Professional Documents
Culture Documents
Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per
100.000 kelahiran hidup, Filiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000
kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiraan
hidup dan Malaysia 30 per 100.000 kelahiran hidup dan Indonesia menempati urutan tertinggi
di Asia Tenggara (WHO, 2014). Berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) di
Indonesia AKI mengalami penurunan dari 359/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2012
menjadi 305/100.000 KH pada tahun 2015. Penyebab kematian ibu yakni perdarahan (35,2%),
hipertensi (27,1%), infeksi (7,3%), partus lama (1,8%), dan abortus (4,7%) (Profil Kesehatan
Indonesia, 2016).
Berdasarkan Profil Kesehatan Sulawesi Selatan, AKI mengalami peningkatan dari tahun
2014 yaitu 138/100.000 KH atau (93,20%) meningkat menjadi 149/100.000 KH atau (99,38%)
pada tahun 2015. Penyebab AKI terdiri dari perdarahan (41,61%), hipertensi dalam kehamilan
(21,48%), infeksi (4,03%), gangguan sistem peredaran darah (8,72%), gangguan metabolic
(2,01%), dan penyebab lain (22,15%) (Profil Kesehatan Sulsel, 2015 dan 2017).
Untuk menurunkan AKI dan AKB berbagai upaya terus dilakukan oleh pemeritah, dari
mulai antenatal care sampai dengan upaya penanganan kesehatan ibu pasca melahirkan dan
nifas, termasuk perawatan bayi baru lahir, upaya pencegahan perdarahan post partum dapat
dilakukan semenjak persalinan kala 3 dan 4 dengan pemberian oksitosin. Hormon oksitosin ini
sangat berperan dalam proses involusi uterus. Proses involusi akan berjalan dengan bagus jika
kontraksi uterus kuat sehingga harus dilakukan tindakan untuk memperbaiki kontraksi uterus
(Safrina, 2016). Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya,
paling sedikit 128.000 perempuan mengalami perdarahan sampai meninggal. Menurut laporan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2015, sekitar 830 wanita meninggal setiap hari dari
penyebab yang dapat dicegah terkait dengan kehamilan dan persalinan dan 99% dari kematian
ini terjadi di negara-negara dengan sumber daya rendah
Kejadian Angka kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab
langsung perdarahan 28%. Di Indonesia pada umumnya digunakan oksitosin. Suatu meta-
analisa dari studi studi tersebut, yang tersedia melalui database Cochrane dan WHO
Reproductive Health Library (Perpustakaan Kesehatan Reproduksi, WHO) menegaskan bahwa
manajemen aktif berkaitan dengan berkurangnya kehilangan darah ibu (termasuk PPP dan PPP
berat), berkurangnya anemia pasca persalinan, dan berkurangnya kebutuhan terhadap transfusi
darah.
Menurut penelitian (revinel, 2014), Efektivitas persalinan aktif kala III dengan
pemberian oksitosin 10 IU intramuskuler dan misoprostol 600 μg perrektal
bertujuan untuk membantu kontraksi uterus lebih efektif pada persalinan kala III
sehingga kelahiran plasenta lebih cepat dan menggurangi jumlah perdarahan pasca
persalinan. Menurut kesimpulan dari penelitian Dyanna Charles (2019), Oksitosin intravena
lebih efektif daripada injeksi intramuskular untuk pencegahan PPP pada persalinan tahap
ketiga. Oksitosin yang diberikan oleh IV bolus tidak menimbulkan masalah keamanan setelah
persalinan pervaginam dan harus dianggap sebagai pilihan yang aman untuk profilaksis PPH.
Dalam penelitan tersebut wanita hamil yang melakukan persalinan pervaginam secara
acak menerima 10 IU oksitosin dengan injeksi IM, infus IV, atau bolus IV segera setelah
melahirkan bayi. Injeksi IM biasanya diberikan di paha. Untuk infus IV, oksitosin dicampur
dalam 500ml cairan dan diberikan melalui infus yang digerakkan oleh gravitasi dengan roller
clamp terbuka penuh, paling sering menggunakan 18 gauge nee-dle. Bolus IV didorong langsung
ke port IV selama sekitar 1 menit. Untuk praktik klinis, penyedia mungkin mendapat manfaat
dari mengetahui 10IU IV bolus adalah pilihan yang baik dan aman bagi wanita setelah
persalinan normal. Jika jalur IV sudah ada pada saat persalinan, infus IV atau pemberian
oksitosin IV bolus mungkin lebih baik daripada injeksi IM pada tahap ketiga persalinan.
DAPUS :
Charles, D., & Dkk. (2019). Intramuscular injection, intravenous infusion, and intravenous bolus
of oxytocin in the third stage of labor for prevention of postpartum hemorrhage: a three-arm
randomized control trial. BMC Pregnancy and Childbirth.
https://doi.org/https://doi.org/10.1186/s12884-019-2181-2
Stanton, C. K., & Dkk. (2012). Impact on postpartum hemorrhage of prophylactic administration
of oxytocin 10 IU via UnijectTM by peripheral health care providers at home births: design
of a community-based cluster-randomized trial. BMC Pregnancy and Childbirth. Retrieved
from https://bmcpregnancychildbirth.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2393-12-42
Indah, Firdayanti, & Nadyah. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Pada Ny “N”
dengan Usia Kehamilan Preterm di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tanggal 01 Juli 2018.
MIDWIFERY, 1.
Women & Children First. (2015). What is the Safe Motherhood Initiative. Diakses pada
tanggal 10 Maret 2019 di https://www.womenandchildrenfirst.org.uk/our-work/how-we-do-
it/34-maternal-mortality/264-what-is-the-safe-motherhood-initiative