You are on page 1of 12

GAMBARAN PASIEN DENGAN FRAKTUR LEHER FEMUR

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALED


PERIODE JANUARI 2014 – DESEMBER 2016

Ryan L.H., Widiyatmiko A.P.,

SMF Orthopaedi & Traumatologi RSUD Waled

Pendahuluan

Fraktur leher femur adalah kasus fraktur paling sering terjadi pada manula
.Kasus fraktur pada daerah ini ini merupakan sepuluh peringkat teratas didunia dalam
kasus disabilitas yang diderita oleh manula. Sebagian besar pasien adalah wanita
berusia diatas tujuh puluh tahun, dan kaitannya dengan osteoporosis demikian nyata
sehingga insidensi fraktur leher femur digunakan sebagai ukuran osteoporosis yang
berkaitan dengan umur dalam pengkajian kependudukan. Hal ini juga dikarenakan
populasi wanita yang lebih banyak pada usia tersebut dan juga karena arsitektur dari
upper end femur sehubungan dengan osteoporosis dimana prevalensinya lebih tinggi
pada wanita dibandingkan laki-laki

Faktor resiko yang lain adalah kelainan yang menyebabkan hilangnya jaringan
tulang atau melemahnya tulang misalnya osteomalsia, diabetes, stroke, alkoholisme
dan penyakit kronis lain. Selain itu, pada manula biasanya terjadi kelemahan pada otot
dan juga keseimbangan yang buruk sehingga menyebabkan mudah untuk terjatuh.

Sebaliknya, fraktur leher femur jarang terjadi pada orang-orang negroid dan
pasien dengan osteoartritis pinggul.

Penelitian dari Markey melaporkan bahwa fraktur leher femur mencapai 5 -


10% dari semua kejadian stress fracture. Stress fracture collum femur adalah fraktur
yang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi dapat mengakibatkan masalah yang serius.
Tentunya di kelompok atlet, seperti pelari jarak jauh yang tiba - tiba mengubah atau
menambah aktivitasnya, akan mempunyai prevalensi yang lebih besar terhadap
terjadinya stress fracture dari leher femur ini dibandingkan dengan populasi lainnya.
Penelitian dari Plancher dan Donshik juga melaporkan rata - rata angka
prevalensinya sekitar 10% untuk fraktur corpus femur ipsilateral, dimana sebanyak
30% tidak diketahui pada awal terjadinya. Menurut Koval dan Zuckerman, angka
kejadian fraktur collum femur di Amerika Serikat adalah sebesar 63.3 kasus per
100.000 orang per tahun untuk wanita dan 27.7 kasus per 100.000 orang per tahun
untuk pria.2

Sejak ditemukan prosedur internal fixation, angka mortalitas yang awalnya


mencapai 60-85% telah berkurang hingga 8-10%; dengan demikian, angka morbiditas
meningkat tajam sampai 30%, yang mengindikasikan bahwa internal fixation
merupakan prosedur lifesaving. Kematian jarang terjadi karena fraktur ini, tetapi
terdapat beberapa gangguan medis yang mempengaruhi orang-orang pada usia yang
lebih lanjut ini, seperti gangguan jantung, penyakit paru, diabetes mellitus, trombosis
serebral, hipertensi, dan demensia senilis.

Metoda

Penelitian dilakukan secara retrospektif dalam kurun waktu Januari 2014


sampai Desember 2016 dengan jumlah pasien 32 orang yang menjalani rawat inap.
Data diolah secara deskriptif yang meliputi jenis kelamin, umur, penyebab terjadinya
trauma, lokasi fraktur dan penatalaksanaan.

Kriteria inklusi : Pasien-pasien yang mengalami fraktur leher femur dan

dirawat di RSUD Waled

Kriteria eksklusi : Pasien-pasien fraktur leher femur dan menolak dirawat di

RSUD Waled

Hasil

Dari penelitian ini didapatkan hasil :

 Subjek penelitian sebanyak 32 orang


Diagram 1. Distribusi menurut jenis kelamin

Distribusi Menurut Jenis Kelamin

25%
Laki-laki = 8 Orang

75% Perempuan = 24 orang

Tabel 1. Usia Pasien Saat Rawat Inap

Usia Jumlah %

< 30 tahun 0 0

31 tahun – 50 tahun 3 9

51 tahun – 70 tahun 20 63

> 70 tahun 9 28

Jumlah 32 orang 100

Diagram 2. Distribusi menurut Penyebab Terjadinya Trauma

Penyebab Terjadinya Trauma

18%
Kecelakaan Lalulintas = 6 kasus

82% Terjatuh/Terpeleset = 26 kasus


Diagram 3. Distribusi menurut lokasi fraktur

Distribusi menurut Lokasi fraktur

22% 25%

Subcapital : 8
Transcervical : 17
Intertrochanter : 7
53%

Diagram 4. Penatalaksanaan fraktur leher femur

Penatalaksanaan Fracture Leher Femur

ORIF = 8 kasus

25%
Gridlestone = 2 kasus

54% 6% Total Hip Arthoplasty = 5


kasus
15% Hemiarthoplasty = 17 kasus

Pembahasan
Hasil dari penelitian, jumlah kasus fraktur leher femur pada pasien-pasien
yang dirawat di RSUD Waled periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2016
adalah sebanyak 32 kasus. Angka kejadian menunjukan kasus pada wanita berjumlah
24 kasus (75 %), lebih banyak dibandingkan dengan pria yaitu 8 kasus (25 %). Hal ini
sejalan dengan yang diungkapkan oleh Solomon et al. (2010) yang menyatakan
bahwa pasien fraktur biasanya pada wanita tua, dan berkaitan dengan onset terjadinya
menopause osteoporosis. Osteoporosis memiliki ciri-ciri lemahnya kekuatan tulang
akibat pengeroposan tulang, hal ini meningkatkan resiko terjadinya fraktur akibat
terjatuh dari ketinggian maupun terpeleset. International Osteoporosis Foundation
(2013) menyatakan bahwa pria dan wanita mulai kehilangan kepadatan tulang saat
mendekati umur 30 tahun. Osteoporosis Canada (2014) mencatat bahwa penurunan
kekuatan tulang pada wanita lebih tinggi sekitar 2-3% pertahun.
Berdasarkan usia, kasus terbanyak terjadi pada rentang usia 51-70 tahun, yaitu
sebanyak 20 kasus (63%). Hasil ini sejalan dengan pernyataan Singer et al. (2011)
yang melibatkan 15.000 orang di Edinburgh, Scotlandia yang menyatakan bahwa saat
wanita mendekati usia 60 memiliki resiko 2,3 kali mengalami fraktur dari pada pria.
Sedangkan pria berumur 15 – 49 tahun memiliki resiko 2,9 kali mengalami fraktur
dari pada wanita.
Kemudian diikuti oleh usia diatas 70 tahun sebanyak 9 kasus (28%) dan usia
31 - 50 tahun sebanyak 3 kasus (9%). Hal ini sejalan dengan pendapat Tjiptoherijanto
2001, usia produktif berkisar antara 15 – 64 tahun namun memasuki usia dewasa 35 –
40 tahun pengeroposan tulang sudah mulai berlangsung, sedangkan produktifitas
masih tinggi. Singer et al (2011) menyimpulkan dalam penelitiannya tentang
demografi fraktur femur pada 15.000 pasien di Scotlandia, bahwa ada 3 puncak dari
distribusi fraktur: pertama pada laki - laki usia produktif, kedua pada usia dewasa di
kedua belah gender, ketiga pada wanita di usia diatas 40 tahun. fraktur pada usia
diatas 40 tahun dapat dijelaskan sebagai fraktur osteoporotic dimana pengeroposan
tulang sudah mulai terjadi. Pasien fraktur biasanya pada wanita tua, dan berkaitan
dengan onset terjadinya menopause osteoporosis (Solomon et al 2010).
Berdasarkan penyebab terjadinya trauma, ditemukan bahwa kejadian terjatuh
atau terpeleset adalah yang paling sering ditemukan pada kasus fraktur leher femur
yaitu sebanyak 26 kasus (82%). Sedangkan fraktur leher femur yang disebabkan oleh
trauma langsung hanya sekitar 6 kasus (18%).
Pada hakikatnya fraktur leher femur dapat terjadi pada kejadian terjatuh yang
sangat sederhana seperti terpleset di kamar mandi atau terjatuh karena tersandung saat
berjalan. Pada orang yang sangat osteoporotik sedikit saja tenaga yang dibutuhkan
untuk terjatuh seperti tersandung karpet atau kaki yang terpuntir karena salah
melangkah ke arah luar (eksorotasi) pada saat berjalan bisa menyebabkan terjadi nya
fraktur leher femur. Pada beberapa pasien hanya mengalami gejala yang tak berarti
(minor) yang mendahului stress fraktur pada leher femur.
Pada pasien usia muda, yang menyebabkan fraktur leher femur biasanya
adalah terjatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas. Pada pasien ini biasanya
terdapat multiple trauma dan sekitar 20 persen selalu bersama dengan fraktur pada
batang femur. Angka kejadian juga tinggi pada pelari di personel militer. Menurut
Pauyo melalui penelitiannya di tahun 2014 tentang manajemen fraktur leher femur
pada pasien dewasa muda menunjukan bahwa, ada dua alasan utama terjadinya patah
tulang column femur pada orang dewasa muda secara kronologis, pertama trauma
yang signifikan pada pasien sehat atau trauma energi yang relatif rendah pada pasien
dengan predisposisi penyakit sebelumnya, alkoholisme atau terkait kerapuhan tulang
awal usia.
Menurut lokasi terjadinya fraktur sebanyak 17 kasus (53 %) fraktur terjadi di
transervikal column femur, kemudian di ikuti di daerah subkapital column femur
sebanyak 8 kasus (25%), dan yang paling sedikit adalah di daerah intertrochanter
femur sebanyak 7 kasus (22%).
Telah kita ketahui sebelumnya bahwa fraktur leher femur dapat disebabkan
oleh trauma langsung yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana
daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras ataupun disebabkan
oleh trauma tidak langsung yaitu karena gerakan eksorotasi yang mendadak dari
tungkai bawah.

Gambar 1. Lokasi pada fraktur leher femur

Menurut lokasi fraktur dapat berupa fraktur subkapital dan transervikal


kesemuanya terletak di dalam simpai sendi panggul atau intrakapsular sedangkan
fraktur intertrokanter terletak ekstrakapsuler. Patah tulang intrakapsuler umumnya
sukar mengalami pertautan dan cenderung terjadi nekrosis avaskular kaput femur.
Perdarahan kolum yang terletak intraartikuler dan pendarahan kaput femur berasal
dari proksimal a. sirkumfleksa femoris lateralis melalui simpai sendi. Sumber
pendarahan ini putus pada patah tulang intraartikuler.

Gambar 2. Vaskularisasi daerah leher femur

Pendarahan oleh arteri di dalam ligamentum teres sangat terbatas dan dan
sering tidak berarti. Pada keadaan luksasi arteri ini robek. Epifisis dan daerah
trokanter cukup kaya pendarahannya, karena mendapat darah dari simpai sendi,
periost, dan a. nutrisia diafisis femur.
Patah tulang kolum femur yang terletak intraartikuler sukar sembuh karena
bagian proksimal pendarahannya sangat terbatas, sehingga memerlukan fiksasi kokoh
untuk waktu yang cukup lama. Semua patah tulang di daerah ini umumnya tidak stabil
sehingga tidak ada cara reposisi tertutup terhadap fraktur ini, kecuali jenis fraktur
yang impaksi, baik yang subservikal atau yang basal.
Adanya oeteoporosis pada tulang mengakibatkan tidak tercapainya fiksasi
kokoh oleh pin pada fiksasi interna, ditambah lagi periosteum fragmen interkapsular
leher femur tipis sehingga kemampuannya terbatas dalam penyembuhan tulang. Oleh
karena itu pada pertautan fraktur hanya tergantung pada pembentukan kalus endosteal.
Yang penting sekali ialah aliran darah ke kolum dan kaput femur yang robek pada
saat terjadinya fraktur.
Fraktur leher femur juga dapat di klasifikasikan menurut Garden yaitu:
 Tingkat I : fraktur impaksi yang tidak total
 Tingkat II : fraktur total tetapi tidak ada pergeseran
 Tingkat III : fraktur total disertai pergeseran parsial
 Tingkat IV : fraktur disertai dengan pergeseran total

Gambar 3. Klasifikasi fraktur leher femur menurut Garden

Menurut penatalaksanaan fraktur leher femur didapatkan 17 kasus (54%)


dilakukan partial hip arthoplasty (hemiarthoplasty) , kemudian 8 kasus dilakukan
(25%) dilakukan ORIF, 6 kasus dilakukan Total Hip Arthoplasty (15%) , dan 2 kasus
(6%) dilakukan metode gridlestone.
Terapi operatif hampir selalu dilakukan pada fraktur leher femur baik pasien
dewasa muda maupun orang tua karena perlu reduksi yang akurat dan stabil serta
diperlukan mobilisasi yang segera pada orang tua untuk mencegah komplikasi. Jenis
operasi yang rutin dilakukan adalah pemasangan pin dan pemasangan plate and
screw.
Fraktur dengan klasifikasi Garden tingat III dan IV yang tidak bisa direduksi
secara tertutup. Untuk pasien yang berusia kurang dari 60 tahun masih dapat
dilakukan reduksi terbuka dengan fiksasi interna (ORIF) dengan pendekatan
anterolateral. Namun untuk pasien berusia lebih dari 70 tahun pemasangan prosthetic
replacement lebih di anjurkan
Hip Arthroplasty merupakan suatu tindakan penggantian sendi panggul
dengan prostesis yang bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan mengembalikan
fungsi sendi panggul seperti semula. Hip Arthroplasty dianggap sebagai salah satu
keberhasilan utama dalam bedah ortopedi, dengan lebih dari 350.000 penggantian
dilakukan tiap tahun di Amerika Serikat dan diperkirakan akan terus meningkat. Di
Swedia sekitar 10.000 hip arthroplasty dilakukan setiap tahun, dengan angka kejadian
400 per 100.000 penduduk yang berusia 50 tahun dan lebih tua.

Gambar 4. Macam – macam teknik oprasi fraktur leher femur

Sedangkan untuk eksisi arthoplasty dengan metode gridlestone biasanya di


gunakan untuk pasien pasien yang mengalami infeksi paska hip arthoplasty, infeksi
biasanya terjadi pada pasien pasien dengan predisposisi penyakit seperti diabetes
melitus, obesitas, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, rheumatoid arthritis ,
dan pengunaan antikoagulan. Tindakan ini merupakan tindakan yang paling kuno
yang dilakukan untuk mengobati septic arthritis pada panggul dan juga arthritis
tuberkulosa di daerah panggul. Tindakan ini kemudian berkembang dan digunakan
untuk mengobati osteoarthritis panggul yang parah. Tindakan ini pertama kali di
laporkan pada tahun 1817 dan 1828 dan masih di gunakan sampai sekarang untuk
prosedur penyelamatan dalam infeksi panggul paska tindakan hip arthoplasty.
Kesimpulan
Kejadian fraktur leher femur banyak di alami oleh wanita yang berusia diatas
51 tahun hal ini berkaitan dengan onset terjadinya menopause osteoporosis.
Mekanisme trauma yang terjadi biasanya karena terpleset atau tersandung dengan
kaki yang terpuntir ke arah eksorotasi. Fraktur leher femur yang paling banyak terjadi
adalah pada bagian transcervikal neck femur. Penanganan yang paling tepat untuk
fraktur leher femur ini adalah reduksi terbuka dan internal fiksasi pada pasien pasien
dibawah 60 tahun dan hip replacement pada pasien diatas 60 tahun hal ini untuk
menghindari komplikasi berupa avaskular necrosis, non union, osteoarthritis panggul
yang menyebabkan nyeri kronik, dan komplikasi yang bersifat umum seperti
trombosis vena, pneumonia, dan decubitus akibat keterbatasan gerak.
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Orthopaedic Surgeon. 2011. Femur Shaft Fractures.


http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00521. [Accessed: 15- Jul-2015]
2. Apley G, Solomon L. (2010) Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley
eds 7. Jakarta: Widya Medika [ISBN: 979-519-046-6] / [ISBN-13 [ISE] 978 0
340 942 086]
3. Arneson TJ, Melton LJ 3rd, Lewallen DG, O'Fallon WM. Epidemiology of
diaphyseal and distal femoral fractures in Rochester, Minnesota, 1965-1984.
Clin Orthop Relat Res 1988; :188.
4. Badan Pusat Statistik pada tahun 2012. Jumlah Kecelakaan, Koban Mati, Luka
Berat, Luka Ringan, dan Kerugian Materi yang Diderita Tahun 1992-2013
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1415
5. Hedlund R, Lindgren U, 1986. The incidence of femoral shaft fractures in
children and adolescents. Journal of Pediatric Orthopaedics. 6(1):47-56
6. International Osteoporosis Foundation. 2013. Whos at risk?.
https://www.iofbonehealth.org/whos-risk
7. J. Castellanos, X. Flores, M. Llusà, C. Chiriboga, A. Navarro. 1998. The
Girdlestone pseudarthrosis in the treatment of infected hip replacements.
International Orthopaedics (SICOT) (1998) 22:178–181
8. J. Schröder, D. Saris, P.P. Besselaar, R.K. Marti. 1998. Comparison of the
results of the Girdlestone pseudarthrosis with reimplantation of a total hip
replacement. International Orthopaedics (SICOT) (1998) 22:215–218
9. Kiran J. Agarwal-Harding, John G. Meara, Sarah L.M. Greenberg, Lars E.
Hagander, David Zurakowski, George S.M. Dyer. (2015) Estimating the
Global Incidence of Femoral Fracture from Road Traffic Collisions. J Bone
Joint Surg Am. 2015;97:e31(1-9) http://dx.doi.org/10.2106/JBJS.N.00314
10. ObaidurRahman, Adnan RM, Khan R, et al, 2013. Pattern of femoral fractures.
Journal of Rawalpindi Medical College. 2013;17:42
11. Osteoporosis Canada. 2014. Osteoporosis fact and statistics.
http://www.osteoporosis.ca/osteoporosis-and-you/osteoporosis-facts-and-
statistics/
12. Pauyo T, Drager J, Albers A, Harvey EJ. Management of femoral neck
fractures in the young patient: A critical analysis review. World J Orthop
2014; 5(3): 204-217URL: http://www.wjgnet.com/2218-
5836/full/v5/i3/204.html DOI: http://dx.doi.org/10.5312/wjo.v5.i3.204
[Accessed: 15- Jul-2015]
13. Salminen ST, Pihlajamäki HK, Avikainen VJ, Böstman OM. Population based
epidemiologic and morphologic study of femoral shaft fractures. Clin Orthop
Relat Res. 2000 Mar;372:241-9
14. Singer BR, McLauchlan GJ, RobinsonCM, Christie J. Epidemiology of
fractures in 15,000 adults: the influence of age and gender. J Bone Joint Surg
(Br) 1998; 80: 243–8.
15. Weiss RJ, Montgomery SM, Al Dabbagh Z, Jansson KA. National data of
6409 Swedish inpatients with femoral shaft fractures: stable incidence between
1998 and 2004. Injury. 2009 Mar;40(3):304-8. Epub 2009 Jan 25 [Accessed:
15- Jul-2015]
16. World Health Organization. Global Health Observatory Data Repository.
2011. http://apps.who.int/gho/data/?theme=main. Accessed 2016 Oct 31.

You might also like