You are on page 1of 66

*..WELCOME TO HARNA’S WORLD..

ASKEP MOLA HIDATIDOSA


harnawatiaj

10 tahun yang lalu


Iklan

Pengertian

Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda


berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata
ikan.
(Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 238)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus
yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan
adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya
mengalami perubahan hidrofobik.
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265)
Mola hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat
proliferasi tropoblast dan edema stroma villi. (Jack A. Pritchard, dkk, 1991 : 514)
Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi choriales, sdisertai
proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion. Tidak terbentuk fetus ( Soekojo,
Saleh, 1973 : 325).
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista
yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh
dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic
gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104)

Etiologi

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya
adalah :
a.Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
b.Imunoselektif dari tropoblast
c.Keadaan sosio-ekonomi yang rendah

d.Paritas tinggi
e.Kekurangan protein
f.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
(Mochtar, Rustam ,1998 : 238)

Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
a.Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
b.Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblast :
Teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi
gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan
akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
Teori neoplasma dari Park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang
abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul
gelembung.
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat
akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada
minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak
adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama
pembentukan cairan.
(Silvia, Wilson, 2000 : 467)

Gambaran Klinik

Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa adalah :
a.Amenore dan tanda-tanda kehamilan
b.Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan
lanjut kadang keluar gelembung mola.
c.Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
d.Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus
sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)

Anatomi Fisiologi

Anatomi
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pear, terletak dalam rongga
panggul kecil di antara kandung kemih dan anus, ototnya desebut miometrium dan
selaput lendir yang melapisi bagian dalamnya disebut endometrium. Peritonium
menutupi sebagian besar permukaan luar uterus, letak uterus sedikit anteflexi pada
bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya
terletak di atas kandung kencing. Bagian bawah bersambung dengan vagina dan bagian
atasnya tuba uterin masuk ke dalamnya. Ligamentum latum uteri dibentuk oleh dua
lapisan peritoneum, di setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba uterina. Panjang
uterus 5 – 8 cm dengan berat 30 – 60 gram. (Verrals, Silvia, 2003 : 164)
Uterus terbagi atas 3 bagian yaitu :
a).Fundus : bagian lambung di atas muara tuba uterina
b).Badan uterus : melebar dari fundus ke serviks
c).Isthmus : terletak antara badan dan serviks
Bagian bawah serviks yang sempit pada uterus disebut serviks. Rongga serviks
bersambung dengan rongga badan uterus melalui os interna (mulut interna) dan
bersambung dengan rongga vagina melalui os eksterna
Ligamentum pada uterus :
Ligamentum teres uteri : ada dua buah kiri dan kanan. Berjalan melalui annulus
inguinalis, profundus ke kanalis iguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 – 12,5 cm,
terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh darah dan ditutupi peritoneum.
Peritoneum di antara kedua uterus dan kandung kencing di depannya, membentuk
kantong utero-vesikuler. Di bagian belakang, peritoneum membungkus badan dan
serviks uteri dan melebar ke bawah sampai fornix posterior vagina, selanjutnya melipat
ke depan rectum dan membentuk ruang retri-vaginal.
Ligamentum latum uteri : Peritoneum yang menutupi uterus, di garis tengh badan uterus
melebar ke lateral membentuk ligamentum lebar, di dalamnya terdapat tuba uterin,
ovarium diikat pada bagian posterior ligamentum latum yang berisi darah dan saluran
limfe untuk uterus maupun ovarium.

Fisiologi
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum, sesudah
keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara
normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama
40 minggu, uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat
dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa fetus.
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi
dalm kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali perkembangan kehamilan
mendapat gangguan. Demikian pula dengan penyakit trofoblast, pada hakekatnya
merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin
yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada
minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi hidrifik dari jonjot karion,
sehingga menyerupai gelembung yang disebut ”mola hidatidosa”. Pada ummnya
penderita ”mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada diantaranya yang
kemudian mengalami degenerasi keganasan yang berupa karsinoma.
(Wiknjosastro, Hanifa, 2002 : 339)

Tes Diagnostik
a.Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah
atau urin
b.Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam
kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik
sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)
c.Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 – 4 bulan
d.Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak
terlihat janin
e.Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udara
f.Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
(Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266)

Penatalaksanaan Medik
Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :
a.Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
b.Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana
sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan :
Evaluasi klinik dengan fokus pada :
Riwayat haid terakhir dan kehamilan
Perdarahan tidak teratur atau spotting
Pembesaran abnormal uterus
Pelunakan serviks dan korpus uteri
Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan
perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson
c.Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
d.Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
e.Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun.

Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang
dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu :

Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung
berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes
per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas
kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).
Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber
vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat
digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai
Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum,
selama dan setelah prosedur evakuasi
Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat
lakukan transfusi
Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast
aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta
besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu
Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal
(apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk
menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya,
melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien
untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan
keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan
dinamis.

Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya
sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal
yang perlu dikaji adalah :

Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan
dan alamat
Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
Riwayat kesehatan sekarang
Yait keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh
siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang perna dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi,
masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna
dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang
menyertainya
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn
yang menyertainya.
Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.
Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur,
hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan fisik, meliputi :
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu.
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna,
laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik,
dan seterusnya
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan
tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin
atau mencubit kulit untuk mengamati turgor
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh
tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada
tidaknya cairan, massa atau konsolidasi
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada
kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar
Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
Pemeriksaan laboratorium : darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen,
USG, biopsi, pap smear
Keluarga berencana
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
Data lain-lain
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.
Data psikososial
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang
menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
Status sosio-ekonomi
Kaji masalah finansial klien
Data spiritual
Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukan.

Diagnosa Keperawatan yang Lazim Muncul

Secara singkat diagnosa keperawatan dapat diartikan :


Sebagai rumusan atau keputusan atau keputusan yang diambil sebagai hasil dari
pengkajian keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang digambarkan sebagai respon seseorang
atau kelompok (keadan kesehatan yang merupakan keadaan aktual maupun potensial)
dimana perawat secara legal mengidentifikasi, menetapkan intervensi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan atau menurunkan. (Carpenito, Lynda, 2001: 458)

Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada kasus ”mola hidatidosa” adalah :
1.Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2.Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
4.Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
5.Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
6.Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
7.Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
8.Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan

Intervensi

Merupakan tahapan perencanaan dari proses keperawatan merupakan tindakan


menetapkan apa yang akan dilakukan untuk membantu klien, memulihkan, memelihara
dan meningkatkan kesehatannya

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan


dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah ditentukan
Tujuan :
1.Sebagai alat komunikasi antar teman sejawat dan tenaga kesehatan lain
2.meningkatkan keseimbangan asuhan keperawatan
Langkah-langkah penyusunan :
1.menetapkan prioritas masalah
2.merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai
3.menentukan rencana tindakan keperawatan

DIAGNOSA I
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan :
Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang dengan kriteria :
Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
Ekspresi wajah tenang
TTV dalam batas normal
Intervensi :
1.Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien
Rasional :
Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan
intervensi yang tepat
2.Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam
Rasional :
Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi
peningkatan nyeri yang dialami oleh klien
3.Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasional :
Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat
mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri
yang dirasakan
4.Beri posisi yang nyaman
Rasional :
Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri
5.Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional :
Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat
dipersepsikan

DIAGNOSA II
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan :
Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri dengan kriteria :
Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
Klien nampak rapi dan bersih
Intervensi :
1.Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diri
Rasional :
Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri
sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya
2.Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
Rasional :
Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat
3.Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannya
Rasional :
Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara
bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya
4.Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi
kebutuhan klien
Rasional :
Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri

DIAGNOSA III
Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
Tujuan :
Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu dengan kriteria :
Klien dapat tidur 7-8 jam per hari
Konjungtiva tidak anemis
Intervensi :
1.Kaji pola tidur
Rasional :
Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi
selanjutnya
2.Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Rasional :
Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat
3.Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidur
Rasional :
Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur
4.Batasi jumlah penjaga klien
Rasional :
Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi
sehingga klien dapat beristirahat
5.Memberlakukan jam besuk
Rasional :
Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat
6.Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur Diazepam
Rasional :
Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur

DIAGNOSA IV
Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan :
Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas dengan kriteria :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Klien tidak mengalami komplikasi
Intervensi :
1.Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaforesis
Rasional :
Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat
membantu diagnosa
2.Pantau suhu lingkungan
Rasional :
Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal
3.Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyak
Rasional :
Minum banyak dapat membantu menurunkan demam
4.Berikan kompres hangat
Rasional :
Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu
tubuh
5.Kolaborasi pemberian obat antipiretik
Rasional :
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus

DIAGNOSA V
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan :
Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang dengan kriteria :
Ekspresi wajah tenang
Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya
Intervensi :
1.Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional :
Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien
2.Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional :
Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan
3.Mendengarkan keluhan klien dengan empati
Rasional :
Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa
diperhatikan
4.Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan
Rasional :
menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya
5.Beri dorongan spiritual/support
Rasional :
Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang

DIAGNOSA VI
Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
Tujuan :
Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi dengan kriteria :
Nafsu makan meningkat
Porsi makan dihabiskan
Intervensi :
1.Kaji status nutrisi klien
Rasional :
Sebagai awal untuk menetapkan rencana selanjutnya
2.Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering
Rasional :
Makan sedikit demi sedikit tapi sering mampu membantu untuk meminimalkan
anoreksia
3.Anjurkan untuk makan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Rasional :
Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menbangkitkan nafsu makan klien
4.Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional :
Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi
5.Tingkatkan kenyamanan lingkungan termasuk sosialisasi saat makan, anjurkan orang
terdekat untuk membawa makanan yang disukai klien
Rasional :
Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan
pemasukan dan menormalkan fungsi makanan

DIAGNOSA VII
Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
Tujuan :
Klien akan terbebas dari infeksi dengan kriteria :
Tidak tampak tanda-tanda infeksi
Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
1.Kaji adanya tanda-tanda infeksi
Rasional :
Mengetahui adanya gejala awal dari proses infeksi

2.Observasi vital sign


Rasional :
Perubahan vital sign merupakan salah satu indikator dari terjadinya proses infeksi dalam
tubuh
3.Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (luka, garis jahitan), daerah yang
terpasang alat invasif (infus, kateter)
Rasional :
Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan
segera dan pencegahan komplikasi selanjutnya
4.Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antibiotik
Rasional :
Anti biotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri, sehingga proses infeksi tidak
terjadi. Disamping itu antibiotik juga dapat langsung membunuh sel bakteri penyebab
infeksi

DIAGNOSA VIII
Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan
Tujuan :
Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan perifer tidak terjadi dengan kriteria :
Hb dalam batas normal (12-14 g%)
Turgor kulit baik, vital sign dalam batas normal
Tidak ada mual muntah
Intervensi :
1.Awasi tanda-tanda vital, kaji warna kulit/membran mukosa, dasar kuku
Rasional :
Memberika informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
menentukan intervensi selanjutnya
2.Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing dan sakit kepala
Rasional :
Perubahan dapat menunjukkan ketidak adekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan
darah arterial
3.Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pegisian kapiler lambat dan nadi perifer
lemah
Rasional :
Vasokonstriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan dapat
terjadi sebagai efek samping vasopressin
4.Berikan cairan intravena, produk darah
Rasional :
Menggantikan kehilangan daran, mempertahankan volume sirkulasi
5.Penatalaksanaan pemberian obat antikoagulan tranexid 500 mg 3×1 tablet
Rasional :
Obat anti kagulan berfungsi mempercepat terjadinya pembekuan darah / mengurangi
perarahan

Sumber:
1.Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
2.Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
3.Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta
4.Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta
5.Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta
6.Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta
Iklan

Kategori: 1. ASKEP ZONE

Tinggalkan sebuah Komentar

*..WELCOME TO HARNA’S WORLD..*

Blog di WordPress.com.
Kembali ke atas
Iklan
AHMAD YANI
NURSE

Sabtu, 11 Februari 2012

ASKEP MOLAHIDATIDOSA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN MOLAHIDATIDOSA

o
l
e
h
AHMAD YANI

CHRISTY OCTAVIANTA SINAGA

ETIKA SARIYANTI KARO-KARO

IBAR SUFA

JOHAN PRINO SIMANJUNTAK

MEY RUSMI SASTRI SIHOMBING

RIZAL SITUMEANG

ZULFADLI

AKADEMI KEPERAWATAN WIRAHUSADA


MEDAN
ANGKATAN XIV
2010/2011

KATA PENGANTAR
SALAM SEJAHTERA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan ini dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA MOLA HIDATIDOSA(HAMIL
ANGGUR)” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan nilai
semester IV di Akademi Keperawatan Wirahusada Medan T.A 2010/2011.
Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan dan
arahan dari semua pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
banyak kepada Ibu Ns.HAPPY NATALIA SEBAYANG, Skep sebagai
pembimbing yang telah banyak membantu menyelesaikan makalah ini berupa
moril dan spiritual.
Penulis menyadari sepenuh nya bahwa dalam penyusunan makalah
ini jauh dari kesempurnaan baik isi dan susunannya, hal ini disebabkan
keterbatasan waktu, wawasan, ataupun kesilafan penulis. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan hasil
makalah ini.
Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah di
berikan kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan. Harapan penulis,
makalah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi
keperawatan.

Medan, 14 Mei 2011

PENULIS

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian

Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh


berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil
anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus
korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi
villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran
yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002
: 339)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi
kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265)
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi
sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi oleh cairan.

B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya adalah:
 Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi
terlambat dikeluarkan.
 Imunoselektif dari tropoblast.
 Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.
 Paritas tinggi. Kekurangan protein. Infeksi virus dan faktor kromosom
yang belum jelas (Mochtar, Rustam ,1998 : 23)

C. KLASIFIKASI
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblast :
Teori missed abortion.
Janin mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan
peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan
akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
Teori neoplasma dari Park.
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana
terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
Studi dari Hertig
Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata
akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio
komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus
menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan
melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.
(Silvia, Wilson, 2000 : 467)

D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa”
adalah:
 Amenore dan tanda-tanda kehamilan
 Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan
lanjut, kadang keluar gelembung mola.
 Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
 Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus
sudah membesar setinggi pusat atau lebih.e.Preeklampsia atau eklampsia yang
terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
(Mansjoer, Arif, dkk , 2001 : 266)

E. PATOFISIOLOGI

Ovum yang telah dibuai

Perkembangan sel ovum

Terjadi pragnancy

Gangguan pragnancy
Penyakit trofoblast

Gangguan sel ektodermal

Unsur peliput blastokista (bakteri)

Mual & muntah Merusak mukosa rahim

Anoreksia Ganguan peredarn darah Malaise

Resti nutrisi (-) kebutuhan Penimbunan cairan masenkim Intoleransi aktivitas

Terbentuk gelembung-gelembung

Molahidatidosa

Komplet (kalsik) inkomplet (parsial)

Kematian janin Gangguan ovum yang patologik

Tindakan abortus kurangnya pengetahuan Ovum (embrio mati) yang tidak


dikeluarkan

Kuratase ansietas Villus-villus chorialisis membesar

Terjadi perdarahan Resti infeksi Pembengkakan kistik dan hidropik


Gangguan perfusi jaringan Nyeri

Insomnia

F. PENATALAKSANAAN KLINIS

Diagnosis dini akan menguntungkan prognosisPemeriksaan.


USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya
sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat haid
terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting, pembesaran
abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji kehamilan dengan
pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya
diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson.
Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus).
Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas,
masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan
mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses
evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL
dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap
perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara
tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila
sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar
dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali
dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama
dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600
mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L
praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif),
berikan kemoterapi f. MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan
USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan
kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin
menghentikan fertilisasi.
G. TEST DIAGNOSTIK
 Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah
atau urin.
 Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam
kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah
ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison).
 Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 – 4
buland.Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan
tidak terlihat janine.Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli
udaraf.Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
(Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266)

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan
keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara
pemecahannya, melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah
dilaksanakan.
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk
menetapkan, merencanakan danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam
rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal
mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus
menerus, saling berkaitan dan dinamis
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat
Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
 Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit
atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
 Riwayat kesehatan masa lalu.
 Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien,
jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
 Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami
oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit
endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
 Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram
tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
 Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai
dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
 Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
 Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat
digitalis dan jenis obat lainnya.
Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB
dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, ialah:
DIAGNOSA I : Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil : - Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
- Ekspresi wajah tenang
- TTV dalam batas waktu normal

INTERVENSI RASIONAL

 Kaji tingkat nyeri, lokasi dan  Mengetahui tingkat nyeri


skala nyeri yang dirasakan yang dirasakan sehingga
klien. dapat membantu
menentukan intervensi
yang tepat.

 Observasi tanda-tanda vital  Perubahan tanda-tanda vital


tiap 8 jam. terutama suhu dan nadi
merupakan salah satu indikasi
peningkatan nyeri yang
dialami oleh klien.

 Anjurkan klien untuk  Teknik relaksasi dapat


melakukan teknik relaksasi. membuat klien merasa sedikit
nyaman dan distraksi dapat
mengalihkan perhatian klien
terhadap nyeri sehingga
dapat membantu mengurangi
nyeri yang dirasakan.

 Beri posisi yang nyaman.  Posisi yang nyaman dapat


menghindarkan penekanan
pada area luka/nyeri.
 Kolaborasi pemberian  Obat-obat analgetik akan
analgetik. memblok reseptor nyeri
sehingga nyeri tidak dapat
dipersepsikan.

DIAGNOSA II : Intoleransi aktivitas b/d kelemahan

Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri


Kriteria Hasil : - Kebutuhan personal higiene terpenuhi
- Klien tampak rapi dan bersih

INTERVENSI RASIONAL

 Kaji kemampuan klien dalam memenuhi Untuk mengetahui tingkat


rawat diri. kemampuan/ketergantungan klien
dalam merawat diri sehinnga dapat
membantu klien dalam memenuhi
kebutuhan hygienis.

 Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa
sehari-hari. membuat klien ketergantungan pada
perawat.

 Anjurkan klien untuk melakukan  Pelaksanaan aktivitas dapat membantu


aktivitas sesuai kemampuan. klien untuk mengembalikan kekuatan
secara bertahap dan menambah
kemandirian dalam memenuhi
kebutuhannya.

 Anjurkan keluarga klien untuk selalu  Membantu memenuhi kebutuhan klien


berada di dekat klien dan membantu yang tidak terpenuhi secara mandiri.
memenuhi kebutuhan klien.

DIAGNOSA III : Gangguan pola tidur b/d adanya nyeri.

Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak


terganggu.
Kriteria Hasil : - Klien dapat tidur 7-8 jam pehari
- Konjungtiva tidak anemis
INTERVENSI RASIONAL

 Kaji pola tidur  Dengan mengetahui pola tidur klien,


akan memudahkan dalam menentukan
intervensi selanjutnya.

 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan  Memberikan kesempatan pada klien


tenang untuk beristirahat.

 Anjurkan klien minum susu hangat  Susu mengandung protein yang tinggi
sebelum tidur. sehingga dapat merangsang untuk tidur.

 Batasi jumlah penjaga klien  Dengan jumlah penjaga klien yang


dibatasi maka kebisingan di ruangan
dapat dikurangi sehingga klien dapat
beristirahat.

 Memberlakukan jam besuk  Memberikan kesempatan pada klien


untuk beristirahat.

 Kolaborasi dengan tim medis pemberian Diazepam berfungsi untuk merelaksasi


obat tidur Diazepam otot sehingga klien dapat tenang dan
mudah tidur.

DIAGNOSA IV : Kecemasan b/d perubahan status kesehatan


Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan
berkurang/hilang
Kriteria Hasil :- Ekspresi wajah tenang
- Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya

INTERVENSI RASIONAL

 Kaji tingkat kecemasan pasien  Mengetahui sejauh mana kecemasan


tersebut mengganggu klien
 Beri kesempatan pada klien untuk  Ungkapan perasaan dapat memberikan
mengungkapkan perasaannya rasa lega sehingga mengurangii
kecemasan

 Mendengarkan keluhan klien dengan  Dengan mendengarkan keluhan klien


empati secara empati maka klien akan merasa
diperhatikan

 Jelaskan pada klien tentang proses  Menambah pengetahuan klien sehingga


penyakit dan terapi yang di berikan klien tahu dan mengerti tentang
penyakitnya

 Beri dorongan spiritual/support  Menciptakan ketenangan batin sehingga


kecemasan dapat berkurang

DIAGNOSA V : Resiko terjadinya gangguan perfusi jaringan b/d


adanya
perdarahan.
Tujuan : Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan
perifer
tidak terjadi.
Kriteria Hasil :- Hb dalam batas normal (12-14g%)
- Turgor kulit baik
- Vital Sign dalam batas normal
- Tidak ada mual, muntah

INTERVENSI RASIONAL

 Awasi tanda-tanda vital, kaji warna  Memberikan informasi tentang


kulit/membran mukosa, dasar kuku derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menentukan intervensi
selanjutnya

 Selidiki perubahan tingkat kesadaran,  Perubahan dapat menunjukkan


keluhan pusing dan sakit kepala ketidakadekuatan perfusi serebral sebagai
akibat tekanan darah arterial
 Kaji kulit terhadap dingin, pucat,  Vasokontriksi adalah respon simpatis
berkeringat, pengisian kapiler lambat dan terhadap penurunan volume sirkulasi dan
nadi perifer lemah dapat terjadi sebagai efek samping
vasopressin

 Berikan cairan intravena, produk darah  Menggantikan kehilangan darah,


mempertahankan volume sirkulasi

 Penatalaksanaan pemberian obat  Obat antikoagulan berfungsi mempercepat


antikoagulan tranexid 500 mg 3x1 tablet terjadinya pembekuan darah/mengurangi
perdarahan

DIAGNOSA VI : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual,


muntah
Tujuan : Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :- Nafsu makan berkurang
- Porsi maka di habiskan

INTERVENSI RASINAL

 Kaji status nutrisi klien  Sebagai awal untuk menetapkan rencana


selanjutnya

 Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi Makan sedikit demi sedikit tapi sering
sering mampu membantu untuk
meminimalkan anoreksia

 Anjurkan untuk makan makanan dalam  Makanan hangat dan bervariasi dapat
keadaan hangat dan bervariasi meningkatkan nafsu makan klien

 Timbang berat badan sesuai indikasi  Mengevaluasi keefiktifan atau kebutuhan


mengubah pemberian nutrisi

 Tingkatkan kenyamanan linkungan  Sosialisasi waktu makan dengan orang


termasuk sosialisasi saat makan, terdekat atau teman dapat
anjurkan orang terdekat untuk meningkatkan pemasukan dan
membawa makanan yang disukai klien menormalkan fungsi makanan
DIAGNOSA VII :Resiko tinggi terjadi infeksi b/d tindakan kuratase
Tujuan : Klien akan terbebas dari infeksi
Kriteria Hasil : - Tidak tampak tanda-tanda infeksi
- Vital sign dalam batas normal

INTERVENSI RASIONAL

 Kaji ada nya tanda-tanda infeksi  Mengetahui adanya gejala awal dari
proses infeksi

 Observasi vital sign  Perubahan vitaal sign merupakan salah


satu indikator dari terjadinya proses
infeksi dari dalam tubuh

 Observasi daerah kulit yang mengalami  Deteksi dini perkembangan infeksi


kerusakan (luka, garis jahitan), daerah memungkinkan untuk melakukan
yang terpasang alat invasif (infus, tindakan dengan segera dan
kateter) pencegahan komplikasi selanjutnya

 Kolaborasi dengan tim medis untuk  Antibiotik dapat menghambat


pemberian obat antibiotik pembentukan sel bakteri, sehingga
proses infeksi tidak terjadi. Disamping
itu antibiotik juga dapat langsung
membunuh sel bakteri penyebab infeksi
BAB III
KESIMPULAN
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma
villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal
akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh
terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi:
 Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.
 Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.
Penyebab Mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya adalah:
 Faktor ovum:novum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
 Imunoselektif dari tropoblast.
 Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.
 Paritas tinggie, kekurangan protein. Infeksi virus dan faktor kromosom yang
belum jelas.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran
EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC,
Jakarta
Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta
Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media
Aesculapius.
Jakarta

ahmad yani di 23.42


Berbagi

Tidak ada komentar:


Posting Komentar



Beranda

Lihat versi web


Mengenai Saya

ahmad yani
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
https://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/10/askep-mola-hidatidosa/

Tekan tanda tanya untuk melihat tombol pintasan yang tersedia

GABUNG

mee via

Publik

23 Mar 2015

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
“Mola Hidatidosa”
Disusun oleh Kelompok 4 :

APRILIA AGUSTIN 12.321.007


ENNY MARAKONITA 12.321.020

Kelas 5A
S1 Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang ” KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS Mola Hidatidosa” untuk memenuhi tugas
sistem reproduksi 2.
Makalah ini disusun dengan harapan agar tiap mahasiswa mampu berfikir kritis, rasional,
dan kreatif dalam menanggapi masalah-masalah yang timbul di tengah masyarakat dan
bisa berpartisipasi secara aktif. Dalam penyusunan makalah ini kami tidak luput dari
berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1) Ketua STIKES ICME JOMBANG Drs. M. Zainul Arifin,M.Kes.
2) Kaprodi S1 Keperawatan Muarrofah, S.Kep.,Ns.M.Kes
3) Dosen pembimbing mata kuliah Sistem Reproduksi 2 Weni Wulansari A, S.Kep,Ns.
4) Teman teman sekelas kami yang telah membantu dan mendukung kami sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kami mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca yang bersifat membangun sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kehidupan dan dalam proses belajar.

Jombang, 06 Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3. Tujuan ........................................................................................... 2
1.4. Manfaat ........................................................................................... 3

2. BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Definisi ........................................................................................... 4
2.2 Klasifikasi ........................................................................................... 4
2.3 Etiologi ........................................................................................... 5
2.4 Manifestasi Klinis........................................................................................ 7
2.5 Petofisiologi ........................................................................................... 7
2.6 Pemeriksaan penunjang................................................................................ 10
2.7 Klompikasi ........................................................................................... 11
2.8 Penatalaksanaan 12

3. BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengkajian ........................................................................................... 14
3.2 Diagnosa dan Intervensi ............................................................................. 22
3.3 Implementasi ........................................................................................... 25
3.4 Evaluasi ........................................................................................... 26

4. BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 29
4.2 Saran ........................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 30

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di Indonesia
adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum. Salah satu penyebab
perdarahan saat kehamilan adalah mola hidatidosa. Mola hidatidosa merupakan penyakit
wanita pada masa reproduksi. Mola hidatidosa atau hamil anggur merupakan suatu
kehamilan abnormal yang jarang terjadi, tetapi dapat menyebabkan komplikasi yang cukup
serius. Hal ini terjadi karena ada gangguan pada saat bertemunya sel telur dan sel sperma.
Pada hamil anggur terjadi perubahan trofoblastik pada plasenta. Secara spesifik terjadi
perubahan pada vili korialis plasenta sehingga terjadi proliferasi trofoblas yang berlebihan
dan pembengkakan stroma viili.
Data organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007, memperkirakan bahwa setiap
tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan,
persalian dan nifas, fakta ini mendekati terjadinya 1 kematian setiap menit dan diperkirakan
99% kematian tersebut terjadi di Negara-negara berkembang yang tertinggi dengan 450
kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu
di Sembilan Negara maju dan 51 negara persemakmuran.
Tingginya angka kematian ibu diantaranya disebabkan oleh beberapa faktor meliputi:
perdarahan, toxemia gravidarum, dan infeksi. Salah satu dari ketiga faktor tersebut adalah
perdarahan dan perdarahan dapat terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa. Kehamilan
dengan mola dapat menimbulkan komplikasi antara lain perdarahan syok infeksi sekunder,
perforasi dan keganasan (Chorio Carcinoma). Oleh karena itu perlu diwaspadai mengingat
kehamilan ibu terbanyak disebabkan perdarahan.
Melihat permasalahan diatas untuk mencegah timbulnya masalah yang lebih kompleks
pemerintah melakukan berbagai upaya diantaranya: deteksi dini tanda-tanda kelainan pada
kehamilan lewat antenatal care, pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam rangka
meningkatkan kesehatan maternal disertai dengan pelayanan rujukan terjangkau serta
pencanangan gerakan sayang ibu (GSI). Selain upaya-upaya tersebut diatas disini perawat
mempunyai memegang peranan penting dengan memberikan Asuhan keperawatan secara
komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan bio-psiko-sosio kulture. Melihat
fenomena diatas maka disini penulis tertarik untuk menyusun makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Mola Hidatidosa”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian mengenai penyakit molahidatidosa ?
2. Bagaimana Etiologi mengenai molahidatidosa ?
3. Bagaimana manifestasi klinis terkait dengan molahidatidosa?
4. Bagaimana patofisiologi dari molahidatidosa ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang terkait kasus klien dengan Mola Hidatidosa ?
6. Apa saja Komplikasi dari penyakit molahidatidosa ?
7. Bagaimana Konsep Asuhan Keparawatan pada klien molahidatidosa ?
1.3 Tujuan :
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Tujuan umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang Mola Hidatidosa
dan ASKEP terkait klien dengan Mola Hidatidosa.

2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengertian Mola Hidatidosa
b. Untuk mengetahui etiologi dari Mola Hidatidosa
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis terkait kasus Mola Hidatidosa
d. Untuk mengetahui patofisiologi terkait Mola Hidatidosa
e. Untuk mengetahui macam pemeriksaan penunjang terkait kasus klien dengan
Mola Hidatidosa
f. Untuk mengetahui macam komplikasi yang terjadi terkait kasus Mola Hidatidosa
g. Untuk mengetahui dan melakukan asuhan keperawatan terkait klien dengan kasus
Mola
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Semoga dengan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan penyakit
molahidatidosa agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang molahidatidosa lebih dalam sehingga
dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit molahidatidosa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Kehamilan mola adalah suatu kehamilan di mana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak
berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili korialis di sertai dengan
degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran
bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm. Uterus melunak dan berkembang
lebih cepat dari usia gestasi yang normal , tidak di jumpai adanya janin , kavum uteri hanya
terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur. (prawirohardjo,2009).
Untuk kejadian mola hidatidosa, terdapat faktor sosial ekonomi yang memicu :
a. Perkawinan pada usia muda kurang dari 15 tahun atau di atas 45 tahun.
b. Pernah mengalami mola hidatidosa atau abortus.
c. Kekurangan nutrisi seperti kekurangan protein, kalori dan defisiensi vitamin A.
2.2 Klasifikasi
Menurut The U.S. National Institutes of Health secara klinis pembagian mola
diklasifikasikan yaitu mola komplit dan mola parsialis.
1. Mola Komplit
Kehamilan mola komplit yaitu kehamilan mola tanpa adanya janin. Pada pemeriksaan
kandungan dijumpai pembesaran rahim tetapi tidak teraba bagian tubuh janin. Hal ini
disebabkan 1 sperma membuahi sel telur dengan gen yang sudah tidak aktif, kemudian
kromosom paternal berkembang menjadi kromosom 46 XX atau 46 XY yang sepenuhnya
merupakan kromosom sang ayah, sehingga didapati perkembangan plasenta tanpa adanya
janin.

2. Mola Parsialis (Inkomplit)


Kehamilan mola parsialis, adalah kehamilan yang terdapat perkembangan abnormal dari
plasenta tetapi masih didapati janin. Kehamilan mola parsialis biasanya disebabkan karena
2 sperma membuahi 1 sel telur. Hal ini menyebabkan terjadi nya kehamilan triploidi (69
XXX atau 69 XXY), sehingga selain terjadinya perkembangan plasenta yang abnormal juga
disertai perkembangan janin yang abnormal pula. Janin pada kehamilan mola parsialis
biasanya juga meninggal di dalam rahim karena memiliki kelainan kromosom dan kelainan
kongenital seperti bibir sumbing dan syndactily. Selain itu mola parsialis juga dapat
disebabkan adanya pembuahan sel telur yang haploid oleh sperma diploid 46 XY yang
belum tereduksi.
2.3 Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya
adalah :
1. Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif lagi oleh sebuah sel
sperma. Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum
memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam
pembuahan.
2. Imunoselektif dari trofoblas
Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh kesalahan
respon imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas. Akibatnya vili mengalami distensi kaya
nutrient. Pembuluh darah primitive di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga
embrio ‘ kelaparan’, mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan pada
keadaan tertentu mengadakan invasi kejaringan ibu.

3. Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi
kehamilan mola. Frekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau
akhir usia subur relatif tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun
dalam usia subur dapat terjadi kehamilan mola.
4. Faktor gizi (defisiensi protein, asam folat, histidin, dan beta karoten).
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, Sesuai
dengan fungsi gizi khususnya protein yaitu untuk pembentukan jaringan atau fetus
sehingga apabila terjadi kekurangan protein saat hamil dapat menyebabkan gangguan
pembentukan fetus secara sempurna yang menimbulkan jonjot – jonjot korion berupa
molahidatidosa.
5. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan
molahidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetik yang
dapat diidentifikasikan dengan penggunaan stimulandrulasi seperti klomifen atau
menotropiris (personal). Namun juga tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dakpat
terjadi kehamilan molahidatidosa.
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk
atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit ( desease ).
Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba ( kuman atau virus ) yang termasuk
virulensinya seta daya tahan tubuh.
2.4 Manifestasi Klinis
Pada stadium awal, tanda dan gejal mola hidatidosa tidak dapat dibedakan dari
kehamilan normal, kemudian perdarahan pervagina terjadi pada hampir setiap kasus.
Pengeluaran pervagina mungkin berwarna coklat tua (menyerupai juice prune) atau merah
terang, jumlahnya sedikit-sedikit atau banyak, itu berlangsung hanya beberapa hari atau
terus-menerus untuk beberapa minggu. Pada awal kehamilan beberapa wanita mempunyai
uterus lebih besar dari pada perkiraan menstruasi berakhir, kira-kira 25% wanita akan
mempunyai uterus lebih kecil dari perkiraan menstruasi terakhir.
Pada penderita mola dapat ditemukan beberapa gejala-gejala sebagai berikut:
1. Terdapat gejala - gejala hamil muda yang kadang - kadang lebih nyata dari
kehamilan biasa dan amenore
2. Terdapat perdarahan per vaginam yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna
kecoklatan seperti bumbu rujak. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola
seperti anggur
3. Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dengan tua kehamilan
seharusnya.
4. Tidak teraba bagian - bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin serta tidak
terdengar bunyi denyut jantung janin.
5. Kadar gonadotropin tinggi dalam darah serum pada hari ke 100 atau lebih
sesudah periode menstruasi terakhir.

2.5 Patofisiologi
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan
kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara
histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal.
Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah satu janin tumbuh dan yang satu lagi
menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil
sampai berdiameter lebih dari satu cm. mola parsialis adalah bila dijumpai janin dan
gelembung-gelembung mola. Secara mikroskopik terlihat trias :
1. Poliferasi dari trofoblast
2. Degenerasi hidropik dari stroma vili dan kesembaban
3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Ada beberapa teori yang dapat menerangkan patofisiologi penyakit ini.
1. Teori missed abortion.
Kematian mudigan pada usia kehamilan 3-5 minggu saat dimana seharusnya sirkulasi
fetomaternal terbentuk menyebabkan gangguan peredaran darah. Sekresi dari sel-sel yang
mengalami hiperplasia dan menghasilkan substansi-substansi yang berasal dari sirkulasi
ibu diakumulasikan ke dalam stroma villi sehingga terjadi kista villi yang kecil-kecil. Cairan
yang terdapat dalam kista tersebut menyerupai cairan ascites atau edema tetapi kaya akan
HCG.
2. Teori neoplasma dari park
Teori ini mengemukakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai
fungsi yang abnormal pula, dimana terjadi resorpsi cairan yang berlebihan ke dalam vili
sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan
kematian mudigan. Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembung yang berisi
cairan jernih. Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola parsial kadang-kadang ditemukan
janin. Gelembung-gelembung ini sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur.
Gelembung ini dapat mengisi seluruh kavum uterus.

WOC
Poliferasi trofoblas Faktor ovum kebutuhan gizi
meningkat

Degenerasi hidrofik Mengalami keterlambatan gizi tidak


terpenuhi
Dalam pengeluaran

Perkembangan tidk sempurna Kematian ovum kegagalan


pembentukan
jaringan
Edema (cairak tdk diserap) Penyakit trofoblast
Jaringan tidak sempurna
HCG tinggi Gangguan sel ektodermal
Menimbulkan jonjot
Pembengkakan hidrofik Unsur peliput blastokista (bakteri)

Merusak mukosa rahim

Ganguan peredarn darah

Penimbunan cairan masenkim

Terbentuk gelembung-gelembung

Molahidatidosa

Komplit
(klasik) inkomlit
(parsial)
pembesaran uterus tanpa
janin perkembangan embrio abnormal
embrio
meninggal dirahim
Tindakan abortus embrio yg mati tidak
dikeluarkan
Kuretase terdapat kista vili
berisi cairan
Risiko terjadi perdarahan pembengkkan
kistik di dalam abdomen
Risiko Hipovlemik kurang
informasi Nyeri akut
Resiko kekurangan volume cairan kurang pengetahuan
Resiko tinggi Infeksi
Ansietas

2.6 Pemeriksaan Penunjang


(1) Pemeriksaan radiologis atau rontgen.
Tidak terlihat gambaran tulang janin/rangka tulang (pada kehamilan 3 – 4 bulan). Yang
terlihat justru gambaran mirip sarang lebah (honeycomb) atau gambaran mirip badai salju
(snow storm).
(2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi kehamilan molahidatidosa.
Ditemukan gambaran mirip badai salju (snow storm) yang mengindikasikan khoriales yang
hidropik dan tidak adanya gambaran yang menunjukkan denyut jantung janin. Bila
ditegakkan diagnosis molahidatidosa, maka pemeriksaan rontgen paru harus di lakukan
untuk melihat penyebaran ke paru – paru, karena paru – paru merupakan tempat
metastasis pertama bagi PTG (Penyakit Trofoblas Ganas).
(3) Pemeriksaan doopler.
Denyut jantung janin tidak terdengar.
(4) Pemeriksaan laboratorium:
a. Kadar ßHCG cenderung meningkat dan bertambah kuat (lebih tinggi dari kadar
kehamilan normal) terutama pada trimester I.
b. Hemoglobin, hematokrit, eritrosit menurun. Anemia merupakan komplikasi yang
sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya koagulopati, sehingga pemeriksaan
darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan.
c. Protein urine positif (+).
(5) Pemeriksaan histologis/patologi anatomi.
Yaitu pemeriksaan mikroskopis gelembung cairan mirip anggur.
a. Pada mola komplet, tidak terdapat jaringan fetus, terdapat proliferasi trofoblastik, vili
yang hidropik, serta kromosom 46, XX atau 46, XY.
b. Pada mola parsial, terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.
(6) Pemeriksaan T3 dan T4 bila tampak tanda – tanda tirotoksikosis hipertiroid

2.7 Komplikasi
Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi sebagai berikut:
1. Anemia, Perdarahan yang berulang – ulang dapat menyebabkan anemia. Anemia
adalah defisiensi besi sering dijumpai dan kadang – kadang terdapat eritropoiesis
megaloblastik, mungkin akibat kurangnya asupan gizi karena mual dan muntah disertai
meningkatnya kebutuhan folat trofoblas yang cepat berproliferasi.
2. Syok, Perdarahan yang hebat dapat menyebabkan syok, bila tidak segera ditangani
dapat berakibat fatal. Perdarahan mungkin terjadi sesaat sebelum abortus, atau yang lebih
sering terjadi secara intermiten selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Efek
dilusi akibat hipervolemia yang cukup berat dibuktikan terjadi pada sebagian wanita yang
molahidatidosanya lebih besar. Kadang – kadang terjadi perdarahan berat yang tertutup di
dalam uterus.
3. Tirotoksikosis/ Hipertiroidisme, Pada kehamilan biasa, plasenta membentuk Human
Chorionic Thyrotropin (HCT). Pada trimester-1, T4 (tiroksin) meningkat antara 7-12 mg/100
ml, sedangkan T3 (triyodotiroin) tidak terlalu banyak meningkat, Pada penyakit
molahidatidosa perubahan fungsi tiroid lebih menonjol lagi. Kadar T4 dalam serum
biasanya melebihi 12 mg/100 ml, akibatnya kadar T4 bebas lebih tinggi.
4. Infeksi sekunder.
5. Perforasi uterus (perlubangan pada rahim) terjadi saat melakukan tindakan kuretase
(suction curettage) terkadang terjadi karena uterus luas dan lembek (boggy). Jika terjadi
perforasi, harus segera diambil tindakan dengan bantuan laparoskop.
6. Keganasan ( penyakit trofoblas gestasional) Penyakit trofoblas ganas (malignant
trophoblastic disease) berkembang pada 20% kehamilan mola. Oleh karena itu, quantitative
HCG sebaiknya dimonitor terus-menerus selama satu tahun setelah evakuasi
(postevacuation) mola sampai hasilnya negatif. ( I Nyoman, 2009 )
2.8 Penatalaksanaan
Terapi mola terdiri dari 4 tahap yaitu: 1) perbaiki keadaan umum; 2) pengeluaran
jaringan mola; 3) terapi profilaksis dengan sitostatika; 4) pemeriksaan tindak lanjut (follow
up).
1. Perbaikan keadaan umum.
Yang dimaksud usaha ini yaitu koreksi dehidrasi, transfusi darah bila anemia (Hb 8 gr%),
jika ada gejala preeklampsia dan hiperemis gravidarum diobati sesuai dengan protocol
penanganannya. Sedang-kan bila ada gejala tirotoksikosis di konsul ke bagian penyakit
dalam.
2. Pengeluaran jaringan mola.
Ada 2 cara yaitu: a) kuretase; b) Histerektomi.
a. Kuretase
 Dilakukan setelah persiapan pemeriksaan selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar β-
hCG, serta foto thoraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan.
· Bila kanalis servikalis belum ter-buka, maka dilakukan pemasangan laminaria dan
kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
 Sebelum kuretase terlebih dahulu disiapkan darah dan pemasangan infus dengan tetesan
oxytocin 10 UI dalam 500 cc Dextrose 5%/.
 Kuretase dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval minimal 1 minggu.
 Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.

3. Terapi profilaksis dengan sitostatika


Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola hidatidosa masih
menjadi kontroversi. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa kemungkinan terjadi
neoplasma setelah evaluasi mola pada kasus yang mendapat-kan metotreksat sekitar 14%,
sedangkan yang tidak mendapat sekitar 47%. Pada umumnya profilaksis kemoterapi pada
kasus mola hidatidosa ditinggalkan dengan pertimbangan efek samping dan pemberian
kemoterapi untuk tujuan terapi definitive memberi-kan keberhasilan hampir 100%. Sehingga
pemberian profilaksis diberikan apabila dipandang perlu pilihan profilaksis kemoterapi
adalah: Metotreksat 20 mg/ hari IM selama 5 hari.
4. Pemeriksaan tindak lanjut
 Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun
 Setelah pengawasan penderita dianjur-kan memakai kontrasepsi kondom, pil kombinasi
atau diafragma dan pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pada saat penderita datang
kontrol
 Pemeriksaan kadar β-hCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan kadar β-hCG
normal tiga kali berturut-turut
 Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar β-hCG normal selama 6
kali berturut-turut
 Bila terjadi remisi spontan (kadar β-hCG, pemeriksaan fisis, dan foto thoraks setelah saru
tahun semua-nya normal) maka penderita tersebut dapat berhenti menggunakan
kontrasepsi dan hamil lagi.
 Bila selama masa observasi kadar β-hCG tetap atau bahkan meningkat pada
pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya metastase maka penderita harus
dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:
Ny. A, G4 P3 A0 umur 39 tahun dibawa kerumah sakit oleh keluarganya karena mengalami
perdarahan. Klien mengaku sudah mengalami perdarahan sejak 6 hari yang lalu,
sebelumnya Ny. A di bawa ke bidan terdekat dan dari pemeriksaan Ny. A positif hamil, saat
diperiksa keadaan vulva tampak kotor dan lembab serta adanya tanda infeksi yang lain
seperti kemerahan di perineum,dan keluar cairan putih kekuningan serta berbau, klien
tampak lemah, membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis dan cubitan kulit kembali
dalam 2 detik, mual dan muntah 2-4x/hari selama 6 hari. klien juga mengeluh nyeri perut
bagian bawah dengan skala nyeri 6 dan bertambah saat melakukan gerakan secara tiba-
tiba, klien tampak meringis menahan nyeri, wajah klien tampak pucat, perdarahan 500
cc, TD 100/90 mmHg, RR 26X/menit, HR 120X/menit, suhu 36oc, BB 58 Kg.
1. PENGKAJIAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Nama Perawat : Ners E


Tanggal Pengkajian : 20 November 2014
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. A, G4 P3 A0
Umur : 30 tahun
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jombang

Penanggung jawab :
Nama : Tn. M
Umur : 40 tahun
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Strata 1
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jombang
Hubungan degan klien : Suami

B. Keluhan Utama
Klien Mengeluh mengalami perdarahan pervaginam dan nyeri pada bagian abdomen.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Klien menyatakan tidak menderita penyakit jantung, paru, kencing, manis,
gondok maupun penyakit keturunan lainnya.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien diantar oleh suaminya datang kerumah sakit, klien mengeluh mengalami
perdarahan. Klien mengaku sudah mengalami perdarahan sejak 6 hari yang lalu,
sebelumnya Ny. A di bawa ke bidan terdekat, dari pemeriksaan Ny. A positif hamil , saat
diperiksa keadaan vulva tampak kotor dan lembab serta adanya tanda infeksi yang lain
seperti kemerahan di perineum, dan keluar cairan putih kekuningan serta berbau, klien
tampak lemah,membran mukosa kering, turgor kulit tidak elastis dan cubitan kulit kembali
dalam 2 detik,mual dan muntah 2-4x/hari selama 6 hari. klien juga mengeluh nyeri perut
bagian bawah dengan skala nyeri 6 dan bertambah saat melakukan gerakan secara tiba-
tiba, klien tampak meringis menahan nyeri, wajah klien tampak pucat, perdarahan 500
cc, TD 100/90 mmHg, RR 26X/menit, HR 120X/menit.

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Belum pernah ada anggota keluarga klien yang menderita penyakit serupa dengan klien
sebelumnya.
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun, siklus teratur (28 hari) dengan jumlah relatif sedikit selama 6-7
hari. Klien tidak mengalami dismenorchea. Hari pertama haid terakhir tangal 10 november
2014, tanggal 14 November terjadi perdarahan, di bawa ke bidan tanggal 15 november
2014, tanggal 19 november 2014 terjadi perdarahan kembali, dan baru di bawa ke
RS A pada tanggal 20 november 2014.
b. Riwayat Kehamilan / nifas sebelumnya
Klien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit seperti sekarang. Klien sudah
memiliki 3 anak dengan persalinan normal. Klien tidak pernah mengalami abortus
sebelumnya.
5. Riwayat KB
- Jenis : Suntik 3 bulan
- Lama : 10 tahun
6. Basic Promoting Physiology of Health
a. Pola Aktivitas dan latihan
Sebagai ibu rumah tangga, klien menjalankan aktivitas seperti biasanya dan tidak
menambah waktu istirahat karena klien tidak merasa bahwa dirinya hamil. Saat ini klien
merasa nyeri pada perut bagian bawah dan perdarahan. Nyeri yang timbul terasa lebih
berat saat merubah posisi tubuh dengan cepat dan tiba-tiba.

b. Tidur dan Istirahat


Klien tidur sehari hanya 6-8 jam, klien tidak terbiasa tidur siang, klien tidak mengalami
gangguan tidur sebelum sakit, namun saat sakit klien sering terbangun karena nyeri dan
perdarahan yang dialaminya.
c. Kenyamanan dan nyeri
Klien mengalami nyeri pada bagian bawah adomen, nyeri bertambah disaat klien
melakukan gerakan secara tiba-tiba.
P = nyeri terjadi karena pembengkakan kistik
Q = nyeri seperti di tertekan
R = nyeri terjadi di bagian abdominal
S = skala nyeri 6
T = nyeri di rasakan saat beraktivitas

d. Pola Nutrisi
Klien mengalami gangguan nafsu makan, karena mual dan muntah, klien makan 2 kali
sehari, menghabiskan ¾ dari porsi makan, klien tidak berpantang makan.
e. Cairan, elektrolit, asam basa
Mukosa bibir klien kering, dan turgor kulit tidak elastis. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan:
Input : Klien dalam sehari dapat menghabiskan 500 ml air, air dalam makanan 300 ml, infus
500 ml, transfusi darah 1 kolf (125 ml).
Output: Urin 1000 ml, feses 250 ml, IWL 1110 ml, perdarahan 500 ml.
BC = Input-Output.
= 1425 ml – 2360 ml
= - 935 ml.
Klien mengalami kekurangan cairan dan elektrolit sebanyak 935 ml.
f. Oksigenasi
Klien tidak mengalami sesak napas, sukar bernapas ataupun gangguan oksigenasi.
g. Eliminasi fekal/bowel
Klien melakukan eliminasi fekal atau bowel 1 kali sehari tanpa menggunakan pencahar, dan
eliminasi dilakukan setiap pagi, berwarna kuning dengan konsistensi lembek. Klien tidak
memiliki gangguan eliminasi seperti diare, konstipasi atau inkontinensia bowel. Pemenuhan
kebutuhan bowel klien dilakukan secara mandiri.
h. Eliminasi urine
Klien dapat melakukan miksi 6-8 kali dalam satu hari, 100 cc/hari, warna kuning. Klien tidak
memiliki gangguan eliminasi urin seperti nyeri saat BAK, burning sensation, atau
inkontinensia bladder. Kebutuhan pemenuhan ADL ini dilakukan secara mandiri.
i. Sensori, persepsi dan kognitif
Klien tidak mengalami gangguan penglihatan, ketajaman visus baik, respon terhadap
cahaya pun baik. Klien tidak mengalami gangguan pendengaran, gangguan penciuman,
sensasi taktil maupun pengecapan.

PEMARIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang.
Kesadaran klien composmentis dengan GCS 15 (eye 4, verbal 5, motorik 6), TD: 100/90
mmHg, HR: 120X/menit dengan irama reguler dan berdetak kuat, RR: 26X/menit reguler,
suhu 36oC, turgor kulit tidak elastis, warna kulit agak pucat.
a) Kepala
Nampak simetris, rambut nampak bersih, konjungtiva anemis, sclera normal tidak nampak
ikterik, pupil isokor, palpebra normal tidak nampak adanya edema, lensa normal tidak
nampak adanya kekeruhan pada lensa. Hidung klien nampak normal, tidak terlihat adanya
sektum deviasi, epistaksis. Telinga simetris.
b) Leher
Leher terlihat normal tidak terlihat adanya kaku kudu, pembesaran JPV, tenggorokan
normal, tidak ada pembesaran tiroit, tidak ada pemebesaran tonsil dan nyeri telan.
c) Dada
Bentuk dada simetris, tidak terlihat adanya barelchest, funnal atau pidgeon. Tidak ada
bantuan otot pernapasan, saat dipalpasi fremitus kanan dan kiri sama, saat di auskultasi
tidak terdengar bunyi nafas tambahan seperti wising, bronki dan crakless, saat di perkusi
terdengar bunyi sonor.
d) Abdomen
Tidak ada linea alba, dan terdapat sedikit striae pada perut. Saat di auskultasi terdengar
wising usus, dan prestaltik 14x/menit, saat di palpasi tidak ditemukan adanya pembesaran
hepar maupun splenomegali, saat diperkusi terdengar suara tympani.
e) Genitalia
Vulva tampak kotor, terdapat perdarahan prvaginam.
f) Rektum
Rektum normal, tidak ada hemmoroid, tumor atau prolaps.
g) Ekstremitas
Kekuatan otot atas, bawah, kanan dan kiri didapatkan hasil kekuatan otot 3, ROM aktif, dan
kapilari reffil 2 detik.

a. Inspeksi:
Abdomen relatif membesar.
Tidak ada linea alba.
Terdapat sedikit striae pada perut.
b. Auskultasi
Bising usus 14 X/Menit.

7. Data Penunjang

Pemeriksaan
Hasil
Normal
HCG
50.000 mIU/L
1,000 - 2,000mIU/ml.
Hemoglobin
8,9 gram/dL
10-15 gram/dL
Hematokrit
25 %
30-46%
Leukosit
18900 sel/mm3
6000-17000 sel/mm3
Trombosit
250.000 sel/mm3
150.000-400.000 sel/mm3
Eritrosit
2.9 juta sel/mm3
4.0-5.5 juta sel/mm3
USG
Snow flake pattern (badai salju)/ snow strom
Terdapat janin dan adanya DJJ

Diagnosa : Molahidatidosa

ANALISIS DATA
Tgl/Jam
Data
Etiologi
Dx Keperawatan
20 november 2014
Jam 09.00
DS :
- Klien mengeluh nyeri perut bagian bawah,nyeri bertambah saat aktivitas,skala nyeri 6
DO :
- Wajah klien tampak meringis menahan nyeri
- Nadi 120x/menit
- RR 26x/menit
- TD 100/90 mmhg
P = nyeri terjadi karena pembengkakan kistik
Q = nyeri seperti di tertekan
R = nyeri terjadi di bagian abdominal
S = skala nyeri 6
T = nyeri di rasakan saat beraktivitas
Agen injuri fisik (pembengkakan kistik)
Nyeri Akut
20 november 2104
Jam 09.00
DS:
- Klien Mengeluh perdarahan sudah 6 hari,hari terakhir perdarahan sangat banyak, klien
mengeluh lemah serta mengeluh mual dan muntah sebanyak 4-5x/hari selama 6 hari
DO :
- Perdarahan pervagina
- Input : Klien dalam sehari dapat menghabiskan 500 ml air, air dalam makanan 300 ml,
infus 500 ml, transfusi darah 1 kolf (125 ml).
Output: Urin 1000 ml, feses 250 ml, IWL 1110 ml, perdarahan 500 ml.
BC = Input-Output.
= 1425 ml – 2360 ml
= - 935 ml.
- Turgor kulit tidak elastis, mukosa bibir kering, cubitan kulit kembali dalam 2 detik.
- Klien muntah 2-4 kali dalam sehari
Perdarahan
Resiko kekurangan volume cairan
20 november 2014
jam 09.00
DS :
Klien mengatakan cemas dengan rencana kurtase yang akan dilakukan.
DO :
Klien tampak tegang, gelisah gugup, sering BAK, berkeringat dan wajah tampak pucat,
Anoreksia, mulut kering
Nadi 120x/menit
- RR 26x/menit
- TD 100/90 mmhg
S 36 ⁰

Kurangnya pengetahuan (kuretase)


Ansietas

3.1 Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan (pembengkakan kistik).
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (hipovlemik).
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kuretase)

3.2 Intervensi
Diagnosa
NOC
Intervensi
Nyeri akut
NOC :
v Pain level,
v Pain control,
v Comfort level
Kriteria hasil :
v Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmokologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
v Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
v Mampu mengenali nyeri (skala intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
v Menyatakan rasa nyamn setelah nyeri berkurang.
NIC :
Pain Management
· Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi,frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
· Observasi reaksinonverbal dari ketidaknyamanan
· Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
· Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
· Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
· Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan control nyeri
masa lampau
· Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
· Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
· Kurangi faktor presipitasi nyeri
· Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
· Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
· Ajarkan tentang teknik non farmakologi
· Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
· Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
· Tingkatkan istirahat
· Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
· Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Analgesic Administrasion
· Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
· Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
· Cek riwayat alergi
· Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih
dari Satu
· Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
· Tentukan analgesik pilihan, rute pembarian, dan dosis optimal
· Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
· Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
· Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
· Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
Resiko Kekurangan volume cairan
NOC :
Þ Fluid balance
Þ Hydration
Þ Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
· Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
· Tidak ada tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membrane mucosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan
Fluid Management

· Pertahankan catatan intake dan output yang akurat


· Monitor status dehidrasi
· Monitor vital sign
· Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
· Monitor status nutrisi
· Berikan cairan IV pada suhu ruangan
· Dorong masukan oral
· Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
· Kolaborasi dengan dokter
Hypovolemia Management
· Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
· Monitor tingkat Hb dan hematrokit
· Monitor tanda vital
· Dorong pasien untuk menambah intake oral
· Pemberian cairan iv monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan
Ansietas
NOC :

- Kontrol kecemasan
- Koping

kriteria hasil:
 Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
 Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontol
cemas
 Vital sign dalam batas
normal
 Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
NIC :

Anxiety Reduction (penurunan


kecemasan)
· Gunakan pendekatan yang
menenangkan
· Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
· Jelaskan semua prosedur dan apa
yang dirasakan selama prosedur
· Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
· Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
· Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
· Instruksikan pada pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
· Dengarkan dengan penuh perhatian
· Identifikasi tingkat kecemasan
· Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
· Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
· Kelola pemberian obat anti
cemas:........

3.3 Implementasi
Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan keperwatan secara nyata berupa serangkaian
kegiatan yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal.
Apabila tindakan keperawatan dilakukan bersama dengan pasien dan atau keluarga
hendaknya penjelasan diberikan terlebih dahulu mencakup tindakan yang akan dilakukan
dan bantuan yang diharapkan dari pasien atau keluarganya. Juga apabila tindakan
keperawatan dilakukan oleh beberapa orang tenaga perawat hendaknya tindakan yang
akan dilakukan didiskusikan terlebih dahulu.
Pedoman Pengisian Format Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Nomor diagnosis keperawatan/masalah kolaboratif.
Tulislah nomor diagnosis keperawatan/masalah kolaboratif sesuai dengan masalah yang
sudah teridentifikasi dalam format diagnosis keperawatan.
2. Tanggal/jam
Tulislah tanggal, bulan, dan jam pelaksanaan tindakan keperawatan.
3.Tindakan
· Tulislah nomor urut tindakan
· Tindakan dituliskan berdasarkan urutan pelaksanaan tindakan
· Tulislah tindakan yang dilakuakn beserta hasil atau respon yang jelas
· Jangan lupa menuliskan nama/jenis obat, dosis,cara memberikat, dan instruksi medis
yang lain dengan jelas
· Jangan menuliskan istilah sering, kecil, besar, atau istilah lain yang dapat
menimbulkan persepsi yang berbeda atau masih menimbulkan pertanyaan. Contoh
:memberi makan lebih sering dari biasanya. Lebih baik tuliskan pada jam berapa saja
memberikan makan dan dalam berapa porsi makanan diberikan
· Untuk tindakan pendidikan kesehatan tulislah “melakukan penkes
tentang laporan penkes terlampir
· Bila penkes dilakukan secara singkat tulislah tindakan dan respon pasien setelah
penkes dengan jelas

3.4 Evaluasi
Evaluasi atau penilaian pada dasarnya adalah merujuk kepada suatu kegiatan
yang dimaksudkan untuk mengambil keputusan dalam rangka memberi nilai terhadap suatu
(orang, benda, fakta). Dalam konteks keperawatan evaluasi adalah penilaian fase proses
keperawatan, mempertimbangkan efektifitas tindakan keperawatan dan menunjukan
perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan.
Dari masalah yang timbul pada pasien dengan molahidatidosa, maka hasil yang
diharapkan pasien akan :
· Menunjukkan berkurangnya atau hilangnya nyeri.
· Menunjukkan tidak adanya tanda dehidrasi.
· Menunjukkan Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
· Menunjukkan berkurangnya cemas

Dokumentasi Implementasi dan Evaluasi

Hari/ tanggal
NoDx
Waktu
Implementasi
Evaluasi
paraf
Kamis
20 nov 2014
1
09.00
1. melakukan BHSP kepada px dan keluarga px
2. melakukan observasi TTV
Nadi 120x/menit
- RR 26x/menit
- TD 100/90 mmhg
S 36 ⁰
3. mengajarkan tehnik relaksasi : nafas dalam/panjang untuk mengurangi nyeri.
4. memberikan HE kpda px tentang penyebab timbulnya nyeri.
5. mengatur posisi pasien senyaman mungkin
6. berkolaborasi dgn tim medis dalam pemberian terapi

S : pasien mengatakan nyeri berkurang


O : -KU baik
-skala nyeri 2
-TTV TD : 110/90 mmhg
RR : 24x/menit
Nadi : 110x/menit
S : 37⁰
-px sudah tidak memegangi area nyeri
-px tidak lagi menahan rasa sakit
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di hentikan, pasien pulang

Kamis 20 nov 2014


2
09.00
1. melakukan BHSP kepada px dan keluarga px
2. mengobservasi TTV
Nadi 120x/menit
- RR 26x/menit
- TD 100/90 mmhg
S 36 ⁰
3. mempertahankan intake dan output yang akurat
4. pemberian cairan IV, persiapan apabila membutuhkan tranfusi
5. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
6. Monitor status hidrasi
7. berkolaborasi dgn tim medis dalam pemberian terapi

S : Px mengatakan perdarahan mulai berkurang dan tidak terasa mual lagi


O : -KU membaik
- TTV normal
TD : 110/90 mmhg
RR : 24x/menit
Nadi : 110x/menit
S : 37⁰
- turgor kulit normal
- px tidak mengalami perdarahan pervaginam
- mukosa lembab
- px tidak merasa dehidrasi
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi

20 nov 2014
3
09.00
1. melakukan BHSP pada px dan keluarga px
2. mengobservasi TTV
Nadi 120x/menit
- RR 26x/menit
- TD 100/90 mmhg
S 36 ⁰
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
4. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
6. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi

S : Px mengatakan sudah tidak cemas


O : -KU baik
-TTV
TD : 110/90 mmhg
RR : 24x/menit
Nadi : 110x/menit
S : 37⁰
-px tidak tampak gelisah
-nafsu makan mulai meningkat
A : masalah teratasi
P : intervensi dipertahankan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Mola hidatidosa atau hamil anggur adalah semacam tumor dari sel yang terus melakukan
pembelahan yang tidak bisa dikontrol. Gejalanya ialah kantong rahim membesar namun
tidak adanya pembentukan janin atau embrio di dalamnya. Yang terbentuk adalah sel yang
menyerupai buah anggur dan hrs dikuret secara bersih untuk menghindari pembelahan sel
yang semakin banyak. Biasanya pada minggu awal, ini terlihat seperti kehamilan biasa,
namun bila ukuran perut tidak sebanding dengan usia kehamilan biasanya itu menjadi
gejala awal mola. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti tapi faktor penyebabnya
molahidatidosa bisa dari faktor usia, faktor dari ovum memang sudah patologik sehingga
mati, tapi
terlambat dikeluarkan dan bisa dari faktor nutrisi juga. Mola bisa dideteksi secara dini
melalui USG dan tes B-HCG.
4.2 Saran
Ø Bagi perawat
Diharapkan bagi perawat agar menungkatkan keterampilan dalam membarikan praktik
asuhan keperawatan serta pengetahuannya khususnya tentang penyakit Mola Hidatidosa
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang maksimal dan dapat menjadi
edukator bagi klien maupun keluarganya.
Ø Bagi mahasiswa
Dengan adanya makalah ini diharapkan bagi mahasiswa agar adapat membantu dalam
pembuatan asuhan keperawatan terutama bagi pasien dengan mola hidatidosa.
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai tenaga kesehatan lebih memahami
bagaimana gejala dan tanda-tanda terjadinya Mola Hidatidosa serta asuhan keperawatan
kepada klien dengan penyakit Mola Hiodatidosa dan mempermudah masyarakat awam
untuk mengetahui tentang penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather.2012.Buku NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan. Jakarta :


EGC
Prawirohardjo,sarwono.2010. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : Bina
Pustaka.

Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga. Pt. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : Jakarta.

Mukharomah, Lailatul. 2011. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Molla.
Akademi Kebidanan Abdi Husada : Semarang

Budiana, Gede Nyoman. 2009. Koriokarsinoma Pasca Abortus. Bag/SMF Obstetri dan
Ginekologi FK UNUD/RSUP Sanglah : Denpasar

satu komentar

satu plus satu

belum pernah dibagikan


Dibagikan kepada publik•Lihat aktivitas

gerobak angkringan

Nice.....

Terjemahkan

18 Agt 2015

Tambahkan komentar...

https://plus.google.com/115113433248583221525/posts/MuUkCnQz6Gq

Dioptimalkan oleh Google 5 jam yang lalu

Lihat yang asli

https://brangkolong.blogspot.com/2017/03/makalah-askep-mola-hidatidosa.html?m=1

brangkolong.blogspot.com

''Welcome In Doni Smanda Blog''


Tuesday, March 14, 2017

Makalah Askep Mola Hidatidosa

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat kesehatan suatu bangsa.
Data organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007, memperkirakan bahwa setiap tahun
sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan, persalian dan nifas,
fakta ini mendekati terjadinya 1 kematian setiap menit dan diperkirakan 99% kematian tersebut
terjadi di Negara-negara berkembang yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran
bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di Sembilan Negara maju dan 51 negara
persemakmuran. Prevalensi molahidatidosa lebih banyak ditemukan Negara Asia, afrika, dan Amerika
Latin. (Cuninngham. F.G. dkk, 2006, Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, 2002). Angka kejadian di
Amerika Serikat adalah 1 kejadian dari 1.000 – 1.500 kehamilan, di Asia terjadi 2 dari 1000 kehamilan.
Molahidatidosa dapat terjadi pada wanita hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan berusia antara
40 – 50 tahun. (American Cancer Society, Betel C, et al.,2006, Bugti QA, et al., 2005).

Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan prioritas dalam upaya peningkatan status kesehatan
masyarakat, sesuai dengan target MDG’s 2015 (Millenium Development Gold), Angka Kematian Ibu
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari
kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum. Salah
satu dari ketiga ketiga faktor tersebut adalah perdarahan, perdarahan dapat terjadi pada saat
kehamilan, persalinan dan masa nifas.Perdarahan yang terjadi pada kehamilan, bisa terjadi pada awal
kehamilan maupun kehamilan lanjut, dengan besar angka kejadiannya 3% pada kehamilan lanjut dan
5% pada awal kehamilan. Perdarahan yang terjadi pada awal kehamilan meliputi abortus, mola
hidatidosa dan kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut antara lain meliputi Solutio Plasenta dan
Plasenta Previa. Dari kasus perdarahan diatas ternyata didapatkan besar kasus paling tinggi adalah
perdarahan pada awal kehamilan yang dari salah satu perdarahan awal kehamilan tersebut terdapat
kehamilan mola hidatidosa.

Molahidatidosa adalah Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan abnormal, dengan ciri-
ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous, janin biasanya meninggal akan tetapi
villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus menerus, sehingga gambaran
yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umun

Mampu mengetahui asuhan keperawatan klien pada kehamilan Mola Hidatidosa

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui kehamilan MolaHidatidosa

2. Mengetahui penyebab, tanda dan gejala kehamilan Mola Hidatidosa

3. Mengetahui penatalaksanaan kehamilan Mola Hidatidosa

4. Mengetahui asuhan keperawatan pada kehamilan Mola Hidatidosa


BAB II
TELAAH LITERATUR

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengertian

Mola Hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yang


disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan hidropik (Manauba, 1998).

Kehamilan mola adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan hasil konsepsi yang tidak
berkembang menjadi embrio setelah fetilisasi, namun terjadi proliferasi dari vili karialis disertai
dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi normal,
tidak dijumpai adanya janin, dan kavum uteri hanay terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur,
kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (Yulaikhah, 2008).

Mola Hidatidosa adalah perubahan pertumbuhan embrionik dini yang menyebabkan gangguan
pada plasenta, proliferasi sel-sel abnormal yang cepat, dan penghancuran embrio (Stright, 2004).

Mola Hidatidosa ( MH ) merupakan salah satu tipe penyakit trofoblas gestasional (Gestational
Trophoblast Disease, GTD), yakni penyakit berasal dari sel yang pada keadaan normal berkembang
menjadi plasenta pada masa kehamilan, meliputi berbagai penyakit yang berasal dari sel-sel trofoblast
yang diklasifikasikan World Health Organization sebagai mola hidatidosa parsial (Partial Mola Hydatid,
PMH), mola hidatidosa komplit ( Complete Mola Hydatid, CMH), koriokarsinoma, mola invasif, dan
placental site trophoblastic tumors (Simbolon, 2013).

Molahidatidosa dapat diklasifikasi yaitu :

a. Mola hidatidosa komplit

Pada molahidatidosa komplit tidak terdapat adanya tanda - tanda embrio, tali pusat, ataupun
membran. Mola hidatidosa komplit terjadi akibat hasil dari fertilisasi oleh 1 atau 2 sel sperma terhadap
sel telur yang tidak memiliki DNA sehingga uterus tidak berisi jaringan fetus. Kematian terjadi sebelum
berkembangnya sirkulasi plasenta. Villi korionik berubah menjadi vesikel hidropik yang jernih
dan menggantung bergerombol pada pedikulus kecil, seperti anggur. Hiperplasia menyerang lapisan
sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas.

b. Molahidatidosa parsial

Molahidatidosa parsial terbentuk dari fertilisasi sel ovum oleh 2 sperma dengan karotipe triploid
sehingga dapat ditemukannya jaringan fetus yang tumbuh menjadi janin dan bertahan selam
beberapa minggu. Tanda – tanda adanya embrio, kantong janin dan kantong amnion dapat ditemukan
karena kematian terjadi sekitar minggu ke 8 atau 9. Hiperplasia trofoblas terjadi pada lapisan
sisitotrofoblas tunggal dan tidak menyebar seperti mola komplit.

2.1.2 Penyebab, Tanda dan Gejala

Penyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui. Faktor-faktor penyebab kehamilan ini, meliputi
(Yulaikhah, 2008) :
1. Ovum: ovum sudah patologis sehingga mati, namun terlambat dikeluarkan

2. Imunoselektif dari trofoblas

3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah

4. Paritas tinggi

5. Kekurangan protein

6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

Gejala Klinis mola hidatidosa tidak banyak perbedaan gejala seperti hamil muda, yaitu nek, mual,
muntah, pusing, hanya kadang-kadang berlangsung lebih hebat. Perkembangan hamil selanjutnya
menunjukkan pembesaran rahim yang pesat disertai pengeluaran hormon semakin meningkat.
Infiltrasi sel trofoblas yang merusak pembuluh darah menimbulkan gejala pendarahan sedikit demi
sedikit sampai pendarahan banyak dan pengeluaran gelembung mola. Pengeluaran gelembung mola
oleh masyarakat telah dikenal dengan sebutan hamil anggur. Tinggi uteri pada penderita mola
hidatidosa dapat lebih tinggi dari umur kehamilan sebenarnya (Manauba, 1998).

Pada trimester 1 dan selama trimester 2 terjadi perubahan seperti, perdarahan pervagina berwarna
kecoklatan yang disertai jaringan – jaringan seperti buah anggur, ukuran uterus membesar lebih besar
dari usia kehamilan, denyut jantung janin tidak ditemukan. Pada perdarahan yang lama atau
berkepanjangan akan terjadi anemia yang ditandai dengan fatique dan sesak nafas, preeklampsia yang
ditandai dengan hipertensi dapat terjadi sebelum usia kehamilan kurang dari 24 minggu,
terbentuknya kista ovarium yang disebabkan tingginya β-hCG perdarahan terutama pada CMH (Betel
dkk, 2006)

2.1.3 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu perbaikan keadaan umum ibu,
pengeluaran jaringan mola dengan cara Kuretase atau Histerektomi, dan pemeriksaan tindak lanjut
yaitu follow up selama 12 bulan, dengan mengukur kadar β-HCG dan mencegah kehamilan selama 1
tahun. Tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada pengukuran serial kadar β-HCG
serum untuk mendeteksi Tumor Trofoblast Persisten.

Setelah didiagnosis mola hidatidosa ditegakkan, kehamilan ini harus segera diakhiri karena sebagian
(5%) dari kehamilan mola akan berlanjut menjadi penyakit trofoblastik yang maligna kariokarsinoma.
Pelahiran dapat terjadi pada sebagian kasus, tetapi mungkin tidak lengkap. Uterus harus dikosongkan
dan pengosongan paling sering dilakukan dengan tindakan kuretase issap secara hati-hati.
Histerektomi biasanya dilakukan kalau wanita tersebut berusia lebih dari 40 tahun (Farren, 1999).

Suction curettage adalah metode penanganan optimal untuk evakuasi jaringan mola terutama bagi
wanita yang masih ingin mempertahankan fungsi organ reproduksinya. Tindakan ini juga memperkecil
secara signifikan kemungkinan terjadinya perdarahan hebat, infeksi dan resiko tertahannya residu
jaringan mola dibandingkan dengan metode induksi oksitosin maupun prostaglandin. Antigen RhD
yang ditemukan pada trofoblast diatasi dengan pemberian Rh immune globulin pada pasien Rh
negative bersamaan dengan tindakan kuretase. Pasien-pasien yang tidak menginginkan kehamilan lagi
dilakukan tindakan histerektomi. Tindakan histerektomi sendiri tidaklah menutup kemungkinan
terjadinya metastase walaupun histerektomi sudah cukup untuk menghambat perkembangan invasi
lokalis. Monitoring kadar hormon β-hCG paska kuretase sampai tidak terdeteksi selama 3 minggu atau
6 bulan berturut-turut sangat dibutuhkan untuk memastikan tidak terjadinya persistent gestational
trophoblastic neoplasia(Simbolon, 2013)
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus

Ny. X berusia 30 tahun dibawah keluarganya karena mengalami pendarahan. Klien sudah6 hari
mengalami pendarahan. Hasil pemeriksaan diadapatkan vulva tampak kotor dan keluar cairan putih
kekuningan serta berbau, darah yang keluar disertai gelembung-gelembung cairan. Klien tampak
lemah, mukosa bibir kering, turgor kulit kering tidak elastis, pasien mengaku mual, muntah, tampak
meringis menahan nyeri. Pasien mengaku nyeri dibagian perutnya. Perdarahan 500 cc, TD 100/80
mmHg, RR 22x/menit, N 125x/menit, suhu 37ᵒ c, BB 55 kg. pasien juga mengatakan pusing selama 2
hari. Usia kandungannya sudah 9 minggu. Selama perdarahan pasien hanya berbaring di tempat tidur.

3.2 Pengkajian

3.1.1 Identitas

Nama : Ny. X

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

3.1.2 Keluhan utama

Pasien dating ke Rumah Sakit dengan keluhan mengalami perdarahan disertai gelembung berisi
cairan.

3.1.3 Riwayat penyakit dahulu

3.1.4 Riwayat penyakit sekarang

Klien mengeluh mengalami perdarahan disertai gelembung-gelemung berisi sejak 6 hari, mual
muntah, pusing sudah 3 hari, nyeri bagian perut.

3.1.5 Riwayat kesehatan keluarga

3.1.6 Riwayat Obstetri

a. Riwayat menstruasi

Menstruasi pertama usia 14 tahun, siklus menstruasi teratur 28 hari, setiap kali menstruasi selama 6
hari. Hari pertama haid terakhir tanggal 4 2016, sebelumnya tidak mengalami perdarahan , pada
tanggal 2 september mengalami perdarahan sampai saat ini dan baru di bawa kerumah sakit pada
tanggal 10 september 2016.

b. Riwayat kehamilan

Klien tidak pernah mengalami penyakit seperti sekarang, selama hamil anak 1, dan baru kehamilan
anak ke 2 mengalami perdarahan.
3.1.7 Pola kesehatan

a. Pola aktivitas dan latihan : Klien seorang ibu rumah tangga, setiap hari melakukan pekerjaan
rumah dan waktu istirahat sedikit. Klien merasakan nyeri pada bagian perut bawahnya, nyeri
bertambah berat ketika bergerak.

b. Tidur dan istirahat : Klien tidur selama 6- 8 jam. Saat sakit klien mengalami gangguan tidur
karena nyeri yang dirasakan.

c. Nyaman dan nyeri : Klien Mengalami nyeri dibagian perut bawahnya dan perdarahan, nyeri yang
hebat membuat klien tidak bisa tidur.

d. Pola nutrisi : Klien mengalami gangguan nafsu makan, karena setiap kali makan dan minum klien
selalu muntah.

e. Cairan elektrolit : Mukosa bibir klien kering, turgor kulit tidak elastis.

f. Oksigenasi : Klien tidak mengalami sesak nafas.

g. Eliminasi urin : Klien BAK 6-7 kalidalam sehari, warna kuning bercampur darah, tidak nyeri saat
BAK, dilakuakn secara mandiri.

h. Eliminasi fekal : Klien melakukan eleminasi fekal 1 kali sehari, namun saat sakit klien tidak BAB
sama sekali.

i. Sensori, persepsi, dan kognitif : Klien tidak mengalami gangguan penglihatan, ketajaman visus
baik, Klien tidak mengalami gangguan pendengaran, tidak mengalami gangguan penciuman maupun
pengecapan.

3.1.8 Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : tampak meringis kesakitan memengang perutnya, pucat

Kesadaran klien : composmentis dengan GCS 15,

Tanda – tanda viital

TD : 100/80,

RR : 22x/menit,

N : 125x/menit,

suhu : 37 ○ c.

BB : 55 kg

a. Kepala :

Inspeksi : tampak simetris, rambut bersih, tidak ada lesi, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
hidung normal, tidak terlihat adanya sektum deviasi, epiktaksis. telinga simetris. Wajah pucat, mukosa
bibir kering.

b. Leher :

Inspeksi : Leher terlihat normal tidak terlihat adanya kaku kuduk, tenggorokan normal.

Palpasi : Tidak teraba pembesaran tonsil dan nyeri telan, tidak teraba adanya pembesaran tiroid.
c. Dada :

Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat adanya bantuan otot pernafasan.

Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama, tidak terdapat nyeri tekan.

Auskultasi : Suara nafas normal, Tidak terdengar suara nafas tambahan.

Perkusi : Terdengar suara sonor.

d. Abdomen :

Terdapat nyeri tekan di perut, saat di auskultasi terdengar wising usus, dan peristaltik 15x/menit.

e. Genetalia :

Vulva tampak kotor, terdapat peradarahan pervagina.

f. Kulit:

Turgor kulit kering tidak elastis, tidak terdapat lesi, tidak terdapat tanda alergi.

g. Rektum

Rektum bersih tidak ada infeksi.

3.3 Diagnosa / Analisa data

Hari/
No tanggal/ Data Penunjang Etiologi Masalah Paraf
jam

Ds : pasien mengatakan
mengalami perdarahan
sejak 6 hari
Abortus
Do :

a. Vulva tampak kotor


Perdarahan yang
b. Keluar cairan putih terus menerus
kekuningan serta berbau
Resiko tinggi
1
c. Darah yang keluar syok hipovelemik
Kehilangan volume
disertai gelembung-
darah
gelembung cairan

d. TD : 100/80 mmHg
Resiko tinggi syok
e. Pucat
hipovelemik
f. Lemah
Hiperemesis
Ds : pasien mengatakan
mengalami perdarahan
sejak 6 hari
Kehilangan cairan
Pasien mengaku mual berlebih
dan muntah
Kekurangan
2 Do :
Dehidrasi volume cairan
a. Mukosa bibir kering

b. Turgor kulit kering


Kehilangan volume
tidak elastis
cairan
c. Pasien tampak lemah

Jonjot-jonjot korio
bermestatase
Ds : pasien mengaku
nyeri dibagian perutnya

Do : Terdapat ulkus
divagina
a. Pasien tampak
3 meringis menahan nyeri Nyeri akut

b. Pasien tampak lemah Perlukaan jalan lahir

c. N : 22x/menit

d. RR : 125x/menit Nyeri akut

3.4 Intervensi

Tujuan dan kriteria


No. Diagnosa Intervensi Rasional
hasil

Setelah dilakukan
1. Mengetahui tanda
perawatan 2x24 1. Monitor status
syok hipovelemik
jam syok dapat sirkulasi, warna kulit,
teratasi suhu kulit, denyut 2. Menjaga
Resiko tinggi jantung. keseimbangan cairan
Kriteria hasil :
1 syok selama perdarahan.
2. Monitor input dan
hipovelemik a. Perdarahan
output. 3. Membantu
berkurang
mengangti cairan yang
3. Berikan cairan Iv
b. TTV normal hilang selam
atau oral yang tepat.
perdarahan.
c. TD normal
4. Ajarkan pasien dan 4. Mengantisipasi
keluarga tanda dan terjadinya syok berulang
gejala datangya syok.

Setelah dilakukan
perawtan selama
2x24 jam dehidrasi 1. Monitor status 1. mengetahui status
teratasi hidrasi dehidrasi
Kriteria hasil : 2. Monitor TTV 2. Mengetahui tanda
a. TTV dalam batas 3. Monitor masukan pendarahan
Kekurangan normal cairan 3. Mengetahui
2 volume intake keseimbangan cairan
b. Tidak ada tanda- 4. Monitor
cairan dan output cairan
tanda dehidrasi 4. Menghindari
terjadinya dehidrasi
c. elastisitas turgor 5. Kolaborasi
pemberian cairan IV kembali
kulit baik
6. Persiapkan 5. Mempertahankan
d. Membran
transfusi cairan dan elektrolit
mukosa lembab

1. Kaji skala nyeri.


1. Mengetahui skala
2. Kontrol lingkungan nyeri yang dialami
yang dapat pasien.
Setelah dilakukan
mempengaruhi nyeri
perawatan 2x24 2. Membantu
seperti suhu, ruangan,
jam pasien mampu mengurangi nyeri,.
pencahayaan, dan
mengontrol nyeri
kebisingan. 3. Membantu
Kriteria hasil : menentukan intervensi
3 Nyeri akut 3. Kaji tipe dan sumber
yang tepat untuk jenis
a. Mampu nyeri untuk menentukan
nyeri.
mengontrol nyeri intervensi.
4. Mengetahui skala
b. Nyeri berkurang 4. Observasi aspek
nyeri, misalkan dari
nonverbal dari ketidak
c. ekspresi wajah.
nyamanan.
5. Membantu
5. Kolaborasi
mengurangi nyeri.
pemberian analgetik.

3.5 Implementasi

No. Diagnosa Hari/tanggal/jam Implementasi paraf


1. Memonitor status sirkulasi,
warna kulit, suhu kulit, denyut
jantung.

Resiko tinggi 2. Memonitor input dan output.


1 syok 3. Memberikan cairan Iv atau oral
hipovelemik yang tepat.

4. Mengajarkan pasien dan


keluarga tanda dan gejala datangya
syok

1. memonitor status dehidrasi

2. memonitor TTV

3. memonitor masukan cairan


Kekurangan
2 4. memonitor intake dan output
volume cairan
cairan

5. memberikan cairan IV

6. mempersiapkan transfuse

1. Mengkaji skala nyeri.

2. Mengontrol lingkungan yang


dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu, ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan.

3 Nyeri akut 3. Mengkaji tipe dan sumber nyeri


untuk menentukan intervensi.

4. Mengobservasi aspek nonverbal


dari ketidak nyamanan.

5. Berkolaborasi pemberian
analgetik.

3.6 Evaluasi

no.
No. Hari/tanggal/jam Evaluasi paraf
diagnose

S : pasien mengatakan darah


1 1 yang keluar lebih sedikit

O:
a. Darah yang keluar tidak
terlalu banyak

b. Vulva tidak tampak terlalu


kotor

c. Gelembung-gelembung
cairan sudah tidak keluar lagi

A : masalah teratasi

P : lanjutkan intervensi

S :Pasien mengatakan sudah


tidak mual dan muntah saat
makan

O:
2 2 a. Mukosa bibir kembali normal

b. Turgor kulit kembali elastis

A : Masalah teratasi

P : Hentikan Intervensi

S : pasien mengatakan nyeri


sedikit berkurang

O:

a. Pasien tidak tampak


3 3 meringis kesakitan lagi

b. Pasien sudah tidak


memagangi perutnya lagi

A : masalah teratasi

P : lanjutkan intervensi

BAB IV

SIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Mola hidatidosa adalah penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan disertai janin dan
seluruh vili korealis mengalami perubahan hidro. Gejala klinis yang ditampakkan pada kehamilan ini
sama dengan kehamilan normal. Perkembangan hamil selanjutnya menunjukkan pembesaran rahim
yang pesat disertai pengeluaran hormon semakin meningkat. Infiltrasi sel trofoblas yang merusak
pembuluh darah menimbulkan gejala pendarahan sedikit demi sedikit sampai pendarahan banyak dan
pengeluaran gelembung mola. Penyebabnya yaitu ovnamun terlambat dikeluarkan, immunoselektif
dan trofoblas, paritas tinggi, kekurangan protein. Pada wanita yang mengalami mola hidatidosa ini
sering mengalami mual dan muntah karena produksi Hcg yang tinggi. Pendarahan yang abnormal
dapat menyebabkan infeksi pada kandungan usia muda. Resiko infeksi harus segera ditangani untuk
demi kesesalamatan kandungan.

3.2 Saran

Kepada ibu hamil disarankan untuk selalu melakukan pemeriksaan kandungan. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya gejala patologis yang sering terjadi saat sedang mengandung. Apabila
terjadi gejala patologis, ibu harus segera melaporkan kepada tenaga medis agar tidak terjadi hal-hal
ang tidak diinginkan terhadap kandungannya.

DAFTAR PUSTAKA

Betel, C. Atri, M. Dkk. 2006 Sonographic Diagnosis of Gestational Trophoblastic Disease and
Comparison With Retained Products of Conception. J Ultrasound Med:

Farren, H. 1999. Perawatan Maternitas.Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Gloria, M. Bulechek. Dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Kidlington: Elsevier

Manauba, I. B. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Simbolon, Y. W. 2013. Mola Hidatidosa: Laporan Kasus. [serial


online]. https://xa.yimg.com/kq/groups/81481944/2132130294/name/YW+Lapsus+mola+hidatidosa
+Mentawai.pdf. [diakses pada 21 Februari 2017].

Stright, B. R. 2004. Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification (NOC). Kidlington: Elsevier

Yulaikhah, L. 2008. Kehamilan : Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

By: Mr. Salman Farisi


Nb: untuk tabel silakan edit sendiri :)

Doni Purwansyah di 4:28 AM

1 comment:

ibu anisaNovember 28, 2017 at 5:57 PM


assalamualaikum wr,wb
Ki nawe… saya IBU anisa ,tki di malaysia
mengucapkan banyak2 terima
kasih kepada ki.Nawe
atas dana ghaib yang
kemarin aki berikan alhamdulillah ternyata itu benar2 ada
dan berkat bantuan
ki nawe saya bisa
melunasi semua hutan2
orang tua saya yang ada di
BANK BRI dan bukan hanya
itu AKi NAWE alhamdulillah
sekarang saya sudah bisa
bermodal sedikit untuk
mencukupi kebutuhan
keluarga saya sehari2. itu
semua berkat bantuan KI NAWE sekali lagi
makasih banyak yah KI NAWE…
yang ingin merubah nasib
seperti saya hubungi KI NAWE di nomor
0852-1837-9259 dijamin
100% ada atau silahkan
buktikan sendiri PESUGIHAN TAMPA TUMBAL

Link ke posting ini


Create a Link


Home

View web version

Gambaran Diri

Doni Purwansyah

View my complete profile

Powered by Blogger.
https://googleweblight.com/i?u=https://brangkolong.blogspot.com/2017/03/makalah-askep-mola-
hidatidosa.html?m%3D1&hl=id-ID

You might also like