Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelompok / Kelas : I / 6KA
I. TUJUAN PERCOBAAN
- Dapat mengoperasikan peralatan falling film evaporator di
laboratorium pilot plant POLSRI dengan baik dan benar
- Dapat memahami proses pengendalian operasi pada panel kendali
dengan baik dan benar
- Dapat mengamati perubahan warna larutan air dengan indicator warna
EBT setelah dievaporasi
2
Laju perpindahan panas pada falling film evaporator dapat
dinaikkan dengan menurunkan suhu permukaan liquida yaitu dengan cara
penghembusan udara panas sehingga tekanan parsial uap akan turun. Hal
ini menggantikan prinsip evaporasi secara vakum yang memungkinkan
penguapan pada suhu rendah.
Perlu diperhatikan dalam penerapan prinsip falling film evaporator
adalah mengatur agar seluruh permukaan evaporator terbasahi secara
continue, dan film yang dihasilkan mempunyai ketebalan yang seragam.
Sehingga distributor umpan yang akan dipakai harus didesain secara tepat.
Berbagai cara distribusi umpan, dibuat untuk menjamin keseragaman tebal
film, antara lain memakai distributor tipe overflow weir, peletakan
evaporator harus benar-benar tegak.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mempelajari
perpindahan panas dan massa pada falling film evaporator, Palen, et al,
(1994) mengadakan penelitian hubungan antara perpindahan panas dan
perpindahan massa, untuk campuran biner ethylene glicol dengan
propilene glicol, pada tekanan atmosfer. Penelitian ini menggunakan
distribusi film tipe plug melalui celah. Hewit, et al. (1993) memberikan
persamaan koefisien perpindahan panas pada aliran laminar halus, laminar
bergelombang dan turbulen. Lailatul, et al. (2000) mengadakan penelitian
tentang pengaruh laju alir, dan konsentrasi terhadap koefisien perpindahan
panas untuk larutan gula. Penelitian ini dilakukan pada tekanan
atmosferik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa koefisien
perpindahan panas tergantung pada laju alir dan konsentrasi larutan.
Nugroho dan Priyono (1999) mengadakan penelitian tentang perpindahan
panas pada falling film evaporator pada sistem larutan Gula-Udara dan
hasil yang diperoleh koefisien perpindahan panas tergantung pada laju alir
umpan, konsentrasi larutan dan laju alir udara. Semakin besar laju alir
larutan semakin besar koefisien perpindahan panas, sebaliknya semakin
pekat konsentrasi larutan yang digunakan semakin rendah harga koefsien
perpindahan panasnya.
3
Evaporator selanjutnya disebut penguap jenis lapis tipis tabung
vertical telah lama digunakan misal pada produksi pupuk anorganik,
proses desalinasi, industri kertas dan bubur kertas, industri pangan dan
bahan alami/larutan biologi dll yang adalah untuk peningkatan konsentrasi
dengan penguapan pelarutnya yang umumnya air. Proses ini dapat/sering
digunakan sering digunakan untuk penguapan larutan kental., larutan
sensitif akan panas, larutan yang mudah terdekomposisi dan penguapan
perbedaan temperatur rendah.
Penguapan yang terjadi akan berada di bawah titik didih air pelarut
lain dalam kondisi curah (bulk). Penguapan akan memerlukan kalor yang
lebih sedikit untuk umpan yang memang sedikit tersebut karena umpan
mengalir dalam bentuk lapis tipis(film).
Molekul-molekul dalam suatu gas cenderung saling menolak
sehingga energi kinetik transisional yang dikandung oleh setiap molekul
memperlihatkan suatu gerak sinambung yang acak yang mengakibatkan
sebuah molekul yang lain mengalami perubahan energi. Oleh sebab itu,
molekul-molekul gas akan menyebar secara seragam dan menempati ruang
yang ada sebagai wadahnya. Sebaliknya, gaya tarik menarik antara
molekul-molekul gas akan menyebar secara seragam dan menempati ruang
yang ada. Sebaliknya gaya tarik menarik antara molekul-molekul
menyebabkan mereka saling merapat. Tetapi jika molekul-molekul
tersebut diberi suatu tekanan, pada saat molekul-molekul saling merapat
hingga suatu jarak yang begitu dekat, suatu gaya tolakan yang dikandung
setiap molekul akan bekerja dan mengakibatkan suatu penyimpangan
bentuk.
Ada dua kecendrungan yang dapat ditarik dari uraian diatas,
pertama yang bergantung pada temperatur. Kenaikan temperatur
mengakibatkan energi kinetik transisional setiap molekul bertambah dan
oleh sebab itu menaikan kemampuan untuk mengatasi gaya-gaya yang
cenderung menarik molekul-molekul yang saling berdekatan. Tendens
kedua adalah agregasi, yang ditentukan oleh besar gaya tarik-menarik
antara molekul dan jarak terdekat antar molekul. Gaya tarik yang dimiliki
4
suatu molekul bertambah hingga mencapai harga maksimum tertentu
dimana antara molekul tidak ada lagi tingkah laku ini ditunjukan pada
diagram dibawah ini.
Gaya tarik-menarik maksimum antara molekul terjadi pada jarak rm
sebanding dengan harga minimum energi intermolekul. Jika jarak tersebut
diperdekat (r < rm ), energi potensial berubah dengan segera mencapai
harga nol pada saat mencapai r0. Akibatnya gaya tolak menolak antara
molekul dan energi intermolekul akan bertambah besar.
Tujuan dari setiap proses evaporasi adalah menaikkan konsentrasi
atau kadar kepekatan suatu larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak
mudah menguap dari zat pelarutnya yang relatif lebih mudah menguap.
Penguapan beberapa porsi pelarut tersebut akan memberikan produk yang
berupa larutan pekat dan kental, sedangkan hasil kondensasi uap
pelarutnya bisa dibuang langsung sebagai limbah atau didaur ulang dan
digunakan lagi sebagai pelarut. Hal-hal ini yang membedakan proses
evaporasi dengan distilasi. Falling Film Evaporator adalah metoda
penguapan dengan cara menjatuhkan bahan umpan membentuk lapisan
tipis, sementara itu pemanas dikontakkan terhadap umpan lapis tipis
tersebut dalam suatu kolom FFE (kalandria). Pertimbangan dibuat lapisan
tipis adalah :
Luas permukaan lebih luas, sehingga memudahkan proses penguapan
Penguapan yang terjadi berada di bawah titik didih air atau pelarut
lain sehingga memerlukan kalor lebih sedikit.
Falling Film Evaporator (FFE) adalah salah satu jenis alat untuk proses
penguapan yang diklasifikasikan dalam kelas long tube vertical
evaporator . LTVE, bersama-sama dengan climbing film evaporator
(CFE). Sedangkan berdsarkan tipe pemanasan dapat diklasifikasikan
kedalam sistem pemanasan dipisahkan oleh dinding pertukaran panas yaitu
antara lain jenis kolom kolandria dan shell and tube. Untuk FFE ada di
laboratorium Politeknik Negeri Sriwijaya termasuk dalam jenis yang
kedua. Temperatur operasi yan rendah dalam hal ini satu kukus (steam)
relatif kecil.
5
PROSES PENGUAPAN DI DALAM FFE
Umpan dimasukan melalui bagian atas kolom dan secara
grafitasional. Jika vakum tidak dioperasikan turun dan membasahi dinding
bagian dalam kolom dan dinding bagian luar tabung-tabung penukar panas
yang diberikan oleh medium pemanas di dalam penukar panas dan dipakai
untuk memanaskan larutan mencapai titik didihnya. Penguapan pelarut
dan membawa temperatur uap dari titik temperatur diatasnya. Sehingga
didalam kolom evaporator akan terdapat campuran larutan pada
temperatur penguapan pelarut atau sedikit lebih rendah/tinggi dari uap
pelarut. Karena temperatur pada tangki pemisah dan pendingin lebih
rendah dari pada temperatur bagian bawah kolom, maka sistem pada
kolom tersebut akan mengalami evakuasi (pengosongan) yang dalam arti
sebenarnya terjadi penurunan tekanan sehingga kondisi seprti vakum
terjadi oleh karena campuran tersebut akan terhisap menuju tangki
pemisahan dimana bagian campuran tersebut akan terhisap menuju tangki
pemisah dimana bagian campuran yang berupa larutan produk yang lebih
berat dan pekat turun menuju tanki pengumpul produk sedangkan uap
pelarut menuju kondensor dikondensasikan dan turun ke tangki
pengumpul destilat.
Pada sistem kondisi vakum yang dioperasikan oleh pompa vakum
proses akan berlangsung serupa. Tetapi titik didih yang dicapai akan lebih
rendah pda kondisi atmosfir. Selain itu kemungkinan aliran balik (blow-
back) karena pembentukan uap pelarut dan tekanan persial yang
dikandungannya lebih kecil. Sedangkan berdasarkan tipe pemanasan
dapat diklasifikasikan ke dalam sistem pemanasan dipisahkan oleh dinding
pertukaran panas, yaitu jenis kolom calandria shell and tube. FFE memiliki
efektivitas yang baik untuk :
a. pengentalan larutan-larutan yang jernih
b. pengentalan larutan berbusa
c. pengentalan larutan-larutan yang korosif
d. beban penguapan yang tinggi
e. temperatur operasi yang rendah
6
Kinerja suatu evaporator ditentukan oleh beberapa factor lainnya :
a. Konsumsi uap
b. Steam ekonomi
c. Kadar kepekatan
d. Persentasi produk
7
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang digunakan
- Alat Falling Film Evaporator Seperangkat
- Selang 1 buah
- Ember 2 buah
- Titrator 1 buah
- Stopwatch 1 buah
8
12. Menekan tombol 8 sampai lampu merah [PV-X] menyala tampilan
4 sekarang menunjukkan tekanan operasi sebenarnya
13. Menekan tombol pompa umpan (kanan bawah panel), lampu hijau
menyala
14. Mengatur laju umpan ±150 L/jam
15. Setelah umpan telah menuju kalandria, menekan tombol (10)
manual sampai lampu kuning mati (operasi sekarang otomatis),
mencatat temperaturnya
16. Mematikan peralatn falling film evaporator
17. Mengamati perubahan warna pada tangki umpan.
PENGHENTIAN PROSES
1. Menutup katup-katup manual kukus [baik yang ke calandria
(sudah harus tertutup) maupun penukar panas] menggunakan
sarung tangan
2. Pada pengendali PIC menekan/ menyalakan tombol 10 warna
kuning [manual] sampai lampu didekatnya menyala
3. Menekan tombol 5.1 sampai tampilan 6 didekatnya [OUT-Y]
menunjukkan angka 9
4. Pada panel pengendali mematikan switch tekanan [hitam] dan
switch utama [merah] ke 0 [off]
5. Menutup katup udara tekan
9
V. DATA PENGAMATAN
Percobaan yang telah dilakukan kali ini yaitu Falling Film Evaporator
(FFE) bertujuan untuk proses peningkatan konsentrasi dari suatu larutan.
Proses yang dilakukan dalam peningkatan konsentrasi ini dengan cara
menguapkan pelarut yang ada didalam larutan. Proses penguapan inilah
yang disebut dengan evaporasi. Peralatan evaporasi yang dipakai adalah
falling film evaporator dimana proses terjadinya perpindahan panas yang
menyebabkan adanya perpindahan massa di kalandria. Didalam kalandria
tersebut terdapat pipa shell and tube dengan jumlah tiga tube dan satu shell.
Didalam tube-tube inilah umpan akan dipekatkan konsentrasinya. Bahan
yang digunakan adalah campuran air dan NaOH. Dimana air akan menguap
naik ke atas dan terkondensasi pada wadah destilat, dan larutan yang
mengandung NaOH ke wadah labu produk.
Proses pemanasan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah
pemanasan secara langsung. Hal ini dimaksud bahwa pemanasan dengan
menggunakan steam yang dialirkan ke alat tidak menggunakan Heat
Exchanger. Sedangkan pemindahan panas yang terjadi adalah secara co-
current, dimana steam dan umpan dialirkan dengan arah yang sama. Steam
dialirkan dari atas kebawah hal ini dikarenakan untuk meningkatkan
efektivitas dan efessiensi penggunaan steam karena saat steam diumpankan
dari atas dan setelah menukar panasnya steam akan menjadi kondensat dan
turun ke separator. Tetapi jika steam diumpankan dari bawah ke atas maka
kondensat yang terbentuk akan bersinggungan dengan steam sehingga akan
menurunkan suhu steam dan hal ini menyebabkan banyak kehilangan panas.
Proses perpindahan panas terjadi secara konveksi dan konduksi.
Perpindahan secara konduksi terjadi melalui dinding-dinding tube dan
secara konveksi terjadi melalui molekul-molekul fluida yang bergerak jatuh.
Proses dilakukan selama 60 menit. Dimana setiap 10 menit sampel
pada wadah umpan akandi ambil untuk dilakukan analisan lebih lanjut.
Analisa yang digunakan bertujuan untuk mennentukan konsentrasi NaOH
yang terkandung di dalam larutan. Berdasarkan teori yang ada semakin lama
10
proses maka konsentrasi NaOH akan semakin tinggi. Dimana proses titrasi
menggunakan titran larutan HCl. Berdasarkan analisa dan perhitungan di
dapatkan sampel pada menit 1 konsentrasi sampel NaOH adalah sebesar
0,038 M sedangkan sampel pada menit ke 60 adalah sebesar 0,156 M
dimana membuktikan proses evaporasi berhasil dikarenakan konsentrasi
meningkat selama proses berlangsung.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaaan, maka dapat disimpulkan bahwa :
Falling Film Evaporator (FFE) adalah alat yang digunakan untuk
menjenuhkan atau mengevaporasi suatu larutan agar didapatkan
konsentrasi yang lebih pekat.
Kondisi operasi yang bekerja pada alat FFE adalah tekanan steam, laju
alir steam, laju alir umpan, temperatur steam, banyaknya jumlah steam
dan jumlah umpan.
Semakin lama proses evaporasi secara kontinyu, maka konsentrasi
produk akan semakin pekat.
Kalor yang bekerja pada evaporator adalah kalor yang dilepas steam,
kalor yang diterima umpan.
11
DAFTAR PUSTAKA
GAMBAR ALAT
12
Distilat Umpan
13
Falling Film Evaporator
14