Professional Documents
Culture Documents
2) Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang baik menurut Fraenkel dan Wallen (1990 : 22) adalah:
a) Masalah harus feasible, masalah tersebut harus dicarikan jawabannya
melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan dana, tenaga, dan
waktu.
b) Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan eersepsi yang sama
terhadap masalah tersebut.
c) Masalah harus signifikan, artinya jawaban masalah yang di berikan harus
memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan pemecahan masalah
kehidupan manusia.
Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat etika,
moral, nilai-nilai keyakinan dan agama. Fancis, Bork, dan Cartens dalam
bukunya Proposal Cookbook (dalam Rakhmat,1998:105) menunjukan lima
macam kerangka perumusan masalah yaitu:
a) Penelitian dampak sosial.
Pada penelitian dampak sosial masalah dungkapkan dengan menunjukan
masalah sosial yang sedang terjadi, yang memerlukan perhatian, penaf-
siran, dan penyelesaian.
b) Penelitian teoritis.
Pada penelitian teoritis, masalah merujuk pada suatu teori atau salah satu
aspek teori yang tidak lagi memuaskan kita.
c) Penelitian historis.
Pada penelitian historis, pernyataan masalah adalah pengungkapan
peristiwa tertentu yang membangkitkan minat.
d) Penelitian evaluasi
Evaluasi masalah menjelaskan apa yang akan dievaluasi dan mengapa
evaluasi itu penting untuk pengambilan keputusan
e) Penelitian khusus.
Pada penelitian khusus, tidak mengikuti pola penelitian konvesional,
masalah mengungkapkan satu proses, menjelaskan dan menunjukkan
makna bagi ilmu, masyarakat atau kemanusiaan.
3) Bentuk Masalah Penelitian
a) Permasalahan Deskriptif
Permasalahan deskriptif adalah suatu permasalahan yang berkenaan dengan
variable mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan dan menghubungkan.
b) Permasalahan Komparatif
Yaitu permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan suatu
variabelpada dua sampel atau lebih.
c) Permasalahan Asosiatif
Yaitu suatu pertanyaan penelitian yang bersifat menghubungkan dua variabel
atau lebih.
d) Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.
e) Hubungan Interaktif
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
Pada pembahasan ini diuraikan maksud atau hal-hal yang ingin dicapai, serta sasaran
yang dituju oleh penelitian ini.
D. Kegunaan Penelitian
Uraian kegunaan penelitian merupakan suatu harapan berkaitan dengan hasil
penelitian, baik praktis maupun teoritis.
E. Kerangka Pemikiran
1) Dalam paparan ini di uraikan cara mengalirkan jalan pemikiran peneliti menurut
kerangka teori dan kerangka konsep yang logis atau menurut “Logical Construct”.
Ini berarti menerangkan, dan menunjukan perspektif terhadap masa-lah tersebut.
Tahap berpikir itu ada tiga tahap, yaitu tahap “conception”, “judgement”, dan
“reasoning”. Tahap “conception” merupakan tahap menyusun konsepsi. Masalah
itu adalah fakta, meskipun tidak semua konsep sebagai “determinant” (faktor
penentu) dan sebagai “result” (fakta yang ditentukan oleh faktor). Faktor penentu
maupun “result” disebut variabel (peubah); atau “indepedent variable” (peubah
bebas), dan “indepedent variable” (peubah terikat).
2) Tahap “judgement” yaitu tahap menyusun ketentuan. Ketentuan itu biasanya
diperoleh dari peninjauan atau penekunan kepustakaan. Dalam ilmu logika disebut
premis mayor (postulase), sedangkan masalah yang diteliti sebagai premis
minornya.
3) Tahap “reasoning” adalah tahap membuat pertimbangan atau membuat
argumentasi. Yang menjadi pertimbangan atau argumentasi adalah menempatkan
perkara dari premis minor ke dalam premis mayornya.
F. Hipotesis
Kesimpulan kerangka pikiran itu diperinci dalam paparan ini, sesuai dengan urutan
masalah yang diidentifikasi.
Rumusan hipotesis tersebut menurut kebanyakan ahli metodologi (sugyono, 2000: 40-
41) ada empat macam:
1) Hipotesis deskriptif yaitu hipotesis yang menunjukan dugaan sementara
tentang bagaimana (how) sesuatu peristiwa, benda atau variabel itu terjadi.
2) Hipotesis argumentasi yaitu hipotesis yang menunjukan dugaan sementara
tentang mengapa (why) sesuatu peristiwa, benda, atau variabel itu terjadi.
3) Hipotesis kerja yaitu hipotesis yang menerka atau menjelaskan akibat dari
suatu variabel yang menjadi penyebabnya.
4) Hipotesis nol atau hipotesis statistik adalah hipotesis yang bertujuan untuk
memeriksa ketidakbenaran sebuah suatu teori yang selanjutnya akan ditolak
menurut bukti-bukti yang sah.
Bentuk-bentuk Hipotesis Penelitian
Bentuk hipotesis penelitian dikaitkan dengan rumusan masalah penelitian.
Ada tiga rumusan masalah bila ditinjau dari tingkat eksplanasinya, yaitu:
rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan)
dan asosiatif (hubungan). Maka hipotesis dibagi menjadi tiga yaitu:
Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh rumusan masalah deskriptif:
Berapa daya tahan lampu pijar merek X? Seberapa tinggi semangat kerja
karyawan di PT Z?
Contoh hipotesis deskriptif:
Daya tahan lampu pijar merek X = 600 jam (H0). Ini merupakan
hipotesis nol, karena daya tahan lampu yang nyata tidak berbeda dengan
yang diharapkan (600 jam).
Hipotesis alternatifnya:
Daya tahan lampu pijar merek X ≠ 600 jam. Tidak sama dengan (≠) ini
bisa lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam.
Contoh hipotesis statistik (hanya ada bila berdasarkan sampel).
H0 : µ = 600
Ha : µ ≠ 600 atau > 600 < 600 adalah nilai populasi yang
dihipotesiskan/ditaksir.
Hipotesis Komparatif
Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif.
Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang
berbeda.
Contoh rumusan masalah komparatif:
Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan
dengan PT Y?
Contoh hipotesisnya disusun seperti:
Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PT X
dan PT Y; ATAU terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan
di PT X dan PT Y (H0).
Hipotesis alternatifnya: Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara
karyawan di PT X dan PT Y (Ha).
Produktivitas kerja antara karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan
(≤) karyawan PT Y (H0).
Hipotesis alternatifnya: produktivitas kerja antara karyawan PT X lebih
besar dari (>) karyawan PT Y (Ha).
Produktivitas kerja antara karyawan PT X lebih besar atau sama dengan
(≥) karyawan PT Y (H0).
Hipotesis alternatifnya: produktivitas kerja antara karyawan PT X lebih
kecil dari (<) karyawan PT Y (Ha).
Hipotesis statistik untuk ketiga rumusan itu adalah:
H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
H0 : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 > µ2
H0 : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2
µ1 = rata-rata produktivitas karyawan X.
µ2 = rata-rata produktivitas karyawan Y.
Hipotesis Asosiatif
Adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh rumusan masalah asosiatif:
Adakah hubungan antara pengawasan melekat dengan efisiensi kerja
pegawai di departemen X.
Hipotesis penelitiannya:
Hipotesis Nol: Tidak terdapat hubungan antara pengawasan melekat
dengan efisiensi kerja pegawai di departemen X.
Hipotesis alternatif: Terdapat hubungan yang positif antara pengawasan
melekat dengan efisiensi kerja pegawai di departemen X. Hipotesis
statistik
H0 : p = 0 0 berarti tidak ada hubungan.
Ha : p ≠ 0 tidak sama dengan nol berarti lebih besar atau kurang (-) dari
nol berarti ada hubungan. p = nilai korelasi dalam formulasi yang
dihipotesiskan.
G. Metodelogi penelitian
1) Tentukan tipe penelitian
Metodelogi adalah studi sistematis mengenai prosedur dan teknik yang
berhubungan dengan sesuatu. Dalam menguraikan metode penelitian pertama-tama
harus disebut secara eksplisit tipe penelitian (mueller,1986:9-12) apa yang akan
digunakan yaitu:
a) Descriptive survey (1) cross sectional (2) longitudinal
b) Sampel survey
c) Field studies
d) Case studies of persons
e) Combined survey and case study
f) Prediction Studies
g) Controlled Experiment (1) cross sectional (2) longitudional Penentuan tipe
penelitian sangat penting sebagai pegangan si peneliti agar tidak “kesasar”. Si
peneliti akan menyesuaikan antara prosedur dan teknik dengan tipe
penelitiannya termasuk dalam pengambilan sampel, penetapan unit analisis, cara
menganalisis dan menarik generalisasi.
2) Prosedur penarikan sampel
Pada dasarnya prosedur pengambilan sampel diperlukan untuk menekan sejauh
mungkin terjadinya bias dan variabilitas.
Teknik pengambilan sampel yang mungkin memenuhi persyaratan ini ialah
simple random sampling suatu metode yang memberikan peluang sama kepada
anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel. Biasanya dengan bantuan daftar
random kemudian memilih nya secara acak (dikocok) kita akan mendapatakan
sampel yang representatif.
Dalam kesempatan ini akan diebutan beberapa tipe sampling (Mueller, 1986:
64-65) yaitu:
a) Simple random. Semua anggota populasi mempunyai peluang sama untuk
terpilih sebagai anggota sampel.
b) Systematic, susun lebih dahulu populasi nya menurut nomor
urut,kemudian kita mengambil anggota sampel berdasarkan pola N/n,
artinya (N) dibagi besarnya sampel (n) akan menunjukkan setiap nomor
keberapa dari nomor urut populasi yang kita susun itu ambil sebagai
angota sampel.
c) Stratified, (1)proportionate, (2) optimum allocation. (3) disproportionate
d) Cluster, pilih salah satu unit sampel secara random dari kelompok dalam
klaster, kemudian susun menurut kelompoknya dan akhirnya dipilih lagi
secara random dengan menggunakan bilangan yang akurat.
e) Statified cluster, pilih klaster dari setiap unit sampel untuk mengurangi
variablitas dari klaster yang setara.
f) Repetitive multiple sequential, tipe sampling ini diambil dua atau lebih
sampel dengan menggunakan hasil dari sampel yang terdahulu untuk
menentukan sampel akhir
g) Judqment, pilih anak kelompok dari suau populasi yang dipandang bisa
memberikan informasi dasar yang diperlukan kemudian ambil sampel dari
situ secara akurat
h) Qouta, klasifikasikan populasi menurut karakteristiknya kemudian
tentukan secara proporsional sampel dari masing-masing klasifikasi.
Hal yang tidak kalah penting dalam suatu penelitian sosial ialah
menetapkan unit analis yaitu atas dasar apa kita membuat generalisasi
yang disebut eological fallacy, yaitu salah membuat generalisasi kalau
unit generalissi nya individu maka generalisasi organisasi maka dasar
pembuatan generalisasi adalah organisasi.
3) Definisi operasional variabel penelitian
Definisi operasional merupakan rumusan seara operasional tentang variabel
penelitian, mulai dari pengertian variabel, sampai pada keterukuran variabel
penelitian itu. Misalnya tingkat pendidikan responden mencakup pendidikan formal
yang pernah dicapai responden dan diklasifikasikan menurut tidak tamat pendidikan
dasar tamat pendidikan dasar dan seterusnya.
4) Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data harus dijelaskna secara eksplisit dalam setiap
rancangan penelitian, misalnya penjelasan tentang data sekunder yang diperlukan
dan bagaimana memperoleh data tersebut.
Contoh kasus :
Faktor-faktor Resiko Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Yang Terpasang
Kateter Menetap Di Ruang Rawat Inap RS D Tarakan