You are on page 1of 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER


(DHF)

OLEH :

NI putu Cinthya Naomi Hartanti

16.321.2577

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF)

DI RUANG CEMPAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disbabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendir
yang disertai lukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga
tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrom) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok. (Sudoyo Aru,dkk 2009)

2. KLASIFIKASI

DD/DBD Derajat Derajat Laboratorium

DD Demam disertai 2 Leukopenia


atau lebih tanda: trobositiplasma,
mialgia, sakit tidak ditemukan
kepala, nyeri retro bukti ada
orbital, artralgia. kebocoran
plasma.

Serologo dengue
positif.
DBD I Gejala diatas Trombositopenia
ditambah bendung (<100.000/ul)
positif bukti ada
DBD II Gejala diatas kebocoran plasma
ditambah
perdarahan spontan
DBD III Gejala diatas
ditambah
kegagalan sirkulasi
(kulit dingin atau
lembabserta
gelisah)
DBD IV Syok berat disertai
dengan tekanan
darah dan nadi tidak
terukur

Klasifikasi derajat DBD menurut WHO :


Derajat 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perarahan adalah uji tornoquet positif
Derajat 2 Derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan
lain
Derajat 3 Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau hipotensi
disertai kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah
Derajat 4 Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur

3. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk genus flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2. DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya
ditemukan d Indonesiadengan DEN-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serptipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yangterbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe
lain tersebut. Seseorang yang tinggi di daerah endemis dengue dapat terinfeksi
oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat
ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Sudoyo Aru,dkk 2009).
a. Virus dengue
DHF disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam golongan genus
flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus ialah suatu virus dengan
diameter sekitar 30 mm yg terdiri dari asam aribonukleat rantai tunggal
dengan berat molekul mencapai 4 x 106. Terdapat 4 type serotipe virus
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yg keseluruhannya dapat
menyebabkan terjadinya demam dengue. Ke 4 type serotipe ini bisa
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak
ditemukan (Suhendro, 2007). Virus Dengue merupakan family
flaviviridae dengan 4 serotipe ( DEN 1, 2, 3, 4 ). Yang terdiri dari genom
RNA stranded yg dikelilingi oleh nukleokapsid. Virus Dengue
memerlukan adanya asam nukleat untuk bereplikasi, sehingga akan
mengganggu pada proses sintesis protein sel pejamu.

b. Vektor
Virus dengue dengan serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yakni nyamuk aedes aegypti, aedes polynesiensis, nyamuk aedes
albopictus, dan beberapa spesies lain yg merupakan sebuah vektor yg
kurang berperan berperan. Infeksi yang di timbulkan dari salah satu
serotipe akan memunculkan adanya antibodi seumur hidup pada serotipe
yg bersangkutan namun tidak ada perlindungan terhadap serotipe dari
jenis yg lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000).
c. Host
Apabila seseorang mendapatkan sebuah infeksi dengue untuk pertama
kalinya maka ia akan mendapatkan suatu imunisasi yg spesifik namun
tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk bisa terinfeksi kembali
pada virus dengue yg sama typenya atauupun virus dengue dari type
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat saja terjadi jika
seseorang yg pernah memperoleh infeksi virus dengue type tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau bisa lebih.
Misalnya terjadi pada bayi yg mendapat infeksi virus dengue untuk
pertama kalinya apabila ia telah mendapatkan sebuah imunitas terhadap
dengue dari ibunya melalui tali plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).

4. MANIFESTASI KLINIS
Demam dengue 1. Nyeri kepala
Merupakan penyakit demam akut 2. Nyeri retro-orbital
selama 2-7 hari, ditandai dengan 2 3. Mialgia/artralgia
atau lebih manifestasi klinis 4. Ruam kulit
5. Manifestasi perdarahan
(petekie atau uji bendung
positif)
6. Leukopenia
7. Pemeriksaan serologi dengue
positif; atau ditemukan
DD/DBD yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan
waktu yang sama
Demam berdarah dengue Menurut WHO 1997 diagnosis DBD
ditegakkan bila semua hal di bawah ini
terpenuhi :
1. Demam atau riwayat demam
akut antara 2-7 hari, biasanya
bersifat bifasik
2. Manifestasi perdarahan yang
biasanya berupa: uji tourniquet
positi, petekie, ekimosis,
purpura, perdarahan mukosa
(epistaksis, perdarahan gusi),
perdarahan saluran cerna,
perdarahan tempat bekas
suntikan, hematemesis atau
melena
3. Kebocoran plasma yang
ditandai dengan : peningkatan
nilai hematokrit ≥20% dari
nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin, penurunan nilai
hematokrit ≥20% setelah
pemberian cairan yang
adekuat
4. Tanda kebocoran plasma
seperti: hipoproteinemi, asites,
efusi pleura
5. Trombositopenia 100.00/ul

Sindrom syok dengue Seluruh kriteria DBD diatas disertai


dengan tanda kegagalan sirkulasi
yaitu:
1. Penurunan kesadaran, gelisah
2. Nadi cepat, lemah
3. Hipotensi
4. Tekanan darahy turun ≤20
mmHg
5. Perfusi perifer menurun
6. Kulit dingin-lembab

5. PATOFISIOLOGI
Virus dengue bisa masuk kedalam tubuh melalui gigitan dari nyamuk
aedes aegypti lalu kemudian bereaksi dengan antibodi di dalam tubuh &
terbentuklah adanya kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan
dapat mengaktivasi system komplemen (Suriadi & Yuliani, 2001). Akibat
adanya aktivasi C3 & C5 akan dilepasnya C3a & C5a,dua peptida yg berdaya
buat melepaskan sebuah histamine & suatu merupakan mediator yg kuat
sebagai factor yg menyebabkan meningkatnya permeabilitas dari dinding
pembuluh darah & menghilangkan plasma melalui endotel dinding tersebut.
Reaksi tubuh merupakan sebuah reaksi yg biasa terlihat pada infeksi oleh
virus. Reaksi yg amat sangat berbeda akan terlihat, apabila seseorang
mendapatkan infeksi berulang dengan type virus dengue yg lainnya. Dan DHF
dapat terjadi apabila seorang yg telah terinfeksi pertama kali, mendapat infeksi
berulang dari virus dengue lainnya. Re-infeksi ini bisa menyebabkan adanya
suatu reaksi anamnestik antibody, sehingga menimbulkan adanya konsentrasi
yg kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) yg tinggi .
Hal pertama yg akan terjadi jika virus masuk ke dalam tubuh ialah viremia
yg menyebabkan penderita mengalami demam, adanya sakit kepala, merasa
mual, nyeri otot, dan merasa pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau terdapat
bintik-bintik merah pada kulit (petekie), adanya hyperemia tenggorokan dan
kelainan yg mungkin saja muncul pada system retikuloendotelial seperti
adanya pembesaran pada kelenjar-kelenjar getah bening, hati & limpa. Ruam
pada DHF disebabkan lantara adanya kongesti pembuluh darah dibawah kulit
bisa pembesaran hati (Hepatomegali) dan juga pembesaran limpa
(Splenomegali).Peningkatan permeabilitas dinding kapiler membuat
berkurangnya volume plasma, sehingga terjadi hipotensi, dan
hipoproteinemia, dan hemokonsentrasi, serta efusi juga adanya renjatan
(syok).
6. Pathway
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Trombositopeni (100.000/mm3)
b. Hb dan PCV meningkat (20%)
c. Leukopeni (mungkin normal atau lekositosis)
d. Isolasi virus
e. Serologi (uji H) : respon antibodi sekunder
f. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali setiap jam atau
4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan, faal hemostasis,
FDP, EKG, foto dada, BUN, cretinin serum

8. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan yang luas
b. Mengalami shock atau renjatan
c. Mengalami effuse pleura
d. Mengalami penurunan tingkat kesadaran.

9. PENCEGAHAN
Ada 3 cara pemberantasan vector:
a. Fogging
Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini, dana terbatas maka kegiatan
fogging hanya dilakukan bila hasil penyelidikan epidemologis butul-butul
memenuhi criteria.
b. Abatisasi
Dilaksanakan di desa/ kelurahan endemis terutama di sekolah dan tempat-
tempat umum.
c. Tanpa inteksida
Membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M:
- Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan
abate/altosit ketempat penampungan air bersih.
- Menutupnya rapat-rapat tempat penampungan air.
- Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan
barang bekas, lainnya yang dapat menampung air hujan, sehingga
tidak menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.

d. Penyuluhan ( Health education )


Perawat dapat melakukan penyuluhan atau Health Education tentang cara
pencegahan vektor efektif. Penyuluhan dapat dilakukan pada orang tua
murid di sekolah-sekolah, di posyandu, yaitu di dalam rumah hendaknya
selalu terang, tidak menggantungkan pakaian yang bekas dipakai terutama
di kamar tidur karena nyamuk akan senang hinggap pada pakaian yang
bekas dipakai yang sudah bau keringat. BAK kamar mandi atau
jambangan bunga yang ada di dalam bunga agar sering dibersihkan dan
diganti airnya setiap 2 hari sekali membenahi atau menata halaman supaya
tidak ada tempat yang terisi air, seperti pecahan botol, tempurung kelapa,
kaleng bekas atau benda-benda yang dapat menampung air. Dedaunan
kering yang sudah menumpuk hendaknya disapu bersih. Selain itu juga air
tidak tertampung, mengelola sampah sesuai situasi dan kondisi setempat,
apakah dibakar atau diangkat oleh mobil sampah untuk dibuang ke TPA
sehingga nyamuk tidak berkembang biak. (Hadinegoro H Sri Rezeki,
2005).

10. PENATALAKSANAAN
a. Menganjurkan tirah baring
b. Memberikan makanan lunak
c. Pemberian terapi cairan melalui infus. Pemberian cairan intra vena
( biasanya diberikan ringer lactat, nacl ) ringer lactate merupakan cairan
intra vena yg paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter ,
K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3
mEq/liter.
d. Pemberian terapi obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
e. pemberian Anti konvulsi jika terjadi kejang
f. Memonitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
g. Memonitor adanya tanda-tanda renjatan
h. Memonitor apabila ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
i. Melaksanakan pemeriksaan HB,HT, dan Trombosit setiap hari
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue
untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit saat ini
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan
saat demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue,
anak bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan
tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat
bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat
beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri
dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersikan
tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.
2) Pola Nutrisi dan metabolisme
frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang, napsu makan
menurun.
3) Pola eliminasi
Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara
Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa terjadi melena. buang
air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak sakit
atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi
hematuria
4) Pola tidur dan istirahat
Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri
otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
i. Pemeriksaan fisik
meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah
Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I : kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-
tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan
perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit tampak biru.
5) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hiperemia pharing ( pada Grade II, III, IV).
6) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi
pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III
dan IV.
7) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.

8) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
9) Integumen
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab. Kuku sianosis/tidak.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1) Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-
otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi.
2) Hipertermia b.d proses infeksi virus dengue.
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma darah.
4) Nyeri akut b.d agen cidera biologis (penekanan intra abdomen).
5) Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke
estravaskuler
6) Resiko syok (hipovolemik)
7) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
8) Resiko perdarahan.

3. Rencana tindakan
No Intervensi dan Intervensi Rasional
Dx Kriteria hasil
1 Setelah diberikan Airway management :
asuhan keperawatan 1. Posiskikan 1. Untuk
selama 3x24 jam pasien untuk membantu
diharapkan pasien pada meminimalkan meminimalka
kriteria hasil: ventilasi n ventilasi
1. Menunjukkan 2. Auskultasi 2. Untuk
jalan nafas yang suara nafas, mengetahui
paten ( klien catat adanya status suara
tidak merasa suara nafas dan
tercekik, irama tambahan adanya suara
nafas, frekuensi tambahan
pernafasan 3. Identifikasi 3. Untuk
dalam rentang pasien menentuan
normal, tidak perlunya perlunya
ada suara nafas pemasangan pemasangan
abnormal) alat jalan nafas alat jalan
2. TTV dalam buatan nafas bantuan
rentang normal 4. Untuk
( tekanan darah, mengetahui
nadi , 4. Monitor status
pernafasan) respirasi dan respirasi px
status O2 1. Agar pola
Oxygen therapy: nafas pasien
1. Pertahankan normal
jalan nafas 2. Untuk
yang paten membantu
2. Atur peralatan dalam
oksigen pemberian
oksigen
3. Agar aliran
oksigen yang
3. Monitor aliran diberikan
oksigen sesuai
4. Agar pasien
nyaman
4. Pertahankan 5. Untuk
posisi pasien mengetahui
5. Observasi adanya
adanya tanda- hipoventilasi
tanda 6. Untuk
hipoventilasi mengetahui
6. Monitor apakah pasien
adanya merasa cemas
kecemasan saat diberi
pasien oksigen
terhadap
oksigenasi 1. Untuk
Vital sign monitor: mengetahui
1. Monitor TD, status TD,
suhu, nadi, RR
suhu, nadi,
RR
2. Monitor TD, 2. Untuk
suhu, nadi, RR mengetahui
sebelum, status TD,
selama,setelah suhu, nadi,
aktivitas RR sebelum,
selama dan
setelah
aktivitas
3. Monitor 3. Untuk
kualitas nadi mengetahui
nadi psien
4. Monitor 4. Untuk
frekuensi dan mengetahui
irama frekuensi dan
pernafasan irama
pernafasan
5. Monitor suhu, 5. Untuk
warna, mengetahui
kelembaban suhu, warna
kulit dan
6. Identifikasi kelembabn
penyebab dari 6. Untuk
perubahan vital mengetahui
sign penyebab
perubahan
TTV
2 Setelah diberikan 1. Monitor suhu 1. Untuk
asuhan keperawatan sesering mengetahui
selama 3x24 jam mungkin status suhu
diharapkan pasien pada 2. Monitor warna 2. Untuk
kriteria hasil: dan suhu kulit mengetahui
1. Suhu tubuh warna dan
dalam rentang suhu kulit
normal 3. Berikan 3. Untuk
2. Nadi dan RR antipiretik membantu
dalam rentang menurunkan
normal panas
3. Tidak ada 4. Kolaborasi 4. Untuk
perubahan pemberian membantu
warna kulit cairan intake pasien
intravena
5. Kompres 5. Untuk
pasien membantu
menurunkan
panas pasien
3 Setelah diberikan 1. Monitor 1. Untuk
asuhan keperawatan adanya daerah mengetahui
selama 3x24 jam tertentu yang apakah ada
diharapkan pasien pada hanya peka daerah
kriteria hasil: terhadap tertentu yang
1. Tekanan systole panas/ hanya peka
dan dastole dingin/tajam/tu terhadap
dalam rentang mpul panas/
yang di dingin/tajam/t
harapkan 2. Monitor umpul
2. Berkomunikasi kemampuan 2. Untuk
dengan jelas BAB mengetahui
dan sesuai kemampuan
dengan BAB pasien
kemampuan
3. Menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
4. Tingkat
kesadaran
membaik
4 Setelah diberikan 1. Mengkaji nyeri 1. Untuk
asuhan keperawatan (lokasi, mengetahui
selama 3x24 jam karakteristik, lokasi,
diharapkan pasien pada durasi, karakteristik,
kriteria hasil: frekuensi, durasi,
1. Mampu kualitas dan frekuensi,
mengontrol faktor kualitas dan
nyeri pencetus) faktor
2. Melaporkan pencetus nyeri
bahwa nyeri 2. Observasi 2. Untuk
berkurang respon mengetahui
3. Mampu nonverbal dari respon
mengenali nyeri nyeri nonverbal dari
4. Menyatakan nyeri
rasa nyaman 3. Ajarkan 3. Agar pasien
setelah nyeri tentang teknik mampu
berkurang non mengurangi
farmakologi nyeri tnapa
obat
4. Kolaborasi 4. Untuk
pemberian mengurangi
analgetik nyeri pasien

5 Setelah diberikan 1. Pertahankan 1. Agar intake


asuhan keperawatan catatan intake output pasien
selama 3x24 jam output yang akurat
diharapkan pasien pada akurat
kriteria hasil: 2. Monitor status 2. Untuk
1. Mempertahanka hidrasi ( mengetahui
n urine output kelembaban status hidrasi
2. TD, suhu, nadi mebran pasien
RR normal mukosa bibir,
3. Tidak ada tanda- nadi adekuat,
tanda dehidrasi, tekanan darah
elastisitas turgor ortostatik)
3. Untuk
kulit baik, 3. Monitor status
mengetahui
membran nutrisi
status nutrisi
mukosa bibir
pasien
lembab, tidak
ada rasa haus
4. Untuk
berlebih 4. Kolaborasi
membantu
pemberian
intake pasien
cairan
intravena
5. Agar keluarga
5. Dorong
membantu
keluarga untuk
intake pasien
membantu
pasien makan
6. Monitor berat
badan
6. Untuk
mengetahui
7. Kolaborasi berat badan
dengan dokter pasien
7. Untuk
membantu
intake nutrisi
pasien
6 Setelah diberikan 1. Monitor status 1. Untuk
asuhan keperawatan sirkulasi TD, mengetahui
selama 3x24 jam warna kulit, status
diharapkan pasien pada suhu, denyut sirkulasi TD,
kriteria hasil: jantung, nadi warna kulit,
1. Nadi dalam suhu, denyut
rentang normal jantung, nadi
2. Irama jantung pasien
dalam rentang 2. Monitor input 2. Untuk
normal dan output mengetahui
3. Irama dan input dan
Frekuensi nafas output pasien
dalam rentang 3. Monitor tanda 3. Untuk
normal dan gelaja mengetahui
4. Tidak ada mata asites adanya tanda
cekung dan gejala
5. Tidak demam asites
4. Monitor tanda 4. Untuk
awal syok mengetahui
tanda awal sok
5. Ajarkan 5. Agar keluarga
keluarga pasien mampu
mengenali mengenali
tanda dan tanda dan
gejala awal gejala awal
syok syok
6. Ajarkan
keluarga pasien 6. Agar keluarga
tentang mengetahui
langkah langkah
mengatasi syok mengatasi
syok
7 Setelah diberikan 1. Kaji adanya 1. Untuk
asuhan keperawatan alergi makanan mengetahui
selama 3x24 jam adanya alergi
diharapkan pasien pada makanan
kriteria hasil: 2. Kolaborasi 2. Agar mampu
1. Adanya dengan ahli memberikan
peningkatan gizi untuk nutrisi yang
berat badan menentukan dibutuhkan
ideal sesuai nutrisi yang
dengan tujuan dibutuhkan
dan tinggi badan 3. Monitor 3. Untuk
2. Mampu jumlah nutrisi mengetahui
mengidentifikas jumlah nutrisi
i kebutuhan yang
nutrisi dibutuhkan
3. Tidak ada tabda 4. Berikan 4. Agar pasien
malnutrisi informasi mengetahui
4. Tidak terjadi tentang tentang
penurunan berat kebutuhan kebutuhan
badan yang nutrisi nutrisi
berarti 5. Kaji 5. Untuk
kemampuan mengetahui
pasien untuk apakah pasien
mendapatkan mampu
nutrisi yang mendapatkan
dibutuhkan nutrisi yang
dibutuhkan
8 Setelah diberikan 1. Monitor tanda- 1. Untuk
asuhan keperawatan tanda mengetahui
selama 3x24 jam perdarahan tanda-tanda
diharapkan pasien pada perdarahan
kriteria hasil: 2. Monitor niai 2. Untuk
1. Tidak ada lab meliputi mengetahui
hematuriadan PT, PTT, niai lab
hematemesis trombosit meliputi PT,
2. Kehilangan PTT,
darah yang 3. Hindari trombosit
terlihat terjadinya 3. Agar tidak
3. TD dalam batas konstipasi mengalami
normal 4. Identifikasi perdarahan
4. Hemoglobin penyebab 4. Untuk
dan hematokrit perdarahan mengetahui
dalam batas penyebab
normal perdarahan

4. Evaluasi
1) Pola nafas pasien adekuat
2) Suhu pasien dalam rentang normal
3) Tidak ada tanda-tanda ketidakefektifan perfusi jaringan
4) Nyeri pasien berkurang dan mampu mengontrol nyeri
5) Tidak mengalami penurunan volume cairan
6) Tidak ada tanda-tanda gejala awal syok
7) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
8) Tidak mengalami perdarahan

DAFTAR PUSTAKA

Huda, Amin. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, Nic, Noc Dalam Berbagai Kasus. Jogja: Mediaction

You might also like