahui tumor tulang Benigna dan
Maligna secara menyeluruh. Hal ini ditujukan agar perawat mampu bertindak secara
profesional dalam asuhan keperawatan dan memberikan perawatan yang supportif pada
penderita tumor tulang.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Tumor tulang?
2. Apa etiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna?
3. Apa saja faktor resiko tumor tulang ?
4. Apa saja jenis-jenis tumor tulang Benigna & Maligna?
5. Bagaimana patofisiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna?
6. Apa manifestasi Tumor tulang Benigna dan Maligna?
7. Sebutkan pemeriksaan penunjang Tumor Tulang Benigna & Maligna?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis Tumor tulang Benigna dan Maligna?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan Tumor tulang Benigna dan Maligna?
C. Tujuan
1. Menjelaskan definisi Tumor tulang.
2. Menjelaskan etiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna.
3. Menjelaskan Faktor resiko tumor tulang.
4. Menjelaskan Jenis-jenis tumor tulang Benigna & Maligna.
5. Menjelaskan patofisiologi Tumor tulang Benigna dan Maligna.
6. Menjelaskan manifestasi klinis Tumor tulang Benigna dan Maligna.
7. Menjelaskan Pemeriksaan penunjang Tumor Tulang Benigna & Maligna.
8. Menjelaskan penatalaksanaan medis Tumor tulang Benigna dan Maligna.
9. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan Tumor tulang Benigna dan Maligna.
BAB II
KONSEP MEDIS
e. OSTEOID OSTEOMA
Osteoid Osteoma adalah tumor yang sangat kecil, yang biasanya tumbuh dilengan atau
tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya akan menimbulkan nyeri yang
memburuk pada malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah.
Kadang otot di sekitar tumor akan mengecil (atrofi) dan keadaan ini akan membaik setelah
tumor diangkat. Skening tulang menggunakan pelacak radioaktif bisa membantu
menentukan lokasi yang tepat dari tumor tersebut. Kadang-kadang tumor sulit ditentukan
lokasinya dan perlu dilakukan pemeriksaan tambahan seperti CT scan dan foto rontgen
dengan teknik yang khusus. Pengangkatan tumor melalui pembedahan merupakan
satusatunya cara untuk mengurangi nyeri secara permanen. Bila penderita enggan
menjalani pembedahan, untuk mengurangi nyeri bisa diberikan aspirin.
f. TUMOR SEL RAKSASA
Tumor Sel Raksasa biasanya terjadi pada usia 20 tahun dan 30 tahun. Tumor ini
umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan di sekitarnya, biasanya
menimbulkan nyeri. Pengobatan tergantung dari ukuran tumor. Tumor dapat diangkat
melalui pembedahan dan lubang yang terbentuk bisa diisi dengan cangkokan tulang atau
semen tulang buatan agar struktur tulang tetap terjaga. Pada tumor yang sangat luas
kadang perlu dilakukan pengangkatan satu segmen tulang yang terkena. Sekitar 10 %
tumor akan muncul kembali setelah pembedahan, walaupun jarang tumor ini bisa tumbuh
menjadi kanker.
2. Maligna
a. KONDROSARKOMA
Chondrosarcoma adalah tumor yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) yang
ganas, merupakan jenis tumor ganas kedua yang paling banyak didapati diderita.
Kebanyakan Chondrosarcoma tumbuh lambat atau merupakan tumor derajat rendah yang
sering dapat disembuhkan dengan pembedahan. Namun, ada juga tumor derajat tinggi
yang cenderung untuk menyebar. Biasanya untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan
biopsi. Tumor jenis ini harus diangkat seluruhnya melalui pembedahan karena tidak
bereaksi terhadap kemoterapi maupun terapi penyinaran. Amputasi tungkai atau lengan
jarang diperlukan. Jika tumor diangkat seluruhnya, lebih dari 75% penderita bertahan
hidup.
b. EWING’S SARCOMA
Ewing’s sarcoma ditemukan oleh Dr. James Ewing pada tahun 1921, dan sering
ditemukan muncul pada masa pubertas, dimana tulang tumbuh sangat cepat. Jenis tumor
ini jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 10tahun dan hamper tidak
pernah ditemukan pada anak-anak afro-amerika.Ewing’s sarcoma bisa tumbuh di bagian
tubuh manapun, namun paling seringditemukan pada tulang panjang anggota gerak,
panggul atau dada, bahkan jugabisa tumbuh di tulang tengkorak atau tulang pipih lainnya.
c. FIBROSARKOMA & HISTIOSITOMA FIBROSA MALIGN
Kanker ini biasanya berasal dari jaringan lunak (jaringan ikat selaintulang, yaitu
ligamen, tendo, lemak dan otot) dan jarang berawal dari tulang.Kanker ini biasanya
ditemukan pada usia lanjut dan usia pertengahan. Tulang yang paling sering terkena adalah
tulang pada tungkai, lengan dan rahang. Fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa maligna
mirip dengan osteosarcoma dalam bentuk, lokasi dan gejala-gejalanya, pengobatannya juga
sama.
d. MIELOMA MULTIPEL
Mieloma multipel merupakan kanker tulang primer yang paling sering ditemukan, yang
berasal dari sel sumsum tulang yang menghasilkan sel darah, umumnya terjadi pada orang
dewasa. Tumor ini dapat mengenai satu atau lebih tulang sehingga nyeri dapat muncul
pada satu tempat atau lebih. Pengobatannya rumit, yaitu meliputi kemoterapi, terapi
penyinaran dan pembedahan.
e. OSTEOSARKOMA
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang biasanya
berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada masa remaja. Osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-anak. Rata-rata penyakit
ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak
perempuan adalah sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak
ditemukan pada anak laki-laki. Penyebab yang pasti tidak diketahui. bukti-bukti
mendukung bahwa osteosarcoma merupakan penyakit yang diturunkan.
Osteosarkoma cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah), tulang lengan atas
(ujung atas) dan tulang kering (ujung atas). Ujung tulang-tulang tersebut merupakan
daerah dimana terjadi perubahan dan kecepatan pertumbuhan yang terbesar. Meskipun
demikian, osteosarkoma juga bias tumbuh di tulang lainnya. Gejala yang paling sering
ditemukan adalah nyeri. sejalan dengan pertumbuhan tumor, juga bisa terjadi
pembengkakan dan pergerakan yang terbatas. Tumor di tungkai menyebabkan penderita
berjalan timpang, sedangkan tumor di lengan menimbulkan nyeri ketika lengan dipakai
untuk mengangkat sesuatu benda. Pembengkakan pada tumor mungkin teraba hangat dan
agak memerah. Tanda awal dari penyakit ini bisa merupakan patah tulang karena tumor
bisa menyebabkan tulang menjadi lemah. patah tulang di tempat tumbuhnya tumor
disebut fraktur patologisdan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin.
f. LIMFOMA TULANG MALIGNA
Limfoma Tulang Maligna (Sarkoma Sel Retikulum) biasanya timbul pada usia 40- 50
tahun. Bisa berasal dari tulang manapun atau berasal dari tempat lain di tubuh kemudian
menyebar ke tulang. Biasanya tumor ini menimbulkan nyeri dan pembengkakan, dan
tulang yang rusak lebih mudah patah. Pengobatan terdiri dari kombinasi kemoterapi dan
terapi penyinaran, yang sama efektifnya dengan pengangkatan tumor. Amputasi jarang
diperlukan.
PATHWAY
Nyeri
Kerusakan gen
Tindakan
medis Kerusakan struktur tulang
Cacat , kebotakan Kekuatan tulang Tulang lebih
rapuh
Gangguan citra
tubuh
Tubuh
Neoplasma tumbuh Keterbatasan Resiko fraktur
Resiko cedera
Hambatan
mobilitas fisik
Jaringan lunak di
Invasi sel tumor
Respon osteolitik &
Osteoblastik
Penimbunan periosteum disekitar lesi
Pertumbuhan tulang yang abnormal
Perubahan status kesehatan
Stressor
Anxietas
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Lakukan pengkajian fisik
2. Observasi adanya manifestasi tumor tulang:
Nyeri lokal pada sisi yang sakit
Nyeri mungkin hebat atau dangkal
Sering hilang dengan posisi fleksi
Seringkali menimbulkan perhatian bila anak pincang, membatasi aktivitas fisik sendiri dan
tidak mampu menahan objek berat
3. Periksa area yang sakit untuk status fungsional, tanda-tanda inflamasi, ukuran massa,
keterlibatan nodus limfe regional, dan adanya bukti keterlibatan sistemik.
4. Dapatkan riwayat kesehatan, terutama mengenal nyeri ( petunjuk untuk durasi dan
kecepatan pertumbuhan tumor )
5. Bantu dengan prosedur diagnostic dan tes misalnya : radiografi, tomografi, pemindaian
tulang radioisotop, atau biopsy tulang bedah, tomografi paru, tes lain untuk diagnose
banding, aspirasi sumsum tulang (sarcoma Ewing).
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan kerusakan
muskuloskeletal .
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan penanganan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status kesehatan
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan
C. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : Catat dan kaji lokasi dan Untuk mengetahui respon
Meningkatkan kenyamanan intensitas nyeri (skala 0- dan sejauh mana tingkat
Dapat mengendalikan nyeri 10). Selidiki perubahan nyeri pasien.
Dapat melaporkan karakteristik nyeri Mencegah pergeseran
karakteristik nyeri. Berikan tindakan tulang dan penekanan
kenyamanan (contoh pada jaringan yang luka
ubah posisi sering, pijatan Peningkatan vena return,
lembut).
menurunkan edema, dan
Berikan sokongan
mengurangi nyeri.
(support) pada ektremitas
Agar pasien dapat
yang luka.
Berikan lingkungan yang beristirahat dan
tenang. mencegah timbulnya
Kolaborasi dengan dokter stress
tentang pemberian Untuk mengurangi rasa
analgetik, kaji efektifitas sakit / nyeri.
dari tindakan penurunan
rasa nyeri.
A. Latar Belakang
Di era globalisasi modern ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang banyak
mengakibatkan teruma atau cedera (Fraktur).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas jaringan tulang yang biasanya disertai dengan
cedera jaringan lunak, kerusakan otot repture tendon, kerusakan pembuluh darah dan luka
organ-organ tubuh. Biasanya terjadi karena disebabkan oleh pukulan langsung gayamajemuk,
gerakan memutar mendadak dan bahkan kontraksi eksterm meskipun tulang patah jaringan
sekitarnya juga akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak perdarahan ke otot dan
sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Guna memperoleh pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio dan kultural pada Tn. M
melalui pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur Femor
Sinistra
b. Mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan Pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal:
Fraktur femor Sinistra
c. Mampu melaksanakan tindakan pada Tn.M dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur femor
Sinistra
d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e. Mampu melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan pada Tn.M dengan Sistem
Muskuloskeletal: Fraktur femor Sinistra
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Terhadap Tn.M dengan Sistem
Muskuloskeletal: Fraktur femor Sinistra
g. Mampu membahsa kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasusu beserta pemecahannya.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan studi kasus ini adalah
metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Dilakukan dengan penulis mengajukan pertanyaan baik kepada pasien maupun keluarga dan
pihak-pihak terkait yang dinilai perlu untuk dimintakan kekurangan.
2. Observasi
Penulis mengadakan pemantauan langsung yaitu dengan mengkaji pasien tersebut meliputi
pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
3. Dokumentasi
Yaitu penelusuran data klien di Ruang E yang terdapat dalam status keperawatan klien.
D. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan, berisi tentang, latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan,
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis, berisi tentang konsep dasar yang terdiri dari pengertian, anatomi, fisiologi,
patofisiologi, etiologi, tanda dan gejala, klasifikasi klinis, proses penyembuhan tulang,
komplikasi, pemeriksaan, penatalaksanaan, juga berisi tentang asuhan keperawatan yang
meliputi kajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi.
BABA III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan, berisi tentang dokumentasi Asuhan Keperawatan Pada Tn.M
dengan Sistem Muskuloskeletal: Fraktur femor Sinistra mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi
BAB IV : Penutup, yaitu berisi tentang kesimpulan dan saran, terhadap hasil penulisan laporan studi
kasus ini
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusanya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (R. Sjamsuhidayat & Wim De Jong, 1997: 1138).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
(Brunner dan Suddart, 2001 : 2357).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang biasanya disertai dengan
cedera jaringan lunak, kerusakan otot rupture tendon, kerusakan pembuluh darah dan luka
organ-organ tubuh (Sari Fatimah, 2003:73).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang fraktur diakibatkan oleh tekanan eksternal
yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Barbara Engram, Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Diagnosa dan Masalah Kolaboratid 346).
2. Anatomi
Di bawah ini gambar anatomi system muskuloskeletal bagian cruis tibia dan fibura yang
berhubungan dengan fraktur
Gambar 1: Anatomi tulang cruis tibia dan fibur
Sumber: Drs. Syaifudin, 1997:29
Sistem muskuloskeletal secara umum berfungsi untuk menegakkan postur dan untuk
pergerakan yang terdiri dari komponen tulang, otot, cartilago, ligament, ktendon, fasia, burasa
dan sendi.
Tulang adalah jaringan dinamis yang tersusun dari 3 jenis sel yaitu Osteoblas, Osteosid
dan Osteoklas.
1. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen dan proteoglikan sebagai matrikc
tulang (Osteosid) melalui proses asifikasi.
2. Osteosid adalah sel tulang dewasa yang berperan sebagai lintasan pertukaran kimiawi melalui
tulang yang padat.
3. Osteoklas adalah sel-sel besar multinukleus yang memungkinkan mineral dan matrik tulang
dapat diabsorpsi.
Tulang juga merupakan jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat pada tubuh
setiap tulang memiliki karakteristik dan gambaran permukaan tertentu yang mengidentifikasi
fungsinya dalam hubungannya terhadap tulang lain otot dan fraktur tubuh lainnya secara
keseluruhan tulang dipersarafi oleh serabut saraf sympatik dan afferent.
Persendian merupakan suatu jaringan yang menghubungkan suatu tulang dengan
tulang lainnya fungsi utamanya adalah suatu pergerakan dan fleksibilitas tubuh. Struktur tulang
memberikan perlindungan terhadap organ vital termasuk otak, jantung dan perut.
a. Fungsi Tulang
1) Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk pada kerangka tubuh.
2) Melindungi organ-organ tubuh
3) Untuk pergerakan
4) Merupakan gudang penyimpanan mineral
5) Hematopoesa (tempat pembentukan sel darah merah dalam sum-sum tulang).
b. Bagian-bagian yang terdapat pada tulang terdiri atas:
1) Foramen, yaitu suatu lubang tempat melaluinya pembuluh darah, saraf dan ligamentum,
misalnya pada tulang kepala belakang yang disebut foramen oksipital.
2) Fosa, yaitu suatu lekukan di dalam atau pada permukaan tulang, misalnya pada scapula yang
disebut prosesus spinousus.
3) Prosesus, yaitu suatu tonjolan misalnya terdapat pada ruas tulang belakang yang disebut
prosesus.
4) Kondilus, yaitu taju yang bentuknya bundar merupakan benjolan.
5) Tuberkulum, yaitu tonjolan kecil.
6) Tuberositas merupakan tonjolan besar.
7) Trokanter, yaitu tonjolan besar pada umumnya tonjolan ini pada tulang paha (Femur).
8) Krista pinggir atau tepi tulang misalnya terdapat tulang ilium yang disebut krista iliaka.
9) Spina, yaitu tonjolan yang bentuknya agak runcing misalnya terdapat pada tulang iliaka yang
disebut spina iliaka.
10) Kaput, yaitu (kepala tulang/bagian ujung yang bentuknya bundar misalnya terdapat pada tulang
paha yang disebut femoris.
1. Etiologi
Fraktur bisa disebabkan oleh pukulan langsung gaya majemuk, gerakan memutar
mendadak dan bahkan kontraksi otot eksterm, meskipun tulang patah. Jaringan sekitarnya juga
akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak perdarahan ke otot dan sendi,
dislokasi sendi, ruptur tendon kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah (Barbara
Engram : 2357).
2. Patofisiologi
Adanya trauma/Ruda paksa
Meningkatnya tekanan pada ekstremitas
Tahanan tulang lebih dan beban tekanan
6. Komplikasi
a. Komplikasi dini
1) Syok
2) Symdrom kompartemen
3) Sindrom embuli lemak
4) Iskemik
b. Komplikasi lanjutan
1) Malunion
2) Deloyed linion
3) Non union
4) Kekakuan sendi
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen
b. Scan tulang scan/MR I tomogram
c. Arteriogram
d. Hitung darah lengkap
e. Kreatinin
f. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi atau cedera hati.
(Marilyn Doengoes, 1999).
8. Penatalaksanaan
a. Rekognisi riwayat kecelakaan atau riwayat terjadinya fraktur harus diketahui dengan pasti, hal
ini untuk menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya.
b. Reduksi merupakan upaya memanifulasi fragmen tulang agar dapat kembali seperti semula
seoptimal mungkin.
c. Retensi memelihara reduksi sampai penyembuhan
d. Rehabilitasi pencapaian kembali fungsi normalnya.
B. Proses Pengkajian
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data yang meluputi:
1) Biodata klien dan penanggung jawab klien
Terdiri dari nama, umum, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, tanggal masuk,
rumah sakit, No. Mederc dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Pada saat dikaji klien mengalami fraktur dan memobilisasikan alasannya yaitu mengeluh tidak
dapat melakukan pergerakan nyeri: lemah dan tidak dapat melakukan sebagian aktivitas sehari-
hari
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Menceritakan kapan klien mengalami fraktur dimana dan bagaimana terjadinya sehingga
mengalami fraktur, klien yang mengalami fraktur akan mengeluh nyeri pada daerah tulang yang
luka sehingga dengan adanya nyeri klien tidak dapat menggerakan anggota badannya yang
terkena fraktur nyeri dirasakan bisa pada saat bergerak saja atau terus menerus akibat tidak
bisa bergerak yang disebabkan karena nyeri akan menyebabkan klien tidak dapat memenuhi
ADL-nya secara maksimal.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah mengalami sesuatu penyakit yang berat
atau penyakit tertentu yang memungkinkan akan berpengaruh pada kesehatan sekarang.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui untuki menentukan apakah dalam keluarga terdapat penyakit
keturunan/penyakit karena lingkungan yang kurangt sehat yang berdampak negatif pada
seluruh anggota keluarga termasuk pada klien sehingga memungkinkan untuk memperbesar
penyakitnya.
6) Riwayat Psikososial
Pengkajian yang dilakukan pada klien imobilisasi pada dasarnya sama dengan pengkajian
psikososial pada gangguan sistem lain yaitu mengenal konsep diri (gambaran diri, ideal diri,
harga diri dan identitas diri) dan hubungan serta interaksi klien baik dengan anggota keluarga
maupun dengan lingkungan di mana ia berada.
7) Aktivitas Sehari – hari
Upaya mengetahui adanya perubahan pola yang berhubungan dengan
penyimpangan/terganggunya sistem tubuh tertentu serta dampaknya terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar pasien.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pada klien imobilisasi biasanya mengalami, kelemahan kebersihan diri kurang bentuk tubuh
kurus akibat penurunan berat badan kesadarannya kompementis.
2) Sistem Pernapasan
Dikaji ada tidaknya sekret, gerak dada saat bernapas auskultasi bunyi napas, ada tidaknya
nyeri tekan pada daerah dada serta frekuensi napas.
3) Kajian Nyeri
Klien mengeluh nyeri pada kaki kiri
Mengeluh kaki kirinya tidak bisa digerakkan
Saat dikaji skala nyeri 1 – 10 klien mengatakan nyerinya berada di no. 3
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
b. Kurangnya aktivitas/mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
c. Gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
4. Intervensi
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 43 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Supir (Driver)
Pendidikan : SMP
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Gol. Darah : A
Alamat : Jl. Jagapura (Gegesik)
Tgl. Masuk RS : 18 Juli 2006
Tgl. Pengkajian : 24 Juli 2006
Diagnosa Medis : Fraktur Fermor Sinistra
No. Medrek : 1336763
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien datang ke IGD di RSUD Arjawinangun pada tanggal 18 Juli 2006, jam 09.00 dengan
kondisi yang parah akibat kecelakaan mobil. Saat dikaji klien mengeluh sakit di kaki kiri, klien
mengatakan nyerinya seperti diremas-remas, klien mengeluh sakitnya saat beraktifitas, klien
lebih banyak diam di tempat tidur, saat dikaju skala nyeri dari 1 – 10 klien mengatakan nyerinyta
berada di No. 8
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
Klien mengatakan belum pernah menderita penyakit seperti ini yaitu patah tulang karena
kecelakaan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti klien
dan keluarga klien juga tidak ada yang menderita penyakit menular
4. Keadaan Umum
a. Tingkat kesadaran :
1. Eye movement : 4
2. Motorik : 5
3. Verbval : 6
15 Composmentis
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,5oC
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
c. Penampilan umum
Klien tampak lemah dan tidak bisa bergerak/tidak bisa beraktifitas
5. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut
Distribusi merata, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, rambut pendek, tidak ada ketombe, tidak
rontok
b. Kepala
Bentuk simetris, ada lesi akibat jahitan di bagian frontalis akibat benturan keras, tidak ada
oedema.
c. Mata
Bentuk simetris, alis dapat digerakkan, konjungtiva, anemis, sclera ikterik, tidak ada lesi, tidak
ada nyeri tekan, fungsi penglihatan normal ditandai klien bisa mengenali perawat, orang-orang
disekitar.
d. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, fungsi pendengaran baik ditandai dengan
klien dapat menjawab pertanyaan perawat.
e. Hidung
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, warna coklat.
f. Mulut
Bentuk bibir simetris, tidak ada lesi, tidak ada oedema, lidah bersih.
g. Leher
Tidak ada pembengkakan vena jugularis, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi refleks, menelan,
simetris.
h. Dada
Tidak ada lesi, pola napas 20 x/menit, tidak oedema
i. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada nyeri tekan di perut, tidak ada lesi
j. Ekstremitas
Ekstremitas atas
Tangan kiri terpasang infus RC 20 tts/menit, kedua tangan dapat digerakkan
Ekstremitas bawah
Kaki kiri tidak bisa digerakkan, tapi kaki kanan dapat digerakkan.
6. Aspek Psiko, Sosio, dan Spiritual
a. Aspek Psikologis
1. Konsep diri
Body image
Klien tampak cemas dengan adanya fraktur di kaki kananya.
Ideal diri
Harapan klien segera sembuh dan bisa bekerja lagi.
Harga diri
Klien sangat diperhatikan oleh anggota keluarganya.
Identitas diri
Klien mampu mengenali dirinya, keluarga dan orang di sekitarnya.
Peran diri
Peran klien tergangu sebagai kepala rumah tangga karena dengan adanya sakit itu klien tidak
bisa menafkahi keluarganya.
b. Aspek Sosial
1. Hubungan sosial
Klien mengatakan bahwa orang yang terdekat dengan dirinya orang yang memperhatikan
dirinya, yaitu istrinya.
Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengikuti organisasi apapun
2. Interaksi pada saat pengkajian
Klien sangat kooperatif pada saat di ajak kerjasama pada saat pengkajian observasi.
c. Aspek Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa sakit yang dideritanya adalah sebuah ujian dan ia sabar menghadapi
kondisinya.
2. Kegiatan ibadah
Klien selalu melaksanakan ibadah/solat 5 waktu setiap hari
7. Aktivitas sehari-hari
2. Minuman
Jenis air minum Air putih Air putih
Frekuensi 2000 – 2500 cc 1500 – 2000 cc
Jumlah - -
Kesulitan/gangguan Tidak ada Tidak ada
3. Eliminasi
a. Eliminasi fasal
Frekuensi 2 x sehari 1 x sehari
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Lembek Lembek
Kesulitan/gangguan Tidak ada Tidak ada
b. Eliminasi urine
Frekuensi 3 x sehari 1 x sehari
Apakah lampias Lampias Lampias
Warna, bau urine Transparan, khas Transparan, khas
Apakah terpasang kateter Tidak Tidak
Kesulitan gangguan Tidak Kesulitan
4. Personal hygiene
Mandi 3 x sehari 1 x sehari
Oral hygiene 3 x sehari 1 x sehari
Cusi rambut 2 x seminggu -
Potong kuku 1 x seminggu -
Ganti baju 3 x sehari 2 x sehari
5. Penggunaan waktu senggang
Olah raga Kadang-kadang -
Rekreasi Tidak pernah Tidak pernah
6. Istirahat
Waktu tidur 20.00 – 21.00 19.00 – 20.00
Durasi tidur 6 – 8 jam 7 – 9 jam
Bangun malam hari - -
Kualitas tidur nyenyak Tidak nyenyak
Gangguan dalam tidur - -
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Lab. Darah : Hari rabu 19 juli 2006
Hemotologi
Hemotologi umum Normal
1. IDE : 50 mm/jam -15/-10 mm/jam
2. Gol. Darah :A
Imunologi/Serologi
I HB5A9 negatife (-) Negatif (-)
b. Program therapi
Infus RL
Th/ Ambasil 2x1
Xevolac 2x1
Novalgin
B. Analisa Data
Kemungkinan Penyebab/
No Data Masalah
Patofisiologi
1. DS: Trauma Gangguan rasa
- Klien mengeluh sakit pada nyaman nyeri b.d
bagian kaki kiri Terputusnya kontinuitas jaringan terputusanya
DO: kontinuitas
- Ekspresi wajah klien Pengeluaran epineprin dan non jaringan
meringis kesakitan epineprin
- Skala nyeri 8
Dihantarkan ke Hipotalamus
Nyeri
2. DS: Adanya Timbul rasa nyeri yang Kurangnya
- Klien mengeluh tidak bisa bertambah bila bergerak aktivitas/mobilitas
beraktivitas sendiri fisik b.d nyeri
DO: Klien membatasi gerak tubuhnya
- Setiap gerakan selalu
dibantu Aktivitas yang dilakukan
- Adanya pemasangan traksi terbatas/minimal
Aktivitas terganggu
3. DS: Kurang pengetahuan klien Gangguan rasa
- Klien selalu menanyakan tentang keadaan dan prosedur aman cemas b.d
tentang keadaannya yang dilakukan kurang
DO: pengetahuan
- Klien keihatan bingung dan Stressor psikologi bagi klien
cemas
Cemas
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusanya kontinuitas jaringan
2. Kurangnya aktivitas/mobilitas fisik b.d nyeri
3. Gangguan rasa aman cemas b.d kurang pengetahuan
D. Intervensi
F. Evaluasi
A. Kesimpulan
Dari hasil laporan studi kasus, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Yang melatarbelakangi penulisan dalam mengambil judul study kasus, karena fraktur adalah
rusaknya kontinuitas tulang fraktur diakibatkan oleh tekanan ekstrernal yang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang yang jika tidak segera ditangani oleh tenaga medis akan berakibat
fatal.
2. Fraktur adalah trauma karena deformitas, pembengkakan/penumpukan cairan atau darah
karena kerusakan pembuluh darah, nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur
yang meningkat oleh penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur, spasme otot
karena kontraksi involunter disekitarnya fraktur, hilangnya atau berkurangnya fungsi normal,
kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan syarat dimana syarat ini dapat
terjadi atau terputus oleh fragmen tulang, kreatifusi yang dapat dirasakan/didengar bila fraktur
digerakkan, pergerakan abnormal hasil foto rontgen yang abnormal.
3. Diagnosa keperawatanyang menurut di kasus adalah gangguan rasa nyaman nyeri (tertasi
sebagian) , kurangnya aktivitas fisik/gangguan mobilisasi fisik (teratasi sebagian), gangguan
rasa aman cemas (teratasi).
B. Rekomendasi
Untuk instansi RS
Medrek
Dalam menggali data yang akurat diharapkan medrek dapat menyediakan data-data
yang lebih rinci sehingga dapat mempermudah pengambilan data untuk pembuatan laporan
study kasus yang dibutuhkan oleh penulis khususnya dan mahasiswa pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Engram Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume 2, EGC Jakarta
Suddarth Brunner, 2001, Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah, volume 3, EGC Jakarta
Wim de Jong, Sjamsuhidayat R 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Revisi, EGC, Jakarta