You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

KONSEP DASAR MEDIS


1. Pengertian

Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola


penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer &
Suzanne C, 2002 : 572) dalam Nuramin A, 2015.
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di
sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak.
(Smeltzer,2003) dalam wijayaningsih, 2013.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di
bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang
membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini
sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi
yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan
Imam Supardi, 1998) dalam nuramin, 2015
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan
oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

2. Etiologi

Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh


adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya
lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan
sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara
lain:
a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
b. Virus : Legionella pneumoniae
c. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

3. Manifestasi Klinik

Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan


a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
d. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
e. Mengecil, kemudian menjadi hilang
f. Krekels, ronki, egofoni
g. Gerakan dada tidak simetris
h. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
i. Diafoesis
j. Anoreksia
k. Malaise
l. Batuk kental, produktif
m. Gelisah
n. Sianosis
o. Area sirkumoral
p. Dasar kuku kebiruan
q. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan
bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia
mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada
pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot
aksesorius dan bias timbul sianosis.(Barbara C. long, 1996 :435)

4. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh
virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga
terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya
penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan
mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang
terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan
napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga
fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak
lanjut dari pembedahan. Atelektasis mngakibatkan peningkatan frekuensi napas,
hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan
yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi
dapat digambarkan pada skema proses.
a. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia
ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah
pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup
histamin dan prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja
sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler
paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara
kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan
sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
b. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah
dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau
sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung
sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
c. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh
daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat
karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler
darah tidak lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
a. Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
 Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas
untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435)
 Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
 Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
 Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
b Pemeriksaan Radiologi
 Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi
stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 1996 : 435)
 Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)

7. Komplikasi
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

8. Penatalaksanaan

Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X


500 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari.
Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada
kasus yang berat. Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin
dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid
pengobatan simtomatik seperti :
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab
yang mempunyai spektrum sempit.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas.
b. Riwayat Keperawatan.
1) Keluhan utama.
klien sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, disertai
pernapasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang
disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa
lendir, anoreksia dan muntah.
2) Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam
yang tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.
5) Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada
musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan
dan kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak
menderita sakit. Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun
lingkungan dengan anggota keluarga perokok.
6) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk
mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena
system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi
sekunder.
7) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
8) Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein =
MEP).
c. Pemeriksaan persistem.
1) Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
2) Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan klien sulit bernapas, pernapasan
cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non
produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler,
kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya
konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan
anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
3) Sistem pencernaan.
klien malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah.
Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin
belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan
personde.
4) Sistem eliminasi.
klien menderita diare, atau dehidrasi,
5) Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada
anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
7) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
8) Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral
hangat, kulit kering, .
9) Sistem penginderaan tidak ada kelainan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan
batuk.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis,
PaO2 menurun, sesak nafas.
c. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme sekunder terhadap demam dan proses
infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan
muntah, turgor kulit tidak elastis.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu
berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa
bantuan.

3. Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
Bersihan Jalan NOC: · Pastikan kebutuhan oral /
1
Nafas tidak · Respiratory status : tracheal suctioning.
efektifberhubungan Ventilation · Berikan O2 ……l/mnt,
dengan: · Respiratory status : metode………
· Infeksi, disfungsi Airway patency · Anjurkan pasien untuk istirahat
neuromuskular, · Aspiration Control dan napas dalam
hiperplasia dinding Setelah dilakukan tindakan · Posisikan pasien untuk
bronkus, alergi jalan keperawatan selama memaksimalkan ventilasi
nafas, asma, trauma …………..pasien · Lakukan fisioterapi dada jika
· Obstruksi jalan menunjukkan keefektifan perlu
nafas : spasme jalan jalan nafas dibuktikan · Keluarkan sekret dengan batuk
nafas, sekresi dengan kriteria hasil : atau suction
tertahan, banyaknya · Mendemonstrasikan · Auskultasi suara nafas, catat
mukus, adanya jalan batuk efektif dan suara adanya suara tambahan
nafas buatan, sekresi nafas yang bersih, tidak · Berikan bronkodilator :
bronkus, adanya ada sianosis dan dyspneu · ………………………
eksudat di alveolus, (mampu mengeluarkan · ……………………….
adanya benda asing di sputum, bernafas dengan · ………………………
jalan nafas. mudah, tidak ada pursed · Monitor status hemodinamik
DS: lips) · Berikan pelembab udara Kassa
· Dispneu · Menunjukkan jalan basah NaCl Lembab
DO: nafas yang paten (klien · Berikan antibiotik :
· Penurunan suara tidak merasa tercekik, …………………….
nafas irama nafas, frekuensi …………………….
· Orthopneu pernafasan dalam · Atur intake untuk cairan
· Cyanosis rentang normal, tidak ada mengoptimalkan keseimbangan.
· Kelainan suara suara nafas abnormal) · Monitor respirasi dan status O2
nafas (rales, · Mampu · Pertahankan hidrasi yang
wheezing) mengidentifikasikan dan adekuat untuk mengencerkan
· Kesulitan berbicara mencegah faktor yang sekret
· Batuk, tidak efekotif penyebab. · Jelaskan pada pasien dan
atau tidak ada · Saturasi O2 dalam batas keluarga tentang penggunaan
· Produksi sputum normal peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
· Gelisah · Foto thorak dalam batas
· Perubahan frekuensi norma
dan irama nafas
Gangguan NOC: NIC :
2
Pertukaran gas · Respiratory Status ·: Posisikan pasien untuk
Berhubungan dengan Gas exchange memaksimalkan ventilasi
: · Keseimbangan asam · Pasang mayo bila perlu
-ketidakseimbangan Basa, Elektrolit · Lakukan fisioterapi dada jika
perfusi ventilasi · Respiratory Status : perlu
-perubahan membran ventilation · Keluarkan sekret dengan
kapiler-alveolar · Vital Sign Status batuk atau suction
Setelah dilakukan
· Auskultasi suara nafas, catat
DS: tindakan keperawatan adanya suara tambahan
- sakit kepala ketika selama …. Gangguan · Berikan bronkodilator ;
bangun pertukaran pasien teratasi -………………….
- Dyspnoe dengan kriteria hasi: -………………….
- Gangguan · Mendemonstrasikan · Barikan pelembab udara
penglihatan peningkatan ventilasi dan· Atur intake untuk cairan
DO: oksigenasi yang adekuat mengoptimalkan keseimbangan.
- Penurunan CO2 · Memelihara · Monitor respirasi dan status
- Takikardi kebersihan paru paru dan O2
- Hiperkapnia bebas dari tanda tanda · Catat pergerakan dada,amati
- Keletihan distress pernafasan kesimetrisan, penggunaan otot
- Iritabilitas · Mendemonstrasikan tambahan, retraksi otot
- Hypoxia batuk efektif dan suara supraclavicular dan intercostal
- kebingungan nafas yang bersih, tidak · Monitor suara nafas, seperti
- sianosis ada sianosis dan dyspneu dengkur
è -warna kulit abnormal (mampu mengeluarkan · Monitor pola nafas :
(pucat, kehitaman) sputum, mampu bernafas bradipena, takipenia, kussmaul,
- Hipoksemia dengan mudah, tidak ada hiperventilasi, cheyne stokes,
- hiperkarbia pursed lips) biot
- AGD abnormal · Tanda tanda vital · Auskultasi suara nafas, catat
- pH arteri abnormal dalam rentang normal area penurunan / tidak adanya
-frekuensi dan
· AGD dalam batas ventilasi dan suara tambahan
kedalaman nafas normal · Monitor TTV, AGD,
abnormal · Status neurologis elektrolit dan ststus mental
dalam batas normal · Observasi sianosis khususnya
membran mukosa
· Jelaskan pada pasien dan
keluarga tentang persiapan
tindakan dan tujuan penggunaan
alat tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
· Auskultasi bunyi jantung,
jumlah, irama dan denyut
jantung
Hipertermia NOC: NIC :
3
Berhubungan dengan Thermoregulasi · Monitor suhu sesering mungkin
: · Monitor warna dan suhu kulit
· penyakit/ trauma Setelah dilakukan · Monitor tekanan darah, nadi
· peningkatan tindakan keperawatan dan RR
metabolisme selama………..pasien · Monitor penurunan tingkat
· aktivitas yang menunjukkan : kesadaran
berlebih Suhu tubuh dalam batas · Monitor WBC, Hb, dan Hct
· dehidrasi normal dengan kreiteria · Monitor intake dan output
hasil: · Berikan anti piretik:
DO/DS: · Suhu 36 – 37C · Kelola
· kenaikan suhu · Nadi dan RR dalam Antibiotik:……………………
tubuh diatas rentang rentang normal …..
normal · Tidak ada perubahan · Selimuti pasien
· serangan atau warna kulit dan tidak ada · Berikan cairan intravena
konvulsi (kejang) pusing, merasa nyaman · Kompres pasien pada lipat paha
· kulit kemerahan dan aksila
· pertambahan RR · Tingkatkan sirkulasi udara
· takikardi · Tingkatkan intake cairan dan
· Kulit teraba panas/ nutrisi
hangat · Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
· Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
· Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran
mukosa)
Ketidakseimbangan NOC: · Kaji adanya alergi makanan
4
nutrisi kurang dari a. Nutritional status: · Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient untuk menentukan jumlah kalori
Berhubungan dengan b. Nutritional Status : dan nutrisi yang dibutuhkan
: food and Fluid Intake pasien
Ketidakmampuan c. Weight Control · Yakinkan diet yang dimakan
untuk memasukkan Setelah dilakukan mengandung tinggi serat untuk
atau mencerna nutrisi tindakan keperawatan mencegah konstipasi
oleh karena faktor selama….nutrisi kurang · Ajarkan pasien bagaimana
biologis, psikologis teratasi dengan indikator: membuat catatan makanan
atau ekonomi. · Albumin serum harian.
DS: · Pre albumin serum · Monitor adanya penurunan BB
· Nyeri abdomen · Hematokrit dan gula darah
· Muntah · Hemoglobin · Monitor lingkungan selama
· Kejang perut · Total iron binding makan
· Rasa penuh tiba- capacity · Jadwalkan pengobatan dan
tiba setelah makan · Jumlah limfosit tindakan tidak selama jam
DO: makan
· Diare · Monitor turgor kulit
· Rontok rambut · Monitor kekeringan, rambut
yang berlebih kusam, total protein, Hb dan
· Kurang nafsu kadar Ht
· Monitor mual dan muntah
makan · Monitor pucat, kemerahan, dan
· Bising usus berlebih kekeringan jaringan konjungtiva
· Konjungtiva pucat · Monitor intake nuntrisi
· Denyut nadi lemah · Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
· Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
· Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
· Kelola pemberan anti
emetik:.....
· Anjurkan banyak minum
· Pertahankan terapi IV line
· Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
5
Berhubungan dengan · Self Care : ADLs · Observasi adanya pembatasan
: · Toleransi aktivitas klien dalam melakukan aktivitas
· Tirah Baring atau · Konservasi eneergi · Kaji adanya faktor yang
imobilisasi Setelah dilakukan menyebabkan kelelahan
· Kelemahan tindakan keperawatan· Monitor nutrisi dan sumber
menyeluruh selama …. Pasien energi yang adekuat
· Ketidakseimbangan bertoleransi terhadap· Monitor pasien akan adanya
antara suplei oksigen aktivitas denganKriteria kelelahan fisik dan emosi secara
dengan kebutuhan Hasil : berlebihan
Gaya hidup yang · Berpartisipasi dalam· Monitor respon kardivaskuler
dipertahankan. aktivitas fisik tanpa terhadap aktivitas (takikardi,
DS: disertai peningkatan disritmia, sesak nafas,
· Melaporkan secara tekanan darah, nadi dan diaporesis, pucat, perubahan
verbal adanya RR hemodinamik)
kelelahan atau
· Mampu melakukan· Monitor pola tidur dan
kelemahan. aktivitas sehari hari lamanya tidur/istirahat pasien
· Adanya dyspneu (ADLs) secara mandiri · Kolaborasikan dengan Tenaga
atau ketidaknyamanan · Keseimbangan Rehabilitasi Medik dalam
saat beraktivitas. aktivitas dan istirahat merencanakan progran terapi
DO : yang tepat.
· Bantu klien untuk
· Respon abnormal mengidentifikasi aktivitas yang
dari tekanan darah mampu dilakukan
atau nadi terhadap · Bantu untuk memilih aktivitas
aktifitas konsisten yang sesuai dengan
· Perubahan ECG : kemampuan fisik, psikologi dan
aria, iskemia sosial
· Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
· Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
· Bantu untuk mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
· Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
· Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
· Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
· Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
· Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
6 Defisit Volume NOC: NIC :
Cairan · Fluid balance ·
Berhubungan dengan:· Hydration Pertahankan catatan intake dan
· Kehilangan volume· Nutritional Status : output yang akurat
cairan secara aktif Food and Fluid Intake · Monitor status hidrasi (
· Kegagalan Setelah dilakukan kelembaban membran mukosa,
mekanisme tindakan keperawatan nadi adekuat, tekanan darah
pengaturan selama….. defisit ortostatik ), jika diperlukan
volume cairan teratasi· Monitor hasil lab yang sesuai
DS : dengan kriteria hasil: dengan retensi cairan (BUN ,
· Haus · Mempertahankan Hmt , osmolalitas urin, albumin,
DO: urine output sesuai total protein )
· Penurunan turgor dengan usia dan BB, BJ· Monitor vital sign setiap
kulit/lidah urine normal, 15menit – 1 jam
· Membran · Tekanan darah, nadi,· Kolaborasi pemberian cairan
mukosa/kulit kering suhu tubuh dalam batas IV
· Peningkatan denyut normal · Monitor status nutrisi
nadi, penurunan · Tidak ada tanda tanda· Berikan cairan oral
tekanan darah, dehidrasi, Elastisitas· Berikan penggantian
penurunan turgor kulit baik, nasogatrik sesuai output (50 –
volume/tekanan nadi membran mukosa 100cc/jam)
· Pengisian vena lembab, tidak ada rasa· Dorong keluarga untuk
menurun haus yang berlebihan membantu pasien makan
· Perubahan status · Orientasi terhadap· Kolaborasi dokter jika tanda
mental waktu dan tempat baik cairan berlebih muncul meburuk
· Konsentrasi urine · Jumlah dan irama· Atur kemungkinan tranfusi
meningkat pernapasan dalam batas· Persiapan untuk tranfusi
· Temperatur tubuh normal · Pasang kateter jika perlu
meningkat · Elektrolit, Hb, Hmt· Monitor intake dan urin output
· Kehilangan berat dalam batas normal setiap 8 jam
badan secara tiba-tiba· pH urin dalam batas
· Penurunan urine normal
output · Intake oral dan
· HMT meningkat intravena adekuat
· Kelemahan
Risiko infeksi NOC : NIC :
7
· Immune Status · Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko : · Knowledge : Infection· Batasi pengunjung bila perlu
· Prosedur Infasif control · Cuci tangan setiap sebelum
· Kerusakan jaringan · Risk control dan sesudah tindakan
dan peningkatan Setelah dilakukan keperawatan
paparan lingkungan tindakan keperawatan· Gunakan baju, sarung tangan
· Malnutrisi selama…… pasien tidak sebagai alat pelindung
· Peningkatan mengalami infeksi· Ganti letak IV perifer dan
paparan lingkungan dengan kriteria hasil: dressing sesuai dengan petunjuk
patogen · Klien bebas dari tanda umum
· Imonusupresi dan gejala infeksi · Gunakan kateter intermiten
· Tidak adekuat · Menunjukkan untuk menurunkan infeksi
pertahanan sekunder kemampuan untuk kandung kencing
(penurunan Hb, mencegah timbulnya· Tingkatkan intake nutrisi
Leukopenia, infeksi · Berikan terapi
penekanan respon · Jumlah leukosit dalam antibiotik:.................................
inflamasi) batas normal · Monitor tanda dan gejala
· Penyakit kronik · Menunjukkan perilaku infeksi sistemik dan lokal
· Imunosupresi hidup sehat · Pertahankan teknik isolasi k/p
· Malnutrisi · Status imun,· Inspeksi kulit dan membran
· Pertahan primer gastrointestinal, mukosa terhadap kemerahan,
tidak adekuat genitourinaria dalam panas, drainase
(kerusakan kulit, batas normal · Monitor adanya luka
trauma jaringan, · Dorong masukan cairan
gangguan peristaltik) · Dorong istirahat
· Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
· Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif.A.Huda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


medis dan NANDA NIC NOC jilid 1.Jogjakarta.MediAction

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


Definisi dan Iindicator Diagnostic.Jakarta Selatan.DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


Definisi dan Tindakan Keperawatan.Jakarta Selatan.DPP PPNI

Wijayaningsih.2013.Standar Asuhan Keperawatan.Jakarta Timur.CV Trans Info


Media

You might also like