You are on page 1of 74

PENUKAR KALOR

(HEAT EXCHANGER DOUBLE PIPE)

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui prinsip kerja Alat Penukar Kalor dan mempelajari karakteristik yang
dihasilkan dari perpindahan kalor antara fluida panas dan fluida dingin.

2. ALAT DAN BAHAN


- Seperangkat alatHeat Exchanger Type Double Pipe
- Cooler
- Pompa

3. DASAR TEORI
Heat exchanger merupakan alat penukarkalor yang sangat penting dalam proses
industri. Prinsip kerja heat exchanger adalah perpindahan panas dari fluida panas menuju
fluida dingin. Heat exchanger dapat digunakan untuk memanaskan dan mendinginkan fluida.
Sebelum fluida masuk kereaktor, biasanya fluida dimasukan terlebih dahulu kedalam alat
penukar kalor agar suhu fluida sesuai dengan spesifikasi jenisreaktor yang digunakan.Di
dunia industri, heat exchanger merupakan unit alat yang berperan dalam berbagai unit
operasi, misalnya dalam industry obat-obatan farmasi, industry perminyakan, industry
makanan-minuman dan lain-lain.
Percobaan dalam skala kecil (skalalaboratorium) ini dimaksudkan agar praktikan lebih
memahami tentang kecepatan transfer panas, keefektifan, jenis dan berbagai macam hal yang
menyangkut heat exchanger agar ilmu pengetahuan ini dapat diterapkan pada skala yang
lebih besar, yaitu skala industri.
Dalam industri proses kimia masalah perpindahan energi atau panas adalah hal yang
sangat banyak dilakukan. Sebagaimana diketahui bahwa panas dapat berlangsung lewat tiga
cara, dimana mekanisme perpindahan panas itu sendiri berlainan adanya. Adapun
perpindahan itu dapat dilaksanakan dengan:
1. Secara molekular, yang disebut dengan konduksi
2. Secara aliran yang disebut dengan perpindahan konveksi.
3. Secara gelombang elektromagnetik, yang disebut dengan radiasi.
Pada heat exchanger menyangkut konduksi dan konveksi (Sitompul, 1993).
Heat exchanger yang digunakan oleh teknisi kimia tidak dapat dikarakterisasi dengan
satu rancangan saja, perlu bermacam-macam peralatan yang mendukung. Bagaimanapun satu
karakteristik heat exchanger adalah menukar kalor dari fase panas ke fase dingin dengan dua
fase yang dipisahkan oleh solid boundary (Foust, 1980).
Beberapa jenis heat exchanger :
1. Concentric Tube Heat Exchanger (Double Pipe)
Double pipe heat exchanger atau consentric tube heat exchanger yang ditunjukkan
pada gambar 1 di mana suatu aliran fluida dalam pipa seperti pada gambar 1 mengalir dari
titik A ke titik B, dengan space berbentuk U yang mengalir di dalam pipa. Cairan yang
mengalir dapat berupa aliran cocurrent atau countercurrent. Alat pemanas ini dapat dibuat
dari pipa yang panjang dan dihubungkan satu sama lain hingga membentuk U. Double pipe
heat exchanger merupakan alat yang cocok dikondisikan untuk aliran dengan laju aliran yang
kecil (Geankoplis, 1983).
A Cold fluit in

B A’

Hot fluit out

Cold fluit out B’

Gambar 1.Alirandouble pipe heat exchanger

Gambar 2.Hairpin heat exchanger


(source : Kern, “Process Heat Transfer”, 1983)

Exchanger ini menyediakan true counter current flow dan cocok untuk extreme
temperature crossing, tekanan tinggi dan rendah untuk kebutuhan surface area yang moderat
(range surface area: 1 – 6000 ft2). Hairpin heat exchange rtersedia dalam :
- Single tube (double pipe)atau berbagai tabung dalam suatu hairpin shell (multitube),
- Bare tubes, finned tube, U-Tubes,
- Straight tubes,
- Fixed tube sheets
Double pipe heat exchanger sangatlah berguna karena ini bisa digunakan dan dipasang
pada pipe-fitting dari bagian standar dan menghasilkan luas permukaan panas yang besar.
Ukuran standar dari tees dan return head diberikan pada tabel 1.
Tabel1.double Pipe Exchanger fittings
Outer Pipe, IPS Inner Pipe, IPS
3 1¼
2½ 1¼
3 2
4 3
(source : Kern, “Process Heat Transfer”, 1983)

Double pipe exchangers biasanya dipasang dalam 12-, 15- atau 20-ft Panjang efektif,
panjang efektif dapat membuat jarak dalam each leg over di mana terjadi perpindahan panas
dan mengeluarkan inner pipe yang menonjol melewati the exchanger section.(Kern, 1983).
Susunan dari concentric tube ditunjukan pada gambar di bawah ini. Aliran dalam type
heat exchanger dapat bersifat cocurrent atau counter current dimana aliran fluida panas ada
pada inner pipe dan fluida dingin pada annulus pipe.

T2 T1 T1 T2

t1 t2 t2
t1

T T

T1
T1

T2 T2
t2

t1
L L
(a) (b)

T
T

T1

t2
T2
t1

L L
(c) (d)

Gambar 3Double pipe heat exchanger aliran cocurrent dan counter current
Pada susunan cocurrent maka fluida di dalam tube sebelah dalam (inner tubes) maupun
yang di luar tube (dalam annulus), artinya satu lintasan tanpa cabang. Sedangkan pada aliran
countercurrent, di dalam tube sebelah dalam dan fluida di dalam annulus masing-masing
mempunyai cabang seperti terlihat pada gambar 4 dan gambar 5.

Gambar 4. Double-pipe heat exchangers in series

Gambar5.Double-pipe heat exchangers in series–parallel


Keuntungan dan kerugian penggunaan double pipe heat exchanger:
a) Keuntungan Penggunaan longitudinal tinned tubes akan mengakibatkan suatu
heat exchanger untuk shell sides fluids yang mempunyai suatu low heat transfer
coefficient.
1. Counter current flow mengakibat kanpenurunan kebutuhan surface area
permukaan untuk service yang mempunyai suatu temperature cross.
2. Potensi kebutuhan untuk ekspansi joint adalah dihapuskan dalam kaitan dengan
konstruksi pipa-U.
3. Konstruksi sederhana dalam penggantian tabung dan pembersihan.

b) Kerugian
1. Bagian hairpin adalah desain khusus yang mana secara normal tidak
dibangun untuk industri standar dimanapun selain ASME code.
2. Bagian multiple hairpin tidaklah selisih secara ekonomis bersaing dengan
single shell dan tube heat exchanger.
3. Desain penutup memerlukan gasket khusus. (Kern, 1983).
2. Shell And Tube Heat Exchanger
Shell and tube heat exchanger biasanya digunakan dalam kondisi tekanan relatif tinggi,
yang terdiri dari sebuah selongsong yang di dalamnya disusun suatu annulus dengan
rangkaian tertentu (untuk mendapatkan luas permukaan yang optimal). Fluida mengalir di
selongsong maupun di annulus sehingga terjadi perpindahan panas antara fluida dengan
dinding annulus misalnya triangular pitch dan square pitch (Anonim1, 2009).

(a) (b)

Gambar 6.Shell and Tube, (a) Square pitch dan(b)Triangular pitch

Keuntungan square pitch adalah bagian dalam tube-nya mudah dibersihkan dan pressure
drop-nya rendah ketika mengalir di dalamnya (fluida)
(Kern, 1983).

Gambar7.shell and tube heat exchanger

Keuntungan dari shell and tube:


1. Konfigurasi yang dibuat akan memberikan luas permukaan yang besar dengan bentuk
atau volume yang kecil.
2. Mempunyai lay-out mekanik yang baik, bentuknya cukup baik untuk operasi
bertekanan.
3. Menggunakan teknik fabrikasi yang sudah mapan (well-astablished).
4. Dapat dibuat dengan berbagai jenis material, dimana dapat dipilih jenis material yang
digunakan sesuai dengan temperatur dan tekanan operasi.
5. Mudah membersihkannya.
6. Prosedur perencanaannya sudah mapan (well-astablished).
7. Konstruksinya sederhana, pemakaian ruangan relatif kecil.
8. Pengoperasiannya tidak berbelit-belit, sangat mudah dimengerti (diketahui oleh para
operator yang berlatar belakang pendidikan rendah).
9. Konstruksinya dapat dipisah-pisah satu sama lain, tidak merupakan satu kesatuan yang
utuh, sehingga pengangkutannya relatif gampang
(Sitompul,1993).
Kerugian penggunaan shell and tube heat exchanger adalah semakin besar jumlah
lewatan maka semakin banyak panas yang diserap tetapi semakin sulit perawatannya (Kern,
1983).
3. Plate Type Heat Exchanger
Plate type heat exchanger terdiri dari bahan konduktif tinggi seperti stainless steel atau
tembaga. Plate dibuat dengan design khusus dimana tekstur permukaan plate saling
berpotongan satu sama lain dan membentuk ruang sempit antara dua plate yang berdekatan.
Jika menggabungkan plate-plate menjadi seperti berlapis-lapis, susunan plate-plate tersebut
tertekan dan bersama-sama membentuk saluran alir untuk fluida. Area total untuk
perpindahan panas tergantung pada jumlah plate yang dipasang bersama-sama seperti gambar
dibawah

Gambar 8. Plate type heat exchanger dengan aliran countercurrent


(Allan, 1981).

4. Jacketed Vessel With Coil and Stirrer


Unit ini terdiri dari bejana berselubung dengan coil dan pengaduk, tangki air panas,
instrumen untuk pengukuran flowrate dan temperatur. Fluida dingin dalam vessel dipanaskan
dengan mengaliri selubung atau koil dengan fluida panas. Pengaduk dan baffle disediakan
untuk proses pencampuran isi vessel. Volume isi tangki dapat divariasikan dengan pengaturan
tinggi pipa overflow. Temperatur diukur pada inlet dan outlet fluida panas, vessel inlet dan isi
vessel
Hot inlet

Hot outlet

Hot outlet Hot inlet

Cold Cold
inlet outlet

Gambar 9. Skema Dari Jacketed Vessel With Coil And Stirrer


(Tim Dosen Teknik Kimia, 2009).

Hal-hal yang mempengaruhi rancangan suatu heat exchanger, yaitu:


1. Panas Konduksi Melalui Dinding Plat
Transfer panas di antara dua fluida melalui sebuah dinding pemisah secara umum dapat
ditulis:
k.A
qk  (T1  T2 )
l
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

L
T1
qk
T2

Gambar 10. Konduksi Panas Melalui Dinding

Transfer Panas Konveksi


Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan benda yang bersuhu tinggi ke fluida
yang bersuhu rendah (Gambar 2.10) bisa dihitung dengan persamaan berikut:
qc  hc . A.Ts  T 

Fluid

T∞
hc qc

Gambar 11. Konveksi dari Permukaan ke Fluida

Kecepatan transfer panas konveksi bisa ditulis sebagai berikut:

Ts  T T
qc  
1 Rc
hc . A

2. Koefisien Transfer Panas Overall, U (Dinding Plat Datar)


Kecepatan transfer panas antara dua fluida melalui dinding pemisah yang datar, dapat
dihitung dengan persamaan:

Q = U . A. (Ta – Tb)

Ta  Tb
U.A.(Ta – Tb) = 1 1
 
hc, a . A k.A hc ,b . A
1 1
U.A = 
1
L
1 R
hc, a . A hc,b . A
1
U=
1 L 1
 
hc , a k hc ,b .
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

3. Fouling Factor (Faktor Pengotor)


Koefisien transfer panas overall heat exchanger sering berkurang akibat adanya
timbunan kotoran pada permukaan transfer panas yang disebabkan oleh scale, karat, dan
sebagainya. Pada umumnya pabrik heat exchanger tidak bisa menetapkan kecepatan
penimbunan kotoran sehingga memperbesar tahanan heat exchanger. Fouling factor dapat
didefinisikan sebagai berikut:

1 1
Rf  
Ud U
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).

Tabel 2.Fouling factors (coefficients), typical values

(source : Coulson, “Chemical Engineering”, vol 6, page : 640)


4. Transfer Panas antara Dua Fluida Melalui Sebuah Dinding

Ta L h c ,b
T1 q
fluida b
fluida a k
T2 Tb
hc,a

Gambar 12. Transfer Panas dari Fluida a ke b


Jika Ta> Tb , panas akan mengalir dari fluida a ke permukaan dinding sebelah kiri
dengan cara konveksi. Di dalam dinding, panas mengalir secara konduksi dari permukaan
sebelah kiri ke permukaan sebelah kanan.
Heat transfer rate konveksi dari fluida a bersuhu Ta ke permukaan dinding sebelah kiri Tb.

q  hc.a . A (Ta  T1 )
q
 Ta  T1
h c.a A

Transfer panas konduksi dari permukaan dinding sebelah kiri ke sebelah kanan.
k.A
q (T1  T2 )
L
q
 T1  T2
k.A L

Kecepatan transfer panas konveksi dari permukaan dinding sebelah kanan ke fluida b.

q  hc.b . A.(T2  Tb )
q
 T2  Tb
hc.b . A

Penjumlahannya adalah:
 
 
Ta  Tb
q  T  T
 1 L 1  a b
   
 hc , a kA hc ,b 
Ta  Tb T
q 
1 L 1 R
 
h c , a kA h c ,b
(Tim Dosen PS Teknik Kimia, 2009).
5. Log Mean Temperature Difference (LMTD)
Sebelum menentukan luas permukaan panas alat penukar kalor, maka ditentukan dulu
nilai dari ΔT . ΔT dihitung berdasarkan temperatur dari fluida yang masuk dan keluar. Selisih
temperatur rata-rata logaritmik (Tlm) (logaritmic mean overall temperature difference-
LMTD) depat dihitung dengan formula berikut :

LMTD 
ΔTa  ΔTb 
ΔTa
ln
ΔTb
(Kern, 1983).

Untuk aliran countercurrent ;

a b
dTh
Th, in
mh
T dTc Th, out

Ta
Tb

mc
Tc, in dA
Tc, out

0 Atotal
Area

Gambar13. LMTD untuk aliran counter current

LMTD 
T1  t2   T2  t1
ln
T1  t2 
T2  t1

Untuk aliran cocurrent;


a b

Th, in
mh
dTh
Th, out

Ta T

Tc, out
dTc
mc
Tc, in dA

0 Atotal
Area

Gambar14. LMTD untuk aliran concurrent


LMTD 
T1  t1  T2  t2 
ln
T1  t1
T2  t2 

6. Keefektifan
Keefektifan heat exchanger adalah ratio/ perbandingan transfer panas aktual dengan transfer
panas maksimum yang mungkin terjadi.
Keefektifan heat exchanger (ε)

q act mcp 1h.Th,in  Th,out 


ε 
q max mcp min Th,in  Tc,in 

q act mcp 1h.Tc,out  Tc,in 


ε 
q max mcp min Th,in  Tc,in 

Karena itu, jika kita mengetahui keefektifan heat exchanger, kita bisa menentukan
kecepatan transfer panas:
q  q act  ε.q max

q  ε.mcp min Th,in  Tc,in 

4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menghidupkan alat penukar kalor, kemudian melanjutkan dengan menghidupkan
pompa dan cooler
2. Memanaskan fluida air dengan menggunakan heater
3. Mengatur salah satu laju alir dari fluida panas dan dingin konstan
4. Mencatat temperatur yang terlihat pada display
5. Mematikan pemanas tangki difluida panas setelah selesai
6. Mematikan aliran fluida dingin pada cooler setelah 2 menit dahulu dari fluida
panas
7. Mematikan peralatan penukar kalor
5. DATA PENGAMATAN
Data Pengamatan minggu pertama

Laju Alir Fluida Panas (°C) Laju Alir Fluida Dingin (°C)
(L/min) ( Hot Water) (L/min) ( Hot Water)
T1 = 45,0 T4 = 23,8
2 T2 = 42,2 3 T5 = 24,1
T3 = 40,0 T6 = 19,9
Keterangan :
T1 = Fluida panas masuk
T6 = Fluida dingin masuk
T3 = Fluida panas keluar
T4 = Fluida dingin keluar
T2 = TAV suhu pertemuan fluida panas
T5 = TAV suhu pertemuan fluida dingin

Data Pengamatan minggu kedua

LAJU ALIR FLUIDA PANAS LAJU ALIR FLUIDA DINGIN


( L/ MIN ) (HOT WATER) (°C) (L/MIN ) ( COLD WATER ) (°C)
2 T1= 40,8 1 T1= 16,7
T2= 38,3 T2= 22,0
T3= 37,4 T3= 25,1
2 T1= 42,0 2 T1= 15,5
T2= 38,9 T2= 20,6
T3= 37,5 T3= 21,8
2 T1= 42,5 3 T1= 16,5
T2= 39,2 T2= 21,0
T3= 37,2 T3= 21,0
1 T1= 42,5 2 T1= 17,0
T2= 38,6 T2= 20,8
T3= 36,4 T3= 21,5
2 T1= 43,4 2 T1= 17,3
T2= 40,4 T2= 22,1
T3= 39,2 T3= 24,2
3 T1= 43,9 2 T1= 17,7
T2= 41,4 T2= 22,8
T3= 40,6 T3= 25,3
6. PERHITUNGAN
Perhitungan minggu pertama

A. Menghitung panas yang dilepas fluida panas (QH)

𝑇𝑖𝑛 −𝑇𝑜𝑢𝑡
∆T = Tin – Tout ; TAV = ; WH = V. P ; QH = Wh.Cp.∆T
2

Keterangnan : Wh = Massa air yang masuk


Qh = Panas yang diterima dan dilepas
Cp = Kapasitas panas air Cw = Cold Water
V = Laju alir
TAV = Temprature pertemuan antara fluida dingin dan panas

Laju alir Temprature ( oK ) ∆T TAV ΡAv


( L/min ) TIn Tout ( oK ) o
K o
C ( Kg/M3 )
2 318 313 5,0 315,5 42,5 991,38

WH Cp QH
( Kg/Min ) ( Kj / K.Kg ) ( Kj/Min )
1,98276 4,179 41,429778

B Menghitung Panas yang diterima Fluida Dingin ( Qc )

Laju alir Tempratur ( K ) ∆T TAv ΡAv


( L/MIN ) Tin Tout (K) K o
C ( Kg /M3 )
3 292,9 296,8 3,9 294,9 21,9 998,17

Wc Cp Qc
( Kg / Min ) ( Kj/k.kg ) ( Kj/Min )
2,99451 4,182 48,83986

- Menghitung Panas yang hilang ( Qc )


QL = QH – QC

Laju Alir ( L/Min ) QH Qc QL


Fluida Panas Fluida Dingin ( Kj /Min ) ( Kj /Min ) ( Kj / Min )
2 3 41,42978 48,83986 - 7,41008

C. Menghitung T LMTD
 ∆ T1 = Tin Hot – Tin Cold
 ∆T2 = Tout Hot – Tout Cold
∆T2− ∆ T1
 T LMTD = ln ∆T2/∆T1
Laju alir ( L/Min ) Temprature in ( oC ) Temprature out ( oC ) ∆T1 ∆T2 ∆T2 -
F. Panas F.Dingin F. Panas F.Dingin F.Panas F.Dingin ∆T1
2 3 45,0 19,9 40,0 23,8 25,1 16,2 -8.9

Ln ∆T2/∆T1 T.LMTD
-0,42 20,70

D. Menghitung Flow Area ( Ap )


 Pada inner pipe ( Fluida Panas )
Dik : ½ inch = 0,0254 m ; in Diameter = 0,622 inch
Dit : Diameter ?
Jawab :
0,0254 𝑚
D1 = 0,622 in x 1 𝑖𝑛 = 0,0157988 m

 Flow Area ( Ap ) = ½ π D12


= ½ . ( 3,14 ) . ( 0,0157988 m )2
= 3,918 x 10-4 m2
 Pada Anulus ( Fluida Dingin )
Dik : ¾ inc ; in diameter = 0,824 inch
Dit : D2 ?
0,0254 𝑚
Jawab : 0,824 inch x = 0,0209 m
1 𝑖𝑛𝑐ℎ

 Equivalent Diameter ( De ) = D22 – D12 = ( 0,0209 )2 – ( 0,0157988 )2


D1 0,0157988
= 0,01185 m

 Flow Area ( Ap )
Ap = ¼ π x ( D22 – D12 )
= ¼ ( 3,14 ) x ( 0,02092 – 0,01579882 )
= 1,4793 x 10-4 m2

E. Menghitung Mass Velocity ( G )

 Fluida Panas
G = WH Fluida Panas = 1,982756 kg/min = 5060,643 kg/m2 . min
Ap. Inner Pipe 3,918 x 10-4 m2
 Fluida Dingin
G = WH Fluida Dingin = 2,99451 kg/min = 20.242, 7 kg/m2. Min
Ap. Annulus Pipe 1,4793 x 10-4 m2

F. Mencari Viskositas

 Fluida Panas T ( oC ) μ ( kg/ms )


TAV = 42,4 oC 40 0,8 x 10-3
42,2 X
60 0,65 x 10-3

Interpolasi = 42,2 – 40 = x – 0,8x10-3


60 – 40 0,65 x 10-3 – 0,8 x 10-3
= 2,2 = x – 0,8 x 10-3
20 -1,5 x 10-4
μ = 0,7835 x 10-3 kg/ms atau 0,04701 kg/m.min

 Fluida Dingin T ( oC ) μ ( kg/ms )


TAV = 24,1 oC 20 1,00 x 10-3
24,1 X
40 0,8 x 10-3

Interpolasi = 24,1 – 20 = x – 1,00 x 10-3


40 – 20 0,8 x 10-3 – 1,00 x 10-3
= 4,1 = x – 1,00 x 10-3
20 -2 x 10-4
μ = 0,959 x 10-3 kg/m atau 0,05754 kg/m.min
G. Mencari Bilangan Reynold
 Fluida Panas
𝐷. 𝐺
Re = 𝜇

= 0,0157988 m ( 5060,643 kg/m2. Min x 60 min/jam )


0,7835 x 10-3 kg/min x 3600 s/jam
= 1700,7
 Fluida Dingin
𝐷. 𝐺
Re = 𝜇

= 0,1192 m x ( 20.242,7 kg/m2.min x 60 min/jam )


0,959 x 10-3 kg/ms x 3600 s/jam
= 41934,8

H. Menentukan JH
Untuk nilai factor perpindahan panas ( JH ) dapat dicari menggunakan Fig.28 pada
buku kern dan dicari interpolasinya.
 Fluida Panas Re JH
Re = 1700,7 1000 15
1700,7 X
2000 20

Interpolasi = JH = 1700,7 – 1000 = x -15


2000 – 1000 20 – 15
= 700,7 = x – 15
1000 5
X = 18,5035

 Fluida dingin Re JH
Re = 41934,8 40.000 120
41934,8 X
50.000 150
Interpolasi = 41934 ,8 – 40.000 = x – 120
50.000 – 40.000 150 – 120
= 1934,8 = x – 120
10000 30
X = 125,8

I. Mencari Nilai konduktivitas termal air ( k )


Untuk menentukan nilai konduktivitas termal air dapat dicari dengan menginterpolasi
hubungan antara suhu dan konduktivitas air.
 Fluida Panas T oC K ( J/M.s ) oC
TAV = 42,5 oC 41 0,732
42,5 X
43 0,75

Interpolasi = 1,5 = x – 0,732


2 0,018
X = 0,7455 J/m.s oC = 0,0001 Kj/j x 60 s/min
= 0,04473 Kj/m.min oC

 Fluida Dingin T oC K ( J/M.s ) oC


TAV = 21,9 oC 10 0,21
21,9 X
26,2 0,58

Interpolasi = 11,9 = x – 0,21


16,2 0,58 – 0,21
= 11,9 = x – 0,21
16,2 0,37
X = 0,482 J/m.s.oC atau 0,02892 Kj/m.min oC
J. Menghitung koefisien perpndahan panas ( U )
 Fluida Panas
𝐶𝑝 . 𝜇 1/3
U=( )
𝑘

Dik : Cp = 4,179 Kj/kg.oC


μ = 0,04701 kg/m.min
k = 0,04473 Kj/m.min.oC
4,179 𝑘𝑔/𝑘𝑔 𝑜𝐶 𝑥 0,04701 𝑘𝑔 /𝑚.𝑚𝑖𝑛 1/3
Maka : 𝜇 =( )
0,04473 𝑘𝑗/𝑚.min 𝑜𝐶

= 4,392 kg/min.m2

 Fluida Dingin
Dik : Cp = 4,1855 kj/kgoC
μ = 0,05754 kg/m.min
k = 0,02892 Kj/m.min oC
4,1855 𝑘𝑗/𝑘𝑔 𝑜𝐶 𝑥 0,05745 𝑘𝑔/𝑚.𝑚𝑖𝑛
Maka : μ = ( )
0,02892 𝑘𝑗/𝑚.min 𝑜𝐶

= 8,3275 kg/min.m2

K. Menghitung hio ( Fluida Panas )


Diameter inner pipe = 0,0157988 m

𝐽𝐻 𝑥 𝑘 𝐶𝑝 𝑥 μ 1/3
hio = x( )
𝐷 𝑘
18,5035 𝑥 0,04473 𝑥 4,392
= 0,0157988

= 230,086 kj/m.min oC

L. Menghitung ho ( Fluida dingin )


125,8 𝑥 0,02892 𝑥 8,3275
ho = 0,0209

= 1449,6 Kj/m2.min oC
M. Menghitung koefisien kebersihan ( UC )
UC = hio x ho = 230,086 x 1449,6
hio + ho 230,086 + 1449,6
= 333532,6656 = 198,57 Kj/m2.min.oC

N. Menghitung koefisien kekotoran ( Ud )


Ud = QL Dimana : QL = kalor yang dilepas
A.LMTD A = Luas permukaan HE
Nt = banyak tube/pipa = 2
L = panjang tube = 1,31 m
a” = luas area = 3,3 x 10-3 m2/m
 A = 4 x ( Nt x L x a” )
= 4 ( 2 x 1,31 m x 3,3 x 10-3 m2/m )
A = 0,036 m2

Maka, Ud = QL
A.LMTD
Ud = 7.41008 = 9,944Kj/m2.min oC
0,036 x 20.70

O. Menghitung koefisien kekuatan ( Rd )


Rd = Uc - Ud
Uc - Ud
= 198,57 – 9,944 = 188,626 = 0,0955 m2 min oC/Kj
198,57 x 9,944 1974,58

P. Menghitung pressure drop ( ΔPρ )


Dik :
Fluida Panas
ΔPρ = ΔFρ . ρ ; ΔFρ 4 . F.G2.L
144 2.g. ρ2.D
Maka ΔFρ = karena pada fluida panas, nilai re nya > 4000, artinya aliran tersebut
bersifat turbulen. “ Untuk aliran turbulen dengan nilai Re 3000 hingga 100.000, gunakan f =
0,316/Re 0,25 “. ( Sumber : Mekanika Fluida & Hidrolika, Ronald v. Giles ).

 Fluida Panas
ΔFρ = 4 ( 64 /1064.643 x ( 5060,643)2 . 1,31
2 x 10 x 991,38 x 0,157988
= 2570,394
ΔPρ = F 1 x λ . ρ . V2
2 D
= 0,06011 x 1 x 1,31 x 991,38 x 0,002
2 0,157
= 0,497

 Fluida Dingin
ΔPρ = ΔFρ . ρ ; ΔFa 4 . f.G2.L
144 2.g. ρ2.D
ΔFa = 4 ( 0,316 /419340,25 ) x 20.242,7 . 1,31
2 x 10 x 998,172 x 0,01185
= 234,22 = 9,92
236133,3

Sehingga ΔPρ = ΔFρ . ρ


144
= 9,92 . 998,17
144
= 1425865,9 Pa
Perhitungan minggu kedua
1. Menghitung HE (Qh,Qc dan QL)
Q= W.Cp.T
Dimana : Q = Kalor (kj/min)
W = laju alir (kg/min)
Cp = Kapasitas panas fluida (kj/kg.k)
T = perpindahan suhu (k)
W = laju alir x densitas
= V x 𝜌air

pada fluida panas (HW)


Laju Temperatur (K) Wh Cp Qh
Alir
Tin Tout
2 313,8 310,4 1,993 4,179 -28,32
2 315,0 310,5 1,993 4,179 -37,48
2 315,5 310,2 1,993 4,179 -44,14
1 315,5 309,4 0,9965 4,179 -25,40
2 316,4 312,2 1,993 4,179 -34,98
3 316,9 313,6 2,9895 4,179 -41,22

pada fluida dingin (CW)


Laju Temperatur (K) Wh Cp Qh
Alir
Tin Tout
1 289,7 298,1 0,9991 4,1855 35,13
2 288,5 294,8 1,9982 4,1855 52,69
3 289,5 294 2,9973 4,1855 56,49
2 290,0 294,5 1,9982 4,1855 37,63
2 290,3 297,2 1,9982 4,1855 57,71
2 290,7 298,3 1,9982 4,1855 63,562111
maka nilai QL nya :
Q2 = Qh-Qc
Laju Alir Qh Qc Q2

HW CW
2 1 28,32 35,13 -6,81
2 2 37,48 52,69 -15,21
2 3 44,14 56,49 -12,31
1 2 25,40 37,63 -12,23
2 2 34,98 57,71 -22,73
3 2 41,22 63,562111 -22,34

2. menghitung LMTD
 ∆ T1 = Tin Hot – Tin Cold
 ∆T2 = Tout Hot – Tout Cold
∆T2− ∆ T1
 T LMTD = ln ∆T2/∆T1

Laju Alir Temperatur Temperatur T1 T2 T2 -


HW CW T1
HW CW Tin Tout
2 1 289,7 298,1 16,7 37,4 15,7 12,3 -3,4
2 2 288,5 294,8 15,5 37,5 20,2 15,7 -4,5
2 3 289,5 294 16,5 37,2 21,0 20,7 -0,8
1 2 290,0 294,5 17,0 36,4 21,5 19,4 -1,6
2 2 290,3 297,2 17,3 39,2 24,2 21,9 2,7
3 2 290,7 298,3 17,7 40,6 25,3 22,9 4,3

T2/T1 Ln T2/T1 LMTD


0,783 -0,244 13,93
0,777 -0,252 17,85
0,963 -0,04 21,05
0,924 -0,079 20,25
1,140 0,132 20,45
1,231 0,208 20,67

3. Menghitung luas flow area


 Pada inner pipe ( Fluida Panas )
Dik : ½ inch = 0,0254 m ; in Diameter = 0,622 inch
Dit : Diameter ?
Jawab :
0,0254 𝑚
D1 = 0,622 in x = 0,0157988 m
1 𝑖𝑛

 Flow Area ( Ap ) = ½ π D12


= ½ . ( 3,14 ) . ( 0,0157988 m )2
= 3,918 x 10-4 m2
 Pada Anulus ( Fluida Dingin )
Dik : ¾ inc ; in diameter = 0,824 inch
Dit : D2 ?
0,0254 𝑚
Jawab : 0,824 inch x = 0,0209 m
1 𝑖𝑛𝑐ℎ

 Equivalent Diameter ( De ) = D22 – D12 = ( 0,0209 )2 – ( 0,0157988 )2


D1 0,0157988
= 0,01185 m

4. menghitung massvalocity (G)


G = W/ Ap.
dimana : W = Laju alir fluida (kg/min)
Ap = Luas flow area (m2)
Fluida panas (pada innert pipe)
Laju Alir Wh-HW Ap.innert Gi

CW HW
2 1 1,993 1,9593x10-4 10172,0002
2 2 1,993 1,9593x10-4 10172,0002
2 3 1,993 1,9593x10-4 10172,0002
1 2 0,9965 1,9593x10-4 5086,000102
2 2 1,993 1,9593x10-4 10172,0002
3 2 2,9895 1,9593x10-4 15258,00031

Fluida dingin (pada Annulus pipe)


Laju Alir Wh-HW Ap.innert Ga

CW HW
2 1 1,993 1,4793x10-4 6752,870074
2 2 1,993 1,4793x10-4 13507,74015
2 3 1,993 1,4793x10-4 2026,61022
1 2 0,996 1,4793x10-4 13507,74015
2 2 1,9982 1,4793x10-4 13507,74015
3 2 1,9982 1,4793x10-4 13507,74015

5.Menghitung nilai viskositas (μ)


Nilai viskositas didapat dengan perhitungan interpolasi pada tabel viskositas pada setiap
suhu.
Fluida panas (pada innert pipe)
Laju Alir Tv viskositas viskositas
(kg/m.s) (kg/m.min)

CW HW
2 1 38,3 0,006613 0,39678
2 2 38,9 0,006628 0,39768
2 3 39,2 0,006512 0,39072
1 2 38,6 0,006619 0,39714
2 2 40,4 0,00654 0,3924
3 2 41,4 0,00642 0,3852
Fluida dingin (pada Annulus pipe)
Laju Alir Tv viskositas viskositas
(kg/m.s) (kg/m.min)

CW HW
2 1 22,0 0,00958 0,5748
2 2 20,6 0,00991 0,5946
2 3 21,0 0,00987 0,5922
1 2 20,8 0,00989 0,5934
2 2 22,1 0,00956 0,5736
3 2 22,8 0,00948 0,5688

6. menghitung nilai bilangan reynolds (Re)


𝐷. 𝐺
Re = 𝜇

dimana : D = diameter pipa (m)


G = Mass valocing (kg/m2.min)
μ = viskositas (kg/m.min)

Fluida panas (pada innert pipe)


Laju Alir D (m) Gi μ Re

CW HW
2 1 0,0157988 10172,0002 0,39678 405,02
2 2 0,0157988 10172,0002 0,39768 404,10
2 3 0,0157988 10172,0002 0,39072 411,30
1 2 0,0157988 5086,000102 0,39714 202,33
2 2 0,0157988 10172,0002 0,3924 404,65
3 2 0,0157988 15258,00031 0,3852 625,79
Fluida dingin (pada Annulus pipe)
Laju Alir D a(m) Ga μ Re

CW HW
2 1 0,0209296 6752,870074 0,5748 245,88
2 2 0,0209296 13507,74015 0,5946 475,46
2 3 0,0209296 2026,61022 0,5922 716,08
1 2 0,0209296 13507,74015 0,5934 476,42
2 2 0,0209296 13507,74015 0,5736 492,87
3 2 0,0209296 13507,74015 0,5688 497,03

7. Menentukan faktor perpindahan panas (jH)


untuk menentukan nilai faktor perpindahan panas jH didapat dari grafik buku kern fig.28
shell-side-transfer curve tables (lampiran 1)
Fluida panas (pada innert pipe)
Laju Alir Re jH

CW HW
2 1 405,02 11
2 2 404,10 11
2 3 411,30 11
1 2 202,33 8
2 2 404,65 11
3 2 625,79 13

Fluida dingin (pada Annulus pipe)


Laju Alir Re jH

CW HW
2 1 245,88 8,5
2 2 475,46 12
2 3 716,08 14
1 2 476,42 12
2 2 492,87 12
3 2 497,03 12

8. Menghitung konduktivitas termal air


nilai konduktivitas termal air didapat dari perhitungan dengan cara interpolasi pada tabel
konduktivitas termal pada setiap suhu.

Fluida panas (pada innert pipe)


Laju Alir Tv k k

CW HW
2 1 38,3 0,64 0,0384
2 2 38,9 0,64 0,0384
2 3 39,2 0,68 0,0408
1 2 38,6 0,64 0,0384
2 2 40,4 0,70 0,0420
3 2 41,4 0,73 0,0430

Fluida dingin (pada Annulus pipe)


Laju Alir Tv k k

CW HW
2 1 22,0 0,51 0,0306
2 2 20,6 0,39 0,0234
2 3 21,0 0,42 0,0252
1 2 20,8 0,39 0,0234
2 2 22,1 0,51 0,0306
3 2 22,8 0,730,52 0,0312
9. Menghitung koefisien perpindahan panas (v)
𝐶𝑝 . 𝜇 1/3
U=( )
𝑘

dimana :
Cp = kapasitas panas
μ = viskositas
k = konduktivitas termal fluida

Fluida panas (pada innert pipe)


Laju Alir Cp k u

CW HW
2 1 4,179 0,39678 0,0384 3,5078
2 2 4,179 0,39768 0,0384 3,5105
2 3 4,179 0,39072 0,0408 3,4201
1 2 4,179 0,39714 0,0384 3,5089
2 2 4,179 0,3924 0,0420 3,3919
3 2 4,179 0,3852 0,0430 3,3446

Fluida dingin (pada Annulus pipe)


Laju Alir Cp μ k u

CW HW
2 1 4,1855 0,5748 0,0306 3,5078
2 2 4,1855 0,5946 0,0234 3,5105
2 3 4,1855 0,5922 0,0252 3,4201
1 2 4,1855 0,5934 0,0234 3,5089
2 2 4,1855 0,5736 0,0306 3,3919
3 2 4,1855 0,5688 0,0312 3,3446
10. menghitung
Dik: De= 0,01192m
𝑘 𝐶𝑝
H = JH x 𝐷 𝑋 ( 𝑘 )1/3 ( pada buku kern hal.120 )

 Pada innert pipe ( fluida panas ) (hio)


Laju alir (l/min ) JH D K 𝑘 U Hio
Hw Cw 𝐷 Kj/m2.min.°C
2 1 11 0,0157988 0,0384 2,43 3,5078 93,76

2 2 11 0,0157988 0,0384 2,43 3,5105 93,83

2 3 11 0,0157988 0,0408 2,58 3,4201 97,06

1 2 8 0,0157988 0,0384 2,43 3,5089 68,21

2 2 11 0,0157988 0,0420 2,72 3,3919 101,48

3 2 13 0,0157988 0,0430 2,72 3,3446 118,26

Dan untuk mencari nilai Ud, yaitu :


𝑄𝐿
Ud= 𝐴.𝐿𝑀𝑇𝐷 dimana : QL= kalor yang dilepas

A = heat transfer surface


Laju alir (l/min) A QL LMTD Ud
HW CW (Kj/min ) (°C)

2 1 0,00133848 6,81 13,03 365,14

2 2 0,00133848 15,21 17,85 636,62

2 3 0,00133848 12,31 21,05 436,91

1 2 0,00133848 12,23 20,25 451,22


2 2 0,00133848 22,73 20,45 830,41

3 2 0,00133848 22,34 20,67 807,47

11. menghitung koefisien kebersihan ( Uc )


ℎ𝑖𝑜−ℎ𝑜
Uc = ℎ𝑖𝑜+ℎ𝑜 dimana: hio=

Laju alir (l/min) hio Ho Uc


HW CW Kj/ m.mm.°C

2 1 93,76 53,15 33,92

2 2 93,83 63,09 37,72

2 3 97,06 77,54 43,10

1 2 68,21 63,62 32,92

2 2 101,48 74,99 44,82

3 2 118,26 75,82 46,19

12. menghirung koefisien kotoran ( Ud )


Dik: Nt: 2 dimana: Nt= jumlah tube
L : 1,5 m L= panjang tube
A” : ¼ phi De a”= luas area
: ¼ 3,14 ( 0,01192 )2 De= diameter ekivlen
: 1,1154 x 10-4 m2/m
Maka:
A= 4x(Nt x L x a”)
= 4 x (2 x 1,5 m x 1,1154 x 10-4 m2/m )
= 0,00133848 m2

 Pada innert pipe ( fluida panas )

Laju alir (l/min) Cp Μ k U


HW CW Kj/Kg. °C Kg/m.min Kj/ m.min.°C

2 1 4,179 0,39678 0,0384 3,5078

2 2 4,179 0,39768 0,0384 3,5105

2 3 4,179 0,39072 0,0408 3,4201

1 2 4,179 0,39714 0,0384 3,5089

2 2 4,179 0,3924 0,0420 3,3919

3 2 4,179 0,3852 0,0430 3,3446

 Pada anulus pipe ( fluida dingin )

Laju alir (l/min) Cp μ k U


HW CW Kj/Kg. °C Kg/m.min Kj/ m.min.°C

2 1 4,1855 0,5748 0,0306 4,2833

2 2 4,1855 0,5946 0,0234 4,7371

2 3 4,1855 0,5922 0,0252 4,6153


1 2 4,1855 0,5934 0,0234 4,7340

2 2 4,1855 0,5736 0,0306 4,2802

3 2 4,1855 0,5688 0,0312 4,2407

13. menghitung faktor kekotorannya ( Rd )

𝑈𝑐−𝑈𝑑
Rd =| 𝑈𝑐 𝑥 𝑈𝑑 | dimana: Rd= Faktor kekotoran

Uc = koefisien kebersihan
Ud = koefisien kekotoran

Laju alir (l/min) Uc Ud Uc-Ud Uc x Ud Rd

Hw Cw

2 1 33,92 365,14 -331,22 12385,54 0,0267

2 2 37,72 636,61 -598,89 24012,92 0,0249

2 3 43,10 436,91 -393,81 18830,82 0,0209

1 2 32,92 451,22 -418,3 14854,16 0,0281

2 2 44,82 830,41 -785,59 37218,97 0,0211

3 2 46,19 807,47 -761,28 37297,04 0,0204

Jika dirata-ratakan, maka didapatkan faktor kekotoran alat sebesar 0,0236 m2.min. °C /Kj
DATA HASIL PERHITUNGAN

parameter Satuan Laju alir keterangan

2:1 2:2 2:3 1:2 2:2 3:2


Qh -28,32 -37,48 -44,14 -25,40 -34,98 -41,22
56,45
Qc ( Kj/min ) 35,13 52,69 57,63 57,71 63,56 INNERT
-12,31 ANNULUS
Ql -6,81 -15,21 -12,23 -27,73 -22,34
LMTD (C) 13,93 17,85 21,05 20,25 20,45 20,67

Re 405,02 404,10 411,30 202,33 404,65 625,79 INNERT


ANNULUS
245,88 475,46 716,08 476,42 492,87 497,03
U 3,5078 3,5105 3,4201 3,5089 3,3919 3,3446 INNERT
ANNULUS
4,2833 4,7371 4,6513 4,7340 4,2802 4,2407

Uc 33,92 37,72 43,10 32,92 44,82 46,19


((Kj/m2..min.C)
Ud 365,14 636,61 436,91 451,22 830,41 807,47
𝑚2.𝑚𝑖𝑛.𝐶
( )
𝐾𝐽
Rd 0,0267 0,0249 0,0209 0,0211 0,0281 0,0204
7. ANALISA PERCOBAAN

Pada percobaan ini, mahasiswa melakukan prosedur terkait dengan heat exchanger (alat
penukar kalor) dengan arah aliran berlawanan dan variasi laju alir air sebagai fluida dingin
maupun fluida panas, pada percobaan dengan arah berlawanan (alirannya) memiliki skema
sebagai berikut :

Keterangan :
- Cw : cold water
- Hw : hot water

Fluida yang dialirkan terlebih dahulu dalam alat penukar kalor adalah air agar kalor
yang ada pada dari steam dapat diserap oleh air. Hal ini dikarenakan kalor cenderung bersifat
menuju arah lingkungan maka pemakaian steam diatur agar aliran kalor tidak menuju
langsung ke dinding pipa karena selain akan merusak dinding pipa juga akan meningkatkan
pemakaian steam (secara teori) tetapi pada praktikum ini kita menggunakan cooler sebagai
aliran air dinginnya sehingga otomatis praktikum ini pemakaian steam sangat meningkat.
Saat steam panas baru melewati pipa-pipa HE ( sebelum air panas bertemu air dingin ), pipa
tersebut terasa panas. Hal ini dikarenakan adanya proses perpindahan kalor dari steam
menuju lingkungan juga terjadi pressure drop sepanjang aliran pipa yang mengakibatkan
proses perubahan fasa steam menjadi embun meskipun suhu belum mencapai 100 °c. Adapun
steam atau air panas dialirkan didalam pipa yang lebih kecil agar tidak merusak alat karena
tekanan steam yang sangat tinggi juga untuk menghindari transfer panas ke pipa bagian luar
yang dapat membahayakan mahasiswa apabila tersentuh. Selain itu, steam dialirkan kedalam
pipa yang lebih kecil untuk menghemat penggunaan alat steam. Perpindahan panas yang
terjadi pada aliran berlawanan lebih menyeluruh, fluida panas dan fluida dingin saling
bertukar panas pada titik yang memiliki perbedaan suhu yang besar sehingga jarak suhu
steam cukup dekat. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan ditunjukkan bahwa nilai
QH (kalor atau panas yang dilepas hot water) meningkat seiring dengan nilai QC ( kalor atau
panas yang dilepas cold water ). Hal ini dikarenakan semakin tingginya kalor yang terpakai
untuk mengubah air menjadi steam ( air dingin menjadi panas). Karena besarnya laju alir air
dingin yang mengalir, maka bisa dikatakan fluida pendingin (air) yang dipakai banyak,
sehingga kemampuan mendinginkan fluida panas (steam) lebih besar. Dampaknya suhu air
panas yang keluar semakin rendah. Pada aliran berlawanan arah ini suhu keluaran steam lebih
rendah, hal ini dikarenakan perbedaan suhu awal pada titik – titik tertentu akan lebih besar
menghasilkan driving force yang mendorong steam dan air untuk saling bertukar panas. Pada
aliran berlawanan arah ini mempunyai selisih suhu uap dan air awal jauh lebih besar dari
pada selisih suhu uap dan air pada kondisi akhir.

8. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
 HE Type Double Pipe dengan arah aliran berlawanan lebih signifikan menukarkan
suhu antara dua fluida tersebut untuk tujuan mendinginkan fluida.
 Dari parameter unjuk kerja dari alat Double heat exchanger seperti faktor kekotoran,
luas permukaan perpindahan kalor, koefisien perbedaan kalor, beda temperatur rata-
rata, jenis aliran ( bilangan reynold ) dan arah aliran, alat tersebut layak atau perlu
dibersihkan.
 Pada aliran berlawanan arah (counter current), laju alir meningkat, Re meningkat, ho
dan hio meningkat, Uc menurun, Rd menurun, Ud meningkat, LMTD meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet. Laboratorium Satuan Operasi 2. 2019. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.

Kern, D.Q.1981. Proses Heat Transfer. Mc-Graw Hill International. Company Book.

Holman, J. P . 1997. Perpindahan Kalor. Jakarta : Erlangga.

Https: // www. Academia.edu / 23562191 / perpindahan-panas-radiasi.


GAMBAR ALAT

Seperangkat alat Penukar Kalor


Heat Exchanger Type Double Pipe
REAKTOR KONTINYU

I. TUJUAN
– Mahasiswa dapat mengoperasikan reaktor CSTR
– Mahasiswa dapata menghitung konversi kedua reaktan

II. ALAT DAN BAHAN


A. Alat-alat yang digunakan:
1) Seperangkat alat continuous reactor
2) Labu ukur 1000 ml
3) Gelas Kimia 500 ml
4) Pipet ukur 25 ml
B. Bahan-bahan yang digunakan:
1) NaOH
2) HCl
3) Aquadest

III. DASAR TEORI


Reaktor adalah suatu alat proses tempat dimana terjadinya suatu reaksi berlangsung,
baik itu reaksi kimia atau reaksi nuklir dan bukan secara fisika. Reaktor kimia adalah segala
tempat terjadinya reaksi kimia, baik dalam ukuran kecil seperti tabung reaksi sampai ukuran
yang besar seperti reaktor skala industry. Reaktor CSTR beroperasi pada kondisi steady
state dan mudah dalam control temperatur, tetapi waktu tinggal reaktan dalam reaktor
ditentukan oleh laju alir dari umpan yang masuk atau keluar, maka waktu tinggal sangat
terbatas sehingga sulit mencapai konversi reaktan pervolume reaktor yang tinggi karena
dibutuhkan reaktor dengan volume yang sangat besar.
Reaktor Kimia adalah segala tempat terjadinya reaksi kimia, baik dalam ukuran kecil
sepertitabung reaksi sampai ukuran yang besarseperti reaktor skala industri. Tidak seperti
skala kecil dalam tabung reaksi, reaktor ukuran komersil industri perlu perhitungan yang teliti
karena menyangkut jumlah massa dan energi yang besar.
A. Pemilihan Jenis Reaktor & Tujuannya
Reaktor kimia memiliki berbagai macam jenis dan bentuk yang dapat
diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, jenis-jenis reaktor ini akan di bahas lebih
lanjut pada bab berikutnya. Untuk itulah alasan pemilihan jenis reaktor yang tepat tujuan
pemilihannya serta parameter yang mempengaruhi rancangan nya untuk proses kimia
tertentu perlu diketahui.
1. Faktor dalam memilih jenis reaktor
Pemilihan jenis reaktor yang akan digunakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain :
a) Fase zat pereaksi dan hasil reaksi
b) Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta ada tidaknya reaksi samping
c) Kapasitas produksi
d) Harga alat (reaktor) dan biaya instalasinya
e) Kemampuan reactor untuk menyediakan luas permukaan yang cukup untuk
perpindahan panas
2. Tujuan dalam memilih jenis reaktor
Tujuan utama dalam memilih jenis reaktor adalah alasan ekonomis,
keselamatan, dan kesehatan kerja, serta pengaruhnya terhadap lingkungan.
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam
memilih jenis reaktor tertentu:
a) Mendapat keuntungan yang besar, konversi, dan efisiensi terbesar
b) Biaya produksi rendah
c) Modal kecil/volume reaktor minimum
d) Operasinya sederhana dan murah
e) Keselamatan kerja terjamin
f) Polusi terhadap sekelilingnya (lingkungan) dijaga sekecil-kecilnya
3. Beberapa parameter yang memengaruhi rancangan reaktor
Dalam merancang suatu reaktor perlu diperhatikan parameter-parameter
tertentu agar reaktor yang dibangun dapat memenuhi unjuk kerja yang diharapkan.
Parameter nya antara lain:
a) Waktu tinggal
b) Volum (V)
c) Temperatur (T)
d) Tekanan (P)
e) Konsentrasi senyawa (C1, C2, C3, …,Cn
f) Koefisien perpindahan panas (h, U)

B. Klasifikasi Reaktor berdasarkan Bentuk


Reaktor dapat dibedakan yang paling sederhana adalah berdasarkan bentknya. Terdapat
dua bentuk utama dari reaktor antara lain :
1. Reaktor tangki
Dikatakan reaktor tangki ideal bila pengadukannya sempurna, sehingga
komposisi dan sushu didalam reaktor setiap saat selalu seragam. Dapat dipakai untuk
proses batch, semi batch, dan proses alir.
2. Reaktor pipa
Biasanya digunakan tanpa pengaduk sehingga disebut reaktor alir pipa.
Dikatakan ideal bila zat pereaksi yang berupa gas atau cairan, mengalir didalam pipa
dengan arah sejajar sumbu pipa.

C. Klasifikasi Reaktor Berdasarkan Keadaan Operasi


Reaktor dapat dibedakan berdasarkan keadaan operasinya, hal ini dapat dilakukan
karena reaksi kimia biasanya disertai dengan penyerapan atau pelepasan energi berupa
panas, sehingga dapat teramati melalui perubahasan suhu dari komponen-komponen
yang terlibat dalam reaksi. Klasifikasinya antara lain :
1. Reaktor isotermal
Dikatakan isotermal jika umpan yang masuk, campuran dalam reaktor, aliran yang keluar
dari reaktor selalu seragam dan bersuhu sama.
2. Reaktor adiabatis
Dikatakan adiabatis jika tidak ada perpindahan panas antar reaktor dan sekelilingnya. Jika
reaksinya eksotermis, maka panas yang terjadi karena reaksi dapat dipakai untuk
menaikkan suhu campuran di reaktor.
3. Reaktor non-adiabatis

D. Klasifikasi Reaktor Berdasarkan Keadaan Proses


Keadaan proses dalam industri terdapat tiga jenis, yakni: Batch, Semi batch, dan
Kontinyu. Berdasarkan tiga jenis proses ini juga dapat digunakan dalam membedakan
jenis reaktor yang digunakan, antara lain:
1. Reaktor batch
Reaktor jenis ini biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi berkapasitas
kecil misalnya dalam proses pelarutan padatan, pencampuran produk, Batch
distillation, kristalisasi, ekstraksi cair-cair, farmasi dan fermentasi.
Reaktor jenis ini memiliki ciri tidak terdapat aliran inlet atau outlet selama
operasi, memiliki pengaduk untuk mencampur reaktan, dan dalam prosesnya harus
berutan (tidak dapat dilakukan bersamaan) antara mengisi bahan baku, operasi,
pengeluaran produk, cleaning, dan conditioning untuk mengolah bahan baku
berikutnya.
2. Reaktor semi-batch
Reaktor semi-batch umumnya berbentuk tangki berpengaduk, cara operasinya
adalah dengan jalan memasukan sebagian zat pereaksi ke dalam reaktor, sedangkan
zat pereaksi yang lain atau sisanya dimasukan secara kontinyu ke dalam reaktor.
Ada material yang masuk selama operasi ytanpa dipindahkan. Reaktan yang
masuk bisa dihentikan, dan produk bisa dipindahkan selama operasi waktu tertentu.
Tidak beroperasi secara steady state.
Contoh paling sederhana misalnya tangki fermentor, ragi dimasukkan sekali ke
dalam tangki (secara batch) namun CO2 yang dihasilkannya dikeluarkan secara
kontinyu. Contoh lainnya adalah klorinasi, suatu reaksi cair-gas, gas digelembungkan
secara kontinyu dari dasar tangki agar bereaksi dengan cairan di tangki yang diam
(batch).
Reaktor kontinyu
Reaktor kontinyu mempunyai aliran masukan dan keluaran (inlet/outlet) yang
terdiri dari campuran homogen/heterogen. Reaksi kontinyu di operasikan pada kondisi
steady, dimana arus aliran masuk sama dengan arus aliran keluar.
Reaktor kontinyu dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu :
a) Reaktor AlirTangki Berpengaduk (RATB) atauContinous Stirred Tank
Reaktor (CSTR)
Biasanya berupa tangki berpengaduk dengan asumsi pengadukan
sempurna, konsentrasi tiap komponen dalam reactor seragam sebesar konsentrasi
aliran yang keluar dari reaktor. Model ini biasanya digunakan pada reaksi
homogen di mana semua bahan baku dan katalisnya berfasa cair, atau reaksi
antara cair dan gas dengan katalis cair.
Reaktor CSTR dapat disusun secara seri maupun paralel seperti yang
terlihat pada gambar berikut:
Pemasangan secara seri akan meningkatkan kemampuan konversi reaktor
CSTR, semakin banyak jumlah yang dipasang seri maka konversinya akan
semakin mendekati reaktor PFR denganh volume yang sama. Sementara
pemasangan secara paralel umumnya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
produsi dengan konversi yang sama.

• Kelebihan:
– Kontrol temperature yang baik dapat mudah dijaga
– Realtif murah dalam instalasi
– Reaktor memiliki kapasitas panas yang besar
– Bagian dalam reaktor dapat mudah diakses saat perawatan

• Kekurangan:
– Konversi reaktan menjadi produk per volume reaktor relatif kecil bila
dibandingkan dengan jenis reaktor kontinyu lainnya.

CSTR umum digunakan pada industri proses, terutama dengan reaksi


homogen fasa cair, dimana diperlukan pengadukan yang konstan.CSTR juga
banyak digunakan pada proses biologi di industri dan dikenal dengan sebutan
Fermentor.
Contohnya pada industri antibiotik, dan waste water treatment. Fermentor
Mendegradasi atau menghancurkan molekul berukuran besar menjadi berukuran
lebih kecil dengan hasil samping pada umumnya adalah alkohol.
b) Reaktor Alir Pipa (RAP) atuPlug Flow Reaktor (PFR)
Merupakan suatu reaktor berbentuk pipa yang beroperasi secara kontinyu.
Dalam PFR selama operasi berlangsung bahan baku dimasukkan terus menerus
dan produk reaksi akan dikeluarkan secara terus menerus sehingga tidak terjadi
pencampuran ke arah aksial dan semua molekul mempunyai waktu tinggal di
dalam reaktor sama besar.

Seluruh reaktan masuk melalui bagian inlet reaktor, semua perhitungan


dalam merancang PFR harus dengan asusmsi bahwa tidak terjadi back mixing,
downstream, dan upstream.PFR memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibanding
CSTR pada volume yang sama.
Seperti pada reaktor CSTR, reaktor PFR juga dapat disusun secara seri maupun
paralel seperti yang terlihat pada gambar berikut:
PFR yang dipasang seri maka konversinya akan sama dengan PFR tunggal yang
panjangnya sama dengan jumlah dari panjang tiap reaktor PFR penyusun,
sementara untuk yang dipasang paralel tujuan nya sama dengan CSTR, yakni
meningkatkan kapasitas produksi dengan konversi yang sama. PFR memiliki
aplikasi yang luas, baik dalam sistem fasa gas, maupun fasa cair. Umumnya
digunakan pada sintesis amoniak dari unsur-unsur penyususnnya, dan oksidasi
sulfur dioksida menjadi sulful trioksida.

c) Reaktor Fixed Bed


adalah reaktor dengan menggunakan katalis padat yang diam dan zat
pereaksi berfase gas. Butiran-butiran katalisator yang biasa dipakai dalam reaktor
fixed bed adalah katalisator yang berlubang di bagian tengah, karena luas
permukaan persatuan berat lebih besar jika dibandingkan dengan butiran
katalisator berbentuk silinder, dan aliran gas lebih lancar.
Keuntungannya :
 Biaya operasi dan perawatan murah dibanding FBR
 Bisa digunakan di suhu dan tekanan tinggi
 Bisa dioperasikan dengan waktu tinggal yang bervariasi

Kerugiannya :
 Sulit dalam penjagaan distribusi aliran yg seragam
 Bed yg kecil lebih efektif karena internal area yang besar tapi pressure drop
tinggi
 Regenerasi bed sulit dilakukan karena cenderung permanen

d) Reaktor Fluidized Bed


adalah jenis reaktor kimia yang dapat digunakan untuk mereaksikan bahan
dalam keadaan banyak fasa. Reaktor jenis ini menggunakan fluida (cairan atau
gas) yang dialirkan melalui katalis padatan (biasanya berbentuk butiran-butiran
kecil) dengan kecepatan yang cukup sehingga katalis akan terolak sedemikian
rupa dan akhirnya katalis tersebut dapat dianalogikan sebagai fluida juga
Fluidized Bed Reactor (FBR)
 Reaktor dg bed terangkat oleh gas reaktan
 Fungsi utk memprediksikan penurunan konversi
pada pencampuran di dalam reaktor
 Jumlah bed lebih sedikit daripada PBR
 Luas permukaan lebih besar daripada PBR
 Beroperasi isotermal
Keuntungannya :
 Suhu konstan shg mudah dikontrol
 Regenerasi bed yg mudah
 Reaksinya memiliki efek panas yang tinggi

Kekurangannya :
 Bisa menyebabkan keausan dinding reaktor karena gerakan bed yg terus-menerus
bergesekan dg dinding
 Karena bergerak terus-menerus dan antar bed bergesekan, bisa menyebabkan partikel
bed mengecil dan terikut keluar sbg produk. Sehingga perlu ditambahkan cyclone
separator.

1. Bubble Tank
Bubble Tank adalah jenis reaktor kimia yang dapat
digunakan untuk mereaksikan bahan dalam
keadaan banyak fasa. Reaktor jenis ini
menggunakan fluida (cairan atau gas) yang
dialirkan melalui katalis padatan (biasanya
berbentuk butiran-butiran kecil) dengan kecepatan yang cukup sehingga katalis akan terolak
sedemikian rupa dan akhirnya katalis tersebut dapat dianalogikan sebagai fluida juga.
2. Agitate Tank
Agitate Tank adalah digunakan untuk menyediakan
reservoir penyimpanan untuk batch campuran dari mixer
kecepatan geser tinggi.
Tiga fungsi utama dari Agitate Tank :
1. Persamaan gelembung udara terjebak selama proses
pencampuran.
2. Agitate bertindk sebagai reservoir penyimpanan untuk batch campuran yang
memungkinkan kelangsungan penyediaan dipertahankan untuk pompa.
3. Agitate dari dayung khusus bebentuk menjaga campuran dalam suspensi sebelum
pemompaan.
3. Spray Tower
Spray Tower adalah perangkat kontrol terutama
digunakan untuk pengkondisian gas ( pendingin dan
pelembab ) atau untuk tahap pertama atau penghapus
partikel gas. Mereka juga digunakan di banyak gas
cerombnong desulfurisasi sistem untuk mngurangi
penumpukan plugging dan skala oleh polutan.

IV. LANGKAH KERJA


1. Mempersiapkan larutan yang akan dihasilkan.
2. Memasukkan larutan ke dalam feed tank 1 dan
3. Menghubungkan kabel ke soket dan menghidupkan switch ke posisi ON.
4. Mematikan valve AF1 dan AF2 pada tangki terbuka dan valve A31 dan A32 pada
supply tank tertutup.
5. Menghidupkan pump 1 dan pump 2 umpan akan mengalir ke supply tank.
6. Umpan akan mengalir ke float flowmeter, dan akan didistribusikan ke tiap-tiap
reaktor.

A. Mengoperasikan reaktor aliran tangki berpengaduk


1. Membuka valve V7 dan K7 untuk mengalirkan umpan ke CSTR.
2. Menghidupkan stirrer pada control panel.
3. Mengukur nilai konduktivitas dari produk.
4. Produk akan mengalir menuju produk tank untuk dianalisa.
5. Menutup valve V7 dan K7 untuk menghentikan aliran reaktan.

B. Mengoperasikan CSTR yang akan disusun seri


1. Memastikan bahwa valve A5 dan A6 dalam keadaan tertutup.
2. Membuka valve V5 dan K5 untuk mengalirkan umpan ke CSTR 2.
3. Menghidupkan stirrer pada tiap reaktor.
4. Produk yang dihasilkan CSTR 2 akan mengalir ke CSTR 3.
5. Mengukur nilai konduktivitas produk.
6. Produk akan mengalir ke produk tank.
7. Menutup valve V5 dan K5 untuk menghentikan aliran masuk reaktor.
8. Mematikan stirrer pada reaktor.
9. Membuka valve A5 dan A6 untuk mengalirkan residu dari reaktor.

C. Mengoperasikan CSTR disusun paralel


1. Memastikan bahwa valve A5 dan A7 dalam keadaan tertutup.
2. Membuka valve V5 dan V7 serta K5 dan K7 untuk mengalirkan umpan ke CSTR 2
dan 4
3. Menghidupkan stirrer pada tiap reaktor.
4. Mengukur nilai konduktivitas sampai konstan, membuka valve A5 dan A7.
5. Mengambil produk dari tiap-tiap reaktor.
6. Menutup valve V5, K5 dan V7, K7 untuk menghentikan aliran masuk reaktor.
7. Mematikan stirrer pada reaktor.
8. Melakukan analisa produk.

D. Mengoperasikan packd column reactor


1. Menutup valve A8.
2. Membuka valve V8 dan K8 untuk mengalirkan umpan.
3. Reaktan akan naik ke kolom dan akan bereaksi sehingga kolom yang diisi dengan
packed.
4. Apabila packed column telah terisi penuh, produk akan mengalir dari atas kolom.
5. Membuka valve A8 untuk mengeluarkan produk.
6. Menganalisa produk.

E. Mengoperasikan plug flow reactor


1. Memastikan valve A9, A(1, dan A92 dalam keadaaan tertutup.
2. MEmbuka valve V9 dan K9 untuk mengalirkan reaktan.
3. Reaktan akan naik ke PFR dan reaksi akan berjalan melalui pipa.
4. Produk dikeluarkan menuju produk tank.
5. Menutup valve V9 dan K9 untuk menghentikan aliran reaktan.
6. Membuka Valve A9, A91, A92 untuk mengeluarkan produk.
7. Menganalisa produk
V. DATA PENGAMATAN
1. Tabel Konduktivitas Larutan HCl
No Konsentrasi HCl (M) Konduktivitas (s/m)
1. 0.1 26.3
2. 0.08 22.7
3. 0.06 20.9
4. 0.04 15.6

2. Tabel Konduktivitas Larutan NaOH


No Konsentrasi NaOH (M) Konduktivitas (s/m)
1. 0.1 25.3
2. 0.07 24.3
3. 0.04 22.6
4. 0.01 21.2

3. Tabel Konduktivitas Campuran 25 ml HCl + 25 ml NaOH dengan konsentrasi 0,1 M


HCl
Konsentrasi (M) Konsentrasi
No Konduktivitas (s/m)
HCl NaOH Campuran (M)
1. 0.1
0.1 0.1 25.5
2. 0.1
0.07 0.085 24.9
3. 0.1
0.04 0.07 24.8
4. 0.1
0.01 0.055 23.5
4. Tabel Konduktivitas Campuran 25 ml HCl + 25 ml NaOH dengan konsentrasi 0,1 M
NaOH.
Konsentrasi (M) Konsentrasi
No Konduktivitas (s/m)
NaOH HCl Campuran (M)

1. 0.1 0.1 0.1 25.2


2. 0.1 0.08 0.09 25.1
3. 0.1 0.06 0.08 25.0
4. 0.1 0.04 0.07 23.3

5. a. Kurva hubungan larutan HCl vs konduktivitas

b. Kurva hubungan larutan NaOH vs konduktivitas

6. Kurva hubungan konsentrasi campuran antara NaOH dan HCl, dengan HCl dibuat
tetap ( 0,1 M )
7. Kurva hubungan konsentrasi campuran antara NaOH dan HCl, dengan NaOH
dibuat tetap ( 0,1 M )

VI. PERHITUNGAN
a. PERHITUNGAN MINGGU PERTAMA
1. Pembuatan larutan NaOH 0,1 M
% 𝑥 1000 𝑥 𝜌 60 % 𝑥 1000 𝑥 2,13 𝑔/𝑚3
M1 = = = 31,95 M
𝐵𝑀 40 𝑔/𝑚𝑜𝑙
V1 . M1 = V2 . M2
𝑉2 . 𝑀2 125 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑀
V1 = = = 0,4 ml
𝑀1 31,95 𝑀
2. Pembuatan larutan HCl 0,1 M
% 𝑥 1000 𝑥 𝜌 37 % 𝑥 1000 𝑥 1,19 𝑔/𝑚3
M1 = = = 12,076 M
𝐵𝑀 36,46 𝑔/𝑚𝑜𝑙
𝑉2 . 𝑀2 125 𝑚𝑙 𝑥 0,1 𝑀
V1 = = = 1 ml
𝑀1 12,076 𝑀

3. Pengenceran larutan NaOH 0,07 M


𝑉2 . 𝑀2 25 𝑚𝑙 𝑥 0,07 𝑀
V1 = = = 17,5 ml
𝑀1 0,1 𝑀

4. Pengenceran larutan NaOH 0,04 M


𝑉2 . 𝑀2 25 𝑚𝑙 𝑥 0,04 𝑀
V1 = = = 10 ml
𝑀1 0,1 𝑀
5. Pengenceran larutan NaOH 0,01 M
𝑉2 . 𝑀2 25 𝑚𝑙 𝑥 0,01 𝑀
V1 = = = 2,5 ml
𝑀1 0,1 𝑀

6. Pengenceran larutan HCl 0,08 M


𝑉2 . 𝑀2 25 𝑚𝑙 𝑥 0,08 𝑀
V1 = = = 20 ml
𝑀1 0,1 𝑀

7. Pengenceran larutan HCl 0,06 M


𝑉2 . 𝑀2 25 𝑚𝑙 𝑥 0,06 𝑀
V1 = = = 15 ml
𝑀1 0,1 𝑀

8. Pengenceran larutan HCl 0,04 M


𝑉2 . 𝑀2 25 𝑚𝑙 𝑥 0,04 𝑀
V1 = = = 10 ml
𝑀1 0,1 𝑀

9. Menentukan konsentrasi campuran :


a. HCl + NaOH
(𝑉1 . 𝑀1 )+ (𝑉2 . 𝑀2 ) (25 𝑥 0,1)+ (25 𝑥 0,07)
 MC = = = 0,08 M
𝑉𝑐 50
(25 𝑥 0,1)+ (25 𝑥 0,04)
 MC = = 0,07 M
50
(25 𝑥 0,1)+ (25 𝑥 0,01)
 MC = = 0,055 M
50
b. NaOH + HCl
(25 𝑥 0,1)+ (25 𝑥 0,08)
 MC = = 0,09 M
50
(25 𝑥 0,1)+ (25 𝑥 0,06)
 MC = = 0,08 M
50
(25 𝑥 0,1)+ (25 𝑥 0,04)
 MC = = 0,07 M
50

10. Perhitungan persamaan regresi


Untuk kurva baku hubungan konsentrasi larutan HCl vs konduktivitas
X Y X2 XY
0,1 26,3 0,01 2,63
0,08 22,7 0,0064 1,816
0,06 20,9 0,0036 1,254
0,04 15,6 0,0016 0,624
∑ = 0,28 ∑ = 85,5 ∑ = 0,0216 ∑ = 6,324

(∑Y)(∑X2 ) − (∑X)(∑XY)
a=
𝑛 (∑X2 ) − (∑X) 2
(85,5)(0,0216) − (0,28)(6,324)
= = 9,51
4 (0,0216) − (0,28) 2

𝑛 (∑XY) − (∑X)(∑Y)
b=
𝑛 (∑X2 ) − (∑X) 2
4 (6,324) − (0,28)(85,5)
= = 169,5
4 (0,0216) − (0,28) 2

Persamaan garis lurus : y = 9,51 + 169,5 x

Untuk kurva baku hubungan konsentrasi larutan NaOH vs konduktivitas


X Y X2 XY
0,1 25,3 0,01 2,53
0,07 24,3 0,0049 1,701
0,04 22,6 0,0016 0,904
0,01 21,2 0,0001 0,212
∑ = 0,22 ∑ = 93,4 ∑ = 0,0166 ∑ = 5,347

(98,7)(0,02515) − (0,31)(7,695)
a= = 21,523
4 (0,02515) − (0,31) 2

4 (7,695) − (0,31)(98,7)
b= = 40,7
4 (0,02515) − (0,31) 2

Persamaan garis lurusnya : y = 21,523 + 40,7 x

Untuk kurva baku hubungan konsentrasi campuran 25 ml NaOH + 25 ml HCl dengan


konsentrasi NaOH dibuat tetap
X Y X2 XY
0,1 25,2 0,01 2,52
0,09 25,1 0,0081 2,259
0,08 25,0 0,0064 2
0,07 23,3 0,0040 1,631
∑ = 0,34 ∑ = 98,6 ∑ = 0,0294 ∑ = 8,41

(98,6)(0,0294) − (0,34)(8,41)
a= = 19,72
4 (0,0294) − (0,34) 2

4 (8,41) − (0,34)(98,6)
b= = 58
4 (0,0294) − (0,34) 2
maka, persamaan garis lurusnya : y = 19,72 + 58 x
B. PERHITUNGAN MINGGU KEDUA
1. Batch Reaktor
1.1 Menghitung nilai CA berdasarkan data konduktivitas yang diperoleh :
Dik : PGL (dari praktikum sebelumnya)
y = 40,7 x + 21,523
 Pada menit ke-5
Konduktivitas = 25,8 mS
y = 40,7 x + 21,523
25,8 = 40.7 x + 21,523
4,27 = 40,7 x
x = 0,0985 M
 Pada menit ke-10
y = 25,4 mS
25,4 = 40,7 x + 21,523
3,87 = 40,7 x
x = 0,095 M
 Pada menit ke-15
Konduktivitas (y) = 24,3 mS
y = 40,7 x + 21,523
24,3 = 40,7 x + 21 ,523
2,777 = 40,7 x
x = 0,068 M
 Pada menit ke-20
Konduktivitas (y) = 23,5 mS
y = 40,7 x + 21,523
23,5 = 40,7 x + 21,523
1,977 = 40,7 x
x = 0,48 M

1.2 Menentukan nilai konsentrasi yang bereaksi


Dik : Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O

a. Pada menit ke-5


Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O
M : 0,1 0,1 - -
B : 0,0985 0,0985 0,0985 0,0985
S : 0,015 0,015 0,0985 0,0985
b. Pada menit ke-10
Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O
M : 0,1 0,1 - -
B : 0,095 0,095 0,095 0,095
S : 0,005 0,005 0,095 0,095

c. Pada menit ke-15


Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O
M : 0,1 0,1 - -
B : 0,068 0,068 0,068 0,068
S : 0,032 0,032 0,068 0,068

d. Pada menit ke-20


Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O
M : 0,1 0,1 - -
B : 0,048 0,048 0,048 0,048
S : 0,052 0,052 0,048 0,048

1.3 Tabel
Konsentrasi HCl
Konsentrasi awal Konsentrasi awal
RUN Waktu Reaksi pada akhir
HCl (M) NaOH (M)
reaksi
1 0,1 0,1 300 0,015
2 0,1 0,1 600 0,005
3 0,1 0,1 900 0,032
4 0,1 0,1 1200 0,052

1.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksi (k)
a. Reaksi orde ke-0
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴
k=
𝑡
 Pada run 1
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 0,1 𝑀 − 0,015 𝑀
k= = = 2,83 x 10-4 M/s
𝑡 300 𝑠
 Pada run 2
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 0,1 𝑀 − 0,005 𝑀
k= = = 1,583 x 10-4 M/s
𝑡 600 𝑠
 Pada run 3
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 0,1 𝑀 − 0,032 𝑀
k= = = 7,5 x 10-5 M/s
𝑡 900 𝑠
 Pada run 4
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴 0,1 𝑀 − 0,052 𝑀
k= = = 4 x 10-5 M/s
𝑡 1200 𝑠
Berdasarkan nilai k yang diperoleh dapat dilihat bahwa dari run 1-4 nilai k tidak
konstan, maka tebakan reaksi orde ke-0, salah.

b. Orde ke-1
1 𝐶𝐴0
k= x ln
𝑡 𝐶𝐴

 Pada run 1
1 𝐶𝐴0
k= x ln
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
= x ln = 6,32 x 10-3 /s
300 𝑠 0,015 𝑀
 Pada run 2
1 𝐶𝐴0
k= x ln
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
= x ln = 4,99 x 10-3 /s
600 𝑠 0,005 𝑀

 Pada run 3
1 𝐶𝐴0
k= x ln
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
= x ln = 1,266 x 10-3 /s
900 𝑠 0,032 𝑀
 Pada run 4
1 𝐶𝐴0
k= x ln
𝑡 𝐶𝐴
1 0,1 𝑀
= x ln = 5,449 x 10-4 /s
1200 𝑠 0,052 𝑀
Berdasarkan nilai k yang diperoleh, tidak konstan maka tebakan orde ke-1 salah.

c. Orde ke-2
1 1 1
k= ( − )
𝑡 𝐶𝐴 𝐶𝐴0

 Pada run 1
1 1 1
k= ( − )
300 𝑠 0,015 0,1
= 1,88 x 10-3 /M.s
 Pada run 2
1 1 1
k= ( − )
600 𝑠 0,005 0,1
= 2,1 x 10-3 /M.s
 Pada run 3
1 1 1
k= ( − )
900 𝑠 0,032 0,1
= 2,4 x 10-3 /M.s
 Pada run 4
1 1 1
k= ( − )
1200 𝑠 0,052 0,1
= 7,6 x 10-3 /M.s
Nilai k yang dipeoleh konstan, maka tebakan reaksi orde 2 adalah benar.

2. Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)


2.1 Menghitung nilai konduktivitas untuk menentukan konsentrasi
Dik : y = 58 x + 19,72
a. Pada menit ke-5
Konduktivitas (y) = 25,0 mS
y = 58 x + 19,72
25,0 = 58 x + 19,72
5,28 = 58 x
x = 0,091 M
b. Pada menit ke-10
Konduktivitas (y) = 25,2 mS
y = 58 x + 19,72
25,2 = 58 x + 19,72
5,48 = 58 x
x = 0,094 M
c. Pada menit ke-15
Konduktivitas (y) = 25,4 mS
y = 58 x + 19,72
25,4 = 58 x + 19,72
5,68 = 58 x
x = 0,097 M
d. Pada menit ke-20
Konduktivitas (y) = 25,5 mS
y = 58 x + 19,72
25,5 = 58 x + 19,72
5,88 = 58 x
x = 0,099 M

2.2 Menghitung nilai konsentrasi zat yang bereaksi :


Dik : Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H 2O
a. Pada menit ke-5
Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O
M : 0,1 0,1 - -
B : 0,091 0,091 0,091 0,091
S : 0,009 0,009 0,091 0,091
b. Pada menit ke-10
Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O
M : 0,1 0,1 - -
B : 0,094 0,094 0,094 0,094
S : 0,006 0,006 0,094 0,094

c. Pada menit ke-15


Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O
M : 0,1 0,1 - -
B : 0,097 0,097 0,097 0,097
S : 0,003 0,003 0,097 0,097

d. Pada menit ke-20


Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O
M : 0,1 0,1 - -
B : 0,099 0,099 0,099 0,099
S : 0,001 0,001 0,099 0,099

2.3 Tabel
RUN CA0 HCl (M) CA0 NaOH (M) Waktu Reaksi (s) CA HCl (M)
1 0,1 0,1 300 0,009
2 0,1 0,1 600 0,006
3 0,1 0,1 900 0,003
4 0,1 0,1 1200 0,001

2.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksinya (k)
 Pada CSTR
Laju reaktan masuk = laju reaktan keluar + laju reaktan bereaksi + laju reaktan
terakumulasi
 Pada keadaan steady state, tidak terjadi akumulasi sehingga
FA0 = FA + (-rA)v
Sementara FA = FA0 - FA0 . XA = FA0 (1 – XA)
Sehingga :
FA0 = FA0 (1 – XA) + (-rA.v)
FA0.XA = (-rA) v
𝑉 𝑋𝐴
. (−𝑟𝐴 )
𝐹𝐴0
Dimana : F = laju alir masuk (mol/waktu)
Q = laju alir volume (volume/waktu)
 Laju alir yang digunakan pada saat praktikum adalah laju alir volume, maka:
𝑉 𝑋𝐴
= F=Q.C
𝑄 . 𝐶𝐴0 −𝑟𝐴
𝑉 𝐶𝐴0 . 𝑋𝐴
= = 𝜏 𝜏 = waktu tinggal / space time
𝑄 −𝑟𝐴

 Kebalikan space time adalah space velocity (Sv)


1
Sv =
𝑡
𝐶𝐴0 . 𝑋𝐴
=𝜏 =
−𝑟𝐴

2.5 Menentukan orde reaksi


a. Orde reaksi ke-1
-rA = k . CA
𝐶𝐴0 . 𝑋𝐴
𝜏 =
𝑘 . 𝐶𝐴
𝐶 𝐶𝐴0 − 𝐶
𝐴0 . 𝐴
𝐶𝐴0
𝐾𝜏 =
𝐶𝐴
𝐶𝐴0 . 𝐶𝐴
𝐾𝜏 =
𝐶𝐴
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴
K= ( )
𝜏
 Pada run 1
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴
K= ( )
𝜏

0,1 𝑀 − 0,009 𝑀
0,009 𝑀
= ( ) = 3,3 x 10-2 /s
300 𝑠

 Pada run 2
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴
K= ( )
𝜏

0,1 𝑀 − 0,006 𝑀
0,006 𝑀
= ( ) = 2,6 x 10-2 /s
600 𝑠

 Pada run 3
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴
K= ( )
𝜏

0,1 𝑀 − 0,003 𝑀
0,003 𝑀
= ( ) = 3,5 x 10-2 /s
900 𝑠

 Pada run 4
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴
K= ( )
𝜏

0,1 𝑀 − 0,001 𝑀
0,001 𝑀
= ( ) = 8,2 x 10-2 /s
1200 𝑠

Nilai K yang diperoleh tidak konstan, maka reaksi bukan termasuk orde 1.

b. Orde reaksi 2
-rA = k . CA2
𝐶𝐴0 . 𝑋𝐴 𝐶𝐴0 . 𝐶𝐴
𝜏= XA =
𝑘 . 𝐶𝐴 2 𝐶𝐴0
𝐶 𝐶𝐴0 − 𝐶
𝐴0 . 𝐴
𝐶𝐴0
𝐾𝜏 =
𝐶𝐴 2
𝐶𝐴0 − 𝐶𝐴
𝐶𝐴 2
Maka, K = ( )
𝜏

 Pada run 1
0,1 𝑀 − 0,009 𝑀
0,009 2 𝑀
K= ( ) = 3,74 x 10-1 /M.s
300 𝑠

 Pada run 2
0,1 𝑀 − 0,006 𝑀
0,006 2 𝑀
K= ( ) = 4,35 x 10-1 /M.s
600 𝑠

 Pada run 3
0,1 𝑀 − 0,003 𝑀
0,003 2 𝑀
K= ( ) = 6,97 x 10-1 /M.s
900 𝑠

 Pada run 4
0,1 𝑀 − 0,001 𝑀
0,001 2 𝑀
K= ( ) = 9,25 x 10-1 /M.s
1200 𝑠

Karena nilai K diperoleh konstan, maka benar reaksi orde 2.

3. Plug Flow Reactor (PFR)


3.1 Aliran 1
3.1.1 Menghitung nilai konsentrasi akhir reaksi berdasarkan data konduktivitas
Dik : y = 58x + 19,72
a. Pada menit ke 5
konduktivitas (y) = 25,4 mS
y = 58x + 19,72
25,4 = 58x + 19,72
5,68 = 58x
x = 0,097 M
b. Pada menit ke 10
konduktivitas (y) = 24,3 mS
y = 58x + 19,72
24,3 = 58x + 19,72
4,58 = 58x
x = 0,0789 M
c. Pada menit ke 15
konduktivitas (y) = 22,1 mS
y = 58x + 19,72
22,1 = 58x + 19,72
2,38 = 58x
x = 0,041 M
d. Pada menit ke 20
konduktivitas (y) = 21,9 mS
y = 58x + 19,72
21,9 = 58x + 19,72
1,98 = 58x
x = 0,034 M

3.1.2 Menghitung nilai konsentrasi yang bereaksi


Dik : Reaksi = HCl + NaOH  NaCl + H2O

a. Pada menit ke 5
R = HCl + NaOH  NaCl + H2O
M = 0,1 0,1 - -
B = 0,097 0,097 0,097 0,097
S = 0,003 0,003 0,097 0,097
b. Pada menit ke 10
R = HCl + NaOH  NaCl + H2O
M = 0,1 0,1 - -
B = 0,078 0,078 0,078 0,078
S = 0,022 0,022 0,078 0,078
c. Pada menit ke 15
R = HCl + NaOH  NaCl + H2O
M = 0,1 0,1 - -
B = 0,041 0,041 0,041 0,041
S = 0,059 0,059 0,041 0,041

d. Pada menit ke 20
R = HCl + NaOH  NaCl + H2O
M = 0,1 0,1 - -
B = 0,034 0,034 0,034 0,034
S = 0,066 0,066 0,034 0,034

3.1.3 Tabel
Run Cao HCl (M) Cao NaOH (M) Waktu Reaksi (S) Ca HCl (M)
1 0,1 0,1 300 0,003
2 0,1 0,1 600 0,022
3 0,1 0,1 900 0,059
4 0,1 0,1 1200 0,066

Laju alir = 2 L/min dan volume 0,5 liter

3.1.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan lajunya (k)


a. Orde ke 1
FA = Fa + dFa + (-ra) dv
dFa = (-rA) dv
dFa dFa
= -rA , = k .CA  = rA =K.CA
dv dv
(𝑄𝑜 .𝐶𝐴)
d = k. CA  FA = Qo . CA
𝐷𝑉
𝑄𝑜 𝐶𝑎 𝑑𝐶𝐴 𝑣
− ∫𝐶𝑎𝑜 = ∫𝑄 𝑑𝑣
𝑘 𝐶𝐴
𝑄𝑜 𝐶𝑎𝑜
V= = ln
𝐾 𝐶𝐴
𝑄𝑜 𝐶𝑎𝑜
Maka K = = ln
𝐾 𝐶𝐴

 Pada run 1
𝑄𝑜 𝐶𝑎𝑜
K= = ln
𝐾 𝐶𝐴
2 𝐿/ 𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= . ln = 14,03/ min = 0,24 /s
0,5 𝐿 0,003 𝑀
 Pada run 2
2 𝐿/ 𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= . ln = 6,05/ min = 1 x 10−1 /s
0,5 𝐿 0,022 𝑀
 Pada run 3
2 𝐿/ 𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= . ln = 2,11/ min = 3,5 x 10−2 /s
0,5 𝐿 0,059 𝑀

 Pada run 4
2 𝐿/ 𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= . ln = 1,66/ min = 2,7 x 10−3 /s
0,5 𝐿 0,066 𝑀

Karena nilai K yang diperoleh tidak konstan, maka tebakan reaksi orde 1 salah.

a. Orde ke 2
FA = FA + dFA + (-rA) dv
dFA = (-rA) dv
𝑑𝐹𝐴
= = -rA
𝑑𝑣
dFA = K . CA2 -rA = K . CA . CB K . CA2
𝑑 (𝑄0 . 𝐶𝐴 )
= K . CA2 FA = Q0 . CA
𝑑𝑣
𝑄0 𝐶𝐴 𝑑𝐶𝐴 𝑣
− ∫𝐶 = ∫𝑄 𝑑𝑣
𝑘 𝐴0 𝐶𝐴 2
𝑄0 𝐶𝐴0
V= ln
𝑘 𝐶𝐴 2
𝑄0 𝐶𝐴0
Maka, K = ln
𝑉 𝐶𝐴 2

 Pada run 1
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 16,26 /min.M = 2,71 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,003 2 𝑀
 Pada run 2
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 15,49 /min.M = 2,58 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,022 2 𝑀
 Pada run 3
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 15,21 /min.M = 2,5 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,059 2 𝑀
 Pada run 4
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 14,98 /min.M = 2,49 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,066 2 𝑀
Karena nilai K yang diperoleh konstan, maka benar reaksi tebakan ber-orde 2.

3.2 Aliran 2
3.2.1 Menghitung nilai konsentrasi akhir reaksi berdasarkan data konduktivitasnya
Dik : PGL = y = 40,7 x + 21,523
a. Pada menit ke-5
y = 40,7 x + 21,523
25,1 = 40,7 x + 21,523
3,577 = 40,7 x
x = 0,089 M
b. Pada menit ke-10
y = 40,7 x + 21,523
25,3 = 40,7 x + 21,523
3,77 = 40,7 x
x = 0,093 M
c. Pada menit ke-15
y = 40,7 x + 21,523
25,4 = 40,7 x + 21,523
3,877 = 40,7 x
x = 0,095 M
d. Pada menit ke-15
y = 40,7 x + 21,523
25,5 = 40,7 x + 21,523
3,977 = 40,7 x
x = 0,0977 M
3.2.2 Menghitung nilai konsentrasi yang bereaksi
Dik : Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H 2O
a. Pada menit ke-5
Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O
M : 0,1 0,1 - -
B : 0,089 0,089 0,089 0,089
S : 0,011 0,011 0,089 0,089

b. Pada menit ke-10


Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O
M : 0,1 0,1 - -
B : 0,093 0,093 0,093 0,093
S : 0,007 0,007 0,093 0,093

c. Pada menit ke-15


Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O
M : 0,1 0,1 - -
B : 0,095 0,095 0,095 0,095
S : 0,005 0,005 0,095 0,095

d. Pada menit ke-20


Reaksi : HCl + NaOH NaCl + H2O
M : 0,1 0,1 - -
B : 0,097 0,097 0,097 0,097
S : 0,003 0,003 0,097 0,097

3.2.3 Tabel
CA0 NaOH Waktu reaksi
RUN CA0 HCl (M) CA HCl (M)
(M) (s)
1 0,1 0,1 300 0,011
2 0,1 0,1 600 0,007
3 0,1 0,1 900 0,005
4 0,1 0,1 1200 0,003
Q0 = 2 L/min , V = 0,5 L

3.2.4 Menentukan orde reaksi berdasarkan nilai tetapan laju reaksi


a. Orde ke 2
𝑄0 𝐶𝐴0
K= ln
𝑉 𝐶𝐴 2

 Pada run 1
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 26,86 /min.M = 4,47 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,011 2 𝑀
 Pada run 2
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 30,48 /min.M = 5,08 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,007 2 𝑀
 Pada run 3
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 33,17 /min.M = 5,5 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,005 2 𝑀
 Pada run 4
2 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,1 𝑀
K= ln = 37,26 /min.M = 5,9 x 10-1 /M.s
0,5 𝐿 0,003 2 𝑀
Karena nilai K yang diperoleh konstan, maka tebakan reaksi orde 2 benar.
VII. ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan reaktor kontinyu,. Reaktor
merupakan tempat dimana terjadi atau berlangsungnya suatu reaksi. Pada seperangkat
alat reaktor yang akan digunakan, terdapat 3 jenis atau tipe reaktor. Ketiga jenis
reaktor tersebut adalah continuous reactor atau reaktor kontinyu (CSTR), pack fixed
bed atau reaktor alir sumbat (PFR).
Pada praktikum minggu pertama dilakukan pengujian nilai konduktivitas.
Pengujian nilai konduktivitas dilakukan pada dua macam larutan yang berbeda
dengan beberapa variasi konsentrasi. Larutan yang digunakan yakni NaOH dan HCl.
Adapun variasi konsentrasi pada NaOH diantaranya 0.1 M; 0.07 M; 0.04 M; 0.01 M
dan variasi konsentrasi pada HCl diantaranya 0.1 M; 0.08 M; 0.06 M; 0.04 M. Tidak
hanya itu, masing-masing larutan dengan variasi konsentrasinya akan dicampurkan
dan diuji nilai konduktivitasnya.
Berdasarkan sifat daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu
larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Sifat elektrolit dan non elektrolit
didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan yang akan mengalirkan arus listrik.
Berdasarkan data percobaan, masing-masing larutan HCl dan larutan NaOH memiliki
nilai konduktivitas yang tinggi. Larutan yang termasuk elektrolit kuat ialah asam kuat,
basa kuat dan garam-garam yang mempunyai kelarutan yang tinggi. Nilai
konduktivitas larutan HCl dan NaOH yang besar disebabkan oleh masing-masing
larutan termasuk ke dalam larutan elektrolit kuat (asam kuat : HCl; basa kuat :
NaOH).
Nilai konduktivitas dipengaruhi juga oleh konsentrasi. Berdasarkan data
percobaan, nilai konduktivitas naik seiring dengan naiknya konsentrasi. Apabila
semakin banyaj muatan-muatan dalam larutan maka semakin banyak arus listrik yang
dihantarkan, hal ini tentunya akan menyebabkan nilai daya hantar listrik suatu larutan
akan semakin besar. Begitu pun sebaliknya dengan larutan yang memiliki konsentrasi
rendah, maka semakin sedikit muatan-muatan yang ada pada larutanl maka semakin
kecil daya hantar listrik suatu larutan.
Analisa percobaan minggu kedua
Reaktor merupakan tempat dimana terjadi atau berlangsungnya suatu reaksi. Pada
seperangkat alat reactor yang akan digunakan, terdapat 3 jenis/type reactor. Ketiga jenis
reactor tersebut adalah CSTR (continuous reactor), Pack?fixed bed, dan PFR (reactor alir
sumbat). Namun saat diperhatikan aliran dari masing-masing reactor, didapati bahwa pada
reactor CSTR dapat menggunakan reactor batch. Hal ini dikarenakan apabila katub pada
aliran pertama ke reactor kedua tidak dibuka dan katub keluaran reactor dibuka yang untuk
langsung mendapatkan produk maka system atau proses yang berlaku adalah proses batch.
Sebenarnya CSTr itu sendiri merupakan gabungan dari beberapa reactor batch yang
disusun secara seri atau parallel. Mengapa dibuat demikian? Ini dikarenakan agar
mendapatkan nilai konversei yang lebih dibandingkan dengan hadil reactor batch. Dengan
beberapa reactor tersebut maka distribusinya akan semakin luas. Selain itu waktu tinggal
dalam reactor singkat, jika waktu tinggal singkat maka konversinya akan rendah. Contohnya
jika didalam reactor bacth waktu tinggalnya 1 jam menghasilkan konversi 40%, maka pada
CSTR untuk masing-masing reactor (3 reactor batch) akan menghasilkan konversi >40%.
Prinsip ini juga berlaku pada pack bed dan PFR. Jika menggunakan Pack bed, hasil
konversi tergantung pada jenis aliran (co atau cunter current), dan tinggi kolom isian. Jika
aliran tersebut concurrent maka waktu kontak anatar kedua zat tersebut akan sangat cepat
dibandingkan dengan counter. Lalu jika semakin banyak isian atau tinggi kolom maka waktu
tinggal dalam reactor akan semakin lama, hal ini akan menyebabkan hasil konversi yang
tinggi. PFR lebih baik digunakan untuk gas, karena volume reactor nya yang lebih kecil
dibandingkan reactor lain.
Pada praktikum ini dilakukan reaksi antara HCL dan NaOH yang akan menghasilkan
suatu reaksi sebagai berikut :
HCL + NaOH NaCL + H2O
Dari data percobaan yang ada dapat dicari kosentrai dari CuCl2 dengan menghubungkan antara
konduktivitas dengan TDS yang kemudian akan dibandingkan dengan nilai BM sehingga
didapat kosentrasi nya.
Dari kosentrasi itu maka dapat dibuat grafik dari grafik tersebut akan didapatkan persamaan
garis lurusnya yang akan digunakan untuk menentukan konsentrasi zat yang bereaksi. Hal ini
terlihat dari penurunan nilai konduktivitas nya serta kosentrasi nya. Kosentrasi larutan itu
sendiri menjelaskan banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan. Maka dari itu semakin lama
waktu maka akan semakin kecil nilai konduktivitasnya.
Membandingkan hasil antara CSTR (proses batch) dengan Pack bed dapat dilihat bahwa
kosentrasi yang didapat lebih banyak pada pack bed. Hal ini membuktikan penjelasan
sebelumnya. Untuk melihat orde reaksi dapat menggunakan grafik antara kosentrasi dan
waktu sehingga diketahui bahwa reaksi tersebut orde 2. Karena nilai k atau laju reaksi yang
kami peroleh konstan..

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1) Reaktor merupakan tempat dimana terjadi atau berlangsungnya suatu reaksi.
2) Nilai konduktivitas suatu larutan dipengaruhi oleh sifat asam basanya serta
konsentrasi larutan.
3) Larutan asam kuat/basa kuat merupakan larutan elektrolit kuat dan sebaliknya.
4) Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, maka semakin tinggi nilai
konduktivitasnya..
Berdasarkan percobaan minggu kedua disimpulkan bahwa:
1) Semakin lama waktu reaksi maka zat yang bereaksi akan semakin besar pula.
2) . Reaksi HCl + NaOH → NaCl + H2O merupakan orde 2.
DAFTAR PUSTAKA

Kasie Laboratorium Satuan Operasi II. 2019. Praktikum Satuan Operasi II.
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Levenspiel, o. Chemical Reaction Engineering, John Wiley & Son, New York, 1972.
Silla, Harry. Chemical Process Engineering. Desain and Economics. Stevens Institute of
Technology. New jersey. USA 2003.
Anonim. 2015. Chemical Reactor. http://www.wikipedia.com/chemicalreactor//. Diakses
pada tanggal 4 April 2019.
Sidabutar, Ivan. 2013. Pengukuran Konduktivitas. http://scribd.com. Diakses pada
tanggal 16 April 2019.
GAMBAR ALAT

Reaktor Kontinyu

Cyberscan con 11/Conductivity meter Gelas kimia


Pipet ukut Bola karet

Batang pengaduk

DIAGRAM ALIR

Penyimpanan Pengukur
HCl Tangki Laju Alir

Reaktor
CSTR Penampung
Penyimpanan Pengukur Produk
NaOH Tangki Laju Alir

You might also like