You are on page 1of 15

MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN LUKA DAN DEBRIDEMENT

Disusun
Oleh Kelompok : 3

 Wahyuni
 Liwa Ul Hamdi
 Hudal Birri
 Ruhdi Wanfirah
 Ardiyanti
 Iwan Rezeki

Dosen pembimbing: Ns. Asri Bashir, M.kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN(STIKes)


PROGRAM STUDI S-I KEPERAWATAN

MEDIKA NURUL ISLAM


TAHUN 2019

[Type the company name]


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Pembahasan........................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan …………………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

a. Pengertian Luka .................................................................................................. 3


2.3 Jenis Luka. .......................................................................................................... 4
2.4 Macam-macam Luka dan Penanganannya ......................................................... 5
2.5 Proses Penyembuhan Luka (Secara Umum) ....................................................... 6
2.6 Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka. .............................................. 6
2.7 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................... 7
2.8 Pengkajian Keperawatan .................................................................................... 8
2.9 Masalah keperawatan ........................................................................................ 10

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 17
3.2 Saran ................................................................................................................ 17

DAFAR PUSTAKA ......................................................................................................... 18

[Type the company name]


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease).
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman
yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara
hidung dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak
hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh karier atau penderita yang akan
sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.

Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus


difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian.Selama permulaan
pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak -
anak muda.Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi
rendah.Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam
menunjang kesehatan kita.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini dimaksudkan agar mahasiswa/i dapat memahami asuhan keperawatan dengan
gangguan difteri

2. Tujuan Khusus
a) Dapat memahami pengertian difteri
b) Dapat memahami etiologi difteri
c) Dapat memahami patofisiologi difteri
d) Dapat memahami manifestasi klinis dari difteri
e) Dapat memahami pemeriksaan medis dari difteri
f) Dapat memahami penatalaksanaan medis dari difteri
g) Dapat memahami komplikasi dari difteri

[Type the company name]


h) Dapat memahami dan menerapkan asuhan keperawatan anak dengan gangguan difteri

C. Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi pendidikan bisa menambah referensi dan
pengetahuan, bagi tenaga medis khususnya keperawatan bisa memahami dan menerapkan
asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan difteri.

[Type the company name]


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep Dasar Medis


A. Definisi
Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil toksik (racun)
Corynebacterium diphteriae. (Iwansain.2008).Difteri adalah infeksi saluran pernafasan
yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae dengan bentuk basil batang gram positif
(Jauhari,nurudin. 2008).Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
penghasil racun Corynebacterium diphteriae.(Fuadi, Hasan. 2008).

Jadi kesimpulannya difteri adalah penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman
Corynebacterium diphteriae.
B. Etiologi
Penyebabnya adalah Corynebacterium diphteriae. Bakteri ini ditularkan melalui percikan
ludah yang berasal dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah
terkontaminasi oleh bakteri. Biasanya bakteri ini berkembangbiak pada atau disekitar
selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan.Pewarnaan sediaan
langsung dapat dilakukan dengan biru metilen atau biru toluidin.Basil ini dapat ditemukan
dengan sediaan langsung dari lesi.
C. Patofisiologi(Ngastiyah, 1997)
Basil hidup dan berkembangbiak pada traktus respiratorius bagian atas terutama bila
terdapat peradangan kronis pada tonsil, sinus, dan lain-lain.Selain itu dapat juga pada
vulva, kulit, mata, walaupun jarang terjadi.Pada tempat-tempat tersebut basil membentuk
pseudomembran dan melepaskan eksotoksin.Pseudomembran timbul lokal kemudian
menjalar kefaring, tonsil, laring, dan saluran nafas atas. Kelenjar getah bening sekitarnya
akan membengkak dan mengandung toksin. Eksotoksin bila mengenai otot jantung akan
menyebabkan miokarditis toksik atau jika mengenai jaringan saraf perifer sehingga timbul
paralysis terutama otot-otot pernafasan. Toksin juga dapat menimbulkan nekrosis fokal
pada hati dan ginjal, yang dapat menimbulkan nefritis interstitialis. Kematian pasien
difteria pada umumnya disebabkan oleh terjadinya sumbatan jalan nafas akibat

[Type the company name]


pseudomembran pada laring dan trakea, gagal jantung karena miokardititis, atau gagal
nafas akibat terjadinya bronkopneumonia.
Penularan penyakit difteria adalah melalui udara (droplet infection), tetapi dapat juga
melalui perantaraan alat atau benda yang terkontaminasi oleh kuman difteria.Penyakit
dapat mengenai bayi tapi kebayakan pada anak usia balita. Penyakit Difteria dapat berat
atau ringan bergantung dari virulensi, banyaknya basil, dan daya tahan tubuh anak. Bila
ringan hanya berupa keluhan sakit menelan dan akan sembuh sendiri serta dapat
menimbulkan kekebalan pada anak jika daya tahan tubuhnya baik.
Menurut Iwansain,2008 :

Kuman difteri masuk dan berkembang biak pada saluran nafas atas, dan dapat juga pada
vulva, kulit, mata.

Kuman membentuk pseudomembran dan melepaskan eksotoksin.Pseudomembran timbul


lokal dan menjalar dari faring, laring, dan saluran nafas atas. Kelenjar getah bening akan
tampak membengkak dan mengandung toksin.

Bila eksotoksin mengenai otot jantung akan mengakibatkan terjadinya miokarditis dan
timbul paralysis otot-otot pernafasan bila mengenai jaringan saraf.

Sumbatan pada jalan nafas sering terjadi akibat dari pseudomembran pada laring dan
trakea dan dapat menyebabkan kondisi yang fatal

D. Manifestasi Klinis
1. Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat Celcius,
2. Batuk dan pilek yang ringan.
3. Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan
4. Mual, muntah , sakit kepala.
5. Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu abuan kotor.
6. Kaku leher

[Type the company name]


E. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan laboratorium: Apusan tenggorok terdapat kuman Corynebakterium difteri


(Buku kuliah ilmu kesehatan anak, 1999).
b. Pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar hemoglobin dan leukositosis
polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit, dan kadar albumin. Pada urin terdapat
albuminuria ringan (Ngastiyah, 1997).
c. Pemeriksaan bakteriologis mengambil bahan dari membrane atau bahnan di bawah
membrane, dibiak dalam Loffler, Tellurite dan media blood ( Rampengan, 1993 ).
d. Lekosit dapat meningkat atau normal, kadang terkadi anemia karena hemolisis sel darah
merah (Rampengan, 1993 )
e. Pada neuritis difteri, cairan serebrospinalis menunjukkan sedikit peningkatan protein
(Rampengan, 1993 ).
f. Schick Tes: tes kulit untuk menentukan status imunitas penderita, suatu pemeriksaan swab
untuk mengetahui apakah seseorang telah mengandung antitoksin.

F. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan umum dengan perawatan yang baik, isolasi dan pengawasan EKG yang
dilakukan pada permulan dirawat satu minggu kemudian dan minggu berikutnya sampai
keadaan EKG 2 kali berturut-turut normal dan pengobatan spesifik.Pengobatan spesifik
untuk difteri :
1. ADS (Antidifteri serum), 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-turut dengan sebelumnya
harus dilakukan uji kulit dan mata.
a. TEST ADS
ADS 0,05 CC murni dioplos dengan aquades 1 CC.
Diberikan 0,05 CC  intracutan Tunggu 15 menit  indurasi dengan garis tengah 1 cm 
(+)
b. CARA PEMBERIAN

[Type the company name]


Test Positif  BESREDKA
Test Negatif  secara DRIP/IV
c. Drip/IV
200 CC cairan D5% 0,225 salin. Ditambah ADS sesuai kebutuhan. Diberikan selama 4
sampai 6 jam  observasi gejala cardinal.
2. Antibiotik, diberikan penisillin prokain 5000U/kgBB/hari sampai 3 hari bebas demam.
Pada pasien yang dilakukan trakeostomi ditambahkan kloramfenikol 75mg/kgBB/hari
dibagi 4 dosis.
3. Kortikosteroid, untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat
membahayakan, dengan memberikan predison 2mg/kgBB/hari selama 3-4 minggu. Bila
terjadi sumbatan jalan nafas yang berat dipertimbangkan untuk tindakan trakeostomi. Bila
pada pasien difteri terjadi komplikasi paralisis atau paresis otot, dapat diberikan strikin ¼
mg dan vitamin B1 100 mg tiap hari selama 10 hari.

G. Komplikasi
Racun difteri bisa menyebabkan kerusakan pada jantung, sistem saraf, ginjal ataupun
organ lainnya:
1. Miokarditis bisa menyebabkan gagal jantung
2. Kelumpuhan saraf atau neuritis perifer menyebabkan gerakan menjadi tidak
terkoordinasi dan gejala lainnya (timbul dalam waktu 3-7 minggu.
3. Kerusakan saraf yang berat bisa menyebabkan kelumpuhan
4. Kerusakan ginjal (nefritis).

[Type the company name]


II. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan Difteri
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Umur:Biasanya terjadi pada anak-anak umur 2-10 tahun dan jarang ditemukan pada
bayi berumur dibawah 6 bulan dari pada orang dewasa diatas 15 tahun
b. Suku bangsa:Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-negara miskin
c. Tempat tinggal : Biasanya terjadi pada penduduk di tempat-tempat pemukiman yang
rapat-rapat, higine dan sanitasi jelek dan fasilitas kesehatan yang kurang
2. Keluhan Utama
Klien marasakan demam yang tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia,
lemah
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengalami demam yang tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring, dan saluran nafas
atas dan mengalami pilek dengan sekret bercampur darah
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami difteri
6. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola nutrisi dan metabolism
Jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoraksia
b. Pola aktivitas
Klien mengalami gangguan aktivitas karena malaise dan demam
c. Pola istirahat dan tidur
Klien mengalami sesak nafas sehingga mengganggu istirahat dan tidur

d. Pola eliminasi
Klien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah asupan nutrisi kurang
disebabkan oleh anoreksia
7. Pemeriksaan fisik
a. Pada diptheria tonsil – faring
1) Malaise

[Type the company name]


2) Suhu tubuh < 38,9 º c
3) Pseudomembran ( putih kelabu ) melekat dan menutup tonsil dan
4) dinding faring
5) Bulneck
b. Diptheriae laring
1) Stridor
2) Suara parau
3) Batuk kering
4) Pada obstruksi laring yang berat terdpt retraksi suprasternal, sub costal dan supraclavicular
c. Diptheriae hidung
1) Ringan
2) Sekret hidung serosanguinus  mukopurulen
3) Lecet pada nares dan bibir atas
4) Membran putih pada septum nasi

B. Diagnosa Keperawatan(Doengoes, E Marylin,2000)


1. Pola nafas napas tidak efektif b/d edema laring.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
3. Nyeri akut b/d proses inflamasi.

C. Intervensi

Diagnosa Intervensi Rasional


Pola nafas . Mandiri
napas tidak 1. Observasi tanda – 1. untuk mengetahui
efektif b/d tanda vital. keadaan umum pasien
edema laring. 2. Posisikan pasien semi 2. Agar pasien merasa
fowler. lebih nyaman
3. Anjurkan pasien agar 3. Agar sesak tidak
tidak terlalu banyak bertambah
bergerak.
Kolaborasi 4. Mempertahankan

[Type the company name]


4. Kolaborasi dengan tim kebutuhan oksigen
medis dalam yang maksimal bagi
pemberian terapi pasien
Oxygen

Ketidak Mandiri
seimbangan 1. Monitor intake kalori 1. Untuk mengetahui
nutrisi kurang dan kualitas konsumsi pemasukan atau
dari kebutuhan makanan intake makanan.
tubuh b/d 2. Berikan porsi kecil 2. Makanan dalam porsi
anoreksia dan makanan kecil mudah
lunak/lembek. dikonsumsi oleh klien
3. Berikan makan sesuai dan mencegah
dengan selera. terjadinya anoreksia.
4. Timbang BB tiap hari 3. Meningkatkan intake
makanan.

4. Mengetahui
kurangnya BB dan
efektifitas nutrisi
yang diberikan
Nyeri akut b/d Mandiri
proses inflamasi 1. Lakukan pengkajian 1. untuk mengetahui
nyeri secara lokasi nyeri dan
menyeluruh meliputi derajat nyeri,
lokasi, durasi, sehingga dapat
frekuensi, kualitas, dilakukan pengobatan
keparahan nyari dan yang tepat.
factor pencetus nyeri 2. Agar dapat
2. Observasi mengetahui tingkat
ketidaknyamanan non nyeri pada pasien.
verbal 3. Relaksasi dapat

[Type the company name]


3. Ajarkan untuk merelaksasi otot –
menggunakan teknik otot sehingga nyeri
non farmakologi misal dapat berkurang dan
relaksasi, guided pasien bisa rileks.
imageri, terapi musik
dan distraksi

4. Lingkungan yang
tenang dapat
menjadikan pasien
dapat istirahat.
5. Agar nyeri berkurang
4. Kendalikan factor dan pasien cepat
lingkungan yang dapat sembuh
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
misal suhu,
lingkungan, cahaya,
kegaduhan.
Kolaborasi:
5. pemberian analgetik
sesuai indikasi

D. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien

[Type the company name]


E. Evaluasi Keperawatan
1. Pola napas efektif
2. Nyeri berkurang atau hilang

[Type the company name]


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Difteri adalah suatu
infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil toksik (racun) Corynebacterium
diphteriae.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa/i
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan
pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health
education untuk mencegah infeksi

[Type the company name]


DAFTAR PUSTAKA

Dr. Rusepno Hasan, dkk. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia. Jilid II. Hal 568-72.. Cetakan kesebelas
Jakarta: 2005
Merdjani, A., dkk. 2003. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.Badan Penerbit IDAI,
Jakarta.
Stephen S. tetanus edited by.Behrman, dkk. Dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson
Hal.1004-07. Edisi 15-Jakarta : EGC, 2000

[Type the company name]

You might also like