Professional Documents
Culture Documents
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Farmakognosi
Dosen Pengampu :
Burhan Ma’arif ZA M.pharm Apt
Farmasi B 2017
Disusun Oleh:
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
1. Pendahuluan
Diabetes Melitus merupakan suatu gangguan metabolit yang diakibatkan oleh
kekurangan produksi insulin di dalam tubuh. Selain itu, adanya resistensi insulin
yang ditandai dengan hiperglikemia (kelebihan kadar gula darah) mampu
menyebabkan terjadinya komplikasi spesifik (Liu et al, 2012).
Penderita penyakit diabetes melitus sering menyerang di berbagai negara Asia,
salah satu Indonesia. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF)
tahun 2015 menyatakan Indonesia berada diperingkat ke-7 dengan prevalensi
diabetes melitus tertinggi sebanyak 10 juta orang setelah Cina, India, Amerika
Serikat, Brazil, Rusia, dan Mexico. Berdasarkan hal ini IDF memprediksi pada
tahun 2040 total penyandang diabetes melitus di Indonesia akan mengalami
peningkatan menjadi urutan ke-6 dengan jumlah 16,2 juta orang.
(Skinner,2000)
b. Bawang Putih
Bawang putih (Allium sativum L.) adalah herba semusim berumpun yang
mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-
ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari. Bawang putih
sebenarnya berasal dari Asia Tengah, diantaranya Cina dan Jepang yang beriklim
subtropik. Dari sini bawang putih menyebar ke seluruh Asia, Eropa, dan akhirnya
ke seluruh dunia. Di Indonesia, bawang putih dibawa oleh pedagang Cina dan Arab,
kemudian dibudidayakan di daerah pesisir atau daerah pantai. Seiring dengan
berjalannya waktu kemudian masuk ke daerah pedalaman dan akhirnya bawang
putih akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia. (Gembong,2010)
(Gembong,2010)
3. Ginsenosides
Bawang putih terdiri atas 0,1-0,3% minyak yang mudah menguap dan
senyawa ini banyak digunakan dalam bidang farmakologi. Tanaman ini juga
mengandung komponen sulfur termasuk aliin, allicin, allyl, propil,
dialyltrisulphide, sallylcysteine, vinyldithiines, dan lain-lain. Komponen sulfur
banyak digunakan dalam aktivitas farmakologi untuk keperluan pengobata. Selain
komponen sulfur, bawang putih juga terdiri dari 17 asam amino dan glikosida,
arginin, dan lain sebagainya. Mineral (sellenium) dan enzim (alinase, peroksidase,
dan mirosinase) juga terdapat dalam tanaman bawang putih.
Alisin (diallyl thiosulfinate) merupakan salah satu komponen biologis yang
paling aktifyang terkandung dalam bawang putih.Komponen ini, bersamaan dengan
komponen sulfur lain yang terkandung dalam bawang putih berperan pula
memberikan bau yang khas pada bawang putih. Allicin merupakan senyawa yang
bersifat tidak stabil, senyawa inidalam waktu beberapa jam akan kembali
dimetabolisme menjadi senyawa sulfur lain.Adanya kerusakan pada umbi bawang
yang ditimbulkan dari dipotongnya atau dihancurkannya bawang putih akan
mengaktifkan enzim Allinase yang akan memetabolisme allisin menjadi allicin,
yang kemudian akan dimetabolisme menjadi vinyldithiines dan ajoene. Proses ini
memakan waktu berjam-jam dalam suhu ruangan dan hanya memakan waktu
beberapa menit dalam proses memasak. (Liswati:2017)
4. Metode In Vivo
Hasil dari penilitian bawang putih dengan metode in vivo ini yaitu dimana
bawang putih memiliki efek hipoglikemik pada tikus diabetes melalui peningkatan
sekresi insulin dan peningkatan sensitivitas insulin sehingga hal ini menunjukkan
adanya peningkatan aktivitas GLUT4 dan mengembalikan resistensi insulin yang
terjadi, dimana bahwa glikogen akan diperbaiki dalam otot rangka, sehingga hal ini
menunjukkan bahwa bawang putih bisa meningkatkan toleransi glukosa dan
sensitivitas insulin melalui peningkatan aktivitas GLUT4 dan dapat di simpulkan
bahwa penggunaan bawang putih sebagai obat antidiabetes, dimana hal ini lebih
mengarah ke pengobatan diabetes melitus tipe 2 menujukkan hasil pengobatan yang
cukup efesien ( ). Pada literatur lain disebutkan bahwa bawang ptutih dapat
menghambat transportasi secara aktif gula yang diangkut, dan cairan. Konsentrasi
D-glukosa terakumulasi di usus tikus meningkat secara signifikan pada kehadiran
A. sativum. Glukosa dipertahankan dalam dinding usus sulit untuk diukur karena
glukosa dimetabolisme dengan cepat oleh enterosit. Penting untuk itu A. sativum
mengurangi hilangnya mukosa dan penampilan serosal glukosa, yang mungkin
mencerminkan penurunan dalam transfer zat terlarut baik pada mukosa dan serosal.
Dengan demikian mungkin bahwa hambatan yang diamati transportasi glukosa oleh
A. sativum adalah karena beberapa peningkatan pemanfaatan glukosa oleh dinding
usus yang menghasilkan pengurangan glukosa yang diangkut ke dalam serosal
larutan. Studi menunjukkan bahwa transportasi glukosa dihambat oleh A. sativum
di kantung usus ().
7. Kesimpulan
Berdasarkan literatur yang telah didapat dapat kita ambil kesimpulan
bahwasanya baik bawang putih maupun gingseng dapat berpotensi sebagai obat
diabetes. Pada literatur mengenai bawang putih dibahas mengenai GLUT4 dan
penghambatan transportasi glukosa yang menyebabkan dapat berpotensi sebagai
obat disbetes. Sedangkan pada literatur mengenai tanaman gingseng membahas
mengenai Rg3 (Rg3-RGE) sebagai suatu senyawa yang dapat menurunkan glukosa,
kadar trigliserida, dan low-density lipoprotein (LDL) pada tikus serta ekstrak
gingseng terhidrolisis (HGE) yang mungkin efektif untuk mengobati glukosa puasa.
Dari kedua perbandingan tersebut dapat kita ketahui bahwa kedua tanaman
berpotensi sebagai obat antidiabetes dengan mekanisme kerjayang berbeda, namun
perlu dilakukan penelitian lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA