Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Agar pembaca mengetahui apa itu pola makan
2. Agar pembaca mengetahui pola makan masyarakat Genyem
1
3. Agar pembaca mengetahui hubungan antara pola makan
masyarakat Genyem dengan gizi
BAB II
ISI
2
- Pola Makan Buruk
Pola makan buruk adalah pola makan yang tidak memenuhi 4 sehat 5
sempurna dimana pola makan buruk tidak memenuhi standard gizi yang telah
ditentukan oleh WHO. Kebiasaan pola makan yang buruk dapat mengakibatkan
berbagai penyakit.
Penyakit yang diderita seseorang karena pola makan yang buruk, baik
karena bahan makanan, cara pengolahan maupun cara makan yang buruk dapat
mengundang penyakit ternyata baru mulai dikenal pada abad ke 19, dan menurut
catatan, Ilmu Gizi baru berkembang mulai tahun 1950.
Sekarang ini banyak hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa pola makan
yang buruk dan pola hidup tidak sehat lain yang menjadi pemicu timbulnya
berbagai penyakit degeneratif, seperti hypertensi, diabetes mellitus, hyper lipid
dengan penyakit "turunannya" seperti Penyakit jantung koroner (Penyakit Jantung
Koroner), stroke, gagal ginjal dan lain-lainnya.
Budaya
Budaya cukup menentukan jenis makanan yang sering dikonsumsi. Demikian pula
letak geografis mempengaruhi makanan yang diinginkannya. Sebagai contoh, nasi
untuk orang-orang Asia dan Orientalis, pasta untuk orang-orang Italia, curry (kari)
untuk orang-orang India merupakan makanan pokok, selain makanan-makanan
lain yang mulai ditinggalkan. Makanan laut banyak disukai oleh masyarakat
sepanjang pesisir Amerika Utara. Sedangkan penduduk Amerika bagian Selatan
lebih menyukai makanan goreng-gorengan.
Agama/Kepercayaan
Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh
status sosial dan ekonomi, salah satunya pekerjaan. Pekerjaan disini memang
tidak secara langsung mempengaruhi status gizi, tetapi pekerjaan ini dihubungkan
3
dengan pendapatan dalam keluarga yang pada akhirnya akan mempengaruhi
perubahan gaya hidup, dalam hal ini terutama perubahan pada komsumsi yang
menentukan status gizi anak. Sebagai contoh, orang kelas menegah ke bawah
atau orang miskin di desa tidak sanggup membeli makanan jadi, daging, buah dan
sayuran yang mahal. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk
mengkonsumsi makanan yang mahal harganya. Kelompok sosial juga
berpengaruh terhadap kebiasaan makan, misalnya kerang dan siput disukai oleh
beberapa kelompok masyarakat, sedangkan kelompok masyarakat yang lain lebih
menyukai hamburger dan pizza.
Pendidikan
Personal preference
Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh terhadap kebiasaan
makan seseorang. Orang seringkali memulai kebiasaan makannya sejak dari
masa kanak-kanak hingga dewasa. Misalnya, ayah tidak suka makan kari, begitu
pula dengan anak laki-lakinya. Ibu tidak suka makanan kerang, begitu pula anak
perempuannya. Perasaan suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan
tergantung asosiasinya terhadap makanan tersebut. Anak-anak yang suka
mengunjungi kakek dan neneknya akan ikut menyukai acar karena mereka sering
dihidangkan acar. Lain lagi dengan anak yang suka dimarahi bibinya, akan
tumbuh perasaan tidak suka pada daging ayam yang dimasak bibinya.
Kesehatan
4
Tidak jarang orang yang kesulitan menelan, memilih menahan lapar dari pada
makan.
5
masyarakat yang lebih mengutamakan sagu berubah menjadi nasi. Sagu yang
merupakan potensi sember daya Genyem sudah mulai dilupakan karena
keterdesakan ekonomi, seperti contoh untuk membantu biaya sekolah anak,
masyarakat menggunakan sagu sebagai nilai tukar atau dijadikan uang (diperjual-
belikan). Jadi semua dinamika kehidupan mulai terbentuk karena ada nilai tukar
menukar melalui uang sebagai nilai tukar modern.
2.3 Hubungan antara Pola Makan Masyarakat Genyem
dengan Gizi
Dapat menyembuhkan nyeri pada ulu hati dan mencegah perut kembung
serta serangan masuk angin. Masuk angin yang dimaksud yang
disebabkan oleh kelelahan, perjalanan jauh, pergantian iklim atau karena
kurang tidur.
4. Sebagai prebiotik
Serat yang ada pada sagu mampu bertindak sebagai prebiotik yaitu
kemampuan melindungi kondisi mikro flora usus. Kemudian usus akan
6
senantiasa terhindar dari serangan bakteri merugikan dan menstabilkan
enzim pencernaan agar selalu sehat. Serat pada sagu dapat meningkatkan
imunitas tubuh dan mempercepat penyembuhan terhadap luka,
peradangan pada pencernaan dan infeksi kulit.
5. Pencegahan Kanker
Serat pada sagu dapat mencegah tumbuhnya sel kanker pada usus, dan
pada paru paru karena zat prebiotik pada sagu mampu menyehatkan sel
pada usus dan paru serta melancarkan peredaran darah dan pembuluh
darah disekitar area usus dan paru paru. Sagu yang bersifat prebiotik
mampu menghambat bahkan menghancurkan pertumbuhan sel kanker dan
mengikatnya agar tidak langsung menyebar ke jaringan tubuh lain.
6. Sumber kalsium
7
Sagu memiliki manfaat karbohidrat yang lebih tinggi dari nasi putih,
gandum, jagung dan gandum. Walaupun karbohidratnya tinggi tetapi
memiliki kadar gula yang sangat sedikit dibandingkan nasi putih. Pada
orang yang mengalami obesitas dapat memanfaatkan sagu sebagai
makanan sehari hari karena zat mineral fosfor dan serat yang aada
didalamnya dapat menekan ras lapar seseorang lebih lama.
8
kenyang dan sesuai dengan batas maka bisa dikatakan sehat. Salah faktor yang
menyebabkan pola makan mereka sehat adalah memperoleh makanan yang
langsung dari alam sehingga bebas bahan pengawet serta pestisida yang
berbahaya bagi tubuh. Contohnya seperti sagu dan ulat sagu, dimana sagu
memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti yang di jelaskan di atas serta ulat sagu
yang memiliki kandungan protein yang tinggi.
Namun sagu bisa berbahaya bagi tubuh jika sagu tidak dibersihkan dengan
baik karena bisa mengandung bakteri yang dapat menyebabkan penyakit. Selain
itu ulat sagu juga berbahaya bagi tubuh jika dimakan mentah karena secara gizi
makanan mentah tidak layak dikonsumsi kecuali jika dicampur dengan cuka atau
jeruk nipis agar membunuh bakteri yang ada pada makanan. Oleh sebab itu, ulat
sagu sebaiknya diolah dulu sebelum dimakan agar lebih bermanfaat bagi tubuh,
Kemudian perkembangan teknologi pada perubahan pola makan
masyarakat Genyem juga dapat dimanfaatkan positif jika mereka makan olahan
sagu atau papeda dengan campuran ikan dan sayur bukan hanya daging saja
agar manfaat gizi pada sagu sebagai karbohidrat bisa dilengkapi dengan
tambahan protein dari ikan dan vitamin dan serat dari sayuran.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut :
Pola makan adalah cara atau perilaku yang digunakan seseorang atau
sekelompok orang dalam memilih dan menggunakan bahan pangan dalam
konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan,
dan frekuensi makan.
Pola makan sehat dalam penelitian ini adalah suatu cara atau usaha dalam
pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit.
Pola makan buruk adalah pola makan yang tidak memenuhi 4 sehat 5
sempurna dimana pola makan buruk tidak memenuhi standard gizi yang telah
ditentukan oleh WHO.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang, antara
lain faktor budaya, agama/kepercayaan, status sosial ekonomi, personal
preference, rasa lapar, nafsu makan, rasa kenyang, dan kesehatan.
Masyarakat Genyem memanfaatkan struktur lembah Grime yang dipenuhi
oleh pohon sagu dan berpotensi untuk berburu satwa yang bagi penuda
didapatkan di Kampung Genyem.
Masyarakat Genyem lebih menyukai sagu karena mereka mempunyai
sejarah bahwa nenek moyang mereka berasal dari sagu. Makanan pokok
masyarakat Genyem adalah sagu, mereka juga menyukai ulat sagu.
Teknologi merupakan salah satu faktor yang membuat masyarakat Genyem
mulai melupakan budaya, salah satunya pola makan masyarakat Genyem
lembah Grime.
Pola makan masyarakat Genyem sudah sehat jika porsi yang mereka
makan sudah sesuai dengan anjuran ahli gizi, selama mereka makan tidak
terlalu kenyang dan sesuai dengan batas maka bisa dikatakan sehat. Salah
satu faktor pola makan masyarakat Genyem dikatakan sehat karena mereka
memperoleh makanan langsung dari alam.
Sagu dan ulat sagu merupakan makanan yang sehat jika diolah dengan
baik, diperhatikan kebersihannya, serta dicampurkan dengan makanan yang
tinggi akan protein dan vitamin serta serat.
10