You are on page 1of 2

Selingkuh itu tidak hanya menyakitkan hati.

Tapi juga berubah seluruh definisi seseorang


tentang cinta.

Aku meragukan semua perkataanmu. Aku meragukan semua cerita hidupmu, semua kata-kata
sayangmu. Aku meragukan semua hal yang pernah kau utarakan padaku. Tentang masa
lalumu, tentang lukamu, tentang mimpimu. Aku sudak tidak percaya.

Advertisement

Ini bukan tentang perpisahan kita, bukan juga tentang keputusanmu memilih dia daripada
aku. Ini semua bukan lagi tentang aku dan kamu. Ini tentang aku. Aku yang baru saja
disadarkan bahwa hidupku bersamamu adalah sebuah kebohongan. Aku yang memiliki
perasaan bahwa aku pantas engkau bohongi. Aku yang tidak pernah bersiap diri untuk
kehilanganmu karena sebuah pengkhianatan.

Untuk beberapa saat, aku percaya bahwa aku pantas engkau sakiti. Bahwa pengkhianatanmu
adalah bentuk ketidakpuasanmu terhadap sifatku. Bahwa keputusanmu untuk pergi adalah
untuk menyelamatkanku dari sakit hati yang lebih parah. Untuk beberapa saat, aku masih
percaya kepada dirimu.

Tapi kenyataannya menyadarkanku lebih cepat dari yang ku kira. Aku tidak pernah mengenal
dirimu. Aku bahkan tidak berhak untuk mengenal kamu yang sebenarnya. Kamu
bersembunyi dibalik keahlianmu menipu hatiku. Kamu tahu aku tidak bisa marah, lantas
kamu biarkan hatiku patah. Kamu tahu aku selalu memaafkan, lantas kamu lukai aku tanpa
perasaan. Sedari awal, kamu tidak pernah ada secara nyata dan itulah kejujuran yang bisa aku
terima.

Advertisement

Maka, aku mengubah apa yang ada dalam pikiranku.

ADVERTISEMENT

Kamu tidak mengkhianatiku, kamu mengkhianati dirimu sendiri. Kebohongan yang kamu
susun untukku, sesungguhnya melekat terlalu erat dalam hatimu hingga kamu akhirnya
mempercayai kebohonganmu sendiri. Kamu rela menukar segala janji masa depan yang
pernah kita perjuangkan bersama semata hanya untuk mendapat pengakuan bahwa kamu
meninggalkan. Tapi tidak apa, aku akhirnya bisa merelakanmu. Melepaskanmu kembali ke
dunia tanpa pegangan dariku. Mengikhlaskan betapa hatiku pernah mempercayai kamu.

Di hari itu, ketika aku mendapati pengkhianatanmu, ketika aku menangis hingga bergetar
hebat, aku bisa melihat bahwa tidak ada rasa bersalah yang tersirat meskipun hanya sedikit
diwajahmu, yang ada hanyalah perasaan marah karena akhirnya aku mengetahui semua
kebohonganmu. Sebab, aku benar bahwa kamu tidak bisa menerima kehidupan yang
baik, cinta yang baik.

Sesungguhnya, aku berhadapan dengan monster. Kamu bukanlah orang yang pernah terluka.
Ketika seseorang pernah terluka, mereka akan berusaha semampu mereka untuk tidak
melukai orang lain. Setidaknya mereka akan menjaga agar luka itu tidak terbuka. Tapi kamu,
seorang monster tidak akan peduli apabila mereka melukai manusia lain. Seorang monster
tidak mengerti apa artinya empati, yang mereka tahu hanya ego yang tidak bisa mereka
bendung.

Akhirnya aku mengerti, aku tidak membutuhkanmu bahkan tidak sebagai teman.

Aku tidak perlu menurunkan hatiku hanya untuk membantumu menjalani hidup lagi. Kamu
sudah lama meninggalkanku, bahkan dari sebelum semua akhirnya terbuka. Jadi, buat apa
aku masih berbaik hati padamu? Tidak semua orang pantas mendapatkan baiknya hatiku.

You might also like