Professional Documents
Culture Documents
KEJANG DEMAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing :
Ns. Fatikhu Yatuni Asmara,M.Sc
Oleh:
I Putu Krisna Widya N 22020114130105
Tiodora Naomi Rianauli A 22020114120004
Zipora Basarista BR M 22020114120039
Tiara Adelina D 22020114130104
Kelas : A.14.2
Pada saat mengalami kejang, anak tidak akan responsif untuk beberapa waktu,
nafas akan terganggu, kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya, serta anak terlihat
kaku dan memutar matanya. Namun, setelah kejang, anak akan segera normal kembali
(IDAI, 2014). Serangan kejang pada penderita kejang demam dapat terjadi satu, dua,
tiga kali atau lebih selama satu episode demam. Jadi, satu episode kejang demam
dapat terdiri dari satu, dua, tiga atau lebih serangan kejang (Lumbantobing, 2004).
5. Hemiparesis
Hemiparesis yaitu kelumpuhan atau kelemahan otot-otot lengan, tungkai serta
wajah pada salah satu sisi tubuh. Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami
kejang lama (kejang demam kompleks). Mula-mula kelumpuhan bersifat flaksid,
setelah 2 minggu timbul spasitas.
4. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah terjadinya kecacatan,
kematian, serta usaha rehabilitasi. Penderita kejang demam mempunyai risiko untuk
mengalami kematian meskipun kemungkinannya sangat kecil. Selain itu, jika
penderita kejang demam kompleks tidak segera mendapat penanganan yang tepat dan
cepat akan berakibat pada kerusakan sel saraf (neuron). Oleh karena itu, anak
yang menderita kejang demam perlu mendapat penanganan yang adekuat dari
petugas kesehatan guna mencegah timbulnya kecacatan bahkan kematian.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (terganggunya sistem
termoregulasi).
2. Risiko terjadinya kejang berulang berhubungan dengan adanya peningkatan suhu
tubuh.
3. Risiko cedera berhubungan dengan adanya kejang
4. Cemas berhubungan dengan pengobatan
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang cara penanganan kejang berhubungan dengan
kurangnya informasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi
Intervensi Keperawatan
Coping Enhancement
1. Memaparkan informasi yang faktual terkait diagnosis,
perawatan, dan prognosis
2. Menawarkan pada pasien pilihan yang realistik tentang
segi perawatan tertentu
3. Memahami perspektif pasien terhadap situasi stress
4. Menghalangi pengambilan keputusan ketika pasien berada
dibawah tekanan
Anxiety Reduction
1. Membantu pasien dan keluarga mengidentifikasi defisit
tingkatan aktivitas
2. Intrusikan pasien dan keluarga terkait kegiatan fisik, sosial
,spiritual dan kognitif dalam mempertahankan fungsi dan
kesehatan
Rasionalisasi
Coping Enhancement
1. Informasi faktual yang diberikan dapat mengurangi
kecemasan pasien
2. Pilihan yang ditawarkan akan mempermudah pasien untuk
membuat kepeutusan
3. Agar menghindarkan pasien dari sitruasi yang dianggap
pasien dapat meningkatkan stress
4. Pengambilan keputusan kurang maksimal jika pasien
dalam keadaan tertekan
Anxiety Reduction
1. Dapat mengurangi rasa cemas pasien terhadap penurunan
aktivitas
2. Mempertahankan kesehatan pasien dengan cara melakukan
aktivitas yang dapat mengurangi kecemasan pasien
Serebral
Fuadi, Fuadi. (2010). Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak. Diakses pada 20
Maret 2017, dari: http://eprints.undip.ac.id/29064/2/Bab_2.pdf
IDAI. (2014). Kejang Demam: Tidak Seseram yang Dibayangkan. Diakses pada 20 Maret
2017, dari: http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/kejang-demam-tidak-
seseram-yang-dibayangkan
Rani, Syafni (2012). Karakteristik Penderita Kejang Demam pada Balita Rawat Inap di RSUD
dr. Pirngadi Medan Tahun 2010-2011. Diakses pada 20 Maret 2017, dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52848/3/Chapter%20II.pdf