You are on page 1of 13

Cara Membuat Judul Dalam Penelitian

1. Arti dan Fungsi Judul


Judul selalu diartikan sebagai kepala karangan. Dalam proses ditetapkan judul
penelitian untuk karya ilmiah harus diawali dengan penetapan berbagai masalah.
Pada akhir kegiatan kadang-kadang judul tersebut harus di ubah. Oleh karena itu,
menetapkan judul diawal kegiatan biasanya bersifat sementara (tentatif), dan
dimantapkan secara tepat pada akhir kegiatan penelitian.
Judul penelitian pada wujudnya merupakan kalimat, dalam bentuk satu
kalimat pernyataan (bukan kalimat pertanyaan). Judul terdiri dari kata-kata yang jelas
(tidak kabur), singkat, deskriptif (berkaitan atau tuntut), dan pernyataan tidak terlalu
puitis atau bombastis (Sutrisno Hadi, 1984).
2. Susunan dan Kaitan Variabel Dalam Judul Penelitian
Kata tersusun dalam kalimat judul, merupakan istilah ilmiah atau konsep yang
di sebut variabel. Susunan variabel itu harus mencerminkan keseluruhan isi karya
tulis danmerupakan gambaran dari susunan kerangka kerja konsep atau variabel itu
(oleh karena itu disebut “conceptual framework”). Pada dasarnya kita mengenal tiga
macam bentuk penelitian:
a. Penelitian eksploratif (termasuk di dalamnya metode penelitian sejarah dan
case study. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan mencari atau
merumuskan masalah dari suatu fenomena.
b. Penelitian pengembangan (termasuk di dalamnya metode survei deskriptif).
Penelitian pengembangan adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan
masalah dari suatu fenomena, yang dihubungkan dengan teori dari suatu ilmu
tertentu, untuk memecahkan masalah itu secara rasional (biasanya dengan berpikir
deduktif).
c. Penelitian verifikatif (termasuk di dalamnya penelitian eksperimen dan
survey eksplanatory). Penelitian verifikatif adalah penelitian yang bertujua untuk
menguji hubungan variabel dari hipotesis yang diajukan dengan data empiris.

Berdasarkan pengertian 3 macam penelitian tersebut, dapat dilihat susunan


variabel beserta keeratan hubungannya, yaitu antara yang menunjukan adanya
hubungan yang jelas. Pertama, dalam penelitian verifikatif (karena jelas bertujuan
menguji kausalitas variabelnya). Kedua, penelitian eksploratif (karena masih mencari
hubungan variabelnya).
Menetapkan judul setiap penelitian tersebut biasanya dapat dinyatakan dengan
kata kunci tertentu (key words) yang tersusun dalam kalimat judul. Kata kunci untuk
judul penelitian yang bersifat korelasional ada dua golongan.
Pertama, yang menyatakan hubungan interaksi, misal:
a. Pengaruh X terhadap Y,
b. Efek X terhadap Y,
c. Respon X terhadap Y,
d. Dampak X terhadap Y, dan
e. beberapa faktor yang mempengeruhi Y dan sebagainya.
Kedua, yaitu menyatakan hubungan integrative, misalnya:
a. Peranan X dalam Y,
b. Partisipasi X dan Y,
c. Integrasi X dalam Y,
d. Fungsi X dalam Y,
e. Hubungan X dengan Y, dan sebagainya.
Judul penelitian yang tidak korelasional biasanya dinyatakan secara verbal.
Susunan yang tidak jelas hubungannya, biasanya menggunakan kata kunci yang
langsung menunjuk kepada proses kerja atau metode penelitiannya, misalnya:
a. Analisis X dalam upaya Y di Z.
b. Studi X dalam rangka Y.
c. Deskripsi tentang X di Y.
d. Dinamika X dalam rangka Y.
e. Perbandingan antara X dengan Y di desa Z.
f. Kecenderungan X di Y, dan sebagainya.
3. Sistematika Usulan Penelitian
Usulan penelitian itu mempunyai sistematika tertentu. Dalam menentukan
judul penelitian, susunan susunan sistematika usulan penelitian tergantung pada
macam penelitian ( termasuk metode ) yang akan digunakan. Susunan sistematika
yang umum bagi penelitian verifikatif dan beberapa penelitian pengembangan (yang
mencoba mengajukan hipotesis), setidak-tidak-nya terdiri dari
12 unsur, seperti berikut ini.
a. Latar Belakang Penelitian.
b. Identifikasi dan Perumusan Masalah.
c. Maksud dan Tujuan Penelitian.
d. Kegunaan Penelitian.
e. Kerangka Pemikiran.
f. Hipotesis.
g. Metode Penelitian.
h. Organisasi Penelitian (bukan untuk skripsi).
i. Anggaran Biaya Penelitian (bukan untuk skripsi).
j. Lokasi Penelitian
k. Jadwal penelitian.
l. Kepustakaan.

A. Latar Belakang Penelitian


Dalam paparan ini di uraikan tentang garis besar yang akan diselidiki/diamati,
mengapa diselidiki, bagaimana menyelidikinya, dan untuk apa diselidiki atau diteliti.
Jawaban tentang apa yang di selidiki; baik dicari ataupun diteliti.
Menimbang pentingnya masalah itu untuk di selidiki, pada umumnya dikaitkan
kepada beberapa hal, antara lain kepada:
1) Masalah itu menyangkut kepentingan umum baik mendesak maupun tidak.
2) Masalah itu merupakan mata rantai, apabila tidak di pecahkan banyak
masalah lain yang terbengkalai.
3) Masalah itu penting di mana pemecahannya dapat mengisi kekosongan atau
kekurangan ilmu dan pengetahuan, dan sebagainya.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1) Mengidentifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah tidak lain menguraikan lebih jelas tentang masalah
yang telah ditetapkan pada latar belakang penelitian. Hubungan ketepatan
memilih masalah dengan cara pemecahannya ada beberapa kemungkinan:
a) Masalah benar cara pemecahannya benar.
b) Masalah benar cara pemecahannya salah.
c) Masalah salah cara pemecahannya salah.
d) Masalah salah cara pemecahannya benar.
Keempat kemungkinan tersebut dapat dilihat dalam skema gambar di bawah ini.

Hubungan Antara Ketepatan Memilih Masalah dan Cara Pemecahan

Ketepatan Masalah Ketepatan Cara Pemecahan


1. Masalah benar 1. Cara Pemecahan benar
2. Masalah benar 2. Cara Pemecahan salah
3. Masalah salah 3. Cara Pemecahan benar
4. Masalah salah 4. Cara Pemecahan salah

2) Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang baik menurut Fraenkel dan Wallen (1990 : 22) adalah:
a) Masalah harus feasible, masalah tersebut harus dicarikan jawabannya
melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga, dan
waktu.
b) Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan eersepsi yang sama
terhadap masalah tersebut.
c) Masalah harus signifikan, artinya jawaban masalah yang di berikan harus
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah
kehidupan manusia.

Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika,
moral, nilai-nilai keyakinan dan agama. Fancis, Bork, dan Cartens dalam
bukunya Proposal Cookbook (dalam Rakhmat,1998:105) menunjukan lima
macam kerangka perumusan masalah yaitu:
a) Penelitian dampak sosial.
Pada penelitian dampak sosial masalah dungkapkan dengan menunjukan
masalah sosial yang sedang terjadi, yang memerlukan perhatian, penaf-
siran, dan penyelesaian.
b) Penelitian teoritis.
Pada penelitian teoritis, masalah merujuk pada suatu teori atau salah satu
aspek teori yang tidak lagi memuaskan kita.
c) Penelitian historis.
Pada penelitian historis, pernyataan masalah adalah pengungkapan
peristiwa tertentu yang membangkitkan minat.
d) Penelitian evaluasi
Evaluasi masalah menjelaskan apa yang akan dievaluasi dan mengapa
evaluasi itu penting untuk pengambilan keputusan
e) Penelitian khusus.
Pada penelitian khusus, tidak mengikuti pola penelitian konvesional,
masalah mengungkapkan satu proses, menjelaskan dan menunjukkan
makna bagi ilmu, masyarakat atau kemanusiaan.
3) Bentuk Masalah Penelitian
a) Permasalahan Deskriptif
Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan
variable mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan dan menghubungkan.
b) Permasalahan Komparatif
Yaitu permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan suatu
variabelpada dua sampel atau lebih.
c) Permasalahan Asosiatif
Yaitu suatu pertanyaan penelitian yang bersifat menghubungkan dua variabel
atau lebih.
d) Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.
e) Hubungan Interaktif
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
Pada pembahasan ini diuraikan maksud atau hal-hal yang ingin dicapai, serta sasaran
yang dituju oleh penelitian ini.
D. Kegunaan Penelitian
Uraian kegunaan penelitian merupakan suatu harapan berkaitan dengan hasil
penelitian, baik praktis maupun teoritis.
E. Kerangka Pemikiran
1) Dalam paparan ini di uraikan cara mengalirkan jalan pemikiran peneliti menurut
kerangka teori dan kerangka konsep yang logis atau menurut “Logical Construct”.
Ini berarti menerangkan, dan menunjukan perspektif terhadap masa-lah tersebut.
Tahap berpikir itu ada tiga tahap, yaitu tahap “conception”, “judgement”, dan
“reasoning”. Tahap “conception” merupakan tahap menyusun konsepsi. Masalah
itu adalah fakta, meskipun tidak semua konsep sebagai “determinant” (faktor
penentu) dan sebagai “result” (fakta yang ditentukan oleh faktor). Faktor penentu
maupun “result” disebut variabel (peubah); atau “indepedent variable” (peubah
bebas), dan “indepedent variable” (peubah terikat).
2) Tahap “judgement” yaitu tahap menyusun ketentuan. Ketentuan itu biasanya
diperoleh dari peninjauan atau penekunan kepustakaan. Dalam ilmu logika disebut
premis mayor (postulase), sedangkan masalah yang diteliti sebagai premis
minornya.
3) Tahap “reasoning” adalah tahap membuat pertimbangan atau membuat
argumentasi. Yang menjadi pertimbangan atau argumentasi adalah menempatkan
perkara dari premis minor ke dalam premis mayornya.
F. Hipotesis
Kesimpulan kerangka pikiran itu diperinci dalam paparan ini, sesuai dengan urutan
masalah yang diidentifikasi.
Rumusan hipotesis tersebut menurut kebanyakan ahli metodologi (sugyono, 2000: 40-
41) ada empat macam:
1) Hipotesis deskriptif yaitu hipotesis yang menunjukan dugaan sementara
tentang bagaimana (how) sesuatu peristiwa, benda atau variabel itu terjadi.
2) Hipotesis argumentasi yaitu hipotesis yang menunjukan dugaan sementara
tentang mengapa (why) sesuatu peristiwa, benda, atau variabel itu terjadi.
3) Hipotesis kerja yaitu hipotesis yang menerka atau menjelaskan akibat dari
suatu variabel yang menjadi penyebabnya.
4) Hipotesis nol atau hipotesis statistik adalah hipotesis yang bertujuan untuk
memeriksa ketidakbenaran sebuah suatu teori yang selanjutnya akan ditolak
menurut bukti-bukti yang sah.
 Bentuk-bentuk Hipotesis Penelitian
Bentuk hipotesis penelitian dikaitkan dengan rumusan masalah penelitian.
Ada tiga rumusan masalah bila ditinjau dari tingkat eksplanasinya, yaitu:
rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan)
dan asosiatif (hubungan). Maka hipotesis dibagi menjadi tiga yaitu:
 Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh rumusan masalah deskriptif:
Berapa daya tahan lampu pijar merek X? Seberapa tinggi semangat kerja
karyawan di PT Z?
Contoh hipotesis deskriptif:
Daya tahan lampu pijar merek X = 600 jam (H0). Ini merupakan
hipotesis nol, karena daya tahan lampu yang nyata tidak berbeda dengan
yang diharapkan (600 jam).
Hipotesis alternatifnya:
Daya tahan lampu pijar merek X ≠ 600 jam. Tidak sama dengan (≠) ini
bisa lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam.
Contoh hipotesis statistik (hanya ada bila berdasarkan sampel).
H0 : µ = 600
Ha : µ ≠ 600 atau > 600 < 600 adalah nilai populasi yang
dihipotesiskan/ditaksir.
 Hipotesis Komparatif
Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif.
Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang
berbeda.
Contoh rumusan masalah komparatif:
Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan
dengan PT Y?
Contoh hipotesisnya disusun seperti:
Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PT X
dan PT Y; ATAU terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan
di PT X dan PT Y (H0).
Hipotesis alternatifnya: Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara
karyawan di PT X dan PT Y (Ha).
Produktivitas kerja antara karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan
(≤) karyawan PT Y (H0).
Hipotesis alternatifnya: produktivitas kerja antara karyawan PT X lebih
besar dari (>) karyawan PT Y (Ha).
Produktivitas kerja antara karyawan PT X lebih besar atau sama dengan
(≥) karyawan PT Y (H0).
Hipotesis alternatifnya: produktivitas kerja antara karyawan PT X lebih
kecil dari (<) karyawan PT Y (Ha).
Hipotesis statistik untuk ketiga rumusan itu adalah:
H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
H0 : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 > µ2
H0 : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2
µ1 = rata-rata produktivitas karyawan X.
µ2 = rata-rata produktivitas karyawan Y.
 Hipotesis Asosiatif
Adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh rumusan masalah asosiatif:
Adakah hubungan antara pengawasan melekat dengan efisiensi kerja
pegawai di departemen X.
Hipotesis penelitiannya:
Hipotesis Nol: Tidak terdapat hubungan antara pengawasan melekat
dengan efisiensi kerja pegawai di departemen X.
Hipotesis alternatif: Terdapat hubungan yang positif antara pengawasan
melekat dengan efisiensi kerja pegawai di departemen X. Hipotesis
statistik
H0 : p = 0 0 berarti tidak ada hubungan.
Ha : p ≠ 0 tidak sama dengan nol berarti lebih besar atau kurang (-) dari
nol berarti ada hubungan. p = nilai korelasi dalam formulasi yang
dihipotesiskan.
G. Metodelogi penelitian
1) Tentukan tipe penelitian
Metodelogi adalah studi sistematis mengenai prosedur dan teknik yang
berhubungan dengan sesuatu. Dalam menguraikan metode penelitian pertama-tama
harus disebut secara eksplisit tipe penelitian (mueller,1986:9-12) apa yang akan
digunakan yaitu:
a) Descriptive survey (1) cross sectional (2) longitudinal
b) Sampel survey
c) Field studies
d) Case studies of persons
e) Combined survey and case study
f) Prediction Studies
g) Controlled Experiment (1) cross sectional (2) longitudional Penentuan tipe
penelitian sangat penting sebagai pegangan si peneliti agar tidak “kesasar”. Si
peneliti akan menyesuaikan antara prosedur dan teknik dengan tipe
penelitiannya termasuk dalam pengambilan sampel, penetapan unit analisis, cara
menganalisis dan menarik generalisasi.
2) Prosedur penarikan sampel
Pada dasarnya prosedur pengambilan sampel diperlukan untuk menekan sejauh
mungkin terjadinya bias dan variabilitas.
Teknik pengambilan sampel yang mungkin memenuhi persyaratan ini ialah
simple random sampling suatu metode yang memberikan peluang sama kepada
anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel. Biasanya dengan bantuan daftar
random kemudian memilih nya secara acak (dikocok) kita akan mendapatakan
sampel yang representatif.
Dalam kesempatan ini akan diebutan beberapa tipe sampling (Mueller, 1986:
64-65) yaitu:
a) Simple random. Semua anggota populasi mempunyai peluang sama untuk
terpilih sebagai anggota sampel.
b) Systematic, susun lebih dahulu populasi nya menurut nomor
urut,kemudian kita mengambil anggota sampel berdasarkan pola N/n,
artinya (N) dibagi besarnya sampel (n) akan menunjukkan setiap nomor
keberapa dari nomor urut populasi yang kita susun itu ambil sebagai
angota sampel.
c) Stratified, (1)proportionate, (2) optimum allocation. (3) disproportionate
d) Cluster, pilih salah satu unit sampel secara random dari kelompok dalam
klaster, kemudian susun menurut kelompoknya dan akhirnya dipilih lagi
secara random dengan menggunakan bilangan yang akurat.
e) Statified cluster, pilih klaster dari setiap unit sampel untuk mengurangi
variablitas dari klaster yang setara.
f) Repetitive multiple sequential, tipe sampling ini diambil dua atau lebih
sampel dengan menggunakan hasil dari sampel yang terdahulu untuk
menentukan sampel akhir
g) Judqment, pilih anak kelompok dari suau populasi yang dipandang bisa
memberikan informasi dasar yang diperlukan kemudian ambil sampel dari
situ secara akurat
h) Qouta, klasifikasikan populasi menurut karakteristiknya kemudian
tentukan secara proporsional sampel dari masing-masing klasifikasi.
Hal yang tidak kalah penting dalam suatu penelitian sosial ialah
menetapkan unit analis yaitu atas dasar apa kita membuat generalisasi
yang disebut eological fallacy, yaitu salah membuat generalisasi kalau
unit generalissi nya individu maka generalisasi organisasi maka dasar
pembuatan generalisasi adalah organisasi.
3) Definisi operasional variabel penelitian
Definisi operasional merupakan rumusan seara operasional tentang variabel
penelitian, mulai dari pengertian variabel, sampai pada keterukuran variabel
penelitian itu. Misalnya tingkat pendidikan responden mencakup pendidikan formal
yang pernah dicapai responden dan diklasifikasikan menurut tidak tamat pendidikan
dasar tamat pendidikan dasar dan seterusnya.
4) Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data harus dijelaskna secara eksplisit dalam setiap
rancangan penelitian, misalnya penjelasan tentang data sekunder yang diperlukan
dan bagaimana memperoleh data tersebut.

Instrumen penelitian bisa berupa angket, yakni daftar pertanyaan yang


terstruktur baik close-ended maupun open-ended yang disebarkan kepada responden
anggota sampel baik via pos maupun kurir. Angket kuesioner, maupun indepth
interview harus mematuhi etika penelitian supaya hasil penelitian tidak biased agar
tidak bias, pertanyaan juga tidak boleh:
a) Suggestive, mengarahkan, memengaruhi, tendesius.
b) Double-barrel, membingungkan responden.
c) Sensitive, umur buat wanita terpelajar biasanya rahasia.
d) Investigative, gaya detektif, gaya interogator
e) Tricky, menjebak Realiability yang berarti adanya ketepatan, konsisten data
yang didapat dari waktu kewaktu. Rehabilitas berkenaan dengan tingkat
keandalan suatu instrumen penelitian itu. Validity berkenaan dengan tingkat
kecermatan (accuracy) suatu instrumen penelitian. Contoh nyata mengukur
berat orang dengan meteran, mengukur tinggi badan dengan kiloan, artinya
data apa yang diperlukan peneliti dari responden harus ditanyakan secara
tepat.
5) Rancangan analisis
Pengertian dasar analisis adalah melakukan decomposition, mengu-raikan
sesuatu kedalam bagian yang membentuk sesuatu itu. Setelah terurai kedalam
bagian, kerja sipeneliti selanjutnya ialah membuat generalisasi, “apa jembatan
untuk sampai ke generalisasi? Jawaban nya adalah statistik, jadi statistik adalah
instrumen pembuatan generalisasi. Apakah hanya statistik yang bisa
menjembatani kegeneralisasi? Tidak, jika statistik yang digunakan sebagai
instrumen menuju generalisasi maka analisis penelitian itu disebut kuantitatif,
analisis lainnya adalah nonkuantitatif atau bisa dikenal dengan sebutan analisis
kualitatif disini peneliti menyilang temuan empiris nya dengan sumber lain baik
sumber pustaka maupun narasumber (individu).
Metode ini disebut triangulation, yaitu peneliti menguji kebenaran informasi
yang diperolehnya dari lapangan dengan teori yang ada, dokumen pendukung,
keterangan orang yang dianggap mengetahui (informan) kesepa-danan
karakteristik dengan populasi lain di tempat lain, data sejarah, dan indikasi
lainnya dianggap punya keterkaitan.
Analisis kuantitatif dengan aplikasi statistik diuji sangat ditentukan oleh level
of measurement data yang dikumpulkan yaitu:
i. Jika level of measurement data yang dikumpulkan adalah nominal
(kategorikal), maka statistik yang digunakan biasanya statistik non-para-
metrik
ii. Data yang dikotomis atau poliytomis tidak akan punya arti apa-apa jika
dicari mean (rataan)-nya. Misalnya kota, lelaki perempuan, islam non
islam, jawa non jawa tidak perlu mencari mean nya karna hal itu langkah
yang sia-sia.
iii. Jika level of measurement data yang dikumpulkan adalah termasuk
ordinal (peringkat), maka analisis statistik untuk uji korelasi misal nya
digunakan:
 Spearman Rank Order Correlation atau
 Kendal Rank Order Correlation atau
 Chi-Square (Ci Kuadrat) jika hendak mengukur hubungan
asosiatif saja
iv. Jika level of measurment data yang dikumpulkan adalah interval atau
rasio, maka person product momen correlation bisa dipakai untuk uji
korelasi, analisis multivariate dan analisis jalur (path analysis) bisa
digunakan jika independen dan dependen variabel nya lebih dari satu.

Rancangan analisis peneliti harus menjelaskan model analisis yang


akan digunakan untuk uji hipotesis kuantitatif atau secara kualitatif.
Meskipun model analisis kuantitatif yang akan digunakan tetapi
eksplanasi (penjelasan). Statistik hanyalah alat untuk menguatkan
argumentasi peneliti, demikian juga model analisis kualitatif tidak akan
sepi dari angka jika memang diperlukan.
Akhir uraian bagian metodelogi penelitian ini iaah kisi penelitian yng
menyimpulkan dalam sebuah tabel hal-hal sebagai berikut:
a) Konsep penelitian ini berangkat dari konsep apa (teori apa)
b) Variabel konsep itu diturunkan variabel penelitian X,Z,Y
c) Dimensi sering disebut subvariabel, misalnya partisipasi adaah konsep
sebuah ada dasar teorinya. Dimensi dari partisipasi apa saja?
Partisipasi dalam perencanaan, dalam pelaksanaan, dalam pengawasan
dalam pemanfaatan indikatornya apa saja? Tenaga, uang, benda dan
pikiran.
d) Indikator, yaitu sesuatau yang mengindikasikan bekerjanya variabel
tersebut, dan biasanya terobservasi dan terukur misal nya variabel
media exposure (X) tadi indikator nya ialah frekuensi melihat atau
mendengar. Dari indikator ini kita turunkan item kuesioner, misalnya,
“berapa jam didalam sehari anda menonton siaran Tv swasta? Kurang
dari 1 jam Antara 1-2 jam Tidak tentu Lebih dari 2 jam
e) Jenis data apakah data nominal, ordinal,interval atau rasio.
f) Sumber data apakah primer atau sekunder.
g) Lokasi/ tempat penelitian Lokasi penelitian bisa jadi laboraturium atau
alapangan, karena itu tempat penelitian, diuraikan lengkap lokasi nya,
seperti desa, X, kecamatan X dan kabupaten X serta propinsi X.
H. Jadwal waktu penelitian Jadwal waktu penelitian waktu penelitian diuraikan menurut
fase-fase pekerjaannya sebagai berikut:
1) Fase persiapan dari - s/d - (misalnya 30 hari)
2) Fase pengumpulan data dari - s/d - (misalnya 30 hari)
3) Fase pengolahan data - s/d - (misalnya 60 hari)
4) Fase pengolahan data dari - s/d - (misalnya 60 hari). Lebih terperinci adalah lebih
baik.

Contoh kasus :

Faktor-faktor Resiko Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Yang Terpasang
Kateter Menetap Di Ruang Rawat Inap RS D Tarakan

You might also like