You are on page 1of 12

KASUS IBU NIFAS

SKANARIO :
Seorang wanita usia 27 thn melahirkan anak pertama di BPM 2 jam yang lalu ibu mengeluh
perut masih terasa mules tidak nyaman dengan keadaan tersebut hasil pemeriksaan
TTV :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 24 x/menit
Respirasi : 21 x/menit
Suhu : 36 c
Tfu : 2 jari
Dibawah pusat pendarahan kurang lebih 200 cc

Kasus : ASI EKSKLUSIF


A. Apa perbedaan kandungan kolostrum, ASI transisi, dan ASI matur?
B. Apasaja faktor penyebab berkurangnya ASI ?

Oleh :

Fitriyani

1816001102

DIII-Kebidanan Tingkat 1

A. Adapun perbedaan antara kolostrum, ASI transisi, dan ASI matur yaitu :
1. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan yang berwarna kuning, atau jernih, yang diproduksi
oleh ibu yang baru melahirkan merupakan bahan yang sangat kaya akan anti infeksi,
dapat membersihkan alat pencernaan bayi dari zat-zat yang tidak berguna. Protein
utama dalam kolostrum adalah immunoglobulin (IgG, IgA, IgM), yang merupakan
antibodi guna menangkal dan menetralisir bakteri, virus, jamur, dan parasite.

2. Susu Transisi
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menajdi ASI yang matur.
Disekresikan dari hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula
pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga
sampai minggu kelima. Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat
dan lemak semakin tinggi. Volumenya juga akan makin meningkat (Saleha,S.2009).

3. Susu Matur atau Matang


Susu matur atau matang adalah ASI yang kelaur setelah hari ke 10 pasca
persalinan. Komposisinya stabil dan tidak berubah. Jika bayi lahir prematur atau
kurang bulan, ASI yang dihasilkan memiliki kandungan yang berbeda, yaitu lebih
banyak mengandung protein. Hal ini sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi
prematur yang biasanya memiliki badan kurang dan banyak pada tubuhnya yang
kurang sempurna.

B. Adapun faktor penyebab berkurangnya ASI yaitu :


1. Faktor menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan
inisiasi,menjadwalpemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot sebelum ASI
keluar, kesalahan pada posisi dan perletakan bayi pada saat menyusui.
2. Faktor Psikologi Ibu
Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak
mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umunya produksi ASI akan
berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui sangat
berperan dalam mensukseskan peberian ASI eksklusif. Peran kelaurga dalam
meningkatkan percaya dari ibu sangat besar.
3. Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya nayi sakit,
prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak memberiikan ASI-
nya menyebabkan produksi ASI akan berkurang.

4. Faktor Fisik Ibu


Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lainnya yang
mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok atau
ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI (Depkes,
2005).
Apa Pentingnya ASI bagi Bayi?

Oleh :
Ine Sekar Sari
1816501602
DIII KEBIDANAN

Pada saat hamil, ibu harus menjaga kondisi janin. Salah satu caranya dengan
mengonsumsi makanan sehat yang kandungan gizinya tinggi karena selain untuk ibu,
nutrisi tersebut juga untuk si bayi. Seperti halnya ketika anak dalam kandungan, hal
tersebut juga diperlukan ketika anak pertama kali menghirup udara di dunia.
Kebutuhan bayi akan zat gizi melampaui kebutuhan orang dewasa, nyaris dua kali
lipat. Kebutuhan nutrisi bayi sampai usia 6 bulan dapat dipenuhi hanya dengan
memberikan air susu ibu (ASI) saja atau yang dikenal sebagai “ASI eksklusif”. ASI
eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada bayi berumur 0-
6 bulan. Bayi tidak diberikan apa-apa, kecuali makanan yang langsung diproduksi
oleh ibu karena bayi memperoleh nutrisi terbaiknya melalui ASI. Pilihan ini tak perlu
diperdebatkan lagi. ASI cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan bayi dalam segala
hal.
Meskipun khasiat ASI begitu besar, namun tidak banyak ibu yang mau atau
bersedia memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan seperti yang disarankan
organisasi kesehatan dunia (WHO). Saat ini, jumlah ibu yang memberikan ASi
eksklusif kepada bayinya sampai berumur 6 bulan masih rendah. Hal tersebut lebih
disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain karena pengetahuan ibu tentang
pentingnya ASI masih rendah, tata laksana rumah sakit yang salah, dan banyaknya
ibu yang mempunyai pekerjaan diluar rumah. Beberapa rumah sakit memberikan
susu formula pada bayi yang baru lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI.
Hal itu menyebabkan bayi tidak terbiasa mengisap ASI dari putting susu ibunya dan
akhirnya tidak mau lagi mengonsumsi ASI atau sering disebut dengan “bingung
puting”. Menghisab susu dari botol sangat berbeda dengan menghisap putting susu
ibu. Bayi harus belajar sejak awal dan ibu juga harus belajar menyusui karena
keterampilan itu memang harus dipelajari oleh keduanya.
Makanan terbaik bagi bayi sebenarnya bukan susu formula, tetapi ASI eksklusif.
Susu formula tidak mempunyai antibodi seperti dalam ASI. Bahaya pemberian susu
formula di kota-kota tidak begitu nyata karena : ada pengendapan air yang baik
(untuk membuat susu dan membersihkan alat), pendidikan ibu cukup, yang sangat
penting dalam penakaran susu dan sterilisasi alat-alat, sosial ekonomi lebih baik
sehingga memungkinkah membeli susu sesuai dengan kebutuhan. Lain halnya di
pedesaan dimana sarana seperti tersebut kurang memenuhi syarat karena
umumnya di pedesaan pengadaan air bersih kurang baik, pendidikan ibu kurang dan
juga keadaan sosial ekonomi kurang baik.
Rasanya tidak berlebihan kalau susu formula telah beredar secara luas di
pedesaan, apa yang dikatakan oleh jelliffe yang menganggap susu botol sebagai
“BABBY KILLER”, karena seperti dikatakan oleh beliau, susu botol tersebut dapat
mengakibatkan :
• meningkatkan morbiditas diare karena kuman dan moniliasis mulut yang
meningkat, sebagai akibat dari pengadaan air dan sterilisasi yang kurang baik
• Terjadi marasmus pada bayi karena kesalahan dalam penakaran susu sebagai
akibat dari pendidikan dan keadaan sosial ekonomi yang kurang baik.

Khusus mengenai kekurangan kalori dan protein pada bayi (infantile malnutrition,
marasmus) di pedesaan, di samping penakaran susu yang kurang tepat juga sering
disebabkan karena penyapihan yang terlalu dini. Pada masyarakat yang buta gizi
dimana ASI diganti dengan susu formula dengan penakaran yang tidak tepat atau ASI
diganti dengan air tajin atau pisang. Infantile Malnutrition ini sangat berbahaya
karena jumlah sel otak dan juga luas permukaan otak yang sebenarnya masih dalam
taraf perkembangan yang cepat sampai akhir tahun kedua, perkembangannya akan
terganggu/terhenti sehingga menyebabkan penurunan kapasitas mental, intelektual
dan juga fisik dimasa mendatang. Jika penyiapan tidak memenuhi syarat kebersihan
(misalnya peralatan yang digunakan tidak bersih dan air pencampur tidak dimasak
dengan sempurna) memberikan susu formula melalui botol hamper identik dengan
menanam bibit penyakit ke dalam tubuh bayi (sumber infeksi). Selain itu, sisa susu
yang tidak disimpan di dalam lemari pendingin mestinya tidak digunakan lagi (jika
disimpan di lemari pendingin masih dapat digunakan paling lama 4 jam). Susu
buatan boleh jadi berperan sebagai wahana pembiakan bakteri pathogen enteric
dan atau produksi enterotoksin.
Bayi yang diberi minum ASI harus bekerja keras mengisap putting susu,
sedangkan bayi peminum susu botol pasif saja : menanti tetesan susu dari botol.
Dampaknya, karena harus bekerja, bayi yang minum ASI akan segera berhenti
mengisap jika dia telah merasa kenyang. Sebaliknya, bayi peminum susu botol tidak
akan berhenti meneguk susu kecuali botolnya telah kosong, hal yang cepat
mengarah ke obesitas.
ASI merupakan pilihan terbaik bagi bayi karena didalamnya mengandung
antibodi dan lebih dari 100 jenis zat gizi, seperti AA, DHA, Taurin, dan spingomyelin
yang tidak terdapat dalam susu sapi. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang
terbanyak dalam ASI,yang berfungsi sebagai neurotransmiter dan berperan penting
untuk proses pematangan sel otak. DHA dan AA adalah asam lemak tak jenuh
berantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.
Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan
kecerdasan anak. DHA dan AA dalam ASI dapat dibentuk dari substansi
pembentuknya, yaitu masing-masing omega 3 dan omega 6.
Salah satu kandungan ASI yang sangat fenomenal adalah kolostrum. Kolostrum
mengandung zat kekebalan terutama immunoglobulin A (IgA) untuk melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi, seperti diare. Jumlah kolostrum yang diproduksi
bervariasi, tergantung isapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran, walaupun
sedikit, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Mengandung protein
dan vitamin A yang tinggi serta mengandung karbohidrat dan lemak yang rendah
sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran bayi.
Kolostrum membantu mengeluarkan mekonium, yaitu kotoran bayi yang pertama
berwarna hitam kehijauan.
Selain itu, ibu juga harus mengetahui beberapa hal penting lainnya tentang ASI.
ASI mudah dicerna karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung
enzim-enzim untuk mencernakan zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut,
mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI juga
memiliki perbandingan antara “whey” dan “kasein” yang sesuai untuk bayi. Rasio
whey dan kasein merupakan salah satu keunggulan dari ASI jika dibandingkan
dengan susu sapi. ASI mengandung whey-kasein lebih banyak, yaitu 65:35.
Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Susu sapi memiliki
whey-kasein dengan perbandingan 20:80 sehingga tidak mudah diserap.
ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak.
ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, mudah dicerna dan diserap
karena mengandung enzim pencernaan, dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi
karena mengandung zat penangkal penyakit, praktis dan mudah memberikannya,
serta murah dan bersih. Selain itu, ASI mengandung rangkain asam lemak tak jenuh
yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak anak. ASI selalu
berada dalam suhu yang tepat, tidak menyebabkan alergi, dapat mencegah
keerusakan gigi, dan dapat mengoptimalkan perkembangan bayi.
Manfaat lain dari ASI adalah menangkal alergi susu. Alergi tak mengenal usia,
termasuk pada balita. Justru merekalah yang paling rentan mengalami alergi, baik
terhadap lingkungan yang tidak sehat maupun dari makanan yang dikonsumsi.
Kematangan atau maturasi saluran cerna pun sangat penting. Bayi semakin rentan
karena maturasinya belum sempurna. Itulah sebabnya ASI eksklusif selama 6 bulan
pertama dapat mengurangi kemungkinan terjadinya alergi. Reaksi alergi tidak jelas
gejala klinisnya dan reaksinya di dalam tubuh pun bermacam-macam. Oleh karena
itu, penangananya juga harus tepat, jangan berlebihan, dan jangan dibiarkan begitu
saja.
Selain pada anak, pemberian ASI juga sangat bermanfaat bagi ibu. Selain dapat
diberikan dengan cara mudah dan murah, ASI juga dapat mencegah terjadinya
pendarahan setelah persalinan, mempercepat mengecilnya rahim, menunda masa
subur, mengurangi anemia, serta menunda terjadinya kehamilan berikutnya.
Menyusui juga dapat menurunkan risiko terjadinya kanker payudara dan kanker
ovarium pada ibu di kemudian hari. Semakin lama ibu tersebut menyusui maka
semakin sedikit risiko terserang kanker payudara. Hal lain yang jauh lebih penting
adalah timbulnya ikatan batin yang kuat antara ibu dan anak. Ibu juga tidak perlu
susah-susah melakukan diet untuk mengecilkan perut setelah melahirkan karena
isapan anak pada puting susu ibu merangsang keluarnya hormon yang dapat
mengencangkan dinding-dinding perut ibu kembali. Ibu yang menyusui juga memiliki
keuntungan karena badannya akan kembali normal dengan cepat.
Telah diuraikan mengenai kebaikan ASI dan keuntungan menyusui. ASI sebagai
makanan yang terbaik untuk bayi, merupakan pemberian Tuhan yang tidak akan
dapat ditiru oleh para ahli dalam bidang pembuatan makanan bayi. ASI mengandung
nutrient yang cukup dan nilai nutrisi/biologinya tinggi. Untuk berhasilnya pemberian
ASI, keyakinan bahwa menyusui adalah tugas yang wajar dan mulia dari seorang ibu
harus betul-betul tertanam pada ibu-ibu.

Bagaimana Cara Menyusui yang Baik dan Benar ?


Oleh :
Emelda Septiana

1815800902

DIII-KEBIDANAN

1. Posisi badan ibu dan bayi :

a) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.

b) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.


c) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ibu.

d) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara.

e) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

f) Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan
lengan bayi.

g) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
bagian dalam.

2. Posisi mulut bayi dan putting susu ibu :

a) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas, jari yang lain menopang dibawah (bentuk C) atau
dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang
areola (kalangan payudara).

b) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek).

c) Posisikan putting susu diatas “bibir atas” bayi dan berhadapan dengan hidung bayi.

d) Kemudian masukkan putting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi.

e) Setelah bayi menyusu/menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang
atau disangga lagi

f) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-elus bayi.

3. Posisi Menyusui yang benar:

a) Tubuh bagian depan menempel bayi menempel pada tubuh ibu.

b) Dagu bayi menempel pada payudara


c) Dagu bayi menempel pada dada ibu yang berada didasar payudara (bagian bawah).

d) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.

e) Mulut bayi terbuka dengan bibir bawah yang terbuka.

f) Sebagian besar areola tidak tampak.

g) Bayi menghisap dalam dan perlahan.

h) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusui.

i) Terkadang terdengar suara bayi menelan.

j) Putting susu tidak terasa sakit atau lecet. (Handayani, dkk, 2011.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Soetjiningsih. 1997. ASI - petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta: EGC

Yuliarti, nurheti. 2010. KEAJAIBAN ASI – Makanan Baik untuk Kesehatan dan
Kelincahan si Kecil. Yogyakarta: Penerbit Andi
Purwanti, H.S. (2004). Konswp Penerapan ASI Eksklusif Buku Saku Bidan.Jakarta: EGC

Roesli, U. (2008). Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Handayani, 2011.Cara Menyusui dengan Benar. Jakarta. EGC

You might also like