You are on page 1of 34

MAKALAH MEKANIKA

ANALISIS VEKTOR

DISUSUN OLEH :

LAILA AZWANI PANJAITAN (8186175007)

SHABRINA DZAHROH NASUTION (8186175003)

PROGRAM PENDIDIKAN PASCASARJANA


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat–Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah “Analisa
Vektor’’.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan Ibu Dr. Eva Marlina Ginting, M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah Mekanika yang telah membimbing dalam
pembuatan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini. Akhirnya penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi pembaca.

Medan, 19 Februari 2019


Penulis,

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................1

1.3. Tujuan ...............................................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Penjumlahan dan Pengurangan Vektor .............................................................2

2.2. Vektor Satuan ....................................................................................................5

2.3. Perkalian Skalar dan Vektor .............................................................................7

2.4. Kinematika Partikel 2 dan 3 Dimensi dalam Koordinat Kartesis ...................16

2.5. Aplikasi Analisa Vektor dalam Kehidupan Sehari-hari ..................................22

2.6. Kesulitan Pelajar Menyelesaikan Permasalahan Vektor.................................26

BAB III. KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan .................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA........................................................................... ................ iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebelumnya kita bertanya-tanya kapan dan bagaimana analisa vektor
muncul dan berkembang? Analisa vektor muncul hanya dalam periode setelah
1831, tetapi tiga perkembangan sebelumnya pantas mendapat perhatian sebagai
mengarah ke sana. Ini tiga perkembangan adalah (1) penemuan dan representasi
geometris dari bilangan kompleks, (2) Leibniz mencari geometri posisi, dan (3)
gagasan tentang jajaran genjang gaya atau kecepatan (Crowe : 1969). Analisa
vektor banyak digunakan untuk analisis, pemodelan, dan kontrol mesin listrik.
Metode ini memanfaatkan arus vektor, tegangan, dan variabel magnetik dan
mencerminkan fenomena fisik yang terjadi di mesin (Four : 2014).

Sebelum lebih dalam mempelajari analisa vektor, kita harus mengetahui


apa itu vektor. Dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana penjumlahan dan
pengurangan dua buah vektor atau lebih kita mengenal cara geometri yang terdiri
dari metode poligon (segitiga) dan metode jajaran genjang dan cara analitik
(analisis vektor). Perkalian skalar dan vektor, lalu bagaimana gerak partikel 2 dan
3 dimensi dalam koordinat kaatesis.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana penjumlahan dan pengurangan vektor?
2. Bagaimana yang dimaksud vektor satuan?
3. Bagaimana perkalian skalar dan vektor?
4. Bagaimana kinematika partikel 2 dan 3 dimensi dalam koordinat kartesis?
5. Bagaimana aplikasi analisa vektor dalam kehidupan sehari-hari?
6. Bagaimana kesulitan-kesulitan pelajar dalam menyelesaikan vektor ?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjumlahan dan pengurangan vektor.
2. Untuk mengetahui maksud dari vektor satuan.

1
3. Untuk mengetahui perkalian skalar dan vektor.
4. Untuk mengetahui kinematika partikel 2 dan 3 dimensi dalam koordinat
kartesis.
5. Untuk mengetahui aplikasi analisa vektor dalam kehidupan sehari-hari.
6. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan pelajar dalam menyelesaikan
vektor.

2
BAB. II

PEMBAHASAN

Matematika adalah bagian integral dari fisika, penting bagi kita untuk
memiliki pemahaman yang jelas tentang vektor dan mampu menggunakannya
secara teratur dan mudah. Untuk memastikan bahwa kita memahami terminologi
vektor dan simbolisme, kita mulai dengan tinjauan singkat analisis vektor. Vektor
adalah besaran yang mempunyai arah dan besar dalam ruang misalnya
perpindahan, kecepatan, percepatan, momentum dan medan listrik. Sedangkan
besaran lain yang hanya mempunyai besar dan tidak mempunyai arah seperti
jarak, kelajuan, massa, dan temperatur dinamakan skalar (Tipler, 1998). Vektor
biasanya diwakili oleh panah arah yang sama dengan kuantitas dan yang
panjangnya sebanding dengan kuantitas besarnya (Mueanploy, 2015).

2.1. Penjumlahan dan Pengurangan Vektor


Besaran yang menyatakan jarak garis lurus dan arah dari satu dalam ruang
ke titik lain adalah segmen garis berarah yang dinamakan vektor perpindahan.
Secara umum, defenisi vektor adalah besaran dengan besar dan arah yang dapat
dijumlahkan dan dikurangkan seperti perpindahan. Secara grafis, sebuah vektor
disajikan oleh sebuah anak panah yang arahnya sama dengan arah vektor dan
yang panjangnya sebanding dengan besar vektor itu (Tipler, 1998).
Penjumlahan dan pengurangan vektor dengan diagram digunakan gambar
anak panah. Panjang anak panah dipilih sebanding dengan besar vektor (artinya,
kita memilih skala) dan anak panah, yang ditunjukkan oleh arah ujungnya,
menyatakan arah vektor.Aturan yang harus diikuti dalam menjumlahkan vektor
secara geometris adalah sebagai berikut: Pada diagram yang telah disesuaikan
skalanya, mula-mula diletakkan vektor pergeseran a, kemudian gambarkan
vektorb dengan pangkalnya terletak pada ujung a, dan akhirnya kita tarik garis
dari pangkal a ke ujung b yang menyatakan vektor hasil penjumlahan r. Vektor
ini menyatakan pergeseran yang panjang dan arahnya setara dengan pergeseran
berturutan a dan b.

3
b

r
a
Gambar 1.1 (Halliday dan Resnick, 1995)

Vektor diwakili analitis dengan keterangan tebal seperti A pada gambar


1.1(a) geometris itu diwakili oleh panah PQ di mana P disebut titik awal dan Q
disebut titik terminal. Besarnya atau panjang vektor kemudian dilambangkan
dengan |𝑨| atau A.
A
A
Q -A
A B

P
Gambar 1.1(a) Gambar 1.1(b) Gambar 1.1(c)

Operasi penambahan, pengurangan dan perkalian akrab di aljabar vektor,


defenisi berikut sangat penting:
1. Dua vektorA dan B adalah sama jika mereka memiliki besar dan arah yang
sama tanpa poin awal, sehingga A = B pada gambar 1.1.(b).
2. Vektor yang memiliki arah berlawanan dengan vektorA tetapi panjang yang
sama dilambangkan dengan –A seperti 1.1(c).
3. Jumlah atau resultan dari vektorA dan B dari gambar 1.2(a) di bawah ini
adalah vektorC yang dibentuk dengan menempatkan titik awal B pada titik
terminal A dan bergabung dengan titik awal A ke titik terminal B seperti
gambar 1.2(b) di bawah, kita menulis C = A + B, defenisi ini setara dengan
hukum jajaran genjang untuk penjumlahan vektor seperti yang ditunjukkan
pada gambar 1.2(c) di bawah ini.

4
A A
B C=A+B
B
A
C=A+B
B

Gambar 1.2

Ekstensi untuk jumlah lebih keduanya langsung, misalnya gambar 1.3 di


bawah ini menunjukkan bagaimana untuk mendapatkan jumlah atau resultan E
vektor A, B, C, dan D.

C
B
B
A
D D
C A

E = A + B +C +D

Gambar 1.3

4. Perbedaan vektor A dan B yang diwakili oleh A-B adalah vektor C yang
ketika ditambahkan ke B memberikan A, A-B dapat didefinisikan sebagai A +
(-B), jika A = B, maka AB didefinisikan sebagai nol atau zero vektor diwakili
oleh 0 ini memiliki besaran nol tetapi arahnya tidak didefinisikan.
5. Produk dari vektorA dengan skalarp adalah vektor pA atau Ap dengan
besarnya p kali besarnya A dan arah sama atau berlawanan dengan A menurut
sebagai p positif atau negatif, jika p = 0, pA = 0, vektor nol.

5
Penjumlahan dan Pengurangan Vektor Dua dan Tiga Dimensi

Z
Ay
𝐴 = 𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂𝐴 = 𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂
A

X
Ax
Y

Gambar 1.4.a. Vektor 2D Gambar 1.4.b. Vektor 3D

Misalkan: 𝑨 = 𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂ dan 𝑩 = 𝐵𝑥 𝑖̂ + 𝐵𝑦 𝑗̂ + 𝐵𝑧 𝑘̂ , maka jumlah


dari vektorA dan B adalah:
𝑨 + 𝑩 = (𝐴𝑥 + 𝐵𝑥 )𝑖̂ + (𝐴𝑦 + 𝐵𝑦 )𝑗̂ + (𝐴𝑧 + 𝐵𝑧 )𝑘̂
Sedangkan selisih dari vektorA dan B adalah:
𝑨 − 𝑩 = (𝐴𝑥 − 𝐵𝑥 )𝑖̂ + (𝐴𝑦 − 𝐵𝑦 )𝑗̂ + (𝐴𝑧 − 𝐵𝑧 )𝑘̂
Contoh:
Jika 𝑨 = (4,0,1)dan 𝑩 = (2, −5,3). Tentukan 𝑨 + 𝑩dan 𝑨 − 𝑩!
Jawab:
𝑨 + 𝑩 = (4 + 2)𝑖̂ + (0 − 5)𝑗̂ + (1 + 3)𝑘̂ = 6𝑖̂ − 5𝑗̂ + 4𝑘̂
𝑨 − 𝑩 = (4 − 2)𝑖̂ + (0 + 5)𝑗̂ + (1 − 3)𝑘̂ = 2𝑖̂ + 5𝑗̂ − 2𝑘̂

(Bukit dan Ginting, 2015)

2.2. Vektor Satuan

Vektor satuan vektor memiliki satuan panjang disebut vektor satuan. Jika
A adalah vektor dengan panjangA > 0, maka A / A adalah vektor satuan yang
memiliki arah yang sama dengan A dan A = Aa.
Vektor satuan persegi panjang I, j, dan k adalah vektor satuan yang saling
tegak lurus memiliki arah x positif, y dan z sumbu sistem koordinat persegi

6
panjang (sesuai gambar 1.5), menggunakan tangan kanan persegi panjang sistem
koordinat kecuali ditentukan. Sistem tersebut berasal nama mereka dari kenyataan
bahwa hak berulir sekrup diputar melalui 900 dari Ox ke Oy akan maju dalam arah
z positif. Secara umum, tiga vektor A, B, dan C yang memiliki titik awal
bertepatan dan tidak Coplanar dikatakan membentuk sistem tangan kanan atau
sistem dextral jika hak berulir sekrup berputar melalui sudut kurang dari 1800 dari
A ke B akan maju n arah C (sesuai gambar 1.6).

A B

Gambar 1.5 Gambar 1.6 Gambar 1.7

Komponen Vektor

Setiap vektorA dalam 3 dimensi dapat direpresentasikan dengan titik awal


di asal O dari sistem koordinat persegi panjang (seperti gambar 1.7), biarkan
(𝑨𝟏 , 𝑨𝟐 , 𝑨𝟑 ) persegi panjang koordinat titik terminal dari vektorA dengan titik
awal di O.Vektor 𝑨𝟏 𝒊, 𝑨𝟐 𝒋, 𝒅𝒂𝒏 𝑨𝟑 𝒌 disebut vektor komponen persegi panjang,
atau vektor hanya komponen, dari A di x, y danz masing-masing arah. A1, A2,
dan A3disebut komponen persegi panjang, atau hanya komponen dari A dalam
arah x,y dan z masing-masing.
Jumlah atau resultan dari 𝑨𝟏 𝒊, 𝑨𝟐 𝒋, 𝒅𝒂𝒏 𝑨𝟑 𝒌adalah vektor A, sehingga
kita dapat menulis 𝑨𝟏 𝒊 + 𝑨𝟐 𝒋 + 𝑨𝟑 𝒌.

Besarnya A adalah 𝑨 = |𝑨| = √𝑨𝟐𝟏 + 𝑨𝟐𝟐 + 𝑨𝟐𝟑

khususnya, vektor posisi atau radius vektor atau vektor jari-jari r dari O ke titik
(𝒙, 𝒚, 𝒛) ditulis 𝒓 = 𝒙𝒊 + 𝒚𝒋 + 𝒛𝒌

7
dan memiliki magnitude𝒓 = |𝒓| = √𝒊𝟐 + 𝒋𝟐 + 𝒌𝟐

(Bukit dan Ginting, 2015)

2.3. Perkalian Skalar dan Vektor

Dot atau Produk Skalar

Dot atau skalar produk dari dua vektor A dan B, dilambangkan dengan
A.B (baca A dot B) didefinisikan sebagai produk dari besaran A dan B dan
cosinus sudut antara mereka, dalam simbol-simbol𝑨 . 𝑩 = 𝑨𝑩𝒄𝒐𝒔 𝜽, 𝟎 ≤ 𝜽 ≤ 𝝅
dicatat A . B yang merupakan skalar dan bukan vektor.

Hukum berikut ini berlaku:

1. A . B = B . A
Hukum komutatif untuk dot produk
2. A . (B+C) = A . B + A . C
Hukum distributif
3. p(A . B) = (pA) . B = A . (pB) = (A . B) p
di mana p adalah scalar
4. 𝒊 . 𝒊 = 𝒋 . 𝒋 = 𝒌 . 𝒌 = 𝟏, 𝒊 . 𝒋 = 𝒋 . 𝒌 = 𝒌 . 𝒊 = 𝟎
5. Jika 𝑨 = 𝑨𝟏 𝒊 + 𝑨𝟐 𝒋 + 𝑨𝟑 𝒌 dan 𝑩 = 𝑩𝟏 𝒊 + 𝑩𝟐 𝒋 + 𝑩𝟑 𝒌, maka
𝑨 . 𝑩 = 𝑨𝟏 𝑩𝟏 + 𝑨𝟐 𝑩𝟐 + 𝑨𝟑 𝑩𝟑
𝑨 . 𝑨 = 𝑨𝟐 = 𝑨𝟐𝟏 + 𝑨𝟐𝟐 + 𝑨𝟐𝟑
𝑩 . 𝑩 = 𝑩𝟐 = 𝑩𝟐𝟏 + 𝑩𝟐𝟐 + 𝑩𝟐𝟑
6. Jika A . B = 0, A dan B tidak vektor nol, maka A dan B yang tegak lurus
Misalkan:
𝑨 = 𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂ dan 𝑩 = 𝐵𝑥 𝑖̂ + 𝐵𝑦 𝑗̂ + 𝐵𝑧 𝑘̂ , maka perkalian titik (dot)
dari kedua vektor tersebut adalah:
𝑨 . 𝑩 = (𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂) . (𝐵𝑥 𝑖̂ + 𝐵𝑦 𝑗̂ + 𝐵𝑧 𝑘̂)
𝑨 . 𝑩 = 𝐴𝑥 𝐵𝑥 𝑖̂ . 𝑖̂ + 𝐴𝑥 𝐵𝑦 𝑖̂ . 𝑗̂ + 𝐴𝑥 𝐵𝑧 𝑖̂. 𝑘̂ + 𝐴𝑦 𝐵𝑥 𝑗̂ . 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝐵𝑦 𝑗̂ . 𝑗̂ + 𝐴𝑦 𝐵𝑧 𝑗̂ . 𝑘̂
+ 𝐴𝑧 𝐵𝑥 𝑘̂ . 𝑖̂ + +𝐴𝑧 𝐵𝑦 𝑘̂ . 𝑗̂ + +𝐴𝑧 𝐵𝑧 𝑘̂ . 𝑘̂

8
z

𝑘⃗

𝑖 x

y
Gambar 1.8

Dari gambar 1.8 terlihat bahwa sudut yang dibentuk oleh dua vektor yang
sama adalah 00, sedangkan vektor yang berbeda membentuk sudut 900,
berdasarkan definisi vektor, maka:

𝑖̂ ∙ 𝑖̂ = |𝑖̂||𝑖̂| cos 0° = 1 ∙ 1 ∙ 1 = 1
𝑗̂ ∙ 𝑗̂ = |𝑗̂||𝑗̂| cos 0° = 1 ∙ 1 ∙ 1 = 1
𝑘̂ ∙ 𝑘̂ = |𝑘̂||𝑘̂| cos 0° = 1 ∙ 1 ∙ 1 = 1
𝑖̂ ∙ 𝑗̂ = |𝑨||𝑩| cos 90° = 1 ∙ 1 ∙ 0 = 0
𝑖̂ ∙ 𝑘̂ = |𝑨||𝑩| cos 90° = 1 ∙ 1 ∙ 0 = 0
𝑗̂ ∙ 𝑘̂ = |𝑨||𝑩| cos 90° = 1 ∙ 1 ∙ 0 = 0

Dapat disimpulkan:

𝑖̂ . 𝑖̂ = 𝑗̂ . 𝑗̂ = 𝑘̂ . 𝑘̂ = 1
𝑖̂ . 𝑗̂ = 𝑗̂. 𝑘̂ = 𝑘̂ . 𝑖̂ = 0

maka

𝑨 ∙ 𝑩 = 𝐴𝑥 𝐵𝑥 + 𝐴𝑦 𝐵𝑦 + 𝐴𝑧 𝐵𝑧

Besar vektor A . B adalah:

|𝑨 ∙ 𝑩| = |𝑨||𝑩| cos 𝜃

Contoh 1:

Jika 𝑨 = 𝑖̂ + 4𝑗̂ + 2𝑘̂, 𝑩 = −2𝑖̂ + 3𝑗̂ − 𝑘̂ Tentukan A . B!

9
Jawab:
𝑨 ∙ 𝑩 = (𝑖̂ + 4𝑗̂ + 2𝑘̂) ∙ (−2𝑖̂ + 3𝑗̂ − 𝑘̂ ) = −2 + 12 − 2 = 8

Contoh 2:

Jika 𝑨 = 𝑖̂ + 3𝑗̂ + 4𝑘̂, 𝑩 = 2𝑖̂ − 𝑗̂ + 4𝑘̂ Tentukan A . B!

Jawab:

𝑨 ∙ 𝑩 = (𝑖̂ + 3𝑗̂ + 4𝑘̂) ∙ (2𝑖̂ − 𝑗̂ + 4𝑘̂) = 2 − 3 + 16 = 15

Perkalian Vektor

Cross atau produk vektorA dan B adalah vektorC= AxB (baca A cross B).
Besarnya AxB didefinisikan sebagai produk dari besaran A dan B sinus dari sudut
antara mereka. Arah vektor C = AxB tegak lurus terhadap bidang A dan B
sehingga A, B dan C dari sistem tangan kanan, dalam simbol-simbol, 𝑨 × 𝑩 =
𝑨𝑩 𝐬𝐢𝐧 𝜽 𝒖, 𝟎 ≤ 𝜽 ≤ 𝝅, di mana u adalah vektor satuan yang menunjukkan
arah AxB, jika A = B atau jika A sejajar dengan B, maka sin 𝜃 = 0 dan kita
mendefinisikan AxB = 0

Hukum berikut ini berlaku:

1. AxB = BxA
(hukum komutatif untuk produk saling silang gagal)
2. Ax (B+C) = AxB + AxC hukum distributif
3. p(AxB) = (pA)xB = Ax(pB) = (AxB) p
di mana p adalah skalar
4. 𝒊 × 𝒊 = 𝒋 × 𝒋 = 𝒌 × 𝒌 = 𝟎, 𝒊 × 𝒋 = 𝒌, 𝒋 × 𝒌 = 𝒊, 𝒌 ×𝒊=𝒋
𝒊 × 𝒌 = −𝒋, 𝒌 × 𝒋 = −𝒊, 𝒋 × 𝒊 = −𝒌
5. Jika 𝑨 = 𝑨𝟏 𝒊 + 𝑨𝟐 𝒋 + 𝑨𝟑 𝒌dan 𝑩 = 𝑩𝟏 𝒊 + 𝑩𝟐 𝒋 + 𝑩𝟑 𝒌, maka
𝑖 𝑗 𝑘
𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪) = |𝐴1 𝐴2 𝐴3 |
𝐵1 𝐵2 𝐵3

10
6. |𝑨 × 𝑩| daerah genjang dengan sisi A dan B
7. Jika AxB = 0 dan A dan B tidak vektor nol, maka A dan B sejajar
Misalkan:
𝑨 = 𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂ dan 𝑩 = 𝐵𝑥 𝑖̂ + 𝐵𝑦 𝑗̂ + 𝐵𝑧 𝑘̂ , maka perkalian titik (dot)
dari kedua vektor tersebut adalah:
𝑨 . 𝑩 = (𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂) . (𝐵𝑥 𝑖̂ + 𝐵𝑦 𝑗̂ + 𝐵𝑧 𝑘̂)
𝑨 . 𝑩 = 𝐴𝑥 𝐵𝑥 𝑖̂ . 𝑖̂ + 𝐴𝑥 𝐵𝑦 𝑖̂ . 𝑗̂ + 𝐴𝑥 𝐵𝑧 𝑖̂. 𝑘̂ + 𝐴𝑦 𝐵𝑥 𝑗̂ . 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝐵𝑦 𝑗̂ . 𝑗̂ + 𝐴𝑦 𝐵𝑧 𝑗̂ . 𝑘̂
+ 𝐴𝑧 𝐵𝑥 𝑘̂ . 𝑖̂ + +𝐴𝑧 𝐵𝑦 𝑘̂ . 𝑗̂ + +𝐴𝑧 𝐵𝑧 𝑘̂ . 𝑘̂

Secara geometris gambar 1.9 memperlihatkan perkalian silang dua


vektorA dan B adalah sebuah vektor C = A x B (dibaca A silang B), yang
sebenarnya adalah hasil kali antara besar A dan B dan sinus sudut 𝜃 antara
keduanya. 𝑨 × 𝑩 = |𝑨||𝑩| 𝐬𝐢𝐧 𝜽, 𝟎 ≤ 𝜽 ≤𝝅

axb

b
𝑘̂
𝑗̂ y

a x 𝑖̂

Gambar 1.9

Aturan
 Jika arah perkalian searah putaran jarum jam maka bertanda negatif (-)
 Jika arah perkalian melawan arah putaran jarum jam bertanda positif (+)
Dengan menggunakan definisi, maka diperoleh:
𝑖̂ ∙ 𝑖̂ = |𝑖̂||𝑖̂| sin 0° = 0
𝑗̂ ∙ 𝑗̂ = |𝑗̂||𝑗̂| sin 0° = 0
𝑘̂ ∙ 𝑘̂ = |𝑘̂||𝑘̂| sin 0° = 0
𝑖̂ ∙ 𝑗̂ = |𝑖̂||𝑗̂| sin 90° = 1 ∙ 1 ∙ 1 ∙ 𝑘̂ = 𝑘̂

11
𝑖̂ ∙ 𝑘̂ = |𝑖̂||𝑘̂ | sin 90° = 1 ∙ 1 ∙ 1 ∙ (−𝑗̂) = −𝑗̂
𝑗̂ ∙ 𝑖̂ = |𝑗̂||𝑖̂| sin 90° = 1 ∙ 1 ∙ 1 ∙ (−𝑘̂) = −𝑘̂
𝑗̂ ∙ 𝑘̂ = |𝑗̂||𝑘̂ | sin 90° = 1 ∙ 1 ∙ 1 ∙ 𝑖̂ = 𝑖̂
𝑘̂ ∙ 𝑖̂ = |𝑘̂||𝑖̂| sin 90° = 1 ∙ 1 ∙ 1 ∙ 𝑗̂ = 𝑗̂
𝑘̂ ∙ 𝑗̂ = |𝑘̂||𝑗̂| sin 90° = 1 ∙ 1 ∙ 1 ∙ (−𝑖̂) = −𝑖̂

Misalkan:

𝑨 = 𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂ dan 𝑩 = 𝐵𝑥 𝑖̂ + 𝐵𝑦 𝑗̂ + 𝐵𝑧 𝑘̂ , maka perkalian silang (cross)


dari kedua vektor tersebut adalah:

𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂ 𝐴𝑦 𝐴𝑧 𝐴 𝐴𝑧 𝐴𝑥 𝐴𝑦
𝐴
𝑨×𝑩= | 𝑥 𝐴𝑦 𝐴𝑧 | = 𝑖̂ | | − 𝑗̀ | 𝑥 | + 𝑘̂ | |
𝐵𝑦 𝐵𝑧 𝐵𝑥 𝐵𝑧 𝐵𝑥 𝐵𝑦
𝐵𝑥 𝐵𝑦 𝐵𝑧

𝑨 × 𝑩 = 𝑖̂(𝐴𝑦 𝐵𝑧 − 𝐴𝑧 𝐵𝑦 ) − 𝑗̀(𝐴𝑥 𝐵𝑧 − 𝐴𝑧 𝐵𝑥 ) + 𝑘̂(𝐴𝑥 𝐵𝑦 − 𝐴𝑦 𝐵𝑥 )

Besar vektor A x B adalah:

|𝑨 × 𝑩| = |𝑨||𝑩| sin 𝜃

Contoh 1:

Jika 𝑩 = −2𝑖̂ + 3𝑗̂ − 𝑘̂ dan 𝑪 = 𝑖̂ + 𝑗̂ + 𝑘̂ Tentukan hasil B x C!

Jawab:

𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂ 3 −1 −2 −1 −2 3
𝑩 × 𝑪 = |−2 3 −1| = 𝑖̂ |1 | − 𝑗̀ | | + 𝑘̂ | |
1 1 1 1 1
1 1 1

𝑩 × 𝑪 = 𝑖̂(3 + 1) − 𝑗̀(−2 + 1) + 𝑘̂(−2 − 3) = 4𝑖̂ + 𝑗̂ − 5𝑘̂

Contoh 2:

Jika 𝑨 = 𝑖̂ + 3𝑗̂ + 4𝑘̂ dan 𝑩 = 2𝑖̂ − 𝑗̂ + 4𝑘̂ Tentukan hasil A x B!

Jawab:

12
𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂ 3 4 1 4 1 3
𝑨 × 𝑩 = |1 3 4| = 𝑖̂ | | − 𝑗̀ | | + 𝑘̂ | |
−1 4 2 4 2 −1
2 −1 4

𝑨 × 𝑩 = 𝑖̂(12 + 4) − 𝑗̀(4 − 8) + 𝑘̂(−1 − 6) = 16𝑖̂ + 4𝑗̂ − 7𝑘̂

Triple Produk

 Perkalian(𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪))
𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂ 𝐵𝑦 𝐵𝑧 𝐵𝑥 𝐵𝑦
𝐵 𝐵𝑧
𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪) = 𝑨 ∙ |𝐵𝑥 𝐵𝑦 𝐵𝑧 | = 𝑨 ∙ (𝑖̂ | | − 𝑗̂ | 𝑥 | + 𝑘̂ | |)
𝐶𝑦 𝐶𝑧 𝐶𝑥 𝐶𝑧 𝐶𝑥 𝐶𝑦
𝐶𝑥 𝐶𝑦 𝐶𝑧

𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪) = 𝑨 ∙ (𝑖̂(𝐵𝑦 𝐶𝑧 − 𝐵𝑧 𝐶𝑦 ) − 𝑗̂(𝐵𝑥 𝐶𝑧 − 𝐵𝑧 𝐶𝑥 ) + 𝑘̂(𝐵𝑥 𝐶𝑦 − 𝐵𝑦 𝐶𝑥 ))

𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪) = (𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂)

∙ (𝑖̂(𝐵𝑦 𝐶𝑧 − 𝐵𝑧 𝐶𝑦 ) − 𝑗̂(𝐵𝑥 𝐶𝑧 − 𝐵𝑧 𝐶𝑥 ) + 𝑘̂(𝐵𝑥 𝐶𝑦 − 𝐵𝑦 𝐶𝑥 ))

Contoh 1:

Jika 𝑨 = 𝑖̂ + 4𝑗̂ + 2𝑘̂, 𝑩 = −2𝑖̂ + 3𝑗̂ − 𝑘̂ dan 𝑪 = 𝑖̂ + 𝑗̂ + 𝑘̂ . Tentukan hasil


dari 𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪)!
Jawab:
𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂ 3 −1 −2 −1 −2 3
𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪) = 𝑨 ∙ |−2 3 −1| = 𝑨 ∙ (𝑖̂ |1 | − 𝑗̂ | | + 𝑘̂ | |)
1 1 1 1 1
1 1 1
𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪) = 𝑨 ∙ (𝑖̂(3 + 1) − 𝑗̂(−2 + 1) + 𝑘̂(−2 − 3))

𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪) = (𝑖̂ + 4𝑗̂ + 2𝑘̂) ∙ (4𝑖̂ + 𝑗̂ − 5𝑘̂) = 4 + 4 − 10 = −2

Contoh 2:

Jika 𝑨 = 𝑖̂ + 4𝑗̂ + 2𝑘̂, 𝑩 = −2𝑖̂ + 3𝑗̂ − 𝑘̂ dan 𝑪 = 𝑖̂ + 𝑗̂ + 𝑘̂ . Tentukan hasil


dari 𝑪 ∙ (𝑨 × 𝑩)!
Jawab:

13
𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂ 4 2 1 4
1 2
𝑪 ∙ (𝑨 × 𝑩) = 𝑪 ∙ | 1 4 2 | = 𝑪 ∙ (𝑖̂ |3 −1| − 𝑗̂ |−2 −1| + 𝑘̂ |−2 3
|)
−2 3 −1
𝑪 ∙ (𝑨 × 𝑩) = 𝑪 ∙ (𝑖̂(−4 − 6) − 𝑗̂(−1 + 4) + 𝑘̂(3 + 8))

𝑪 ∙ (𝑨 × 𝑩) = (𝑖̂ + 𝑗̂ + 𝑘̂) ∙ (−10𝑖̂ − 3𝑗̂ + 11𝑘̂) = −10 − 3 + 11 = −2


 Perkalian (𝑨 × (𝑩 × 𝑪))

𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂
𝑨× (𝑩 𝐵
× 𝑪) = 𝑨 × | 𝑥 𝐵𝑦 𝐵𝑧 |
𝐶𝑥 𝐶𝑦 𝐶𝑧
𝐵𝑦 𝐵𝑧 𝐵 𝐵𝑧 𝐵𝑥 𝐵𝑦
= 𝑨 × (𝑖̂ | | − 𝑗̂ | 𝑥 | + 𝑘̂ | |)
𝐶𝑦 𝐶𝑧 𝐶𝑥 𝐶𝑧 𝐶𝑥 𝐶𝑦

𝑨 × (𝑩 × 𝑪) = 𝑨 × (𝑖̂(𝐵𝑦 𝐶𝑧 − 𝐵𝑧 𝐶𝑦 ) − 𝑗̂(𝐵𝑥 𝐶𝑧 − 𝐵𝑧 𝐶𝑥 ) + 𝑘̂(𝐵𝑥 𝐶𝑦 − 𝐵𝑦 𝐶𝑥 ))

𝑨 × (𝑩 × 𝑪) = (𝐴𝑥 𝑖̂ + 𝐴𝑦 𝑗̂ + 𝐴𝑧 𝑘̂)

× (𝑖̂(𝐵𝑦 𝐶𝑧 − 𝐵𝑧 𝐶𝑦 ) − 𝑗̂(𝐵𝑥 𝐶𝑧 − 𝐵𝑧 𝐶𝑥 ) + 𝑘̂(𝐵𝑥 𝐶𝑦 − 𝐵𝑦 𝐶𝑥 ))

Contoh:

Jika 𝑨 = 𝑖̂ + 4𝑗̂ + 2𝑘̂, 𝑩 = −2𝑖̂ + 3𝑗̂ − 𝑘̂ dan 𝑪 = 𝑖̂ + 𝑗̂ + 𝑘̂ . Tentukan hasil


dari 𝑨 × (𝑩 × 𝑪)!
Jawab:
𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂
𝑨 × (𝑩 × 𝑪) = 𝑨 × |−2 3 −1|
1 1 1
3 −1 −2 −1 −2 3
= 𝑨 × (𝑖̂ | | − 𝑗̂ | | + 𝑘̂ | |)
1 1 1 1 1 1

𝑨 × (𝑩 × 𝑪) = 𝑨 × (𝑖̂(3 + 1) − 𝑗̂(−2 + 1) + 𝑘̂(−2 − 3))

𝑨 × (𝑩 × 𝑪) = (𝑖̂ + 4𝑗̂ + 2𝑘̂) × (4𝑖̂ + 𝑗̂ − 5𝑘̂)


𝑖̂ 𝑗̂ 𝑘̂ 4 2 1 2 1 4
𝑨 × (𝑩 × 𝑪) = |1 4 2 | = 𝑖̂ |1 −5| − 𝑗̂ |4 −5| + 𝑘̂ |4 1
|
4 1 −5

𝑨 × (𝑩 × 𝑪) = 𝑖̂(−20 − 2) − 𝑗̀(−5 − 8) + 𝑘̂(1 − 16) = 4𝑖̂ + 𝑗̂ − 5𝑘̂

14
𝑨 × (𝑩 × 𝑪) = 𝑖̂(−22) − 𝑗̀(−13) + 𝑘̂(−15) = −22𝑖̂ + 13𝑗̂ − 15𝑘̂

Perkalian Tripel

Skalar 3 produk didefinisikan sebagai:

𝐴1 𝐴2 𝐴3
𝑨 ∙ (𝑩 × 𝑪) = |𝐵1 𝐵2 𝐵3 |
𝐶1 𝐶2 𝐶3

Di mana 𝑨 = 𝑨𝟏 𝒊 + 𝑨𝟐 𝒋 + 𝑨𝟑 𝒌, 𝑩 = 𝑩𝟏 𝒊 + 𝑩𝟐 𝒋 + 𝑩𝟑 𝒌,

𝑪 = 𝑪𝟏 𝒊 + 𝑪𝟐 𝒋 + 𝑪𝟑 𝒌. Itu mewakili volume paralel memiliki A, B, dan C sebagai


ujung atau negative dari volume ini sesuai dengan A, B, C atau membentuk
sistem tangan kanan.

Kita peroleh 𝐴 ∙ (𝑩 × 𝑪) = 𝑩 ∙ (𝑪 × 𝑨) = 𝑪 ∙ (𝑨 × 𝑩) 𝑨 × (𝑩 × 𝑪) =
(𝑨 ∙ 𝑪)𝑩 − (𝑨 ∙ 𝑩)𝑪 , kemudian 𝑨 × (𝑩 × 𝑪) = (𝑨 ∙ 𝑪)𝑩 − (𝑨 ∙ 𝑩)𝑪, 𝑨 ×
(𝑩 × 𝑪) ≠ (𝑨 × 𝑩) × 𝑪.

Turunan dari Vektor

Jika untuk setiap nilai dinilai variabel skalar u sesuai arah vektor𝑨(𝑢) atau
disingkat A, kemudian 𝑨(𝑢) disebut fungsi dari vektor u. Turunan dari u adalah
𝑑𝑨 𝑨(𝑢 + ∆𝑢) − 𝑨(𝑢)
= 𝑙𝑖𝑚∆𝑢→0
𝑑𝑢 ∆𝑢
Ada batas limit, jika 𝐴(𝑢) = 𝐴1 (𝑢)𝑖 + 𝐴2 (𝑢)𝑗 + 𝐴3 (𝑢)𝑘

𝑑𝐴 𝑑𝐴1 𝑑𝐴2 𝑑𝐴3


Kemudian𝑑𝑢 = 𝑖+ 𝑗+ 𝑘
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢

Demikian pula diketahui lebih tinggi turunannya, misalnya contoh kedua yang
𝑑2 𝐴 𝑑2 𝐴1 𝑑2 𝐴2 𝑑2 𝐴3
𝑨(𝑢) jika diberi 𝑑𝑢2 = 𝑖+ 𝑗+ 𝑘
𝑑𝑢2 𝑑𝑢2 𝑑𝑢2

Misalnya apakah Φ(𝑢) adalah skalarfungsi dan 𝑨(𝑢) dan 𝑩(𝑢) adalah vektor,
kemudian,

𝑑 𝑑𝐴 𝑑𝜙
(𝚽𝑨) = 𝚽 + 𝑨
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢

15
𝑑 𝑑𝐵 𝑑𝐴
(𝐀. 𝐁) = 𝐀 + ∙𝑩
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢

𝑑 𝑑𝐴 𝑑𝐴
(𝐀 × 𝐁) = 𝐀 + ×𝑩
𝑑𝑢 𝑑𝑢 𝑑𝑢

Integral dari Vektor

𝑨(𝑢) = 𝐴1 (𝑢)𝑖 + 𝐴2 (𝑢)𝑗 + 𝐴3 (𝑢)𝑘

Sebuah vektor fungsi dari u. Kita mendefinisikan integral tak tentu dari
𝑨(𝑢)seperti ∫ 𝑨(𝑢)𝑑𝑢 = 𝑖 ∫ 𝐴1 (𝑢)𝑑𝑢 + 𝑗 ∫ 𝐴2 (𝑢)𝑑𝑢 + 𝑘 ∫ 𝐴3 (𝑢)𝑑𝑢.

𝑑
Jika ada perantara fungsi 𝑩(𝑢) yang 𝑨(𝑢) = 𝑑𝑢 {𝑩(𝑢)} kemudian

𝑑
∫ 𝑨(𝑢)𝑑𝑢 = ∫ {𝑩(𝑢)}𝑑𝑢 = 𝑩(𝑢) + 𝑪
𝑑𝑢

Di mana C adalah sebuah aturan vektor tetap tidak tergantung dari u. Yang
terpenting dari limits yaitu 𝑢 = 𝛼 dan 𝑢 = 𝛽 adalah dalam seperti di kalkulus
dasar, diperoleh

𝛽 𝛽
𝑑
∫ 𝑨(𝑢)𝑑𝑢 = ∫ {𝑩(𝑢)}𝑑𝑢 = 𝑩(𝑢) + 𝑪]𝛽𝛼 = 𝑩(𝛽) − 𝑩(𝛼)
𝑑𝑢
𝛼 𝛼

Integral taktentu bisa juga didefinisikan sebagai sebuah limit dari yang sama
seperti di kalkulus dasar.

(Bukit dan Ginting, 2015)

2.4. Kinematika Partikel 2 dan 3 Dimensi dalam Koordinat Kartesis

Kinematika adalah pelajaran tentang gerak benda tanpa memperhitungkan


penyebab gerak atau perubahan gerak. Jadi massa juga tidak mempengaruhi gerak
(Ganijanti, 2002). Kinematika partikel dalam ruang tiga dimensi akan membahas
posisi, kecepatan dan percepatan secara vektor.

16
A. Posisi
Diamati gerak sebuah titik massa dan posisinya pada saat t ditulis dalam
vektor posisi r(t). Titik bergerak dari sebuah titik acuan tetap O ke posisi P, yaitu
posisi titik massa pada saat t. Jika titik massa bergerak, r akan berubah terhadap
waktu, sehingga gambaran titik-titik yang dibentuk oleh titik massa mempunyai
vektor posisi r(t) merupakan sebuah kurva lintasannya dalam waktu t (Musback,
1995).
Posisi dari suatu partikel di dalam suatu sistem koordinat pada gambar 1.10,
dapat di nyatakan dengan vektor posisi dalam dua dimensi r = xi + yj .

Gambar 1.10
Partikel bergerak dari posisi pertama r1 ke posisi kedua r2 melalui lintasan
sembarang (tidak harus lurus).Pergeseran merupakan suatu vektor yang
menyatakan perpindahan partikel dari posisi pertama ke posisi kedua melalui garis
lurus. Pergeseran didefenisikan : Δr = r2 – r1. Jika partikel bergerak dari posisi
pertama r1 ke posisi kedua r2 melalui lintasan sembarang (tidak harus lurus),
partikel dapat dikatakan pergeseran/ perpindahan.Seperti pada gambar 1.11.

Gambar 1.11
Posisi dari suatu partikel didalam ruang tiga dimensi pada koordinat
kartesis dapat dinyatakan dengan vektor posisi yaitu:
̂
r = x𝑖̂+ y𝒋̂ + z𝒌

17
perbedaan vektor posisi antara waktu t1 dan t2adalah pergeseran titik massa
pada saat tersebut:
Δr = rt2 – rt1
Dengan besar vektor r adalah :
r = √𝑥1 + 𝑦 2 + 𝑧 3
Contoh :
sebuah partikel bergerak dari titik D (2,4,2) ke titik N (4,6,8). Tentukan vektor
posisi partikel tersebut ketika berada di D dan di N. Hituglah vektorr perpindahan
dari D ke N serta besar vektor perpindahan tersebut?
Jawab :
Vektor posisi titik D, rD = 2𝑖̂ + 4𝑗̂ + 2k dan vektor posisi titik N, rN = 4𝑖̂ + 6𝑗̂ + 8k
adalah:
rD = 2𝑖̂ + 4𝑗̂ + 2k
rN = 4𝑖̂ + 6𝑗̂ + 8k
vektor pepindahan dari D ke N adalah ∆𝑟 yang diperoleh dari:
∆𝑟 = rN - rD
∆𝑟 = (4𝑖̂ + 6𝑗̂ + 8k) – (2𝑖̂ + 4𝑗̂ + 2k)
∆𝑟 = 2𝑖̂ + 2𝑗̂ + 6k
Besar vektor ∆𝑟 adalah:
∆𝑟 = √22 + 22 + 62
∆𝑟 = √44
∆𝑟 = 2 √11 meter

B. Kecepatan
Menurut Ganijanti (2002), kecepatan artinya jarak yang ditempuh dalam
∆𝑟
satuanwaktu, secara vektor dapat ditulis 𝑣 = ∆𝑡 . Karena 𝑟 besaran vektor dan ∆𝑡
∆𝑟
besaran skalar maka v adalah besaran vektor, dinamakan juga kecepatan rata-
∆𝑡

rata, 𝑣 rata-rata mempunyai arah sama dengan arah ∆𝑟. Jika dibuat vektor satuan
𝑢̂ pada garis P0 P1, pada gambar 1.12 maka:

18
Gambar 1.12 Vektor Pergeseran ∆𝑟.
∆𝑟 = |∆𝑟|𝑢̂ = ∆𝑟𝑢̂
∆𝑟 ∆𝑟
= 𝑢̂ = 𝑣 𝑢̂ = 𝑣
∆𝑡 ∆𝑡
∆𝑟
Jadi 𝑣 = = 𝑣𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
∆𝑡

Selain kecepatan rata-rata kita akan mendefinisikan pula kecepatan sesaat


yaitu kecepatan pada saat tertentu atau pada tempat tertentu. Kecepatan sesaat
didefinisikan sebagai:
∆𝑟
𝑣𝑡 = lim , lihat pada gambar 1.13,
∆𝑡→0 ∆𝑡

Gambar 1.13 P0P = ∆𝑟 = vektor perubahan posisi


jika ∆𝑡 mendekati nol ( ∆𝑡 → 0) berarti P makin mendekati P0. Menurut
lintasan lengkung P0P makin mendekati garis singgung di P0, berarti tepat di P0,
garis P0P merupakan garis singgung yang menunjukkan arah kecepatan di P0,
dengan lain perkataan kecepatan di P0 atau di tempat lain setiap saat dinyatakan
∆𝑟 𝑑𝑟 (𝑡)
oleh garis singgung di tempat tersebut, sesuai dengan definisi lim = atau
∆𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑟 (𝑡)
𝑣𝑡 =
⃗⃗⃗ = turunan pertama dari vektor posisi.
𝑑𝑡

19
Maka kecepatan partikel dalam ruang dua dan tiga dimensi adalah:
∆𝑟
v = ∆𝑡
∆𝑥𝑖+ ∆𝑦𝑗
v= ∆𝑡
∆𝑥𝑖+ ∆𝑦𝑗+ ∆𝑧𝑘
v= ∆𝑡

v = vxi + vy j v = vxi +vy j + vz k


besar kecepatan rata-rata adalah :
v = √𝑣𝑥2 + 𝑣𝑦2

v = √𝑣𝑥2 + 𝑣𝑦2 + 𝑣𝑧2


Contoh :
Posisi partikel r = (t3 + 2) 𝑖̂ – t2𝑗̂ – 4tk. Tentukanlah kecepatan partikel tersebut?
Jawab :
Kecepatan partikel adalah :
𝑑𝑟
V = 𝑑𝑡
𝑑(𝑡 3 +2)𝑖̂−𝑡 2 𝑗̂ −4𝑡𝑘
V= 𝑑𝑡

V = (3t 𝑖̂ – 2 t 𝑗̂ – 4k) m/s


2

Kecepatan Relatif
Bila suatu partikel bergerak dalam suatu kerangka P1 dan kerangka
tersebut juga bergerak terhadap kerangka lain P2 dengan kecepatan masing-
masing v1 dan v2, maka secara vektor ditulis :
V P1/P2 = v2 – v1 kecepatan relatif P2 terhadap P1
Contoh :
Dua partikel mempunyai vektor posisi r1 = 2 t 𝑖̂ – t2𝑗̂ + (3t2 – 4t) k dan r2 = (5t4 –
12t + 4) 𝑖̂ + t3 𝑗̂ – 3tk. Tentukanlah kecepatan relatif kedua partikel pada t=3
sekon?
Jawab:
𝑑𝑟1
V1 = 𝑑𝑡
𝑑
V1 = 𝑑𝑡 (2 t 𝑖̂ – t2𝑗̂ + (3t2 – 4t) k)

V1 = 2 𝑖̂ – 2t 𝑗̂ + (6t – 4) k
Pada saat t= 3 sekon, v1 = 2 𝑖̂ – 2(3) 𝑗̂ + (6(3) – 4) k = 2 𝑖̂ – 6 𝑗̂ + 14 k

20
𝑑𝑟2
V2 = 𝑑𝑡
𝑑
V2 = 𝑑𝑡 (5t4 – 12t + 4) 𝑖̂ + t3𝑗̂ – 3tk)

V2 = (20 t3 – 12) 𝑖̂ + 3t2𝑗̂ – 3k


Pasa t = 3 sekon, (20 (3)3 – 12) 𝑖̂ + 3(3)2𝑗̂ – 3k = 528 𝑖̂ + 27 𝑗̂ – 3k
V P2/P1 = v2 – v1
V P2/P1 = (528 𝑖̂ + 27 𝑗̂ – 3k) – (2 𝑖̂ – 6 𝑗̂ + 14 k)
V P2/P1 = 526 𝑖̂ + 33 𝑗̂ – 17k

C. Percepatan
Menurut Tipler (1998), Percepatan adalah perubahan kecepatan persatuan
waktu.
Percepatan Rata-rata

Gambar 1.14 Percepatan rata-rata


Percepatan rata-rata dari suatu partikel dalam selang waktu ∆𝑡 = 𝑡2 − 𝑡1
∆𝑣
didefinisikan sebagai perbandingan yang secara matematis ditulis sebagai:
∆𝑡
∆𝑣
a = ∆𝑡

jika partikel bergerak dalam bidang ruang tiga dimensi, maka percepatan
rata-rata partikel adalah :
∆𝑣𝑥 ∆𝑣𝑦 ∆𝑣𝑧
a= 𝑖+ 𝑗̂ + 𝑘
∆𝑡 ∆𝑡 ∆𝑡

Besar percepatan rata-rata partikel adalah :


a = √𝑎𝑥2 + 𝑎𝑦2 + 𝑎𝑧2
jika v = dr/dt adalah kecepatan partikel, kita mendefinisikan percepatan (juga
disebut percepatan sesaat) partikel di P sebagai:
𝑑𝑣 𝑣(𝑡+∆𝑡)−𝑣(𝑡)
a = 𝑑𝑡 = lim
∆𝑡→0 ∆𝑡

dalam hal r =xi + yj + zk percepatan adalah

21
𝑑2 𝑟 𝑑2 𝑥 𝑑2 𝑦 𝑑2 𝑧
a= 𝑑𝑡 2 = 𝑑𝑡 2 𝑖 + 𝑑𝑡 2 𝑗 + 𝑘
𝑑𝑡 2

Dan besarnya adalah


𝑑2 𝑥 𝑑2 𝑦 𝑑2 𝑧
a = |𝑎| = √( 𝑑𝑡 2 ) + ( 𝑑𝑡 2 ) + (𝑑𝑡 2 )2

Contoh :
Persamaan kecepatan sebuah partikel adalah v (t) = 2ti + (1+3t2) j + 3t2k.
Tentukan percepatan rata-rata dalam selang waktu t=0 sampai t = 2?
Jawab :
V (0) = 2 (0) i + (1+3(02)) j + 3(02) k = j m/s
V (2) = 2 (2) i + (1+3(22)) j + 3 (22) k = 4 i + 13 j + 12 k m/s
∆𝑣 = v2 – v1 = (4i + 13 j + 12k) – j = 4 i + 12j + 12k m/s
∆𝑡 = t2 – t1 = 2-0 = 2 sekon
∆𝑣 4i+12j+12k
a = ∆𝑡 = = 2 i + 6 j +6 k m/s2
2

Percepatan Relatif
Jika dua partikel P1 dan P2 bergerak masing-masing dengan percepatan a1
dan a2 , maka secara vektor dinyatakan :
a P2/P1 = a2 – a1 percepatan relatif terhadap P1
Contoh :
 Dua partikel mempunyai percepatan a1 = 2𝑖̂ – 2 + 𝑗̂ + (6t – 4) k dan a2 =
(20t3 – 12)𝑖̂+ 3t2𝑗̂ – 3 k. Tentukan percepatan relatif kedua partikel pada
saat t = 0 ?
Jawab :
Pada t = 0
A1 = 2𝑖̂ – 2 (0) 𝑗̂ + (6(0)- 4) k
A1 = 2𝑖̂ – 4k m/s2
A2 = (20(03) – 12)𝑖̂ + 3 (02)𝑗̂ – 3k
A1 = - 12𝑖̂ – 3k m/s2
a P2/P1 = a2 – a1
a P2/P1 = (-12𝑖̂ -3k) – (2𝑖̂ - 4)
a P2/P1 = -14𝑖̂+ k m/s2

22
2.5. Aplikasi Analisa Vektor dalam Kehidupan Sehari-hari
Banyak sekali aplikasi vektor dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya
sebagai berikut:
 Ketika penerjun menjatuhkan diri
dari kapal, tempat ia jatuh tidak
tepat di bawah kapal, tetapi jauh
melenceng karena adanya dua
vektor gaya yaitu gaya gravitasi
dan gaya dorong angin.
 Saat perahu menyebrangi sebuah sungai, maka kecepatan gerak perahu yang
sebenarnya merupakan kecepatan gerak perahu dan kecepatan air.
 Saat seorang pemuda mendorong
sebuah piano menggunakan
lengannya dengan membentuk
vektor, maka akan mempermudah
piano tersebut terdorong.

 Pesawat terbang yang ingin terbang


dan mendarat menggunakan
metode vektor, sehingga ketika
turun tidak langsung jatuh ke
bawah, tapi melalui arah vektor
yang disesuaikan. Dengan demikian
orang-orang yang berada
didalamnya pun tidak jatuh atau
terombang-ambing.

 Dalam suatu kejadian seorang pemanah


menarik anak panah dari busunya
sebenarnya arah gerak anak panah
merupakan penjumlahan vektor gaya tarik tali dari kedua ujung busur tersebut.

23
 Metode vektor juga diaplikasikan
terhadap orang yang sedang
bermain layang-layang. Sehingga
arah layang-layang yang sedang
terbang tidak lurus terhadap
orang yang memegang tali
layangan. Dengan demikian
orang tersebut dapat melihat
layangan lebih jelas karena ada
pengaruh vektor.

 Seorang pilot pada pesawat


terbang menggunakan komputer
navigasi yang dihubungkan
dengan cara vektor, sehingga
seorang pilot yang mengemudi
tidak salah arah atau berpindah di
tempat yang tidak diinginkan.

 Pada saat seorang anak bermain


jungkat-jungkit, pada bidang
miring menggunakan gaya
vektor, sehingga anak tersebut
tidak jatuh dari bidang miring itu.

 Penggunaan mesin derek dengan


palang penyangga menggunakan
aplikasi analisa vektor.

24
 Penggunaan mesin pemotong
rumput menggunakan aplikasi
analisa vektor.

 Penggunaan sensor android


dengan aplikasi analisa vektor
pada HP.

 Penggunaan vektor pada roda


sehingga roda bisa lebih mudah
berputar.

 Saat membuka baut, semakin


panjang lengan gaya maka
momen gaya yang dihasilkan
oleh gaya akan semakin besar
dengan menggunakan analisa
vektor.

25
 Aplikasi vektor ini juga digunakan dalam energi listrik yang dapat
dikonversikan melalui matlab.
Dalam teknik listrik, khususnya dalam Sistem Tenaga Listrik, bilangan
kompleks digunakan secara luas sepanjang. Lebih khusus dalam
Konversi Energi Listrik ada konsep yang disebut "bergulir medan
magnet ”, yang hanya menggambarkan bagaimana stator dari mesin
listrik menghasilkan putaran Medan gaya. Konsep ini dimodelkan
dengan seperangkat persamaan diferensial dan dengan beberapa
manipulasi kita sampai pada satu set vektor. Vektor-vektor ini pada
gilirannya menunjukkan bidang berputar di ruang angkasa
(Osorno:2002).

 Formulasi Vektor dari Hukum Refleksi dan Pembiasan Maju dan


Gelombang Mundur
Penggunaan formulasi vektor pada untuk hukum relfleksi dan
pembiasaan. untuk hukum bias menggambarkan fenomena kinematik
dari refleksi specular dan refraksi sinar oleh permukaan planar yang
merupakan antarmuka antara dua media isotropik homogen. Dalam
penggunaan rumus (1) nˆ iˆ nˆ rˆ notasi: ˆ n, ˆi, ˆr, adalah vektor
satuan dari arah normal positif dan insiden, tercermin, dan sinar bias
(Fisanov : 2015)

2.6. Kesulitan Pelajar Menyelesaikan Permasalahan Vektor


Hasil penelitian Barniol & Zavala (2012) mereka menemukan bahwa
siswa yang menyelesaikan kursus mekanika tipe berbasis kalkulus mengalami
kesulitan serius membuat sketsa vektor satuan ke arah vektor di bidang
koordinat Cartesian. Hanya, 22% siswa menjawab dengan benar. Masalah 1.
Kita dapat membuat dua kesalahan umum: 1) Kesalahpahaman dalam
besarnya vektor satuan dan / atau dalam komponen x dan y dari vektor ini, 2)
Kebingungan antara unit vektor dalam arah vektor A dengan dua komponen
vektor vektor A ditulis dalam notasi unit-vektor. Kami juga menemukan

26
bahwa siswa yang menyelesaikan kursus listrik dan magnet (kursus pengantar
terakhir di lembaga ini) masih mengalami kesulitan dengan perkalian skalar
negatif dari vektor. Menurut Jana (2018) kesulitan mahasiswa terdapat pada
pemahaman konsep dalam vektor yang cukup kompleks.
Penelitian Suharti dan Ismet (2017) menyimpulkan ada 3 kesalahan.
Kesalahan siswa dalam melakukan penjumlahan vektor secara geometri
disebabkan karena belum memahami dengan baik vektor dan anti vektor.
Kesalahan siswa dalam melakukan penjumlahan vektor secara analitis
disebabkan karena siswa tidak dapat menggambarkan penguraian semua
vektor ke dalam komponenkomponennya, dan juga kesalahan dalam
melakukan operasi matematika. Kesalahan siswa dalam melakukan operasi
perkalian titik disebabkan karena siswa sering memperlakukan perkalian titik
(dot product) antara dua buah vektor sama dengan perkalian skalar sehingga
tidak memperhitungkan sudut antara kedua vektor.Penelitian oleh Sari dkk
(2017) menunjukan bahwa hasil pemahaman siswa dalam katagori baik.
Muzaky dan Handhika (2015) menyatakan bahwa alat peraga sederhana
berbasis teknologi daur ulang dapat meningkatkan pemahaman konsep vektor
kepada siswa. Selanjutnya Suwandi (2015) mengemukakan ada beberapa
pengembangan yang dirinya lakukan mengenai hasil kali titik dan hasil kali
silang pada vektor di ruang dimensi dua dan tiga yaitu sebagai berikut:
1. Menginterpretasikan secara geometri perkalian titik dan silang pada
vektor.
2. Membuktikan formula selisih sudut cosinus dan jumlah sudut
cosinus dengan pendekatan hasil kali titik pada vektor.
3. Mengaitkan hasil kali titik dan silang dengan determinan

27
BAB III
KESIMPULAN

3.1. KESIMPULAN
1. Vektor adalah besaran yang mempunyai arah dan besar dalam ruang.
2. Vektor satuan vektor memiliki satuan panjang disebut vektor satuan.
3. Perkalian Skalar dan Vektor terdiri dari dua jenis yaitu perkalian dot dan
cross.
4. Kinematika adalah ilmu yang mempelajari geometri gerak dan digunakan
untuk menghubungkan perpindahan, kecepatan, percepatan dan waktu tanpa
mengetahui penyebab geraknya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Bukit, N., Ginting, E.M. 2015.Mekanika.Medan: UNIMED PRESS.

Barniol, Pablo., & Zavala, Genaro. 2012. Students' Difficulties with Unit Vectors
and Scalar Multiplication of a Vector.

Crowe, Michael. 1969. A History of Vector Analysis. American Journal of


Physics, 1-17

Osorno, Bruno. 2002. Application Of Vector Analysis In Electric Energy


Conversion Using Matlab. Journal American Society for Engineering
Education, 7.214.1 - 7.214.8

Fisanov, vasilii. 2015. Vector Formulations of the Laws of Reflection and


Refraction of Forward and Backward Waves. Russian Physics Journal,
50(8), 1074-1079

Four, R.De., & Wadi, T. 2014. Vector Analysis and Equivalent Circuit of a
Three-Phase Motor Stator. International Journal of Advanced Research in
Electrical,Electronics and Instrumentation Engineering, 3(8), 10931 - 10938

Halliday, D., Resnick, R. 1995. FISIKA JILID 1 EDISI KETIGA.Jakarta:Erlangga.

Jana, Padrol. 2018. Analisis Kesalahan Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Soal


Matematika Pada Pokok Bahasan Vektor. Jurnal Penelitian Matematika dan
Pendidikan Matematika, 2(2), 8-14

Mueanploy, Wannapa. 2015. Study of The Vector Product using Three


Dimensions Vector Card of Engineering in Pathumwan Institute of
Technology. Journal of Physics: Conference Series, 622, 1-8

Musback, Mussadiq.1995. Fisika Mekanika Dan Panas. Jakarta: Depdikbud.

Muzaky, Ahmad Furqon., & Handhika, Jeffry. 2015. Penggunaan Alat Peraga
Sederhana Berbasis Teknologi Daur Ulang Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Materi Vektor Dalam Kelas Remedial Smkn 1
Wonoasri Tahun Pelajaran 2014/2015, 6(1), 129-134

iii
Sari, Witri Puspita., Suyanto, Eko., & Suana, Wayan. 2017. Analisis Pemahaman
Konsep Vektor Pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06(2), 159-168

Susiharti & Ismet. 2017. Studi Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal
Vektor Di Sma Negeri 1 Inderalaya. Jurnal Inovasi Dan Pembelajaran
Fisika, 99-105

Suwandi. 2015. Pengajaran Hasil Kali Titik Dan Hasil Kali Silang Pada Vektor
Serta Beberapa Pengembangannya. Jurnal Ilmiah Edu Research, 4(1), 1-8

Tipler, P.A. 1998. FISIKA Untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

iv

You might also like