You are on page 1of 44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang menetap yang penyebabnya
mungkin tidak di ketahui (hipertensiesensial, idiopatik, atau primer). Maupun
yang berhubungan dengan penyakit yang lain (hipertensi sekunder). Tekanan
darah tadalah kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding arteri ketika darah
tersebut melewatinya.(Dorland, 2009)
Berdasarkan the seventh report of the joint national committee on the
prevention detection, evalution, and treatment of high blood pressure (JNC7)
(2003), Tekanan darah dapat di bagi menjadi beberapa derajat, yaitu normal (di
bawah 120/80 mmHg), prahipertensi (Dari 120/80 mmHg sampai 139/89
mmHg), hipertensi tingkat 1 (Dari 140/90 mmHg sampai 159/99 mmHg), dan
hipertensi tingkat II (Melebihi 160/100 mmHg).
Menurut yugiantoro (2006), hipertensi dapat menimbulkan kerusakan
arteri di dalam tubuh sampai organ organ yang mendapatkan suplai darah darinya
seperti jantung, otak dan ginjal. Penyakit yang sering timbul akibat hipertensi
adalahj stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Hipertensi juga bisa mengakibatkan penyakit jantung koroner yang merupakan
pembunuh nomer satu di dunia. Oleh kartena itu, hipertensi ini berdampak
negatif pada organ organ tubuh bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Hipertensi biasanya di mulai diam diam umumnya setelah usia 30 tahun
atau 40 tahun. Dalam kasus kasus pencegahan, penyakit ini bisa di mulai lebih
awal, pada tahap awal tekananya mungkin naik secara berkala, misalnya pada
situasi stress biasanya. Atau tekananya mungkin hanya naik saat bekerja, tidak
pada istirahat atau berlibur. Pada kasus kasus seperti ini kita membicarakan
”hipertensi labil”. Atau jika angkanya terletak diatasa kesasaran normal, kita
menyebutnya ”hipertensi perbatasan” namun jika angkanya di atas normal secara
konsisten, penyakitnya telah berkembang ke tahap ”stabil” hipertensi kronis bisa
memiliki berbagai bentuk. Contoh nya sangat banyak, bahkan setiap rumah sakit
mengetahui orang orang muda dengan tekanan darah yang sangat tinggi, dari
200/120 sampai 250-140.( hans p. Wolf.2006)
2

B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dari studi kasus ini adalah bagaimana asuhan keperawatan
pada pasien hipertensi di poliklinik?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tatalaksanan asuhan keperawatan kepada pasien hipertensi
di poliklinik
2. Tujuan Khusus
Untuk memberikan pengetahuan kepada perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada pasien hipertensi di poliklinik.
3

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana


tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diatoliknya diatas 90 mmHg
(Smeltzer dan bare,2001 dalam ahmad, 2009).

Menurut WHO (world health organization), batas normal adalah 120-140


mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang di sebut mengidap
hipertensi jika tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 95 mmHg, dan tekanan darah perbatasan bila tekanan darah
perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg – 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik antara 90 mmHg – 95 mmHg (poerwati ,2008).

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama


dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg
(Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah
diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection
(JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan
sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal
tinggi sampai hipertensi maligna.
4

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140


mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman
Sorensen,1996).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 –
104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih
serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
B. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO :
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
dan diastolik 91-94 mmHg.
3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and
Treatment of Hipertension
1. Diastolik
a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal
b. 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
c. 90 -104 : Hipertensi ringan
d. 105 – 114 : Hipertensi sedang
e. >115 : Hipertensi berat
2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)
a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal
b. 140 – 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi
Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang
mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada penderita
hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan
5

darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi
kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).
Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya
tekanan darah.

Hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu :


1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera
dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target
akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg
disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan
penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
2. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target
progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ
target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.
Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan
tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai
hari).
C. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
6

Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta


pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:


1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system
rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering
menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan :
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
7

b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )


c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
e. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah :
- Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
- Kegemukan atau makan berlebihan
- Stress
- Merokok
- Minum alcohol
- Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
a. Ginjal
b. Glomerulonefritis
c. Pielonefritis
d. Nekrosis tubular akut
e. Tumor
f. Vascular
g. Aterosklerosis
h. Hiperplasia
i. Trombosis
j. Aneurisma
k. Emboli kolestrol
l. Vaskulitis
m. Kelainan endokrin
n. DM
o. Hipertiroidisme
p. Hipotiroidisme
q. Saraf
r. Stroke
s. Ensepalitis
8

t. SGB
u. Obat – obatan
v. Kontrasepsi oral
w. Kortikosteroid
2. Faktor Resiko
a. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
b. Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
c. Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
d. Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh
beberapa hal seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum
meningkat, caffeine, DM, dsb
e. Factor emosional dan tingkat stress
f. Gaya hidup yang monoton
g. Sensitive terhadap angiotensin
h. Kegemukan
i. Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
9

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi


epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan
ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan
apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin
yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah
10

maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono,


Slamet. 1996 ).

Pathway
11

E. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas
k. Gangguan penglihatan
l. Gagal ginjal
m. Stroke
12

F. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat (non farmakologis)  Terapi tanpa obat digunakan
sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif
pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b. Penurunan berat badan
c. Pembatasan alcohol
d. Menghentikan merokok
e. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
f. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
 Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
13

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi


gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
 Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat (farmakologis)
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi
umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION,
EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE,
USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis,
ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
 Dosis obat pertama dinaikkan
14

 Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama


 Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
 Obat ke-2 diganti
 Ditambah obat ke-3 jenis lain

d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya


 Ditambah obat ke-3 dan ke-4
 Re-evaluasi dan konsultasi
 Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang
memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien
dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara
pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien
dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
1) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil
pengukuran tekanan darahnya
2) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai
mengenai tekanan darahnya
3) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat
sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan
morbiditas dan mortilitas
4) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat
mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang
dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan
mengukur memakai alat tensimeter. Penderita tidak boleh
menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu.
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara
15

hidup penderita. Ikut sertakan keluarga penderita dalam


proses terapi
5) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila
penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya
di rumah
6) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti
hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
7) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti
hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang
mungkin terjadi
8) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi
dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping
minimal dan efektifitas maksimal
9) Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
10) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan
lebih sering
11) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu
yang ditentukan.
12) Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan
maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap
pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan
hipertensi.
G. Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi,
obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar
tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
16

c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah


garam
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara
normal dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol
d. Batasi aktivitas.
H. Perawatan Hipertensi
1. Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah
kegemukan).
2. Batasi pemakaian garam.
3. Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor
keturunan hipertensi dalam keluarga.
4. Tidak merokok.
5. Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran.
6. Hindari minum kopi yang berlebihan.
7. Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang).
8. Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40
tahun.
 Bagi yang sudah sakit
a. Berobat secara teratur.
b. Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis
obat tanpa petunjuk dokter.
c. Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat
untuk penyakit lain karena ada obat yang dapat meningkatkan
memperburuk hipertensi.
17

Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci


utama kesembuhan, kunci utamanya adalah :
a. Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.
b. Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.
c. Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan

 Diit Hipertensi
a. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa
 Konsumsi lemak dibatasi
 Konsumsi Cholesterol dibatasi
 Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obesitas
b. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
 Sumber kalori (Beras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-
tepungan, gula.)
 Sumber protein hewani (Daging,ayam,ikan,semua terbatas kurang
lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu
butir sehari, susu tanpa lemak.)
 Sumber protein nabati (Kacang-kacangan kering seperti
tahu,tempe,oncom.)
 Sumber lemak (Santan kelapa encer dalam jumlah terbatas.
 Sayuran (Sayuran yang tidak menimbulkan gas seperti
bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong,
wortel.)
 Buah-buahann (Semua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh
dalam jumlah terbatas.)
 Bumbu (Pala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang
putih, garam tidak lebih 15 gram perhari.)
 Minuman (Thea encer, coklat encer, juice buah.)
18

c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi


 Makanan yang banyak mengandung garam
1) Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam
dapur atau soda.
2) Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan
pindang, sarden ikan teri, telur asin.
3) Keju, margarine dan mentega.
 Makanan yang banyak mengandung kolesterol (Makanan dari
hewan seperti otak, ginjal, hati, limfa dan jantung.)
 Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh
1) Lemak hewan :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju,
mentega.
2) Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.
 Makanan yang banyak menimbulkan gas (Kool, sawi, lobak, dll.)
d. Bagaimana Mengatur Diit
1) Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan,
margarine,mentega sebagai pengganti gunakan minyak kacang
atau minyak jagung dalam jumlah tertentu.
2) Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling
banyak 50 gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai
pengganti.
3) Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.
4) Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.
5) Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
6) Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti
sirup, coca cola, limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.
7) Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.
I. Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat
19

- Perubahan irama jantung


- Takipnea
2. Sirkulasi
Gejala :
- Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup
dan penyakit cerebravaskuler
- Episode palpitasi, perspirasi

Tanda :
- Kenaikan TD
- Hipotensi postural
- Frekuensi / irama takikardi, berbagai disritmia
- Mumur stenosis valvular
3. Integritas ego
Gejala :
- Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik.
- Faktor-faktor multiple
Tanda :
- Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan
yang meledak
- Gerak badan empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat,
peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini / yang lalu.
5. Makanan / cairan
Gejala :
- Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol
- Mual muntah
- Perubahan berat badan
- Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :BB naik atau obesitas
5. Neurosensori
Gejala :
- Keluhan pening / pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital
- Kelemahan pada satu sisi tubuh
20

- Episode epistaksis
Tanda :
- Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, memori
- Respon motorik : penurunan kekuatan gangguan tangan
6. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : Angin
- Nyeri hilang timbul pada tungkai
- Sakit kepala oksipital berat
- Nyeri abdomen / massa
7. Pernafasan
Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas / kerja
- Takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksimal
- Riwayat merokok
Tanda :
- Distres respirasi
- Bunyi nafas tambahan
- Sianosis
8. Kelemahan
Gejala :
- Gangguan koordinasi / cara berjalan
- Espisode parestesia unilateral transient
- Hipotensi pastural

J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Haemoglobine / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji
hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindetifikasi faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia
2. Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
3. Glukosa : hiperglikemia dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin
4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan difungsi ginjal atau
adanya diabetes
5. Pemeriksaan Tiroid : hipertiroidimse dapat menimbulkan vasokontriksi
dan hipertensi
6. CT Scan : mengkaji cerebral, CSU, ensevalopati / feokromositoma
21

7. EKB : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,


gangguan konduksi
8. Foto dada : dapat menunjukkan obtruksi klasifikasi pada area katub,
defisit pada torik aorta, pembesaran jantung
9. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / uterter (Doengoes, 1999).

K. Komplikasi
Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada
mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan
pengelihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan
yang sering ditemukan pada hipertensi berat disamping kelainan koroner dan
miokardio. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh
pecahnya mikroorganisme yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan lain
yang dapat terjadi adalah proses tromboembali dan serangan iskemia otak
sementara (transisent ischeemic attack). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut pada hipertensi
maligna.

L. Fokus Intervensi dan Rasional


1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan beban akhir
meningkat, vasokontriksi iskemik miokard
TUM : Tidak terjadi penurunan curah jantung.
TUK :
- TD meningkat
- Nadi 80 x/mnt
- Pengikisan kapiler < 3 detik
- Suhu 36,5 – 37 0C
- RR 16-24 x/mnt
Intervensi :
a. Monitor tanda vital dan pengikisan kapiler
22

Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih


lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler.
b. Auskultasi bunyi nafas
Rasional : 54 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya
hipertrofi atrium, perkembangan s3 menunjukkan hipertensi ventrikel dan
kerusakan fungsi.
c. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
Rasional : membantu untuk menurunkan rangsang simpati, meningkatkan
relaksasi.
d. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman seperti pinjatan punggung
dan leher, meninggikan kepala tempat tidur
Rasional : mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang
sipatis.
e. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas Pengalihan
Rasional : dapat mengurangi ketegangan otot dan melancarkan aliran
darah.
2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
cerebral
TUM : nyeri berkurang sampai dengan hilang
TUK :
a. Skala nyeri < 3
b. Ekpresi wajah rileks
c. Klien menyatakan nyeri berkurang / hilang
Intervensi :
a. Kaji status nyeri (skala, Durasi, irama, kualitasnya)
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala karena adanya peningkatan tekanan vaskulercerebral.

b. Pertahankan tirah baring


Rasional : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.
c. Anjurkan teknik relaksasi dan distraksi
23

Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler dan yang


memperlambat / memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan
sakit kepala dan komplikasinya.
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Rasional : pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan dengan sakit
kepala.
e. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan yang teratur bila terjadi
perdarahan hidung / kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan
perdarahan
Rasional : meningkatkan kenyamanan umum.

3. Risiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi


TUM : perfusi jaringan adekuat
TUK :
- TD naik
- Nadi 80 x/mnt
- Suhu 36,5 – 37 oC
- RR 16-24 x/mnt
- Tak ada keluhan sakit kepala / pusing
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring
Rasional : tirah baring membantu kebutuhan energi.
b. Monitor tanda vital
Rasional : untuk mengetahui / mengkaji keadaan klien.
c. Monitor balance cairan
Rasional : cairan yang berlebihan menurunkan sirkulasi O2.
d. Kolaborasi pemberian obat anti hipertensi
Rasional : untuk menurunkan tekanan darah.
4. Risiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan
intake garam dalam diet, pemenuhan mekanisme regulasi hemodinamik
neurology dan sistem renal.
24

TUM : tidak terjadi keletihan volume cairan.


TUK :
a. Tidak ada edema
b. Bunyi paru bersih
c. Balance seimbang
Intervensi :
a. Kaji diet klien terhadap in adekuat masukan protein / kelebihan
natrium
Rasional : penurunan aliran ginjal mengakibatkan peningkatan aldosteron
dan sekresi hormon antidiuretik, menyebabkan retensi air dan natrium dan
ekskresi kalium.
b. Dorong klien untuk menurunkan masukan garam
Rasional : penurunan aliran ginjal mengakibatkan peningkatan aldesteron
disekresi hormon anti deuretik, menyebabkan retensi air dan Na dan
sekresi kalium.
c. Pastikan dengan dokter apakah dapat menggunakan garam tambahan
Rasional : ammonium meningkatkan kadar ammonia serum dan dapat
menunjang koma hepatic.
d. Lakukan tindakan untuk melindungi edema kulit dari cedera
Rasional : kulit edema tegang dan mudah cedera, kulit kering lebih rentan
untuk rusak dan cidera.
4. Resiko tinggi injury berhubungan dengan O2 ke otak menurun
TUM : tidak terjadi injury
Intervensi :
a. Orientasikan individu terhadap sekeliling
Rasional : mengenalkan individu pada yang dirasa bahaya.
b. Awasi individu secara ketat
Rasional : mempersiapkan diri untuk memberi pertolongan jika
dibutuhkan.
c. Gunakan lampu malam
Rasional : menghindari kecelakaan.
25

d. Anjurkan individu untuk meminta bantuan selama serangan


Rasional : mengurangi resiki kecelakaan.
e. Pertahankan tempat tidur pada ketinggian paling rendah
Rasional : mengurangi resiko jatuh.
f. Mintalah tekan sekamar, jika mampu untuk mengingatkan perawatan
tentang adanya masalah
Rasional : untuk segera memberi bantuan kepada klien jika terjadi edema.

M. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan ketidak seimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan Peningkatan tekanan
vaskuler serebral di tandai dengan klien Mengeluh pusing kepala dan leher
bagian belakang terasa berat.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi mengenai
penyakit dan terapi di tandai dengan klien mengatakan kurang tahu tentang
penyakit hipertensi.
5. Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi
yang diderita klien.

N. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
1 Risiko tinggi Cardiac 1. Pantau TD. Ukur
1. Perbandingan dari
terhadap Pump pada kedua tangan tekanan memberikan
penurunan curah effectiveness untuk evaluasi gambaran yang lebih
jantung Circulation awal lengkap tentang
berhubungan Status keterlibatan masalah
dengan Vital Sign vaskular. Hipertensi
26

peningkatan Status berat diklasifikasikan


afterload, Kriteria pada orang dewasa
vasokonstriksi, Hasil: sebagai peningkatan
hipertrofi/rigiditas1. Tanda Vital tekanan diastolik
ventrikuler, dalam sampai 130, hasil
iskemia miokard rentang peningkatan pertama,
normal kemudian maligna.
(Tekanan Hipertensi
darah, Nadi, sistolikjuga
respirasi) 2. Catat keberadaan, merupakan faktor
2. Dapat kualitas denyutan risiko yang
mentoleransi sentral dan perifer ditentukan untuk
aktivitas, penyakit
tidak ada serebrovaskular dan
kelelahan penyakit iskemi
3. Tidak ada 3. Auskultasi tonus jantung bila tekanan
edema paru, jantung dan bunyi diastolik 90-115.
perifer, dan napas 2. Denyutan karotis,
tidak ada jugularis, radialis dan
asites femoralis mungkin
4. Tidak ada teramati/terpalpasi.
penurunan Denyutan pada
kesadaran tungkai mungkin
menurun,
mencerminkan efek
dari vasokontriksi
4. Amati warna kulit, dan kongesti vena.
kelembaban, suhu,
3. S4 umum terdengar
dan masa pada pasien
pengisian kapiler. hipertensi berat
karena adanya
27

hipertrofi atrium
(peningkatan
volume/tekanan
5. Catat edema atrium).
umum Perkembangan S3
menunjukkan
hipertrofi ventrikel
6. Berikan dan kerusakan fungsi.
lingkungan tenang, Adanya krakles,
nyaman, kurangi dapat
aktivitas/keributan mengindikasikan
lingkungan. kongesti paru
7. Lakukan tindakan sekunder terhadap
yang nyaman terjadinya atau gagal
seperti pemijatan jantung kronik.
punggung dan
4. Adanya pucat,
leher, meninggikan dingin, kulit lembam
kepala di tempat dan masa pengisian
tidur. kapiler lambat
8. Anjurkan teknik mungkin berkaitan
relaksasi, panduan dengan vasokontriksi
imajinasi, aktivitas atau mencerminkan
pengalihan. dekompensasi/penuru
nan curah jantung
9. Pantau respon
5. Dapat
terhadap obat mengindikasikan
untuk mengontrol gagal jantung,
tekanan darah kerusakan ginjal atau
vaskular.
6. Membantu untuk
menurunkan
28

rangsang simpatis,
meningkatkan
relaksasi
10. Berikan
pembatasan cairan
7. Mengurangi
dan diit natrium ketidaknyamanan dan
sesuai indikasi. dapat menurunkan
rangsang simpatis

8. Dapat menurunkan
rangsangan yang
menimbulkan stres,
membuat efek
tenang, sehingga
akan menurunkan
TD.

9. Respon terhadap
terapi obat
“stepped”( yang
terdiri atas diuretik,
inhibitor simpatis dan
vasodilator)
tergantung pada
individu dan efek
sinergis obat. Karena
efek samping
tersebut, maka
penting untuk
menggunakan obat
29

dalam jumlah paling


sedikit dan dosis
paling rendah.
10. Pembatasan ini dapat
menangani retensi
cairan dengan
respons hipersensitif,
dengan demikian
menurunkan beban
kerja jantung.
2 Intoleransi Energy 1. Kaji respon pasien
1. Menyebutkan
aktivitas conservation terhadap aktivitas, parameter membantu
berhubungan Self Care : frekuensi nadi, dalam mengkaji
dengan kelemahan, ADLs TD, dispnea atau respon fisiologi
ketidakseimbangan Kriteria nyeri dada, terhadap stres
suplai dan Hasil : keletihan dan aktivitas dan, bila ada
kebutuhan oksigen.
1. kelemahan yang merupakan indikator
Berpartisipas berlebihan, dari kelebihan kerja
i dalam diaforesis, pusing yang berkaitan
aktivitas dan pingsan. dengan tingkat
fisik tanpa 2. Intruksikan pasien aktivitas.
disertai untuk teknik
peningkatan penghematan
tekanan energi 2. Teknik menghemat
darah, nadi energi mengurangi
dan RR penggunaan energi
2. Mampu 3. Berikan dorongan juga membantu
melakukan untuk melakukan keseimbangan antara
aktivitas aktivitas diri suplai dan kebutuhan
sehari hari bertahap jika dapat oksigen.
(ADLs) ditoleransi. 3. Kemajuan aktivitas
30

secara bertahap mencegah


mandiri peningkatan kerja
jantung tiba-tiba.
Memberikan bantuan
hanya sebatas
kebutuhan akan
mendorong
kemandirian dalam
melakukan aktivitas.
3 Gangguan rasa Pain Level, 1. Mempertahankan
1. Meminimalkan
nyaman dan nyeri Pain control, tirah baring selama stimulasi/meningkatk
berhubungan Comfort fase akut an relaksasi
dengan level 2. Berikan tindakan
2. Tindakan yang
peningkatan Kriteria nonfarmakologi menurunkan tekanan
tekanan vaskuler Hasil : untuk vaskular serebral dan
selebral 1. Mampu menghilangkan yang memperlambat/
mengontrol sakit kepala memblok respons
nyeri (tahu simpatis efektif
penyebab dalam
nyeri, 3. menghilangkan sakit
mampu Hilangkan/minima kepala dan
menggunaka lkan aktivitas komplikasinya.
n tehnik vasokontriksi yang
3. Aktivitas yang
nonfarmakol dapat meningkatkan
ogi untuk meningkatkan vasokontriksi
mengurangi sakit kepala. menyebabkan sakit
nyeri, 4. Bantu pasien kepala pada adanya
mencari dalam ambulansi peningkatan tekanan
bantuan) sesuai kebutuhan vaskular serebral.
2. Melaporkan
bahwa nyeri 4. Pusing dan
31

berkurang 5. Berikan cairan, penglihatan kabur


dengan makanan lunak, sering berhubungan
menggunaka perawatan mulut dengan sakit kepala.
n yang teratur bila Pasien juga dapat
manajemen terjadi perdarahan mengalami episode
nyeri hidung atau hipotensi postural
3. Mampu kompres hidung
5. Meningkatkan
mengenali telah dilakukan kenyamanan umum.
nyeri (skala, untuk Kompres hidung
intensitas, menghentikan dapat mengganggu
frekuensi perdarahan. menelan atau
dan tanda membutuhkan napas
nyeri) dengan mulut
4. Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
5. Tanda vital
dalam
rentang
normal

4 Kurang Kowlwdge :1. Kaji kesiapan dan


1. Kesalahan konsep
pengetahuan disease hambatan dalam dan penyangkalan
berhubungan process belajar. diagnosa karena
dengan kurangnya Kowledge : perasaan sejahtera
informasi tentang health yang sudah lama
penyakit hipertensi Behavior dinikmati
Kriteria mempengaruhi minat
Hasil : pasien terdekat untuk
1. Pasien dan 2. Tetapkan dan mempelajari
32

keluarga nyatakan batas penyakit, kemajuan,


menyatakan normal. Jelaskan dan prognosis.
pemahaman tentang hipertensi
2. Memberikan dasar
tentang dan efeknya pada untuk pemahaman
penyakit, jantung, pembuluh tentang peningkatan
kondisi, darah dan ginjal. TD dan
prognosis 3. Bantu pasien mengklarifikasi
dan program dalam istilah medis yang
pengobatan mengidentifikasi sering digunakan.
2. Pasien dan faktor-faktor risiko
keluarga kardiovaskular
mampu yang dapat diubah.3. Faktor-faktor risiko
melaksanaka4. Bantu pasien ini telah
n prosedur untuk menunjukkan
yang mengidentifikasi hubungan dalam
dijelaskan sumber masukan menunjang hipertensi
secara benar natrium. dan penyakit
3. Pasien dan kardiovaskular serta
keluarga 5. Dorong pasien ginjal.
mampu untuk menurunkan
4. Diit rendah garam
menjelaskan atau dapat mengontrol
kembali apa menghilangkan hipertensi sedang
yang kafein. atau mengurangi
dijelaskan jumlah obat yang
perawat/tim dibutuhkan.
kesehatan 5. Kafein adalah
lainnya. stimulan jantung dan
dapat memberikan
efek merugikan pada
fungsi jantung.
33

Bab II
Tinjauan Kasus
a. Pengkajian Asuhan keperawatan pada Tn s dengan diagnosa hipertensi
i. Identitas
a. Nama : Tn. S
b. Umur : 58 Th
c. No Rm : 007227
d. Tgl Lahir : 20-12-1958
e. Jenis kelamin : Laki-laki
f. Pendidikan : SLTP
g. Pekerjaan : Wiraswasta
h. Agama : Islam
i. Status : Menikah
j. Alamat : Indramayu
k. Diagnosa : Hipertensi

ii. Penanggung Jawab


a. Nama : Tn i
b. Alamat : Indramayu
c. Hubungan klien : Kakak
d. No telp : 081324550180

iii. Riwayat kesehatan


a. Keluhan utama : sakit kepala
b. Riwayat penyakit sekarang
Tn. S datang ke poliklinik jantung RS Jantung Hasna Medika dengan
keluhan sakit kepala dan tengkuk terasa tegang sejak 3 hari yang lalu
dan minum obat bodrex yang dibeli di warung. 5 tahun yang lalu Tn, S
34

didiagnosa hipertensi tetapi pasien jarang mengontrolkan diri. Menurut


Tn. S suka makanan berlemak
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien juga pernah merasakan pusing dan gatal gatal 2 bulan yang lalu

Pemeriksaan Umum
TD : 160 / 100 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Suhu : 36,5 oC
Pernafasan : 20 x / menit

a. Kepala
Normocephalus, rambut tampak sedikit ubanan, dan kelihatan kotor,
tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan pada kepala dan tidak ada
benjolan.
b. Mata
Bentuk tampak simetris, konjungtiva tampak anemis, sclera tidak
ikterik, pupil isokor, penglihatan baik, tidak ada nyeri dan tidak ada
benjolan.
c. Hidung
Bentuk tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak
ada secret pada hidung, tidak ada nyeri tekan, penciuman masih cukup
baik.
d. Mulut dan Tenggorokan
Mulut tampak sedikit kotor, mukosa mulut tampak kering, tidak ada
peradangan, gigi tampak bersih, tampak careas gigi dan gigi masih
lengkap, tidak ada kesulitan saat menelan.
e. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen, tidak ada
peradangan, tidak nyeri tekan pada bagian belakng telinga
(mastoideus), tidak ada benjolan, pendengaran masih bagus
35

f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka, tidak ada
bendungan vena jugularis, klien mengeluh leher bagian belakang,
terasa berat (kaku kuduk).

g. Dada
Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri
tekan.
h. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa.
i. Genetalia
Tidak terkaji
j. Ekstremitas
Kekuatan otot tangan kanan dan kiri 4, kaki kanan dan kiri 4
k. Integument
Kebersihan cukup baik, warna kulit hitam, lembab, tidak ada gangguan
pada kulit.
L. Pemeriksaan penunjang
a. Ekg : Hasil , irama reguler,Q patologis
V1,V2,V3,Axis,LAD
b. Echo : Hasil echo menandakan bahwa ada penebalan otot
jantung tebal sehingga pasien tersebut menderita
hipertensi.
c. Lab : Terlampir
36

Ekg
Hasil , irama reguler,Q patologis V1,V2,V3,Axis,LAD
37

Echo
Hasil echo menandakan bahwa ada penebalan otot jantung tebal sehingga pasien
tersebut menderita hipertensi.
38

Hasil lab

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujuk Satuan

Hematologi

Darah rutin

Hemoglobin 14,4 12-14 g/dL

Hematokrit 41.0 37- 43 %

Leukosit 8,6 4-10 10^3/ul

Trombosit 183 150- 450 10^3/ul

Kimia Darah

GDS 128 60 – 140 mg/dl

Faal Ginjal

Ureum 19.1 15 – 43 mg/dl

Creatinin 1.00 0,5 – 1,1 mg/dl

Lemak

Cholesterol 318 70-200 mg/dl

Trigliserida 365 <150 mg/dl


39

5. Terapi Obat
- Bisoprolol 1x2,5 mg
- Spironolactone 1x50 mg
- Fasorbid 2x5 mg
- Aspilet 1x80 mg
- Ramipril 1x5 mg
- Ranitidin 2x15 mg
- Furosemid 1x20 mg
- Clopidogrel 1x75 mg
- Simvastatin 1x20 mg

6. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS : Otak Gangguan rasa


- Klien mengeluh sakit
nyaman dan
kepala
- Klien mengatakan Resistensi pembuluh nyeri
tekuk terasa tegang
darah

DO :
- Klien tampak sering Nyeri kepala
memegangi
kepalanya
- TD : 160/100
- Nadi 80x/menit
- Suhu 36,5 C
- Pernafasan 20x/menit
-
-t
2 DS : Hipertensi Kurang

- Klien mengatakan pengetahuan


40

kurang tahu tentang Ketidak tahuan informasi

penyakit hipertensi mengenai penyakit dan


- Klien kurang diit makanan
mengetahui penyebab

hipertensi
Kurang pengetahuan
- Klien tidak

mengetahui jenis

makanan penyebab

nya hipertensi

DO :

- Klien bertanya- tanya

tentang penyakit nya

7. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman dan nyeri berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler selebral.
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi mengenai
penyakit hipertensi.
41

8. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Gangguan Setelah di berikan asuhan 1. Kaji ulang skala nyeri

rasa nyaman keperawatan selama 2 jam 2. Ajarkan dan anjurkan

dan nyeri Di harapkan pasien dapat teknik relaksasi misalnya

berhubungan mengontrol nyeri atau sakit kepala nafas dalam,prilaku

dengan hilang atau berkurang dengan distraksi.


kriteria hasil :
tekanan 3. Berikan brosur
- Pasien mampu melakuan
vaskuler manajemen nyeri.
teknik relaksasi
selebral 4. Ukur ttv.
- Skala nyeri 5 (0-10)
5. Kolaborasi pemberian
- TD : 160/100
therapi analgetik.
Nadi 80x/menit

Suhu 36,5 C

Pernafasan 20x/menit

2 Kurang Setelah di berikan asuhan 1. Berikan pendidikan

pengetahuan keperawatan selama 2 jam di kesehatan tentang

berhubungan harapkan pasien mengetahui cara mencegah dan

mengatasi hipertensi.
dengan informasi tentang hipertensi
2. Anjurkan klien untuk
kurang dengan kriteria hasil :
tidak mengkosumsi
informasi - Klien mengungkapkan
makanan dan
mengenai pengetahuan akan
42

penyakit hipertensi . minuman yang dapat

hipertensi. meningkatkan

tekanan darah

9. Implementasi Keperawatan

Tanggal No Implementasi Respon hasil

dan Jam DX

01/07/17 1 1. Mengkaji tingkat nyeri klien. - Skala nyeri sedang 5

08.30 2. Memberikan penjelasan (0-10)

tentang teknik relaksasi - Klien tampak

misalnya nafas dalam. memperhatikan

3. Mengkaji keadaan umum penjelasan dari

perawat
klien dan ttv
- TD : 160/100

Nadi 80x/menit

Suhu 36,5 C

Pernafasan 20x/menit

01/07/17 2 1. Memberikan penkes tentang - Klien tampak

10.00 hipertensi. mengerti dan


2. Menganjurkan klien untuk
mendengarkan
menghindari makan
penjelasan perawat.
makanan tinggi garam / diet
- Klien tampak
jantung II 1700 kkal+RG
mengikuti saran
43

perawat.

- Klien bisa

menyebutkan kembali

tentang apa itu

hipertensi.

10. Evaluasi

No
Hari/Tgl/jam Catatan Perkembangan
Dx
Sabtu S:
01/07/17 - Klien mengatakan nyeri nya sedikit
berkurang

O:
- Klien tampak rileks
-
A:
- Masalah keperawatan gangguan nyaman
1 nyeri teratasi sebagian.

P:
- Anjurkan klien untuk tetap
mempertahankan kesehatan nya.
- Anjurkan klien untuk diet rendah
garam.
- Memberikan brosur manajemen nyeri.
- Anjurkan klien teknik relaksasi.

Sabtu 01/07/17 S:
- klien mengatakan sudah tau apa itu
hipertensi, dan penyebab terjadinya
hipertensi
2
O:
- klien tampak mengerti, menyebutkan
penyebab yang memperberat
hipertensi.
44

- klien tampak mau mengikuti saran


perawat.

A:
- masalah keperawatan kurang
pengetahuan teratasi

P:
- Kaji tingkat pengetahuan klien
- Berikan penyuluhan mengenai
penyakitnya.
Evaluasi tingkat pengetahuan setiap
selesai memberi penyuluhan.

You might also like