You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan
jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan,
status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI,
2009). Pola makan sehat sangat penting dalam hidup. Pola makan yang sehat
akan membantu tubuh agar lebih sehat dan terhindar dari penyakit. Sebaliknya
,dengan pola makan yang tidak sehat akan membuat tubuh menjadi rentan
terhadap penyakit. Untuk itu, membangun pola makan yang sehat itu perlu
kesadaran dan ketaatan yang tinggi. Sebab banyak godaan yang lebih besar
untuk mengonsumsi makanan yang tidak sehat.
Proses makan pada manusia sering kali dikaitkan dengan aspek sosial
budaya. Urusan makan pada manusia tidaklah sesederhana memasukkan
makanan ke mulut, seperti yang dilakukan hewan dan makhluk hidup lain. Aspek
social budaya makan adalah fungsi makanan dalam masyarakat yang
berkembang sesuai dengan keadaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan, dan
pendidikan masyarakat.
Sekarang ini, banyak masyarakat yang kesulitan untuk mengontrol pola
makannya. Hal itu disebabkan,mereka seringkali sulit untuk mengendalikan
keinginan untuk memakannya sampai timbulnya kepuasan. Sebagian dari
masyarakat juga lebih memilih pola makan dengan porsi banyak. Mereka tidak
menyadari lagi bahwa makanan yang dikonsumsi sudah berlebihan dan tidak
sesuai dengan porsi yang semestinya. Padahal jika mereka sadar akan efek
samping makan berlebih, tentu mereka akan berpikir kembali untuk
melakukannya. Akibatnya, masalah-masalah kesehatan lebih mudah muncul
apabila makan terlalu banyak. Kebanyakan masyarakat tradisional menganggap
makanan hanyalah proses untuk memenuhi kebutuhan tubuh yaitu rasa lapar.
Contohnya pada masyarakat Genyem. Hal ini kemudian menjadi latar belakang
penulis untuk mendalami bagaimana pola makan pada etnis Genyem.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pola makan ?
2. Bagaimana pola makan masyarakat Genyem ?
3. Bagaimana hubungan antara pola makan masyarakat Genyem
dengan gizi ?

1.3 Tujuan
1. Agar pembaca mengetahui apa itu pola makan
2. Agar pembaca mengetahui pola makan masyarakat Genyem

1
3. Agar pembaca mengetahui hubungan antara pola makan
masyarakat Genyem dengan gizi
BAB II
ISI

2.1 Pola Makan

a. Pengertian Pola Makan


Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong (1985 dalam Matondang,
2007) adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah
dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan
mempunyai ciri khas untuk suat kelompok masyarakat tertentu. Pendapat lain
mengatakan pola makan adalah gambaran mengenai jenis makanan dan
frekuensi makan yang dikonsumsi dan berlaku berulang-ulang dan terus-menerus
(Mulia, 2010). Sementara Baliwati (2004 dalam Okviani, 2011) mengatakan bahwa
pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.
Dari beberapa pendapat yang berbeda, dapat diartikan secara umum bahwa
pola makan adalah cara atau perilaku yang digunakan seseorang atau
sekelompok orang dalam memilih dan menggunakan bahan pangan dalam
konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan, dan
frekuensi makan. Pola makan ada yang sehat dan ada yang buruk, berikut adalah
penjelasan rincinya mengenai pola makan sehat dan buruk itu sendiri :

- Pola Makan Sehat


Pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha
untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Sedangkan yang dimaksud pola
makan sehat dalam penelitian ini adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan
jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan
kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola
makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan
kebiasaan makan setiap harinya.
Pengertian pola makan sehat seperti dijelaskan di atas pada dasarnya
mendekati pengertian diet dalam ilmu gizi. Diet diartikan sebagai pengaturan
jumlah dan jenis makanan yang dimakan agar seseorang tetap sehat. Untuk
mencapai tujuan diet/pola makan sehat tersebut tidak terlepas dari masukan gizi
yang merupakan proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi.

2
- Pola Makan Buruk
Pola makan buruk adalah pola makan yang tidak memenuhi 4 sehat 5
sempurna dimana pola makan buruk tidak memenuhi standard gizi yang telah
ditentukan oleh WHO. Kebiasaan pola makan yang buruk dapat mengakibatkan
berbagai penyakit.
Penyakit yang diderita seseorang karena pola makan yang buruk, baik
karena bahan makanan, cara pengolahan maupun cara makan yang buruk dapat
mengundang penyakit ternyata baru mulai dikenal pada abad ke 19, dan menurut
catatan, Ilmu Gizi baru berkembang mulai tahun 1950.
Sekarang ini banyak hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa pola makan
yang buruk dan pola hidup tidak sehat lain yang menjadi pemicu timbulnya
berbagai penyakit degeneratif, seperti hypertensi, diabetes mellitus, hyper lipid
dengan penyakit "turunannya" seperti Penyakit jantung koroner (Penyakit Jantung
Koroner), stroke, gagal ginjal dan lain-lainnya.

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang, antara
lain faktor budaya, agama/kepercayaan, status sosial ekonomi, personal
preference, rasa lapar, nafsu makan, rasa kenyang, dan kesehatan.

 Budaya

Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi. Demikian pula
letak geografis mempengaruhi makanan yang diinginkannya. Sebagai contoh, nasi
untuk orang-orang Asia dan Orientalis, pasta untuk orang-orang Italia, curry (kari)
untuk orang-orang India merupakan makanan pokok, selain makanan-makanan
lain yang mulai ditinggalkan. Makanan laut banyak disukai oleh masyarakat
sepanjang pesisir Amerika Utara. Sedangkan penduduk Amerika bagian Selatan
lebih menyukai makanan goreng-gorengan.

 Agama/Kepercayaan

Agama / kepercayaan juga mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi.


Sebagai contoh, agama Islam dan Yahudi Orthodoks mengharamkan daging babi.
Agama Roma Katolik melarang makan daging setiap hari, dan beberapa aliran
agama (Protestan) melarang pemeluknya mengkonsumsi teh, kopi atau alkohol.

 Status sosial ekonomi

Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh
status sosial dan ekonomi, salah satunya pekerjaan. Pekerjaan disini memang
tidak secara langsung mempengaruhi status gizi, tetapi pekerjaan ini dihubungkan

3
dengan pendapatan dalam keluarga yang pada akhirnya akan mempengaruhi
perubahan gaya hidup, dalam hal ini terutama perubahan pada komsumsi yang
menentukan status gizi anak. Sebagai contoh, orang kelas menegah ke bawah
atau orang miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan
sayuran yang mahal. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk
mengkonsumsi makanan yang mahal harganya. Kelompok sosial juga
berpengaruh terhadap kebiasaan makan, misalnya kerang dan siput disukai oleh
beberapa kelompok masyarakat, sedangkan kelompok masyarakat yang lain lebih
menyukai hamburger dan pizza.

 Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap pengetahuan gizi yang


diperoleh, tetapi perlu diikuti oleh kemauan untuk menerapkan pengetahuan yang
diperolehnya dalam rangka peningkatan status gizi. Sehingga pola makan dan
status gizi disini ditentukan juga oleh kemampuan seseorang untuk menerapkan
pengetahuan gizi ke dalam pemilihan pangan dan pengembangan cara
pemanfaatan pangan yang sesuai.

 Personal preference

Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan
makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak dari
masa kanak-kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka makan kari, begitu
pula dengan anak laki-lakinya. Ibu tidak suka makanan kerang, begitu pula anak
perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan
tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut. Anak-anak yang suka
mengunjungi kakek dan neneknya akan ikut menyukai acar karena mereka sering
dihidangkan acar. Lain lagi dengan anak yang suka dimarahi bibinya, akan
tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam yang dimasak bibinya.

 Rasa lapar, nafsu makan, dan rasa kenyang

Rasa lapar umumnya merupakan sensasi yang kurang menyenangkan karena


berhubungan dengan kekurangan makanan. Sebaliknya, nafsu makan merupakan
sensasi yang menyenangkan berupa keinginan seseorang untuk makan.
Sedangkan rasa kenyang merupakan perasaan puas karena telah memenuhi
keinginannya untuk makan. Pusat pengaturan dan pengontrolan mekanisme lapar,
nafsu makan dan rasa kenyang dilakukan oleh sistem saraf pusat, yaitu
hipotalamus.

 Kesehatan

Kesehatan seseorang berpengaruh besar terhadap kebiasaan makan. Sariawan


atau gigi yang sakit seringkali membuat individu memilih makanan yang lembut.

4
Tidak jarang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar dari pada
makan.

2.2 Pola Makan pada Masyarakat Genyem

a. Masyarakat Sebagai Konsumen Alamnya Sendiri


Kebutuhan individu menjadi masalah yang serisu bagi masyarakat Papua
untuk bertahan hidup karena manusia membutuhkan makanan untuk menjalani
kehidupan. Maka masyarakat Genyem memanfaatkan struktur lembah Grime
yang dipenuhi oleh pohon sagu dan berpotensi untuk berburu satwa yang bagi
penuda didapatkan di Kampung Genyem. Masyarakat Genyem menafkahi
keluarga kedua orang tuanya. Baik suami maupun istri, memiliki peran yang sama
dalam berbagai pekerjaan berat mupun ringan. Ini sudah merupakan budaya
turun-temurun.
Pola kehidupan dan mekanisme kehidupan yang terus berputar tanpa
meninggalkan kearifan lokal di daerah tersebut. Walaupun di Lembah Grime
terdapat kali yang membentangi Grime sampai ke Nawa yang mana dalam kali
tersebut terdapat ikan air tawar seperti ikan lele dan ikan sembilan tetapi
masyarakat Genyem lebih menyukai daratan sebagai mata pencaharian hidup.

b. Masyarakat Genyem Makanan Pokok Sagu


Masyarakat Genyem lebih menyukai sagu karena mereka mempunyai
sejarah bahwa nenek moyang mereka berasal dari sagu. Budaya tersebut menjadi
dasar filosofi untuk lebih mengutamakan sagu dibandingkan nasi sebagai sumber
energi. Sagu dalam bahasa Genyem adalah moo. Sagu biasanya digunakan
sebagai makanan pokok yang dijadikan papeda dengan tambahan lauk dan
makanan pendamping seperti kelelawar, tikus, babi maupun rusa. Tidak lupa ada
ulat sagu sebagai makanan yang mudah didapatkan pada batang sagu. Ulat sagu
merupakan makanan tambahan bagi masyarakat Genyem, yang bisa diambil
langsung di antara celah-celah batang sagu. Selain itu, masyarakat Genyem juga
gemar beternak, ataupun berkebun sebagai bentuk pemanfaatan dari seumber
daya alam yang dimana konstruksi daratannya rata, karena berada di lembah.

c. Pengaruh Ilmu Pengetahuan Terhadap Perkembangan Pola Mak


an
Masyarakat Genyem
Teknologi merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat Genyem
mulai melupakan budaya, salah satunya pola makan masyarakat Genyem lembah
Grime. Desa ini mulai mengenal teknologi ketika adanya instruksi bupati
Kabupaten Jayapura untuk pemekaran menjadi Kabupaten Genyem atau
Kabupaten Grimenawa. Sehingga karifan lokal mulai dari kebiasaan atau budaya

5
masyarakat yang lebih mengutamakan sagu berubah menjadi nasi. Sagu yang
merupakan potensi sember daya Genyem sudah mulai dilupakan karena
keterdesakan ekonomi, seperti contoh untuk membantu biaya sekolah anak,
masyarakat menggunakan sagu sebagai nilai tukar atau dijadikan uang (diperjual-
belikan). Jadi semua dinamika kehidupan mulai terbentuk karena ada nilai tukar
menukar melalui uang sebagai nilai tukar modern.
2.3 Hubungan antara Pola Makan Masyarakat Genyem
dengan Gizi

a. Kandungan Gizi Pada Sagu


Berikut adalah kandungan nutrisi pada sagu dapat menjadi alternatif
sebagai makanan pokok:
 Karbohidrat 94 gr Memiliki sekitar 355 kalori/100 gr
 Protein 0,2 gr
 Serat 0,5 gr
 Kalsium 10 mg
 Zat Besi 1,2 mg
Kandungan lemak, karoten dan asam kasbornatnya ada tetapi dalam
jumlah kecil tetapi jangan khawatir karena ini tidak mempengaruhi sagu jika
dikonsumsi sebagai makanan pengganti nasi putih. Dan kemudian dimakan
bersama beberapa jenis ikan yang berprotein tinggi. Inilah manfaat sagu bagi
kesehatan tubuh :
1. Pencegahan Penggumpalan darah
Penggumpalan darah pada pembuluh darah yang biasanya mengakibatkan
tersumbatnya aliran darah menuju jantung. Kondisi ini akan mempengaruhi
kinerja organ tubuh lain.
2. Baik untuk gula darah
Dapat menghambat laju peningkatan kadar glukosa dalam darah karena
serat dan mineral fosfor yang terdapat pada sagu. Mampu menekan dan
mengikat gula dalam tubuh agar tidak langsung menyebar ke jaringan
tubuh dan mampu menghambat penumpukan gula dalam darah agar tidak
membentuk kristal yang dapat menyebabkan kadar gula dalam darah naik.

3. Mencegah masuk angin

Dapat menyembuhkan nyeri pada ulu hati dan mencegah perut kembung
serta serangan masuk angin. Masuk angin yang dimaksud yang
disebabkan oleh kelelahan, perjalanan jauh, pergantian iklim atau karena
kurang tidur.
4. Sebagai prebiotik
Serat yang ada pada sagu mampu bertindak sebagai prebiotik yaitu
kemampuan melindungi kondisi mikro flora usus. Kemudian usus akan

6
senantiasa terhindar dari serangan bakteri merugikan dan menstabilkan
enzim pencernaan agar selalu sehat. Serat pada sagu dapat meningkatkan
imunitas tubuh dan mempercepat penyembuhan terhadap luka,
peradangan pada pencernaan dan infeksi kulit.

5. Pencegahan Kanker

Serat pada sagu dapat mencegah tumbuhnya sel kanker pada usus, dan
pada paru paru karena zat prebiotik pada sagu mampu menyehatkan sel
pada usus dan paru serta melancarkan peredaran darah dan pembuluh
darah disekitar area usus dan paru paru. Sagu yang bersifat prebiotik
mampu menghambat bahkan menghancurkan pertumbuhan sel kanker dan
mengikatnya agar tidak langsung menyebar ke jaringan tubuh lain.

6. Sumber kalsium

Manfaat kalsium yang ada pada sagu dapat mempertahankan kekuatan


dan kepadatan kalsium dalam tulang, persendian dan gigi pada orang
dewasa dan lansia. Selain kalsium ada zat mineral fosfor sekitar 13 mg
yang ada pada sagu mampu mencegah terjadinya osteoporosis atau
kerapuhan tulang. Sedangkan pada anak-anak yang masih dalam masa
pertumbuhan, sagu dapat mempercepat pembentukan, pertumbuhan dan
memadatkan kalsium dalam tulang sehingga anak anak cepat tumbuh
menjadi tinggi dan sehat.

7. Kaya akan fosfor

Dapat memperbaiki dan mempertahankan struktur tulang aagar terhindar


dari pegal pegal, serangan rasa nyeri atau keretakan tulang yang
diakibatkan cedera pada orang orang usia lanjut. Mineral fosfor yang ada
padaa sagu mampu mengontrol dan mengikat serta sebagai penyusun aktif
dalam menyehatkan struktur tulang dan gigi seiring bertambahnya usia
seseorang.
8. Alternatif diabetes
Dapat dijadikan alternatif sebagai makan orang orang yang memiliki riwayat
keluarga mengidap penyakit diabetes. bagi yang memiliki orangtua atau
kerabat yang menderita gula maka 6 kali lipat seseorang tersebut akan
memiliki warisan didalam darahnya untuk beresiko terserang gula jika tidak
berhati hati dalam mengkonsumsi jumlah gula. Selain beras merah yang
terbebas dari gula, makanan yang terbuat dari sagu pun dapat
mempertahankan kestabilan kadar glukosa dalam darah.
9. Menurunkan berat badan

7
Sagu memiliki manfaat karbohidrat yang lebih tinggi dari nasi putih,
gandum, jagung dan gandum. Walaupun karbohidratnya tinggi tetapi
memiliki kadar gula yang sangat sedikit dibandingkan nasi putih. Pada
orang yang mengalami obesitas dapat memanfaatkan sagu sebagai
makanan sehari hari karena zat mineral fosfor dan serat yang aada
didalamnya dapat menekan ras lapar seseorang lebih lama.

b. Kandungan Gizi Pada Ulat Sagu


Bagi sebagian orang awam, ulat sagu tentu saja sangat menjijikan dan
terlihat aneh jika dijadikan sebagai makanan. Namun tenang, ulat yang satu ini
bisa juga untuk dikonsumsi karena memiliki khasiat yang baik untuk tubuh
manusia dengan beberapa kandungan gizinya. Ulat ini hanya bisa ditemukan
pada batang pohon sagu yang sudah ditebang. Biasanya pada pohon sagu yang
telah ditebang dan diambil sagunya, batang pohon sagu akan dibiarkan begitu
saja selama beberapa hari hingga membusuk. Dari situlah akan bermunculan ulat-
ulat yang dinamakan ulat sagu.
Untuk cara penyajiannya sendiri, ulat sagu oleh masyarakat Papua biasa
dicampur ke dalam masakan seperti tumisan sayur atau langsung digoreng untuk
dihidangkan dengan sambal. Beberapa orang ada yang cukup dengan
merebusnya saja. Tapi ada juga yang membuatnya terlihat sangat ekstrim, karena
ulat sagu langsung disantap mentah-mentah. Soal rasa ulat sagu bisa dibilang
relatif, tapi bagi yang sering memakannya selalu sejutu untuk mengatakan enak.
Terasa gurih di lidah karena didukung teksturnya yang lunak, juga sedikit asin.
Berikut adalah manfaat dan kandungan gizi pada ulat sagu :
 Di setiap 100 gram ulat sagu, telah diteliti memiliki kandungan
sekitar 9,34 persen protein. Angka ini jauh lebih tinggi dari protein telur
ayam. Ulat sagu juga bebas dari kolestrol sehingga sangat baik untuk
kesehatan tubuh.
 Beberapa kandungan lain ulat sagu yang diambil dari tabel gizi,
tedapat kandungan asam amino esensial, seperti asam aspartat (1,84%),
asam glutamat (2,72%), tirosin (1,87%), lisin (1,97%), dan methionin
(1,07%).
 Selain itu, konon ulat sagu juga dipercaya dapat menjaga stamina
tubuh tetap tinggi dalam melakukan rutinitas sehari-hari.
 Sagu ini sangatlah banyak dan berguna bagi kesehatan tubuh. Sagu
dapat dimasukkan dalam golongan makanaan pokok yang mengandung
unsur karbohidrat tetapi tidak memiliki kadar gula yang berbahaya bagi
tubuh. karbohidratnya sama amannya dengan bahan makanan yang
terbuat dari beras merah, jagung, ubi jalar, gandum dan lain-lain.

c. Hubungan Gizi dengan Pola Makan Masyarakat Genyem


Pola makan masyarakat Genyem sudah sehat jika porsi yang mereka
makan sudah sesuai dengan anjuran ahli gizi, selama mereka makan tidak terlalu

8
kenyang dan sesuai dengan batas maka bisa dikatakan sehat. Salah faktor yang
menyebabkan pola makan mereka sehat adalah memperoleh makanan yang
langsung dari alam sehingga bebas bahan pengawet serta pestisida yang
berbahaya bagi tubuh. Contohnya seperti sagu dan ulat sagu, dimana sagu
memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti yang di jelaskan di atas serta ulat sagu
yang memiliki kandungan protein yang tinggi.
Namun sagu bisa berbahaya bagi tubuh jika sagu tidak dibersihkan dengan
baik karena bisa mengandung bakteri yang dapat menyebabkan penyakit. Selain
itu ulat sagu juga berbahaya bagi tubuh jika dimakan mentah karena secara gizi
makanan mentah tidak layak dikonsumsi kecuali jika dicampur dengan cuka atau
jeruk nipis agar membunuh bakteri yang ada pada makanan. Oleh sebab itu, ulat
sagu sebaiknya diolah dulu sebelum dimakan agar lebih bermanfaat bagi tubuh,
Kemudian perkembangan teknologi pada perubahan pola makan
masyarakat Genyem juga dapat dimanfaatkan positif jika mereka makan olahan
sagu atau papeda dengan campuran ikan dan sayur bukan hanya daging saja
agar manfaat gizi pada sagu sebagai karbohidrat bisa dilengkapi dengan
tambahan protein dari ikan dan vitamin dan serat dari sayuran.

9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut :
 Pola makan adalah cara atau perilaku yang digunakan seseorang atau
sekelompok orang dalam memilih dan menggunakan bahan pangan dalam
konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan,
dan frekuensi makan.
 Pola makan sehat dalam penelitian ini adalah suatu cara atau usaha dalam
pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit.
 Pola makan buruk adalah pola makan yang tidak memenuhi 4 sehat 5
sempurna dimana pola makan buruk tidak memenuhi standard gizi yang telah
ditentukan oleh WHO.
 Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang, antara
lain faktor budaya, agama/kepercayaan, status sosial ekonomi, personal
preference, rasa lapar, nafsu makan, rasa kenyang, dan kesehatan.
 Masyarakat Genyem memanfaatkan struktur lembah Grime yang dipenuhi
oleh pohon sagu dan berpotensi untuk berburu satwa yang bagi penuda
didapatkan di Kampung Genyem.
 Masyarakat Genyem lebih menyukai sagu karena mereka mempunyai
sejarah bahwa nenek moyang mereka berasal dari sagu. Makanan pokok
masyarakat Genyem adalah sagu, mereka juga menyukai ulat sagu.
 Teknologi merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat Genyem
mulai melupakan budaya, salah satunya pola makan masyarakat Genyem
lembah Grime.
 Pola makan masyarakat Genyem sudah sehat jika porsi yang mereka
makan sudah sesuai dengan anjuran ahli gizi, selama mereka makan tidak
terlalu kenyang dan sesuai dengan batas maka bisa dikatakan sehat. Salah
satu faktor pola makan masyarakat Genyem dikatakan sehat karena mereka
memperoleh makanan langsung dari alam.
 Sagu dan ulat sagu merupakan makanan yang sehat jika diolah dengan
baik, diperhatikan kebersihannya, serta dicampurkan dengan makanan yang
tinggi akan protein dan vitamin serta serat.

10

You might also like