Professional Documents
Culture Documents
Disusun
Oleh Kelompok : 3
Wahyuni
Liwa Ul Hamdi
Hudal Birri
Ruhdi Wanfirah
Ardiyanti
Iwan Rezeki
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 17
3.2 Saran ................................................................................................................ 17
A. Latar Belakang
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease).
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman
yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara
hidung dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak
hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh karier atau penderita yang akan
sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa/i dapat memahami asuhan keperawatan dengan
gangguan difteri
2. Tujuan Khusus
a) Dapat memahami pengertian difteri
b) Dapat memahami etiologi difteri
c) Dapat memahami patofisiologi difteri
d) Dapat memahami manifestasi klinis dari difteri
e) Dapat memahami pemeriksaan medis dari difteri
f) Dapat memahami penatalaksanaan medis dari difteri
g) Dapat memahami komplikasi dari difteri
C. Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi pendidikan bisa menambah referensi dan
pengetahuan, bagi tenaga medis khususnya keperawatan bisa memahami dan menerapkan
asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan difteri.
TINJAUAN TEORITIS
Jadi kesimpulannya difteri adalah penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman
Corynebacterium diphteriae.
B. Etiologi
Penyebabnya adalah Corynebacterium diphteriae. Bakteri ini ditularkan melalui percikan
ludah yang berasal dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah
terkontaminasi oleh bakteri. Biasanya bakteri ini berkembangbiak pada atau disekitar
selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan.Pewarnaan sediaan
langsung dapat dilakukan dengan biru metilen atau biru toluidin.Basil ini dapat ditemukan
dengan sediaan langsung dari lesi.
C. Patofisiologi(Ngastiyah, 1997)
Basil hidup dan berkembangbiak pada traktus respiratorius bagian atas terutama bila
terdapat peradangan kronis pada tonsil, sinus, dan lain-lain.Selain itu dapat juga pada
vulva, kulit, mata, walaupun jarang terjadi.Pada tempat-tempat tersebut basil membentuk
pseudomembran dan melepaskan eksotoksin.Pseudomembran timbul lokal kemudian
menjalar kefaring, tonsil, laring, dan saluran nafas atas. Kelenjar getah bening sekitarnya
akan membengkak dan mengandung toksin. Eksotoksin bila mengenai otot jantung akan
menyebabkan miokarditis toksik atau jika mengenai jaringan saraf perifer sehingga timbul
paralysis terutama otot-otot pernafasan. Toksin juga dapat menimbulkan nekrosis fokal
pada hati dan ginjal, yang dapat menimbulkan nefritis interstitialis. Kematian pasien
difteria pada umumnya disebabkan oleh terjadinya sumbatan jalan nafas akibat
Kuman difteri masuk dan berkembang biak pada saluran nafas atas, dan dapat juga pada
vulva, kulit, mata.
Bila eksotoksin mengenai otot jantung akan mengakibatkan terjadinya miokarditis dan
timbul paralysis otot-otot pernafasan bila mengenai jaringan saraf.
Sumbatan pada jalan nafas sering terjadi akibat dari pseudomembran pada laring dan
trakea dan dapat menyebabkan kondisi yang fatal
D. Manifestasi Klinis
1. Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat Celcius,
2. Batuk dan pilek yang ringan.
3. Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
4. Mual, muntah , sakit kepala.
5. Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu abuan kotor.
6. Kaku leher
F. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan umum dengan perawatan yang baik, isolasi dan pengawasan EKG yang
dilakukan pada permulan dirawat satu minggu kemudian dan minggu berikutnya sampai
keadaan EKG 2 kali berturut-turut normal dan pengobatan spesifik.Pengobatan spesifik
untuk difteri :
1. ADS (Antidifteri serum), 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-turut dengan sebelumnya
harus dilakukan uji kulit dan mata.
a. TEST ADS
ADS 0,05 CC murni dioplos dengan aquades 1 CC.
Diberikan 0,05 CC intracutan Tunggu 15 menit indurasi dengan garis tengah 1 cm
(+)
b. CARA PEMBERIAN
G. Komplikasi
Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal ataupun
organ lainnya:
1. Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
2. Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi tidak
terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam waktu 3-7 minggu.
3. Kerusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan
4. Kerusakan ginjal (nefritis).
d. Pola eliminasi
Klien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah asupan nutrisi kurang
disebabkan oleh anoreksia
7. Pemeriksaan fisik
a. Pada diptheria tonsil – faring
1) Malaise
C. Intervensi
Ketidak Mandiri
seimbangan 1. Monitor intake kalori 1. Untuk mengetahui
nutrisi kurang dan kualitas konsumsi pemasukan atau
dari kebutuhan makanan intake makanan.
tubuh b/d 2. Berikan porsi kecil 2. Makanan dalam porsi
anoreksia dan makanan kecil mudah
lunak/lembek. dikonsumsi oleh klien
3. Berikan makan sesuai dan mencegah
dengan selera. terjadinya anoreksia.
4. Timbang BB tiap hari 3. Meningkatkan intake
makanan.
4. Mengetahui
kurangnya BB dan
efektifitas nutrisi
yang diberikan
Nyeri akut b/d Mandiri
proses inflamasi 1. Lakukan pengkajian 1. untuk mengetahui
nyeri secara lokasi nyeri dan
menyeluruh meliputi derajat nyeri,
lokasi, durasi, sehingga dapat
frekuensi, kualitas, dilakukan pengobatan
keparahan nyari dan yang tepat.
factor pencetus nyeri 2. Agar dapat
2. Observasi mengetahui tingkat
ketidaknyamanan non nyeri pada pasien.
verbal 3. Relaksasi dapat
4. Lingkungan yang
tenang dapat
menjadikan pasien
dapat istirahat.
5. Agar nyeri berkurang
4. Kendalikan factor dan pasien cepat
lingkungan yang dapat sembuh
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
misal suhu,
lingkungan, cahaya,
kegaduhan.
Kolaborasi:
5. pemberian analgetik
sesuai indikasi
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Difteri adalah suatu
infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil toksik (racun) Corynebacterium
diphteriae.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa/i
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan
pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health
education untuk mencegah infeksi
Dr. Rusepno Hasan, dkk. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia. Jilid II. Hal 568-72.. Cetakan kesebelas
Jakarta: 2005
Merdjani, A., dkk. 2003. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.Badan Penerbit IDAI,
Jakarta.
Stephen S. tetanus edited by.Behrman, dkk. Dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson
Hal.1004-07. Edisi 15-Jakarta : EGC, 2000