You are on page 1of 11

LAPORAN HASIL DISKUSI

FOCUS GROUP DISCUSSION

SKENARIO 2: Susu sapi mastitis

Disusun Oleh :

Zulfa Nabilah Mastur


17/412468/KH/09364

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
I. JUDUL
“Susu Sapi Mastitis”

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Mahasiswa memahami konsep dasar farmakokinetik dan farmakodinami,
mampu menjelaskan absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi, reseptor,
agonis, antagonis dan interaksi obat, mampu menjelaskan bagaimana obat
bekerja dan mengetahui fungsi reseptor, dan menjelaskan faktor-faktor yang
memengaruhi kerja suatu obat.

III. SKEMA PEMBELAJARAN

Absorpsi

Distribusi

Farmakokinetik

Metabolisme

Ekskresi

FGD 2 SMT 4

Efek Primer

Farmakodinamik

Efek Sekunder
Mekanisme Kerja
Obat dan faktor yang
memengaruhinya

IV. BAHASAN
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A),
distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi
dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat .
1. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam
darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran
cerna (mulut sampai rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah
cara pemberian obat per oral, dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus
karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni 200 meter persegi
(panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai dengan vili dan mikrovili ).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh,
melalui jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat
diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport aktif dan transport pasif.

Gambar 1. 1 Proses Absorbsi Obat

a. Metode absorpsi
- Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan
proses difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar konsentrasi
tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Transport aktif terjadi selama
molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan berhenti
bila konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.
- Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari
daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat
tinggi
b. Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel.
Absorpsi terjadi cepat dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.
- Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
- Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
- Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.

c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan


1. Aliran darah ke tempat absorpsi
2. Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
3. Waktu kontak permukaan absorpsi

d. Kecepatan Absorpsi
1. Diperlambat oleh nyeri dan stress
Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan
saluran cerna, retensi gaster
2. Makanan tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan
lambung dan memperlambat waktu absorpsi obat
3. Faktor bentuk obat
Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan,
sustained release, dll)
4. Kombinasi dengan obat lain
Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau
memperlambat tergantung jenis obat

Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke
seluruh tubuh. Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal
ini yang disebut dengan efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan
obat menjadi inaktif sehingga menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi
sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus banyak.

2. Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke
jaringan dan cairan tubuh.
Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:
a. Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ
berdasarkan jumlah aliran darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar
adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan distribusi ke organ lain seperti
kulit, lemak dan otot lebih lambat
b. Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat
c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein
dapat terikat atau bebas. Obat yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat
bekerja. Hanya obat bebas yang dapat memberikan efek. Obat dikatakan
berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein

3. Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi
obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
b. Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan
bisa dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah
dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic
reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain
(ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di
lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut
lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu.
Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian
berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1. Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al.
penyakit hepar seperti sirosis.

2. Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat
memetabolisme obat dengan cepat, sementara yang lain lambat.
3. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya:
Rokok, Keadaan stress, Penyakit lama, Operasi, Cedera
4. Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa
vs orang tua.

4. Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian
besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang
melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan
taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui
ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh
atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui
ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi
ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan setelah dewasa menurun
1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah melalui empedu ke dalam
usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas
anastetik umum.
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:
a. Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari
obat dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah
absorpsi, metabolism dan ekskresi.
Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering
obat harus diberikan.
b. Onset, puncak, and durasi
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa
kerjanya. Sangat tergantung rute pemberian dan farmakokinetik obat.
Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka
konsentrasinya di dalam tubuh semakin meningkat, Namun konsentrasi
puncak~ puncak respon.
Durasi, Durasi kerjaadalah lama obat menghasilkan suatu efek
terapi.

Selain farmakokinetik, ada pula farmakodinamik. Farmakodinamik


mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia selular dan mekanisme kerja
obat. Respon obat dibagi menjadi dua, yaitu respon primer (yang diinginkan) dan
respon sekunder (efek samping). Contohnya difenhidramin yang memberikan efek
primer sebagai antihistamin yang mampu mengatasi gejala alergi, juga menimbulkan
efek sekunder atau efek samping berupa penekanan saraf pusat yang menyebabkan
kantuk.
Kebanyakan reseptor berstruktur protein dan ditemukan pada membrane
sel. Obat-obat yang bekerja melalui reseptor, dengan berikatan dengan reseptor maka
akan menghasilkan respon atau menghambat respon. Obat-obat yang menghasilkan
respon disebut agonis, dan obat-obat yang menghambat respon disebut antagonis.
Hampir semua obat, agonis dan antagonis, kurang mempunyai efek spesifik dan
selektif. Sebuah reseptor yang terdapat di tempat-tempat berbeda dalam tubuh
menghasilkan efek-efek fisiologis, tergantung di mana reseptor tersebut berada.

Faktor yang Mempengaruhi Kerja Obat


Akibat perbedaan cara dan tipe kerja obat , respons terhadap obat sangat bervariasi.
Faktor selain karakteristik obat juga memengaruhi kerja obat. Klien mungkin tidak
memberi respons yang sama terhadap setiap dosis obat yang diberikan. Begitu juga
obat yang sama dapat menimbulkan respons yang berbeda pada klien yang
berbeda.Faktor yang memengaruhi kerja obat yaitu :

a. Perbedaan Genetik

b. Variabel Fisiologis

c. Kondisi Lingkungan

d. Faktor Psikologis

e. Diet

a. Perbedaan Genetik

Susunan genetik memengaruhi biotransformasi obat. Pola metobolik dalam


keluarga seringkali sama. Faktor genetik menentukan apakah enzim yang terbentuk
secara alami ada untuk membantu penguraian obat. Akibatnya anggota keluarga
sensitif terhadap suatu obat.
b. Variabel Fisiologis

Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mengubah metabolisme obat


tertentu. Hormon dan obat saling bersaing dalam biotransformasi karena kedua
senyawa tersebut terurai dalam proses metabolik yang sama. Variasi diurnal dalam
sekresi estrogen bertanggung jawab untuk fluktuasi siklik reaksi obat yang dialami
wanita.

c. Kondisi lingkungan

Stres fisik dan emosi yang berat akan memicu respons hormonal yang
akhirnya mengganggu metabolisme obat pada klien. Radiasi ion menghasilkan efek
yang sama dengan mengubah kecepatan aktivitas enzim.

Pajanan pada panas dan dingin dapat memengaruhi respons terhadap obat.
Klien Hipertensi diberi vasodilator untuk mengontrol tekanan darahnya. Pada cuaca
panas dosis vasodilator perlu dikurangi karena suhu yang tinggi meningkatkan efek
obat. Cuaca dingin cenderung meningkatkan vasokontriksi, sehingga dosis
vasodilator perlu ditambah.

d. Faktor Psikologis

Sikap seseorang terhadap obat berakar dari pengalaman sebelumnya atau


pengaruh keluarga. Melihat orang tua sering menggunakan obat obatan dapat
membuat anak menerima obat sebagai bagian dari kehidupan normalnya.

Makna obat atau signifikansi mengonsumsi obat memengaruhi respons


klien terhadap terapi. Sebuah obat dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi
rasa tidak aman. Pada situasi ini klien bergantung pada obat sebagai media koping
dalam kehidupan.

5. Diet
Interaksi obat dan nutrien dapat mengubah kerja obat atau efek nutrien.
Contoh : vitamin K terkandung dalam sayuran hijau berdaun merupakan nutrien
yang melawan efek warfarin natrium (coumadin) mengurangi efeknya pada
mekanisme pembekuan darah. Minyak mineral menurunkan absorpsi vitamin larut
lemak. Klien membutuhkan nutrisi tambahan ketika mengonsumsi obat yang
menurunkan efek nutrisi. Menahan konsumsi nutrien tertentu dapat menjamin efek
terapeutik obat.

V. KESIMPULAN
1. Farmakokinetik merupakan respon tubuh terhadap obat, terdiri dari absorpsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi.
2. Farmakodinamik merupakan respon obat terhadap tubuh, terdiri dari efek
primer dan efek sekunder
3. Reseptor obat terdiri dari agonis (menghasilkan respon) dan antagonis
(menghambat respon)
4. Faktor yang memengaruhi kerja obat antara lain perbedaan genetik, variable
fisiologis, kondisi lingkungan, faktos psikologis, dan diet.

VI. LUARAN PEMBELAJARAN


Mahasiswa mampu memahami konsep dasar farmakokinetik dan farmakodinami,
mampu menjelaskan absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi, reseptor, agonis,
antagonis dan interaksi obat, mampu menjelaskan bagaimana obat bekerja dan
mengetahui fungsi reseptor, dan menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi
kerja suatu obat

VII. REFERENSI
Riviere, J.E. 2011. Comparatve Pharmacokinetics. UK : Wiley-Blackwell

Boothe, D.M. 2001. Small Animal Clinical Pharmacology and Therapeutics 8th Ed.
America : Blackwell Publishing.
Kee, J. L. dan Hayes, E. R. 1993. Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta: EGC.

You might also like