Professional Documents
Culture Documents
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui prinsip kerja Alat Penukar Kalor dan mempelajari karakteristik yang
dihasilkan dari perpindahan kalor antara fluida panas dan fluida dingin.
3. DASAR TEORI
Heat exchanger merupakan alat penukarkalor yang sangat penting dalam proses
industri. Prinsip kerja heat exchanger adalah perpindahan panas dari fluida panas menuju
fluida dingin. Heat exchanger dapat digunakan untuk memanaskan dan mendinginkan fluida.
Sebelum fluida masuk kereaktor, biasanya fluida dimasukan terlebih dahulu kedalam alat
penukar kalor agar suhu fluida sesuai dengan spesifikasi jenisreaktor yang digunakan.Di
dunia industri, heat exchanger merupakan unit alat yang berperan dalam berbagai unit
operasi, misalnya dalam industry obat-obatan farmasi, industry perminyakan, industry
makanan-minuman dan lain-lain.
Percobaan dalam skala kecil (skalalaboratorium) ini dimaksudkan agar praktikan lebih
memahami tentang kecepatan transfer panas, keefektifan, jenis dan berbagai macam hal yang
menyangkut heat exchanger agar ilmu pengetahuan ini dapat diterapkan pada skala yang
lebih besar, yaitu skala industri.
Dalam industri proses kimia masalah perpindahan energi atau panas adalah hal yang
sangat banyak dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa panas dapat berlangsung lewat tiga
cara, dimana mekanisme perpindahan panas itu sendiri berlainan adanya. Adapun
perpindahan itu dapat dilaksanakan dengan:
1. Secara molekular, yang disebut dengan konduksi
2. Secara aliran yang disebut dengan perpindahan konveksi.
3. Secara gelombang elektromagnetik, yang disebut dengan radiasi.
Pada heat exchanger menyangkut konduksi dan konveksi (Sitompul, 1993).
Heat exchanger yang digunakan oleh teknisi kimia tidak dapat dikarakterisasi dengan
satu rancangan saja, perlu bermacam-macam peralatan yang mendukung. Bagaimanapun satu
karakteristik heat exchanger adalah menukar kalor dari fase panas ke fase dingin dengan dua
fase yang dipisahkan oleh solid boundary (Foust, 1980).
Beberapa jenis heat exchanger :
1. Concentric Tube Heat Exchanger (Double Pipe)
Double pipe heat exchanger atau consentric tube heat exchanger yang ditunjukkan
pada gambar 1 di mana suatu aliran fluida dalam pipa seperti pada gambar 1 mengalir dari
titik A ke titik B, dengan space berbentuk U yang mengalir di dalam pipa. Cairan yang
mengalir dapat berupa aliran cocurrent atau countercurrent. Alat pemanas ini dapat dibuat
dari pipa yang panjang dan dihubungkan satu sama lain hingga membentuk U. Double pipe
heat exchanger merupakan alat yang cocok dikondisikan untuk aliran dengan laju aliran yang
kecil (Geankoplis, 1983).
A Cold fluit in
B A’
Exchanger ini menyediakan true counter current flow dan cocok untuk extreme
temperature crossing, tekanan tinggi dan rendah untuk kebutuhan surface area yang moderat
(range surface area: 1 – 6000 ft2). Hairpin heat exchange rtersedia dalam :
- Single tube (double pipe)atau berbagai tabung dalam suatu hairpin shell (multitube),
- Bare tubes, finned tube, U-Tubes,
- Straight tubes,
- Fixed tube sheets
Double pipe heat exchanger sangatlah berguna karena ini bisa digunakan dan dipasang
pada pipe-fitting dari bagian standar dan menghasilkan luas permukaan panas yang besar.
Ukuran standar dari tees dan return head diberikan pada tabel 1.
Tabel1.double Pipe Exchanger fittings
Outer Pipe, IPS Inner Pipe, IPS
3 1¼
2½ 1¼
3 2
4 3
(source : Kern, “Process Heat Transfer”, 1983)
Double pipe exchangers biasanya dipasang dalam 12-, 15- atau 20-ft Panjang efektif,
panjang efektif dapat membuat jarak dalam each leg over di mana terjadi perpindahan panas
dan mengeluarkan inner pipe yang menonjol melewati the exchanger section.(Kern, 1983).
Susunan dari concentric tube ditunjukan pada gambar di bawah ini. Aliran dalam type
heat exchanger dapat bersifat cocurrent atau counter current dimana aliran fluida panas ada
pada inner pipe dan fluida dingin pada annulus pipe.
T2 T1 T1 T2
t1 t2 t2
t1
T T
T1
T1
T2 T2
t2
t1
L L
(a) (b)
T
T
T1
t2
T2
t1
L L
(c) (d)
Gambar 3Double pipe heat exchanger aliran cocurrent dan counter current
Pada susunan cocurrent maka fluida di dalam tube sebelah dalam (inner tubes) maupun
yang di luar tube (dalam annulus), artinya satu lintasan tanpa cabang. Sedangkan pada aliran
countercurrent, di dalam tube sebelah dalam dan fluida di dalam annulus masing-masing
mempunyai cabang seperti terlihat pada gambar 4 dan gambar 5.
b) Kerugian
1. Bagian hairpin adalah desain khusus yang mana secara normal tidak
dibangun untuk industri standar dimanapun selain ASME code.
2. Bagian multiple hairpin tidaklah selisih secara ekonomis bersaing dengan
single shell dan tube heat exchanger.
3. Desain penutup memerlukan gasket khusus. (Kern, 1983).
2. Shell And Tube Heat Exchanger
Shell and tube heat exchanger biasanya digunakan dalam kondisi tekanan relatif tinggi,
yang terdiri dari sebuah selongsong yang di dalamnya disusun suatu annulus dengan
rangkaian tertentu (untuk mendapatkan luas permukaan yang optimal). Fluida mengalir di
selongsong maupun di annulus sehingga terjadi perpindahan panas antara fluida dengan
dinding annulus misalnya triangular pitch dan square pitch (Anonim1, 2009).
(a) (b)
Keuntungan square pitch adalah bagian dalam tube-nya mudah dibersihkan dan pressure
drop-nya rendah ketika mengalir di dalamnya (fluida)
(Kern, 1983).
Hot outlet
Cold Cold
inlet outlet
L
T1
qk
T2
Fluid
T∞
hc qc
Ts T T
qc
1 Rc
hc . A
Q = U . A. (Ta – Tb)
Ta Tb
U.A.(Ta – Tb) = 1 1
hc, a . A k.A hc ,b . A
1 1
U.A =
1
L
1 R
hc, a . A hc,b . A
1
U=
1 L 1
hc , a k hc ,b .
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).
1 1
Rf
Ud U
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).
Ta L h c ,b
T1 q
fluida b
fluida a k
T2 Tb
hc,a
q hc.a . A (Ta T1 )
q
Ta T1
h c.a A
Transfer panas konduksi dari permukaan dinding sebelah kiri ke sebelah kanan.
k.A
q (T1 T2 )
L
q
T1 T2
k.A L
Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan dinding sebelah kanan ke fluida b.
q hc.b . A.(T2 Tb )
q
T2 Tb
hc.b . A
Penjumlahannya adalah:
Ta Tb
q T T
1 L 1 a b
hc , a kA hc ,b
Ta Tb T
q
1 L 1 R
h c , a kA h c ,b
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).
5. Log Mean Temperature Difference (LMTD)
Sebelum menentukan luas permukaan panas alat penukar kalor, maka ditentukan dulu
nilai dari ΔT . ΔT dihitung berdasarkan temperatur dari fluida yang masuk dan keluar. Selisih
temperatur rata-rata logaritmik (Tlm) (logaritmic mean overall temperature difference-
LMTD) depat dihitung dengan formula berikut :
LMTD
ΔTa ΔTb
ΔTa
ln
ΔTb
(Kern, 1983).
a b
dTh
Th, in
mh
T dTc Th, out
Ta
Tb
mc
Tc, in dA
Tc, out
0 Atotal
Area
LMTD
T1 t2 T2 t1
ln
T1 t2
T2 t1
Th, in
mh
dTh
Th, out
Ta T
Tc, out
dTc
mc
Tc, in dA
0 Atotal
Area
6. Keefektifan
Keefektifan heat exchanger adalah ratio/ perbandingan transfer panas aktual dengan transfer
panas maksimum yang mungkin terjadi.
Keefektifan heat exchanger (ε)
Karena itu, jika kita mengetahui keefektifan heat exchanger, kita bisa menentukan
kecepatan transfer panas:
q q act ε.q max
4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menghidupkan alat penukar kalor, kemudian melanjutkan dengan menghidupkan
pompa dan cooler
2. Memanaskan fluida air dengan menggunakan heater
3. Mengatur salah satu laju alir dari fluida panas dan dingin konstan
4. Mencatat temperatur yang terlihat pada display
5. Mematikan pemanas tangki difluida panas setelah selesai
6. Mematikan aliran fluida dingin pada cooler setelah 2 menit dahulu dari fluida
panas
7. Mematikan peralatan penukar kalor
5. DATA PENGAMATAN
Data Pengamatan minggu pertama
Laju Alir Fluida Panas (°C) Laju Alir Fluida Dingin (°C)
(L/min) ( Hot Water) (L/min) ( Hot Water)
T1 = 45,0 T4 = 23,8
2 T2 = 42,2 3 T5 = 24,1
T3 = 40,0 T6 = 19,9
Keterangan :
T1 = Fluida panas masuk
T6 = Fluida dingin masuk
T3 = Fluida panas keluar
T4 = Fluida dingin keluar
T2 = TAV suhu pertemuan fluida panas
T5 = TAV suhu pertemuan fluida dingin
𝑇𝑖𝑛 −𝑇𝑜𝑢𝑡
∆T = Tin – Tout ; TAV = ; WH = V. P ; QH = Wh.Cp.∆T
2
WH Cp QH
( Kg/Min ) ( Kj / K.Kg ) ( Kj/Min )
1,98276 4,179 41,429778
Wc Cp Qc
( Kg / Min ) ( Kj/k.kg ) ( Kj/Min )
2,99451 4,182 48,83986
C. Menghitung T LMTD
∆ T1 = Tin Hot – Tin Cold
∆T2 = Tout Hot – Tout Cold
∆T2− ∆ T1
T LMTD = ln ∆T2/∆T1
Laju alir ( L/Min ) Temprature in ( oC ) Temprature out ( oC ) ∆T1 ∆T2 ∆T2 -
F. Panas F.Dingin F. Panas F.Dingin F.Panas F.Dingin ∆T1
2 3 45,0 19,9 40,0 23,8 25,1 16,2 -8.9
Ln ∆T2/∆T1 T.LMTD
-0,42 20,70
Flow Area ( Ap )
Ap = ¼ π x ( D22 – D12 )
= ¼ ( 3,14 ) x ( 0,02092 – 0,01579882 )
= 1,4793 x 10-4 m2
Fluida Panas
G = WH Fluida Panas = 1,982756 kg/min = 5060,643 kg/m2 . min
Ap. Inner Pipe 3,918 x 10-4 m2
Fluida Dingin
G = WH Fluida Dingin = 2,99451 kg/min = 20.242, 7 kg/m2. Min
Ap. Annulus Pipe 1,4793 x 10-4 m2
F. Mencari Viskositas
H. Menentukan JH
Untuk nilai factor perpindahan panas ( JH ) dapat dicari menggunakan Fig.28 pada
buku kern dan dicari interpolasinya.
Fluida Panas Re JH
Re = 1700,7 1000 15
1700,7 X
2000 20
Fluida dingin Re JH
Re = 41934,8 40.000 120
41934,8 X
50.000 150
Interpolasi = 41934 ,8 – 40.000 = x – 120
50.000 – 40.000 150 – 120
= 1934,8 = x – 120
10000 30
X = 125,8
= 4,392 kg/min.m2
Fluida Dingin
Dik : Cp = 4,1855 kj/kgoC
μ = 0,05754 kg/m.min
k = 0,02892 Kj/m.min oC
4,1855 𝑘𝑗/𝑘𝑔 𝑜𝐶 𝑥 0,05745 𝑘𝑔/𝑚.𝑚𝑖𝑛
Maka : μ = ( )
0,02892 𝑘𝑗/𝑚.min 𝑜𝐶
= 8,3275 kg/min.m2
𝐽𝐻 𝑥 𝑘 𝐶𝑝 𝑥 μ 1/3
hio = x( )
𝐷 𝑘
18,5035 𝑥 0,04473 𝑥 4,392
= 0,0157988
= 230,086 kj/m.min oC
= 1449,6 Kj/m2.min oC
M. Menghitung koefisien kebersihan ( UC )
UC = hio x ho = 230,086 x 1449,6
hio + ho 230,086 + 1449,6
= 333532,6656 = 198,57 Kj/m2.min.oC
Maka, Ud = QL
A.LMTD
Ud = 7.41008 = 9,944Kj/m2.min oC
0,036 x 20.70
Fluida Panas
ΔFρ = 4 ( 64 /1064.643 x ( 5060,643)2 . 1,31
2 x 10 x 991,38 x 0,157988
= 2570,394
ΔPρ = F 1 x λ . ρ . V2
2 D
= 0,06011 x 1 x 1,31 x 991,38 x 0,002
2 0,157
= 0,497
Fluida Dingin
ΔPρ = ΔFρ . ρ ; ΔFa 4 . f.G2.L
144 2.g. ρ2.D
ΔFa = 4 ( 0,316 /419340,25 ) x 20.242,7 . 1,31
2 x 10 x 998,172 x 0,01185
= 234,22 = 9,92
236133,3
HW CW
2 1 28,32 35,13 -6,81
2 2 37,48 52,69 -15,21
2 3 44,14 56,49 -12,31
1 2 25,40 37,63 -12,23
2 2 34,98 57,71 -22,73
3 2 41,22 63,562111 -22,34
2. menghitung LMTD
∆ T1 = Tin Hot – Tin Cold
∆T2 = Tout Hot – Tout Cold
∆T2− ∆ T1
T LMTD = ln ∆T2/∆T1
CW HW
2 1 1,993 1,9593x10-4 10172,0002
2 2 1,993 1,9593x10-4 10172,0002
2 3 1,993 1,9593x10-4 10172,0002
1 2 0,9965 1,9593x10-4 5086,000102
2 2 1,993 1,9593x10-4 10172,0002
3 2 2,9895 1,9593x10-4 15258,00031
CW HW
2 1 1,993 1,4793x10-4 6752,870074
2 2 1,993 1,4793x10-4 13507,74015
2 3 1,993 1,4793x10-4 2026,61022
1 2 0,996 1,4793x10-4 13507,74015
2 2 1,9982 1,4793x10-4 13507,74015
3 2 1,9982 1,4793x10-4 13507,74015
CW HW
2 1 38,3 0,006613 0,39678
2 2 38,9 0,006628 0,39768
2 3 39,2 0,006512 0,39072
1 2 38,6 0,006619 0,39714
2 2 40,4 0,00654 0,3924
3 2 41,4 0,00642 0,3852
Fluida dingin (pada Annulus pipe)
Laju Alir Tv viskositas viskositas
(kg/m.s) (kg/m.min)
CW HW
2 1 22,0 0,00958 0,5748
2 2 20,6 0,00991 0,5946
2 3 21,0 0,00987 0,5922
1 2 20,8 0,00989 0,5934
2 2 22,1 0,00956 0,5736
3 2 22,8 0,00948 0,5688
CW HW
2 1 0,0157988 10172,0002 0,39678 405,02
2 2 0,0157988 10172,0002 0,39768 404,10
2 3 0,0157988 10172,0002 0,39072 411,30
1 2 0,0157988 5086,000102 0,39714 202,33
2 2 0,0157988 10172,0002 0,3924 404,65
3 2 0,0157988 15258,00031 0,3852 625,79
Fluida dingin (pada Annulus pipe)
Laju Alir D a(m) Ga μ Re
CW HW
2 1 0,0209296 6752,870074 0,5748 245,88
2 2 0,0209296 13507,74015 0,5946 475,46
2 3 0,0209296 2026,61022 0,5922 716,08
1 2 0,0209296 13507,74015 0,5934 476,42
2 2 0,0209296 13507,74015 0,5736 492,87
3 2 0,0209296 13507,74015 0,5688 497,03
CW HW
2 1 405,02 11
2 2 404,10 11
2 3 411,30 11
1 2 202,33 8
2 2 404,65 11
3 2 625,79 13
CW HW
2 1 245,88 8,5
2 2 475,46 12
2 3 716,08 14
1 2 476,42 12
2 2 492,87 12
3 2 497,03 12
CW HW
2 1 38,3 0,64 0,0384
2 2 38,9 0,64 0,0384
2 3 39,2 0,68 0,0408
1 2 38,6 0,64 0,0384
2 2 40,4 0,70 0,0420
3 2 41,4 0,73 0,0430
CW HW
2 1 22,0 0,51 0,0306
2 2 20,6 0,39 0,0234
2 3 21,0 0,42 0,0252
1 2 20,8 0,39 0,0234
2 2 22,1 0,51 0,0306
3 2 22,8 0,730,52 0,0312
9. Menghitung koefisien perpindahan panas (v)
𝐶𝑝 . 𝜇 1/3
U=( )
𝑘
dimana :
Cp = kapasitas panas
μ = viskositas
k = konduktivitas termal fluida
CW HW
2 1 4,179 0,39678 0,0384 3,5078
2 2 4,179 0,39768 0,0384 3,5105
2 3 4,179 0,39072 0,0408 3,4201
1 2 4,179 0,39714 0,0384 3,5089
2 2 4,179 0,3924 0,0420 3,3919
3 2 4,179 0,3852 0,0430 3,3446
CW HW
2 1 4,1855 0,5748 0,0306 3,5078
2 2 4,1855 0,5946 0,0234 3,5105
2 3 4,1855 0,5922 0,0252 3,4201
1 2 4,1855 0,5934 0,0234 3,5089
2 2 4,1855 0,5736 0,0306 3,3919
3 2 4,1855 0,5688 0,0312 3,3446
10. menghitung
Dik: De= 0,01192m
𝑘 𝐶𝑝
H = JH x 𝐷 𝑋 ( 𝑘 )1/3 ( pada buku kern hal.120 )
𝑈𝑐−𝑈𝑑
Rd =| 𝑈𝑐 𝑥 𝑈𝑑 | dimana: Rd= Faktor kekotoran
Uc = koefisien kebersihan
Ud = koefisien kekotoran
Hw Cw
Jika dirata-ratakan, maka didapatkan faktor kekotoran alat sebesar 0,0236 m2.min. °C /Kj
DATA HASIL PERHITUNGAN
Pada percobaan ini, mahasiswa melakukan prosedur terkait dengan heat exchanger (alat
penukar kalor) dengan arah aliran berlawanan dan variasi laju alir air sebagai fluida dingin
maupun fluida panas, pada percobaan dengan arah berlawanan (alirannya) memiliki skema
sebagai berikut :
Keterangan :
- Cw : cold water
- Hw : hot water
Fluida yang dialirkan terlebih dahulu dalam alat penukar kalor adalah air agar kalor
yang ada pada dari steam dapat diserap oleh air. Hal ini dikarenakan kalor cenderung bersifat
menuju arah lingkungan maka pemakaian steam diatur agar aliran kalor tidak menuju
langsung ke dinding pipa karena selain akan merusak dinding pipa juga akan meningkatkan
pemakaian steam (secara teori) tetapi pada praktikum ini kita menggunakan cooler sebagai
aliran air dinginnya sehingga otomatis praktikum ini pemakaian steam sangat meningkat.
Saat steam panas baru melewati pipa-pipa HE ( sebelum air panas bertemu air dingin ), pipa
tersebut terasa panas. Hal ini dikarenakan adanya proses perpindahan kalor dari steam
menuju lingkungan juga terjadi pressure drop sepanjang aliran pipa yang mengakibatkan
proses perubahan fasa steam menjadi embun meskipun suhu belum mencapai 100 °c. Adapun
steam atau air panas dialirkan didalam pipa yang lebih kecil agar tidak merusak alat karena
tekanan steam yang sangat tinggi juga untuk menghindari transfer panas ke pipa bagian luar
yang dapat membahayakan mahasiswa apabila tersentuh. Selain itu, steam dialirkan kedalam
pipa yang lebih kecil untuk menghemat penggunaan alat steam. Perpindahan panas yang
terjadi pada aliran berlawanan lebih menyeluruh, fluida panas dan fluida dingin saling
bertukar panas pada titik yang memiliki perbedaan suhu yang besar sehingga jarak suhu
steam cukup dekat. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan ditunjukkan bahwa nilai
QH (kalor atau panas yang dilepas hot water) meningkat seiring dengan nilai QC ( kalor atau
panas yang dilepas cold water ). Hal ini dikarenakan semakin tingginya kalor yang terpakai
untuk mengubah air menjadi steam ( air dingin menjadi panas). Karena besarnya laju alir air
dingin yang mengalir, maka bisa dikatakan fluida pendingin (air) yang dipakai banyak,
sehingga kemampuan mendinginkan fluida panas (steam) lebih besar. Dampaknya suhu air
panas yang keluar semakin rendah. Pada aliran berlawanan arah ini suhu keluaran steam lebih
rendah, hal ini dikarenakan perbedaan suhu awal pada titik – titik tertentu akan lebih besar
menghasilkan driving force yang mendorong steam dan air untuk saling bertukar panas. Pada
aliran berlawanan arah ini mempunyai selisih suhu uap dan air awal jauh lebih besar dari
pada selisih suhu uap dan air pada kondisi akhir.
8. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
HE Type Double Pipe dengan arah aliran berlawanan lebih signifikan menukarkan
suhu antara dua fluida tersebut untuk tujuan mendinginkan fluida.
Dari parameter unjuk kerja dari alat Double heat exchanger seperti faktor kekotoran,
luas permukaan perpindahan kalor, koefisien perbedaan kalor, beda temperatur rata-
rata, jenis aliran ( bilangan reynold ) dan arah aliran, alat tersebut layak atau perlu
dibersihkan.
Pada aliran berlawanan arah (counter current), laju alir meningkat, Re meningkat, ho
dan hio meningkat, Uc menurun, Rd menurun, Ud meningkat, LMTD meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Kern, D.Q.1981. Proses Heat Transfer. Mc-Graw Hill International. Company Book.
I. TUJUAN
– Mahasiswa dapat mengoperasikan reaktor CSTR
– Mahasiswa dapata menghitung konversi kedua reaktan
• Kelebihan:
– Kontrol temperature yang baik dapat mudah dijaga
– Realtif murah dalam instalasi
– Reaktor memiliki kapasitas panas yang besar
– Bagian dalam reaktor dapat mudah diakses saat perawatan
• Kekurangan:
– Konversi reaktan menjadi produk per volume reaktor relatif kecil bila
dibandingkan dengan jenis reaktor kontinyu lainnya.
Kerugiannya :
Sulit dalam penjagaan distribusi aliran yg seragam
Bed yg kecil lebih efektif karena internal area yang besar tapi pressure drop
tinggi
Regenerasi bed sulit dilakukan karena cenderung permanen
Kekurangannya :
Bisa menyebabkan keausan dinding reaktor karena gerakan bed yg terus-menerus
bergesekan dg dinding
Karena bergerak terus-menerus dan antar bed bergesekan, bisa menyebabkan partikel
bed mengecil dan terikut keluar sbg produk. Sehingga perlu ditambahkan cyclone
separator.
1. Bubble Tank
Bubble Tank adalah jenis reaktor kimia yang dapat
digunakan untuk mereaksikan bahan dalam
keadaan banyak fasa. Reaktor jenis ini
menggunakan fluida (cairan atau gas) yang
dialirkan melalui katalis padatan (biasanya
berbentuk butiran-butiran kecil) dengan kecepatan yang cukup sehingga katalis akan terolak
sedemikian rupa dan akhirnya katalis tersebut dapat dianalogikan sebagai fluida juga.
2. Agitate Tank
Agitate Tank adalah digunakan untuk menyediakan
reservoir penyimpanan untuk batch campuran dari mixer
kecepatan geser tinggi.
Tiga fungsi utama dari Agitate Tank :
1. Persamaan gelembung udara terjebak selama proses
pencampuran.
2. Agitate bertindk sebagai reservoir penyimpanan untuk batch campuran yang
memungkinkan kelangsungan penyediaan dipertahankan untuk pompa.
3. Agitate dari dayung khusus bebentuk menjaga campuran dalam suspensi sebelum
pemompaan.
3. Spray Tower
Spray Tower adalah perangkat kontrol terutama
digunakan untuk pengkondisian gas ( pendingin dan
pelembab ) atau untuk tahap pertama atau penghapus
partikel gas. Mereka juga digunakan di banyak gas
cerombnong desulfurisasi sistem untuk mngurangi
penumpukan plugging dan skala oleh polutan.
6. Kurva hubungan konsentrasi campuran antara NaOH dan HCl, dengan HCl dibuat
tetap ( 0,1 M )
7. Kurva hubungan konsentrasi campuran antara NaOH dan HCl, dengan NaOH
dibuat tetap ( 0,1 M )
VI. PERHITUNGAN
a. PERHITUNGAN MINGGU PERTAMA
1. Pembuatan larutan NaOH 0,1 M
% 𝑥 1000 𝑥 𝜌 60 % 𝑥 1000 𝑥 2,13 𝑔/𝑚3
M1 = = = 31,95 M
𝐵𝑀 40 𝑔/𝑚𝑜𝑙
V1 . M1 = V2 . M2
𝑉2 . 𝑀2 125 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑀
V1 = = = 0,4 ml
𝑀1 31,95 𝑀
2. Pembuatan larutan HCl 0,1 M
% 𝑥 1000 𝑥 𝜌 37 % 𝑥 1000 𝑥 1,19 𝑔/𝑚3
M1 = = = 12,076 M
𝐵𝑀 36,46 𝑔/𝑚𝑜𝑙
𝑉2 . 𝑀2 125 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑀
V1 = = = 1 ml
𝑀1 12,076 𝑀
(∑Y)(∑X2 ) − (∑X)(∑XY)
a=
𝑛 (∑X2 ) − (∑X) 2
(85,5)(0,0216) − (0,28)(6,324)
= = 9,51
4 (0,0216) − (0,28) 2
𝑛 (∑XY) − (∑X)(∑Y)
b=
𝑛 (∑X2 ) − (∑X) 2
4 (6,324) − (0,28)(85,5)
= = 169,5
4 (0,0216) − (0,28) 2
(98,7)(0,02515) − (0,31)(7,695)
a= = 21,523
4 (0,02515) − (0,31) 2
4 (7,695) − (0,31)(98,7)
b= = 40,7
4 (0,02515) − (0,31) 2
(98,6)(0,0294) − (0,34)(8,41)
a= = 19,72
4 (0,0294) − (0,34) 2
4 (8,41) − (0,34)(98,6)
b= = 58
4 (0,0294) − (0,34) 2
maka, persamaan garis lurusnya : y = 19,72 + 58 x
B. PERHITUNGAN MINGGU KEDUA
1. Batch Reaktor
1.1 Menghitung nilai CA berdasarkan data konduktivitas yang diperoleh :
Dik : PGL (dari praktikum sebelumnya)
y = 40,7 x + 21,523
Pada menit ke-5
Konduktivitas = 25,8 mS
y = 40,7 x + 21,523
25,8 = 40.7 x + 21,523
4,27 = 40,7 x
x = 0,0985 M
Pada menit ke-10
y = 25,4 mS
25,4 = 40,7 x + 21,523
3,87 = 40,7 x
x = 0,095 M
Pada menit ke-15
Konduktivitas (y) = 24,3 mS
y = 40,7 x + 21,523
24,3 = 40,7 x + 21 ,523
2,777 = 40,7 x
x = 0,068 M
Pada menit ke-20
Konduktivitas (y) = 23,5 mS
y = 40,7 x + 21,523
23,5 = 40,7 x + 21,523
1,977 = 40,7 x
x = 0,48 M
1.3 Tabel
Konsentrasi HCl
Konsentrasi awal Konsentrasi awal
RUN Waktu Reaksi pada akhir
HCl (M) NaOH (M)
reaksi
1 0,1 0,1 300 0,015
2 0,1 0,1 600 0,005
3 0,1 0,1 900 0,032
4 0,1 0,1 1200 0,052
1.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksi (k)
a. Reaksi orde ke-0
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴
k=
𝑡
Pada run 1
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 0,1 𝑀 − 0,015 𝑀
k= = = 2,83 x 10-4 M/s
𝑡 300 𝑠
Pada run 2
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 0,1 𝑀 − 0,005 𝑀
k= = = 1,583 x 10-4 M/s
𝑡 600 𝑠
Pada run 3
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 0,1 𝑀 − 0,032 𝑀
k= = = 7,5 x 10-5 M/s
𝑡 900 𝑠
Pada run 4
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 0,1 𝑀 − 0,052 𝑀
k= = = 4 x 10-5 M/s
𝑡 1200 𝑠
Berdasarkan nilai k yang diperoleh dapat dilihat bahwa dari run 1-4 nilai k tidak
konstan, maka tebakan reaksi orde ke-0, salah.
b. Orde ke-1
1 𝐶𝐴0
k= x ln
𝑡 𝐶𝐴
Pada run 1
1 𝐶𝐴0
k= x ln
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
= x ln = 6,32 x 10-3 /s
300 𝑠 0,015 𝑀
Pada run 2
1 𝐶𝐴0
k= x ln
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
= x ln = 4,99 x 10-3 /s
600 𝑠 0,005 𝑀
Pada run 3
1 𝐶𝐴0
k= x ln
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
= x ln = 1,266 x 10-3 /s
900 𝑠 0,032 𝑀
Pada run 4
1 𝐶𝐴0
k= x ln
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
= x ln = 5,449 x 10-4 /s
1200 𝑠 0,052 𝑀
Berdasarkan nilai k yang diperoleh, tidak konstan maka tebakan orde ke-1 salah.
c. Orde ke-2
1 1 1
k= ( − )
𝑡 𝐶𝐴 𝐶𝐴0
Pada run 1
1 1 1
k= ( − )
300 𝑠 0,015 0,1
= 1,88 x 10-3 /M.s
Pada run 2
1 1 1
k= ( − )
600 𝑠 0,005 0,1
= 2,1 x 10-3 /M.s
Pada run 3
1 1 1
k= ( − )
900 𝑠 0,032 0,1
= 2,4 x 10-3 /M.s
Pada run 4
1 1 1
k= ( − )
1200 𝑠 0,052 0,1
= 7,6 x 10-3 /M.s
Nilai k yang dipeoleh konstan, maka tebakan reaksi orde 2 adalah benar.
2.3 Tabel
RUN CA0 HCl (M) CA0 NaOH (M) Waktu Reaksi (s) CA HCl (M)
1 0,1 0,1 300 0,009
2 0,1 0,1 600 0,006
3 0,1 0,1 900 0,003
4 0,1 0,1 1200 0,001
2.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksinya (k)
Pada CSTR
Laju reaktan masuk = laju reaktan keluar + laju reaktan bereaksi + laju reaktan
terakumulasi
Pada keadaan steady state, tidak terjadi akumulasi sehingga
FA0 = FA + (-rA)v
Sementara FA = FA0 - FA0 . XA = FA0 (1 – XA)
Sehingga :
FA0 = FA0 (1 – XA) + (-rA.v)
FA0.XA = (-rA) v
𝑉 𝑋𝐴
. (−𝑟𝐴 )
𝐹𝐴0
Dimana : F = laju alir masuk (mol/waktu)
Q = laju alir volume (volume/waktu)
Laju alir yang digunakan pada saat praktikum adalah laju alir volume, maka:
𝑉 𝑋𝐴
= F=Q.C
𝑄 . 𝐶𝐴0 −𝑟𝐴
𝑉 𝐶𝐴0 . 𝑋𝐴
= = 𝜏 𝜏 = waktu tinggal / space time
𝑄 −𝑟𝐴
0,1 𝑀 − 0,009 𝑀
0,009 𝑀
= ( ) = 3,3 x 10-2 /s
300 𝑠
Pada run 2
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴
K= ( )
𝜏
0,1 𝑀 − 0,006 𝑀
0,006 𝑀
= ( ) = 2,6 x 10-2 /s
600 𝑠
Pada run 3
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴
K= ( )
𝜏
0,1 𝑀 − 0,003 𝑀
0,003 𝑀
= ( ) = 3,5 x 10-2 /s
900 𝑠
Pada run 4
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴
K= ( )
𝜏
0,1 𝑀 − 0,001 𝑀
0,001 𝑀
= ( ) = 8,2 x 10-2 /s
1200 𝑠
Nilai K yang diperoleh tidak konstan, maka reaksi bukan termasuk orde 1.
b. Orde reaksi 2
-rA = k . CA2
𝐶𝐴0 . 𝑋𝐴 𝐶𝐴0 . 𝐶𝐴
𝜏= XA =
𝑘 . 𝐶𝐴 2 𝐶𝐴0
𝐶 𝐶𝐴0 − 𝐶
𝐴0 . 𝐴
𝐶𝐴0
𝐾𝜏 =
𝐶𝐴 2
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴 2
Maka, K = ( )
𝜏
Pada run 1
0,1 𝑀 − 0,009 𝑀
0,009 2 𝑀
K= ( ) = 3,74 x 10-1 /M.s
300 𝑠
Pada run 2
0,1 𝑀 − 0,006 𝑀
0,006 2 𝑀
K= ( ) = 4,35 x 10-1 /M.s
600 𝑠
Pada run 3
0,1 𝑀 − 0,003 𝑀
0,003 2 𝑀
K= ( ) = 6,97 x 10-1 /M.s
900 𝑠
Pada run 4
0,1 𝑀 − 0,001 𝑀
0,001 2 𝑀
K= ( ) = 9,25 x 10-1 /M.s
1200 𝑠
a. Pada menit ke 5
R = HCl + NaOH NaCl + H2O
M = 0,1 0,1 - -
B = 0,097 0,097 0,097 0,097
S = 0,003 0,003 0,097 0,097
b. Pada menit ke 10
R = HCl + NaOH NaCl + H2O
M = 0,1 0,1 - -
B = 0,078 0,078 0,078 0,078
S = 0,022 0,022 0,078 0,078
c. Pada menit ke 15
R = HCl + NaOH NaCl + H2O
M = 0,1 0,1 - -
B = 0,041 0,041 0,041 0,041
S = 0,059 0,059 0,041 0,041
d. Pada menit ke 20
R = HCl + NaOH NaCl + H2O
M = 0,1 0,1 - -
B = 0,034 0,034 0,034 0,034
S = 0,066 0,066 0,034 0,034
3.1.3 Tabel
Run Cao HCl (M) Cao NaOH (M) Waktu Reaksi (S) Ca HCl (M)
1 0,1 0,1 300 0,003
2 0,1 0,1 600 0,022
3 0,1 0,1 900 0,059
4 0,1 0,1 1200 0,066
Pada run 1
𝑄𝑜 𝐶𝑎𝑜
K= = ln
𝐾 𝐶𝐴
2 𝐿/ 𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= . ln = 14,03/ min = 0,24 /s
0,5 𝐿 0,003 𝑀
Pada run 2
2 𝐿/ 𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= . ln = 6,05/ min = 1 x 10−1 /s
0,5 𝐿 0,022 𝑀
Pada run 3
2 𝐿/ 𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= . ln = 2,11/ min = 3,5 x 10−2 /s
0,5 𝐿 0,059 𝑀
Pada run 4
2 𝐿/ 𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= . ln = 1,66/ min = 2,7 x 10−3 /s
0,5 𝐿 0,066 𝑀
Karena nilai K yang diperoleh tidak konstan, maka tebakan reaksi orde 1 salah.
a. Orde ke 2
FA = FA + dFA + (-rA) dv
dFA = (-rA) dv
𝑑𝐹𝐴
= = -rA
𝑑𝑣
dFA = K . CA2 -rA = K . CA . CB K . CA2
𝑑 (𝑄0 . 𝐶𝐴 )
= K . CA2 FA = Q0 . CA
𝑑𝑣
𝑄0 𝐶𝐴 𝑑𝐶𝐴 𝑣
− ∫𝐶 = ∫𝑄 𝑑𝑣
𝑘 𝐴0 𝐶𝐴 2
𝑄0 𝐶𝐴0
V= ln
𝑘 𝐶𝐴 2
𝑄0 𝐶𝐴0
Maka, K = ln
𝑉 𝐶𝐴 2
Pada run 1
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 16,26 /min.M = 2,71 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,003 2 𝑀
Pada run 2
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 15,49 /min.M = 2,58 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,022 2 𝑀
Pada run 3
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 15,21 /min.M = 2,5 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,059 2 𝑀
Pada run 4
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 14,98 /min.M = 2,49 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,066 2 𝑀
Karena nilai K yang diperoleh konstan, maka benar reaksi tebakan ber-orde 2.
3.2 Aliran 2
3.2.1 Menghitung nilai konsentrasi akhir reaksi berdasarkan data konduktivitasnya
Dik : PGL = y = 40,7 x + 21,523
a. Pada menit ke-5
y = 40,7 x + 21,523
25,1 = 40,7 x + 21,523
3,577 = 40,7 x
x = 0,089 M
b. Pada menit ke-10
y = 40,7 x + 21,523
25,3 = 40,7 x + 21,523
3,77 = 40,7 x
x = 0,093 M
c. Pada menit ke-15
y = 40,7 x + 21,523
25,4 = 40,7 x + 21,523
3,877 = 40,7 x
x = 0,095 M
d. Pada menit ke-15
y = 40,7 x + 21,523
25,5 = 40,7 x + 21,523
3,977 = 40,7 x
x = 0,0977 M
3.2.2 Menghitung nilai konsentrasi yang bereaksi
Dik : Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H 2O
a. Pada menit ke-5
Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O
M : 0,1 0,1 - -
B : 0,089 0,089 0,089 0,089
S : 0,011 0,011 0,089 0,089
3.2.3 Tabel
CA0 NaOH Waktu reaksi
RUN CA0 HCl (M) CA HCl (M)
(M) (s)
1 0,1 0,1 300 0,011
2 0,1 0,1 600 0,007
3 0,1 0,1 900 0,005
4 0,1 0,1 1200 0,003
Q0 = 2 L/min , V = 0,5 L
Pada run 1
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 26,86 /min.M = 4,47 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,011 2 𝑀
Pada run 2
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 30,48 /min.M = 5,08 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,007 2 𝑀
Pada run 3
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 33,17 /min.M = 5,5 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,005 2 𝑀
Pada run 4
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 37,26 /min.M = 5,9 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,003 2 𝑀
Karena nilai K yang diperoleh konstan, maka tebakan reaksi orde 2 benar.
VII. ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan reaktor kontinyu,. Reaktor
merupakan tempat dimana terjadi atau berlangsungnya suatu reaksi. Pada seperangkat
alat reaktor yang akan digunakan, terdapat 3 jenis atau tipe reaktor. Ketiga jenis
reaktor tersebut adalah continuous reactor atau reaktor kontinyu (CSTR), pack fixed
bed atau reaktor alir sumbat (PFR).
Pada praktikum minggu pertama dilakukan pengujian nilai konduktivitas.
Pengujian nilai konduktivitas dilakukan pada dua macam larutan yang berbeda
dengan beberapa variasi konsentrasi. Larutan yang digunakan yakni NaOH dan HCl.
Adapun variasi konsentrasi pada NaOH diantaranya 0.1 M; 0.07 M; 0.04 M; 0.01 M
dan variasi konsentrasi pada HCl diantaranya 0.1 M; 0.08 M; 0.06 M; 0.04 M. Tidak
hanya itu, masing-masing larutan dengan variasi konsentrasinya akan dicampurkan
dan diuji nilai konduktivitasnya.
Berdasarkan sifat daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu
larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Sifat elektrolit dan non elektrolit
didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan yang akan mengalirkan arus listrik.
Berdasarkan data percobaan, masing-masing larutan HCl dan larutan NaOH memiliki
nilai konduktivitas yang tinggi. Larutan yang termasuk elektrolit kuat ialah asam kuat,
basa kuat dan garam-garam yang mempunyai kelarutan yang tinggi. Nilai
konduktivitas larutan HCl dan NaOH yang besar disebabkan oleh masing-masing
larutan termasuk ke dalam larutan elektrolit kuat (asam kuat : HCl; basa kuat :
NaOH).
Nilai konduktivitas dipengaruhi juga oleh konsentrasi. Berdasarkan data
percobaan, nilai konduktivitas naik seiring dengan naiknya konsentrasi. Apabila
semakin banyaj muatan-muatan dalam larutan maka semakin banyak arus listrik yang
dihantarkan, hal ini tentunya akan menyebabkan nilai daya hantar listrik suatu larutan
akan semakin besar. Begitu pun sebaliknya dengan larutan yang memiliki konsentrasi
rendah, maka semakin sedikit muatan-muatan yang ada pada larutanl maka semakin
kecil daya hantar listrik suatu larutan.
Analisa percobaan minggu kedua
Reaktor merupakan tempat dimana terjadi atau berlangsungnya suatu reaksi. Pada
seperangkat alat reactor yang akan digunakan, terdapat 3 jenis/type reactor. Ketiga jenis
reactor tersebut adalah CSTR (continuous reactor), Pack?fixed bed, dan PFR (reactor alir
sumbat). Namun saat diperhatikan aliran dari masing-masing reactor, didapati bahwa pada
reactor CSTR dapat menggunakan reactor batch. Hal ini dikarenakan apabila katub pada
aliran pertama ke reactor kedua tidak dibuka dan katub keluaran reactor dibuka yang untuk
langsung mendapatkan produk maka system atau proses yang berlaku adalah proses batch.
Sebenarnya CSTr itu sendiri merupakan gabungan dari beberapa reactor batch yang
disusun secara seri atau parallel. Mengapa dibuat demikian? Ini dikarenakan agar
mendapatkan nilai konversei yang lebih dibandingkan dengan hadil reactor batch. Dengan
beberapa reactor tersebut maka distribusinya akan semakin luas. Selain itu waktu tinggal
dalam reactor singkat, jika waktu tinggal singkat maka konversinya akan rendah. Contohnya
jika didalam reactor bacth waktu tinggalnya 1 jam menghasilkan konversi 40%, maka pada
CSTR untuk masing-masing reactor (3 reactor batch) akan menghasilkan konversi >40%.
Prinsip ini juga berlaku pada pack bed dan PFR. Jika menggunakan Pack bed, hasil
konversi tergantung pada jenis aliran (co atau cunter current), dan tinggi kolom isian. Jika
aliran tersebut concurrent maka waktu kontak anatar kedua zat tersebut akan sangat cepat
dibandingkan dengan counter. Lalu jika semakin banyak isian atau tinggi kolom maka waktu
tinggal dalam reactor akan semakin lama, hal ini akan menyebabkan hasil konversi yang
tinggi. PFR lebih baik digunakan untuk gas, karena volume reactor nya yang lebih kecil
dibandingkan reactor lain.
Pada praktikum ini dilakukan reaksi antara HCL dan NaOH yang akan menghasilkan
suatu reaksi sebagai berikut :
HCL + NaOH NaCL + H2O
Dari data percobaan yang ada dapat dicari kosentrai dari CuCl2 dengan menghubungkan antara
konduktivitas dengan TDS yang kemudian akan dibandingkan dengan nilai BM sehingga
didapat kosentrasi nya.
Dari kosentrasi itu maka dapat dibuat grafik dari grafik tersebut akan didapatkan persamaan
garis lurusnya yang akan digunakan untuk menentukan konsentrasi zat yang bereaksi. Hal ini
terlihat dari penurunan nilai konduktivitas nya serta kosentrasi nya. Kosentrasi larutan itu
sendiri menjelaskan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Maka dari itu semakin lama
waktu maka akan semakin kecil nilai konduktivitasnya.
Membandingkan hasil antara CSTR (proses batch) dengan Pack bed dapat dilihat bahwa
kosentrasi yang didapat lebih banyak pada pack bed. Hal ini membuktikan penjelasan
sebelumnya. Untuk melihat orde reaksi dapat menggunakan grafik antara kosentrasi dan
waktu sehingga diketahui bahwa reaksi tersebut orde 2. Karena nilai k atau laju reaksi yang
kami peroleh konstan..
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1) Reaktor merupakan tempat dimana terjadi atau berlangsungnya suatu reaksi.
2) Nilai konduktivitas suatu larutan dipengaruhi oleh sifat asam basanya serta
konsentrasi larutan.
3) Larutan asam kuat/basa kuat merupakan larutan elektrolit kuat dan sebaliknya.
4) Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, maka semakin tinggi nilai
konduktivitasnya..
Berdasarkan percobaan minggu kedua disimpulkan bahwa:
1) Semakin lama waktu reaksi maka zat yang bereaksi akan semakin besar pula.
2) . Reaksi HCl + NaOH → NaCl + H2O merupakan orde 2.
DAFTAR PUSTAKA
Kasie Laboratorium Satuan Operasi II. 2019. Praktikum Satuan Operasi II.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Levenspiel, o. Chemical Reaction Engineering, John Wiley & Son, New York, 1972.
Silla, Harry. Chemical Process Engineering. Desain and Economics. Stevens Institute of
Technology. New jersey. USA 2003.
Anonim. 2015. Chemical Reactor. http://www.wikipedia.com/chemicalreactor//. Diakses
pada tanggal 4 April 2019.
Sidabutar, Ivan. 2013. Pengukuran Konduktivitas. http://scribd.com. Diakses pada
tanggal 16 April 2019.
GAMBAR ALAT
Reaktor Kontinyu
Batang pengaduk
DIAGRAM ALIR
Penyimpanan Pengukur
HCl Tangki Laju Alir
Reaktor
CSTR Penampung
Penyimpanan Pengukur Produk
NaOH Tangki Laju Alir