You are on page 1of 11

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No.

1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG LENGKUAS MERAH (Alpinia


purpurata K.Schum) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Klebsiella
pneumoniae ISOLAT SPUTUM PADA PENDERITA PNEUMONIA
RESISTEN ANTIBIOTIK SEFTRIAKSON

Poetry Melinda S Abubakar1), Fatimawali1), Paulina V. Y. YamLean1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Red galangal rhizome is a plant that has various properties including antifungal and
antibacterial. Red galangal rhizomes contain a class of flavonoids, phenols and terpenoids, which can be,
used as basic ingredients of modern medicines. Flavonoids and phenols are also known to inhibit
microbes. Flavonoids can inhibit microbes that have been resistant to antibiotics. This study aims to
determine the antibacterial activity of red galangal rhizome extract (Alpinia purpurata K.Schum) and test
its inhibitory effect on the growth of Klebsiella pneumoniae bacteria in sputum isolates in patients with
pneumonia resistant ceftriaxone antibiotics. Red galangal rhizome plant was extracted by maceration
method using 96% ethanol. Antibacterial inhibitory tests were carried out using the disc and well method.
The results showed that the red galangal extract of rhizome had a inhibitory effect on the bacterium
Klebsiella pneumoniae. On the disc method for concentrations of 100%, 75%, 50%, 25% and 12.5% the
diameter of the inhibition zone is 9.6 mm, 8.68 mm, 8.5 mm, 8.5 mm and 7.6 mm. The inhibition ability of
bacterial growth on the disc method is categorized as moderate because it has an average inhibition zone
diameter of 5-10 mm. Whereas in the well method for concentrations of 100%, 75%, 50%, 25% and
12.5% the diameter of the inhibition zone was 25.8 mm, 20 mm, 15.6 mm, 12.7 mm and 9.7 mm,
respectively. The inhibition ability of bacterial growth in the well method for 100% concentration is
categorized as very strong because it has an average inhibition zone diameter of >20 mm, for
concentrations of 75%, 50% and 25% it is categorized as strong because it has an average inhibition
zone of 10- 20 mm and for a concentration of 12.5% it is categorized as moderate because it has an
average inhibition zone diameter of 5-10 mm.

Keywords: Red galangal rhizome, Alpinia purpurata K.Schum, Klebsiella pneumonia

ABSTRAK

Rimpang Lengkuas merah merupakan tanaman yang memiliki berbagai khasiat di antaranya
sebagai antijamur dan antibakteri. Rimpang Lengkuas merah mengandung golongan senyawa flavonoid,
fenol dan terpenoid yang dapat digunakan sebagai bahan dasar obat-obatan moderen. Senyawa flavonoid
dan fenol juga diketahui dapat menghambat mikroba. Flavonoid dapat menghambat mikroba yang telah
resisten terhadap antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak
rimpang Lengkuas merah (Alpinia purpurata K.Schum) dan menguji daya hambatnya terhadap
pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae isolat sputum pada penderita pneumonia resisten antibiotik
seftriakson. Tanaman rimpang Lengkuas merah di ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan
pelarut etanol 96%. Uji daya hambat antibakteri dilakukan dengan metode cakram dan sumuran. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak rimpang Lengkuas merah memiliki daya hambat terhadap bakteri
Klebsiella pneumoniae. Pada metode cakram untuk konsentrasi 100%, 75%, 50%, 25% dan 12,5%

11
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

diameter zona hambatnya ialah 9,6 mm, 8,68 mm, 8,5 mm, 8,5 mm dan 7,6 mm. Kemampuan
penghambatan pertumbuhan bakteri pada metode cakram di kategorikan sedang karena memiliki diameter
zona hambat rata-rata 5-10 mm. Sedangkan pada metode sumuran untuk konsentrasi 100%, 75%, 50%,
25% dan 12,5% diameter zona hambatnya ialah 25,8 mm, 20 mm, 15,6 mm, 12,7 mm dan 9,7 mm.
Kemampuan penghambatan pertumbuhan bakteri pada metode sumuran untuk konsentrasi 100% di
kategorikan sangat kuat karena memiliki diameter zona hambat rata-rata >20 mm, untuk konsentrasi 75%,
50% dan 25% di kategorikan kuat karena memiliki diameter zona hambat rata-rata 10-20 mm dan untuk
konsentrasi 12,5% di kategorikan sedang karena memiliki diameter zona hambat rata-rata 5-10 mm.

Kata Kunci:Rimpang Lengkuas merah, Alpinia purpurata K.Schum, Klebsiella pneumonia

12
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN pneumoniae merupakan penyebab penyakit


Penyakit infeksi merupakan jenis pneumonia yang resisten terhadap antibiotik
penyakit yang paling banyak diderita oleh Setriakson. Permasalahan resisten terjadi
penduduk di negara berkembang, termasuk ketika bakteri berubah yang menyebabkan
Indonesia. Salah satu penyebab penyakit turun atau hilangnya efektivitas obat atau
infeksi ialah mikroorganisme bakteri (Radji, senyawa kimia yang digunakan untuk
2011). Penyakit yang diakibatkan oleh mencegah atau mengobati infeksi (Utami,
infeksi mikroorganisme merupakan salah 2012).
satu penyakit yang selalu menjadi pusat Tingginya angka kematian yang disebabkan
perhatian para praktisi dan pemerhati oleh penyakit infeksi mengharuskan kita
kesehatan (Wattimena, 1990). Salah satu untuk melakukan pengobatan yang
penyakit infeksi akibat bakteri ialah maksimal. Indonesia merupakan negara yang
pneumonia. terkenal dengan keanekaragam tanaman
Pneumonia adalah peradangan terutama hasil pertanian dan rempah-
parenkrim paru dimana asinus terisi dengan rempah. Hal ini didukung oleh keadaan
cairan dan sel radang, dengan atau tanpa geografis Indonesia yang beriklim tropis
disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding dengan curah hujan rata-rata tinggi
alveoli dan rongga interstisium (Mukty dan sepanjang tahun. Sumber daya alam yang
Alsagaff, 2010). Penyakit ini sering dimiliki telah memberikan manfaat dalam
menyerang anak balita, namun dapat juga kehidupan sehari-hari disamping sebagai
ditemukan pada orang dewasa. Infeksi bahan makanan, juga dimanfaatkan sebagai
pneumonia merupakan infeksi akut yang obat tradisional (Wijayakusuma, 2000).
mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Keanekaragaman hayati yang
Gejala pneumonia pada umumnya antara memiliki potensi untuk dikembangkan
lain demam, sesak napas, napas dan nadi sebagai obat tradisional ialah Lengkuas
berdenyut lebih cepat, dahak berwarna merah (Alpinia purpurata K.Schum).
kehijauan atau seperti karet (Misnadiarly, Rimpang Lengkuas merah selain
2008). Salah satu bakteri penyebab mengandung minyak atsiri juga mengandung
pneumonia bakteri Streptococcus golongan senyawa flavonoid, fenol dan
pneumoniae, bakteri Staphylococcus aureus terpenoid. Karena rimpang Lengkuas
dan bakteri Klebsiella pneumoniae (Brisse et memiliki kandungan senyawa flavonoid
al.,2009). yang diduga mampu menghambat
Pengobatan klinis untuk menangani pertumbuhan bakteri yang telah resisten
penyakit infeksi penggunaan antibiotik terhadap antibiotik (Yuharmen, 2002).
sangat diperlukan. Tingginya penggunaan Hasil penelitian diatas menunjukkan
antibiotik secara tidak tepat dikalangan adanya indikasi ekstrak rimpang Lengkuas
masyarakat saat ini menyebabkan terjadinya merah (Alpinia purpurata K.Schum)
masalah resistensi antibiotik. Menurut mempunyai daya antibakteri, maka hal ini
penelitian Harum 2018 bakteri Klebsiella menarik perhatian peneliti untuk melakukan

13
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

uji daya hambat ekstrak rimpang Lengkuas Persiapan Sampel


merah (Alpinia purpurata K.Schum)
Sampel yang digunakan diambil dari
terhadap pertumbuhan bakteri Klebsiella
kelurahan Rurukan, Kecamatan Tomohon
pneumoniae isolat sputum pada penderita
Timur, Tomohon, Sulawesi Utara. Sampel
pneumonia yang resisten terhadap antibiotik
yang diambil ialah bagian rimpang Lengkuas
seftriakson.
merah yang masih segar.
Pada tahap awal sampel rimpang
METODE PENELITIAN
Lengkuas merah ditimbang dengan berat 1,5
Penelitian ini dilakukan pada bulan
kg. Selanjutnya dicuci dengan air mengalir
Juni – Oktober 2018 di laboratorium
dengan tujuan menghilangkan pengotor.
Mikrobiologi Program Studi Farmasi
Sampel kemudian dirajang untuk
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
mempermudah proses pengeringan.
Alam Universitas Sam Ratulangi Manado.
Pengeringan sampel dilakukan dengan cara
Alat yang digunakan dalam
diangin-anginkan selama 1 minggu. Sampel
penelitian yaitu timbangan analitik
® yang sudah kering kemudian di blender
(aeADAM ), blender (Philips), gelas ukur
hingga menjadi serbuk dan ditimbang.
(Pyrex), tabung reaksi (Pyrex), Erlenmeyer
Serbuk yang dihasilkan diayak dengan
(Pyrex), beker gelas (Pyrex), corong, batang
ayakan mesh, hingga diperoleh serbuk halus.
pengaduk, cawan petri Pyrex), kertas saring,
ayakan mesh, jarum ose, pecadang, pingset, Pembuatan Ekstrak
mikropipet (ecopippetteTM), waterbath, Metode yang digunakan untuk
laminar air flaw (N-Biotecck), autoklav mengekstrak rimpang Lengkuas merah
(ALP), incubator (MMM Group), aluminium (Alpinia purpurata K.Schum), yaitu dengan
foil, Hot plate (NESCO®Lab), mistar menggunakan metode maserasi. Ditimbang
berskala (Combo®), kertas lebel dan spritus. sebanyak 150 g, kemudian dimasukkan ke
Bahan yang digunakan dalam wadah tertutup rapat. Sampel yang telah
penelitian ini yaitu bakteri Klebsiella ditimbang diekstraksi dengan 750 mL etanol
pneumoniae yang telah resisten terhadap 96% pada suhu kamar selama 5 hari sambil
antibiotik, ekstrak rimpang Lengkuas merah, sesekali diaduk. Setelah 5 hari sampel
etanol 96%, aquades, media nutrient agar disaring dengan menggunakan kertas saring
(NA), kertas cakram, NaCl 0,9%, H2SO4 menghasilkan filtrat satu. Sisanya dimaserasi
0,36 N dan BaCl2.2H2O 1,175%. kembali dengan 450 mL pelarut etanol 96%
Jenis penelitian ini merupakan selama 2 hari sambil sesekali diaduk
eksperimental laboratorium dengan sampel kemudian di saring dengan kertas saring
ekstrak etanol tanaman rimpang Lengkuas menghasilkan filtrat dua. Filtrat satu dan
merah yang dibuat dengan lima variasi filtrat dua dikumpulkan dan diuapkan
konsentrasi 100% , 75%, 50%, 25% dan menggunakan waterbath, sehingga diperoleh
12,5% dan dilakukan pengujian pada bakteri ekstrak kental Lengkuas merah dengan
konsentrasi 100%.

14
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

Sterilisasi Alat Larutan H2SO4 1% sebanyak 9,95


Sterilisasi alat dilakukan sebelum mL dicampurkan dengan larutan BaCl2
semua peralatan di gunakan, yaitu dengan .2H2O 1,175% sebanyak 0,05 mL dalam
cara membungkus semua peralatan dengan erlenmeyer. Kemudian dikocok sampai
aluminium foil kemudian dimasukkan ke terbentuk larutan yang keruh. Kekeruhan ini
dalam autoklaf untuk sterilisasi dengan suhu dipakai sebagai standar kekeruhan suspensi
1210C selama 15 menit. bakteri uji (Borges dan Bresson, 2004).
Pembuatan Media Dasar dan Media
Suspensi Bakteri
Pembenihan
Diambil Nutrient Agar (NA) Suspensi bakteri dilakukan dengan
sebanyak 5,6 gram dilarutkan dalam 200 cara bakteri uji yang telah diregenerasi
mL aquadest menggunakan erlenmeyer. diambil dengan jarum ose lalu disuspensikan
Setelah itu, media dihomogenkan dengan ke dalam tabung reaksi berisi 5 mL larutan
stirer diatas penangas air sampai mendidih. NaCl steril 0,9%. Suspensi yang terbentuk
Media yang sudah homogen ini disterilkan disetarakan kekeruhannya dengan larutan
dalam autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 standar Mc farland No.0,5 yaitu 1,5 x 108
menit, kemudian didinginkan sampai suhu ± CFU/mL.
45-500 C. Media dasar dan media
Pembuatan Larutan
pembenihan digunakan dalam pembuatan
a. Larutan Stok
media pengujian sebagai lapisan dasar dan
Larutan stok dibuat dari hasil
lapisan kedua.
ekstraksi yang diperoleh dengan konsentrasi
Regenerasi Bakteri 100% kemudian diencerkan dengan aquadest
sebanyak empat kali pengenceran dengan
Bakteri Klebsiella pneumoniae yang
masing-masing konsentrasi 75%, 50%, 25%
akan diujikan, terlebih dahulu harus
dan 12,5% dengan menggunakan rumus :
diregenerasikan. Hal pertama yang
dilakukan yaitu membuat media miring M1 V1 = M2 V2
b. Larutan Kontrol Positif dan Kontrol
nutrien agar (NA). Media (NA) dituangkan
Negatif
kedalam tabung reaksi, kemudian diletakkan
Kontrol positif dibuat dari sediaan
pada posisi miring dan didiamkan hingga
obat tablet ciprofloxacin 500 mg, dengan
agar memadat. Selanjutnya menggoreskan
cara satu tablet ciprofloxacin digerus.
biakan dari stok bakteri ke agar miring
Setelah itu di timbang 65 mg dan dilarutkan
nutrient agar (NA). kultur bakteri pada
dalam 50 mL aquadest, selanjutnya dibuat
masing-masing agar miring diinkubasi pada
dengan cara diambil 1 mL larutan dan
suhu 370C selam 18-24 jam.
ditambahkan aquadest hingga 10 mL untuk
Pembuatan Larutan Mc.Farland 0,5 memperoleh larutan ciprofloxacin
5µg/50µL. Larutan kontrol negatif
digunakan aquadest.

15
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

UJI EFFEKTIFITAS 4.Selanjutkan dituangkan 15 mL NA pada


a. Metode Cakram tiap cawan petri yang diletakan pencadang
Media Nutrien Agar (NA) sebanyak sebagai lapisan kedua.
15 mL di tuang ke dalam cawan petri dan 5.Setelah lapisan kedua memadat, pencadang
dibiarkan memadat, kemudiaan dimasukkan diangkat secara aseptik menggunakan
1 mL suspensi bakteri Klebsiella pinset dari masing-masing cawan petri,
pneumoniae yang telah dicampurkan ke sehingga terbentuk sumur-sumur yang
dalam media pembenihan NA kemudian akan digunakan dalam uji bakteri.
disebarkan biakan bakteri dengan 6.Sumuran yang terbentuk diisi dengan
menggunakan kapas steril agar suspensi larutan kontrol dan larutan uji masing-
tersebar merata pada media dan didiamkan masing 50µl.
selama 10 menit agar suspensi terserap pada 7.Selanjutnya semua media di inkubasi
media. Cawan petri tersebut diletakkan dalam inkubator pada suhu 370C selama 24
kertas cakram ukuran 6 mm dengan jam.
menggunakan pinset steril yang telah
Pengukuran dan Penetapan Zona Hambat
direndam dalam aquadest (Kontrol negatif)
dan kertas cakram ukuran 6 mm yang telah Pengamatan dilakukan setelah 1x24
direndam dalam larutan uji. Selanjutnya jam masa inkubasi. Zona bening merupakan
semua media diinkubasi kedalam inkubator, petunjuk kepekaan mikroba terhadap bahan
inkubasi dilakukan pada suhu 370C selama antimikroba yang digunakan sebagai bahan
24 jam. Diukur diameter zona bening yang uji yang dinyatakan dengan lebar diameter
terbentuk dengan menggunakan penggaris zona hambat (Vandepite, 2005). Diameter
millimeter. zona hambat diukur kemudian dikategorikan
b. Metode Sumuran kekuatan daya antibakterinya berdasarkan
Media uji dibuat dengan dengan 2 penggolongan Davis dan Stout (1971).
lapisan media agar, yang pengerjaannya
HASIL DAN PEMBAHASAN
seperti berikut :
Ekstraksi
1.Lapisan dasar dibuat dengan menuangkan
Sampel basah rimpang Lengkuas
masing-masing 15 mL NA ke masing-
merah diperoleh sebanyak 1,5 kg,
masing 3 cawan petri, kemudian dibiarkan
dikeringkan dan diblender menghasilkan
memadat.
serbuk simplisia sebanyak 150 gram dan di
2.Setelah memadat, permukaan lapisan dasar
ekstrak menggunakan cara maserasi. Proses
ditanam 5 pencadang baja yang diatur
maserasi dilakukan selama 5 hari dengan
jaraknya agar daerah pengamatan tidak
menggunakan etanol 96% sebanyak 750 mL
bertumpu.
dan remaserasi selama 2 hari menggunakan
3.Suspensi bakteri dicampurkan ke dalam
etanol 96% 450 mL hingga diperoleh hasil
media pembenihan NA.
maserat etanol Lengkuas merah (filtrat 1 +
filtrat 2) sebanyak 1100 mL. Hasil maserat

16
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

Lengkuas merah ini kemudian diuapkan Tabel 2. Hasil Pengukuran Daya Hambat
dengan menggunakan waterbath dengan dengan Metode Sumuran
tujuan menguapkan etanol dari proses
Perlakuan U1 U2 U3 Rata-rata
maserasi dan menghasilkan ekstrak kental
sebayak 11,08 gram. K(-) 0 0 0 0
K(+) 9 14 24,8 16
UJI EFFEKTIFITAS
100% 18 32,5 27 25,8
a. Metode Cakram 75% 14,7 26 22 20
50% 11 19 17 15,6
25% 9,5 16,7 12 12,7
12,5% 9,2 10 10 9,7
Uji daya hambat ekstrak Lengkuas
merah terhadap bakteri Klebsiella
pneumoniae menggunakan metode cakram
dan metode sumuran. Kedua metode ini
Gambar 1. Hasil Metode Cakram menggunakan media Nutrient Agar (NA).
Tabel 1. Hasil Pengukuran Daya Hambat Media Nutrient Agar (NA) merupakan
denganMetode Cakram medium yang baik sebagai tempat
Perlakuan U1 U2 U3 Rata-rata tumbuhnya beberapa bakteri gram positif
dan gram negatif yang di manfaatkan
K(-) 0 0 0 0 sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan
K(+) 20 23 21 21,3 bakteri. Dalam uji effektivitas hasil
100% 10 9 10 9,6 diperoleh melalui pengamatan yang
75% 7 7,5 11,5 8,68 dilakukan selama 1 x 24 jam masa inkubasi
50% 8 10,5 7 8,5 pada suhu 370C dengan 3 kali pengulangan.
25% 9 8,25 8,5 8,5 Pengujian ini menggunakan kontrol positif
12,5% 7,5 8,5 7 7,6 dan kontrol negatif. Kontrol positif berfungsi
sebagai kontrol dari zat uji dengan
membandingkan diameter daerah hambat
b. Metode Sumuran
yang terbentuk (Dwijendra, 2014). Kontrol
positif yang digunakan antibiotik
ciprofloxacin. Menurut Sarro (2001)
antibiotik Ciprofloxacin merupakan
antibiotik dengan kegiatan luas, yaitu
antibiotik yang memiliki aktivitas banyak
jenis bakteri, virus, jamur dan protozoa.
Kontrol negatif berfungsi untuk mengetahui
ada tidaknya pengaruh pelarut terhadap
Gambar 2. Hasil Metode Sumuran

17
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

pertumbuhan bakteri uji Klebsiella 5 – 10 Sedang


pneumoniae, sehingga dapat diketahui <5 Lemah
bahwa yang mempunyai aktivitas antibakteri Kriteria inilah yang digunakan dalam
adalah zat uji bukan pelarut (Dwijendra, penelitian untuk penggolongan daya hambat
2014). Kontrol negatif yang digunakan larutan uji. Maka daya hambat ekstrak
adalah aquadest. rimpang Lengkuas merah terhadap bakteri
Dari hasil yang dilakukan untuk Klebsiella pneumonia untuk metode cakram
metode difusi cakram menunjukan diameter dengan konsentrasi 100%, 75%, 50%, 25%
zona hambat dari kontrol positif bakteri uji dan 12,5% termasuk dalam kategori sedang
lebih besar dibandingan dengan ekstrak dan karena memiliki daya hambat 5 – 10 mm.
kontrol negatif yaitu 21,3 mm sedangkan Untuk metode sumuran pada konsentrasi
untuk metode sumuran yaitu 16 mm. Untuk 100% termasuk kategori sangat kuat karena
kontrol negatif baik untuk metode cakram memiliki rata-rata daya hambat 25,8 mm.
maupun metode sumuran tidak Untuk konsentrasi 75%, 50% dan 25%
memperlihatkan adanya daya hambat untuk termasuk dalam kategori kuat karena rata-
bakteri uji. Hal ini mengindikasikan bahwa rata diameter daya hambatnya 10 – 20 mm.
kontrol yang digunakan tidak berpengaruh Dan konsentrasi 12,5% termasuk kategori
pada uji antibakteri, sehingga daya hambat sedang karena rata-rata diameter daya
yang terbentuk tidak dipengaruhi oleh hambatnya yaitu 9,7 mm.
pelarut melainkan karena aktivitas senyawa Pada penelitian ini metode sumuran
yang ada pada rimpang Lengkuas merah. menunjukkan hasil yang lebih baik yaitu
Untuk larutan uji konsentrasi 100%, 75%, zona hambat yang terbentuk lebih besar
50%, 25% dan 12,5% pada metode cakram dibandingkan metode cakram. Hal ini terjadi
rata-rata diameter zona beningnya 9,6 mm, karena banyak faktor dan teori, pada metode
8,6 mm, 8,5 mm, 8,5 mm dan 7,6 mm. sumuran ekstrak langsung di masukkan ke
Sedangkan pada metode sumuran rata-rata setiap lubang, sehingga efek untuk
diameter zona beningnya ialah 25,8 mm, 20 menghambat bakteri menjadi lebih kuat.
mm, 15,6 mm, 12,7 mm dan 9,7 mm. Hal ini Sedangkan pada metode cakram, kertas
menunjukkan semakin besar konsentrasi cakram harus di rendam dalam larutan
ekstrak rimpang Lengkuas merah yang ekstrak Lengkuas lalu diletakkan di atas
diberikan, maka semakin besar pula diameter media NA. Hasil dari penelitian ini sesuai
zona bening yang terbentuk. dengan penelitian yang telah dilakukan
Tabel 3. Standar Kekuatan Daya Antibakteri Wahyu Susilowati (1997) yang menyatakan
Menurut Davis dan Stout (1971) bahwa dengan menggunakan metode
sumuran dapat menghasilkan diameter zona
Diameter Zona Kategori
hambat yang besar. Dan diperkuat dalam
Bening
penelitian Eko Prayoga (2013) Hal ini terjadi
>20 Sangat kuat
karena pada metode sumuran terjadi proses
10 – 20 Kuat
osmolaritas dari konsentrasi ekstrak yang

18
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

lebih tinggi dari metode cakram. Pada zat kimia yang dapat menurunkan tegangan
metode sumuran setiap lubang di isi dengan permukaan. Kerusakan membran sel
konsentrasi ekstrak, maka osmolaritas terjadi menyebabkan terganggunya transport nutrisi
lebih menyeluruh dan lebih homogen serta (senyawa dan ion) melalui membran sel
konsentrasi ekstrak yang dihasilkan lebih yang pada akhirnya dapat menyebabkan
tinggi dan lebih kuat untuk menghambat gangguan terhadap pertumbuhan bakteri.
pertumbuhan bakteri. Volk dan Wheeler (1993) menambahkan
Terbentuknya daerah zona hambat bahwa walaupun dinding sel seperti yang
menunjukkan terjadinya penghambatan terdapat pada bakteri memiliki struktur yang
pertumbuhan koloni bakteri yang diduga dapat memberikan kekuatan tambahan bagi
akibat pengaruh senyawa bioaktif yang sel, namun senyawa kimia seperti tannin
terdapat pada ekstrak Lengkuas merah. yang juga terkandung dalam Lengkuas
Menurut penelitian Herni dan Shofia (2015) merah mempunyai sifat sebagai pengelat
yang melakukan skrining fitokimia yang berefek spasmolitik, menciutkan atau
Lengkuas merah dan Lengkuas putih, mengkerutkan sel sehingga pertumbuhan
menunjukkan hasil untuk ekstrak etanol bakteri terganggu.
rimpang Lengkuas merah positif Masduki (1996) juga menyatakan
mengandung golongan senyawa flavonoid, bahwa tannin memiliki daya antibakteri
tannin, kuinon dan terpenoid. Selain itu dengan cara mempresipitasi protein, karena
ekstrak rimpang Lengkuas merah juga diduga tannin mempunyai efek yang sama
mengandung minyak atsiri seperti yang dengan senyawa fenolik. Tannin dapat
diungkapkan Kunia (2007), senyawa- bereaksi dengan membran sel, inaktivasi
senyawa tersebut diduga merupakan fungsi materi genetik. Sedangkan senyawa
senyawa yang berperan dalam menghambat flavonoid seperti yang juga terkandung di
pertumbuhan bakteri Klebsiella pneumoniae. dalam rimpang Lengkuas merah menurut
Pertumbuhan bakteri yang terhambat Ajizah (2004), diduga menjadi penyebab
atau dapat disebabkan oleh penghambatan gangguan terhadap pertumbuhan Klebsiella
terhadap sintesis dinding sel, penghambatan pneumoniae karena adanya efek fenolik dari
terhadap fungsi membran sel, penghambatan flavonoid. Senyawa fenol dapat bersifat
terhadap sintesis protein atau penghambatan koagulator protein. Protein yang
terhadap sintesis asam nukleat. Menurut menggumpal tidak dapat berfungsi lagi,
Volk dan Wheeler (1988), minyak atsiri sehingga akan mengganggu pembentukan
(seperti yang terkandung di dalam Lengkuas dinding sel bakteri sehingga pada akhirnya
merah), dapat menghambat pertumbuhan bakteri kehilangan kemampuan membentuk
atau mematikan bakteri dengan mengganggu kolono dan menyebabkan kematian sel.
proses terbentuknya membran atau dinding
KESIMPULAN
sel karena komponen struktural membran sel
bakteri tersusun atas protein dan lipid, hal ini Berdasarkan hasil penelitian yang
menyebabkan membran sel rentan terhadap dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak

19
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

rimpang Lengkuas merah memiliki daya Diperoleh dari Teluk Manado [skripsi].
hambat terhadap bakteri Klebsiella Program Studi Farmasi FMIPA
pneumoniae yang resisten antibiotik Universitas Sam Ratulangi, Manado.
seftriakson. Untuk metode cakram Eka Prayoga. 2013. Perbandingan Efek
konsentrasi 100%, 75%, 50%, 25% dan Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle
12,5% termasuk kategori sedang. Untuk L.) Dengan Metode Difusi Disk dan
metode sumuran konsentrasi 100% termasuk Sumuran Terhadap Pertumbuhan
kategori sangat kuat, konsentrasi 75%, 50% Bakteri Staphylococcus aureus.
dan 25% termasuk kategori kuat dan untuk SKRIPSI. Program Studi Pendidikan
konsentrasi 12,5% termasuk kategori sedang. Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri
SARAN
Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Perlu dilakukan penelitian lebih
Harum, 2018. Isolasi dan Identifikasi
lanjut tentang potensi antibakteri dari zat
Biomolekuler Bakteri Penyebab Penyakit
aktif yang terdapat dalam ekstrak rimpang
Pneumonia yang Resisten Terhadap
Lengkuas merah.
Antibiotik Seftriakson di RSUP Dr R. D
Kandou. Skripsi. Fakultas Matematika
DAFTAR PUSTAKA
dan Ilmu Pengetahuan Alam :
Ajizah A, 2004. Sensitivitas Salmonella
Universitas Sam Ratulangi, Manado.
typhimurium Terhadap Ekstrak Daun
Kunia, K. 2007. Lengkuas Pengganti
Psidum guajava L. Jurnal Bioscientiae.
Formula.http://anekaplanta.wordpress.co
1: 31-38
m/author/plantus/ (31 Oktober 2018)
Borges, M. T., and Bresson, W. 2004.
Masduki, I. 1996. Efek Antibakteri Ekstrak
Delivery Methods for Introducing
Biji Pinang (Areca catechu) terhadap S.
Endophitic Bacteria into Maize.
aureus dan E. coli invitro. Jurnal Cermin
Biocontrol. 49: 315-322.
Dunia Kedokteran. 109: 21-24
Brisse. S., Fevre. C., Passer. V., Jeanjean. S.
Misnadiraly, 2008. Penyakit Infeksi Saluran
I., Tournebize, R., & Diancourt. L., et
Napas Pneumonia Pada Anak, Orang
al., 2009. Virulent Clones Of Klebsiella
Dewasa dan Usia Lanjut. Pustaka Obor
pneumonia Identification and
Populer. Jakarta.
Evolutionary Scenario Based on
Mukti Abdul, H., Alsaggaf Hood, 2010.
Genomik and Phenotypic
Dasar – dasar Ilmu Penyakit Paru,
Charaterization, Plos One, 4.
Surabaya : Erlangga.
Davis, W. W., T.R. Stout. 1971. Disc plate
Radji, M., 2011. Mikrobiologi Panduan
method of microbiological assay.
Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran.
Journal of microbiology 22: 659-665.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Dwijendra, I. M. 2014. Aktivitas Antibakteri
Sarro, A.D., G.D. Sarro. 2001. Adverse
dan Karakterisasi Senyawa Fraksi Spos
Reactions to Fluoroquinolones. An
Lamellodysidea herbacea yang
Overview on Mechanism Aspect.

20
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 8 No. 1 FEBRUARI 2019 ISSN 2302 - 2493

Current Medicinal Chemistry. 8 :371- papaya L.) Terhadap Eschericia coli dan
384. Staphylococcus aureus Multiresisten
Susilowati, W., Agustini, I., dan Antibiotik. Skripsi. Fakultas Farmasi :
Indriastuti.1997. Uji Antibakteri Ekstrak Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Biji Alpokat (Persea Americana mill) Wattimena, J. R, M. B Widianto, E. Y
dari Fraksi petroleum Eter. III (2) : 48- Sukandar., 1990. “Patofisiology”, Pusat
53. Antar Universitas Ilmu Hayati, Institut
Utami ER.2012. Antibiotika, Resistensi, dan Tekhnologi Bandung, Bandung.
Rasionalitas terapi. Saintis 2012 : 1(1) : Wijayakusuma, H. M. 2000. Potensi
124 -38. Tumbuhan Obat Asli Indonesia sebagai
Volk, W. And Wheeler. 1988. The Basic Produk Kesehatan. Yogyakarta.
Microbiology. Vol. I. Erlangga. Jakarta Yuharmen, dkk. 2002. Uji Aktivitas
Volk, W. A and Wheeler. 1993. Antimikroba Minyak Atsiri dan Ekstrak
Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima. Methanol Lengkuas (Lenguas galang)
Jakarta : Erlangga. Jurusan Kimia, FMIPA. Universitas
Wahyu E. 2009. Aktivitas Antibakteri Riau,Riau
Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica

21

You might also like