Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Fraktur Metatarsal merupakan kasus yang sering didapatkan di RSHS.
Kecelakaan kendaraan bermotor dan kecelakaan kerja yang semakin meningkat juga
mempunyai peranan pada semakin meningkatnya jumlah kasus fraktur metatarsal. Kelima
metatarsal pada kaki mempunyai fungsi yang berbeda sehingga membutuhkan
penatalaksanaan yang berbeda pula. Metatarsal dibagi menjadi tiga bagian Metatarsal 1,
metatarsal 5 dan metatarsal 2-4. 1 Mekanisme yang paling sering didapatkan adalah
trauma langsung seperti crush injury atau twisting dan juga akibat gaya langsung yang
bersifat kronis sehingga menyebabkan stress fracture.1-2
OTA mengklasifikasi fraktur metatarsal secara detail mengenai bentuk frakturnya
tetapi tidak berdasarkan stabilitas ataupun penatalaksanaannya. Fraktur metatarsal
berdasarakan klasifikasi ini adalah 81. Identifikasi huruf untuk menunjukan metatarsal
yang terkena, yaitu
T = Metatarsal 1
N = Metatarsal 2
M = Metatarsal 3
R = Metatarsal 4
L = Metatarsal 5
Lalu dilanjutkan dengan kompleksitas dari fraktur
A = diafiseal fraktur simpel dan bentuk baji
B = Parsial artikular dan diafiseal bentuk baji
C = Fraktur intraartikular yang kompleks
Diikuti dengan area yang terkena
1 = metafisis proksimal
2 = diafiseal
3 = metafisis distal
1
Kemudian diikuti dengan nomor yang sesuai dengan bentuk fraktur dan tergantung pada
grup dari nomor yang pertama.1-2
Penatalaksanaan disesuaikan dengan tipe fraktur yang didapatkan, bila didapatkan tipe
2
fraktur yang cenderung tidak stabil, gagal dalam reduksi tertutup, maka disarankan
Dari seluruh pasien yang datang ke UGD, sebagian menolak dilakukan tindakan
operasi dan dilakukan pemasangan boot slab. Komplikasi yang belakangan ditemukan
pada kasus ini adalah adanya nyeri menetap, malunion ataupun nonunion. 4
boot slab di RS Hasan Sadikin, masih perlu diteliti lebih lanjut. Oleh karena alasan itu
2. METODE
2009 sampai Agustus 2010 dengan jumlah pasien fraktur tertutup sebanyak 52 orang
yang hanya menginginkan dilakukan tindakan reduksi tertutup dan pemasangan boot
slab. Data didapatkan dari rekam medis pasien rawat jalan dan diolah secara deskriptif
yang meliputi:
1. Jenis kelamin
3. Mekanisme trauma
4. Klasifikasi
5. Manajemen Trauma
6. Komplikasi
3
Studi korelasi dengan Spearman Test dilakukan pada pasien fraktur tertutup yang
mendapat penanganan secara konservatif dengan boot slab dan komplikasi yang terjadi
Kriteria inklusi : semua pasien fraktur metatarsal satu dalam periode Januari
3. PREMIS
1. Metartarsal satu menahan 1/3 berat badan pada forefoot saat seseorang
berdiri.1
3. Malunion, non union dan arthritis merupakan komplikasi yang sering ditemukan
4. HIPOTESIS
insidensi malunion.
Syarat
4
1. HASIL DAN PEMBAHASAN
Laki-laki Perempuan
30 22
(57%) (43%)
22
42.31% 30
57.69% laki-laki
perempuan
Pada penelitian ini digunakan sampel yaitu 52 pasien dengan fraktur tertutup
metatarsal satu. Dari jumlah 52 pasien tersebut, bila dibedakan menurut jenis kelamin
yang terlihat pada Tabel 1 dan Gambar 1, jumlah pasien fraktur tertutup metatarsal satu
laki-laki lebih banyak bila dibandingkan dengan pasien berjenis kelamin perempuan,
5
yaitu 58% berbanding 42%, hal ini sesuai dengan Rockwood (2006) bahwa insidensi
Usia Jumlah
13.00%
33.00%
1-14 th = 17 px
15-55 th = 28 pasien
> 55 th = 8 pasien
54.00%
umur. Persentase terbanyak ialah pada kelompok pasien berusia 1-14 tahun (28
kasus(54%)). Hal ini merupakan kecenderungan bahwa pada umur tersebut, pasien
6
banyak melakukan aktivitas baik di luar maupun di dalam rumah yang memungkinkan
metatarsal satu.
5
47 (10%)
(90%)
Mekanisme trauma
10.00%
trauma langsung = 47
trauma tidak langsung = 5
90.00%
Metatarsal satu yang terjadi. Pada aspek ini, mekanisme trauma lebih sering terjadi
akibat kecelakaan lalulintas dan tertimpa benda berat saat beraktivitas ditempat kerja.
7
Perbandingannya yaitu, 90% berbanding 10%. Hal ini sesuai dengan Early (2006) dimana
kelalaian ditempat kerja sering mengakibatkan trauma langsung pada metatarsal satu.
8
Klasifikasi menurut OTA
15.00% 8.00%
8.00%
A1-1
B1-3
C1-3
C2-2
69.00%
berdasarkan OTA. Disini hasil yang didapatkan paling banyak fraktur berada pada shaf
metatarsal satu dengan jumlah paling banyak bersifat kominutif akibat trauma langsung
9
berjumlah 36 kasus (69%) dan pada proksimal metafisis. Hal ini sesuai dengan distribusi
Komplikasi Jumlah
Malunion 10
Non Union 2
Nyeri Menetap 34
Tidak ada masalah 6
70%
0.65
60%
50%
40%
30%
0.2
20%
0.11
10%
4%
0%
Malunion Non Union Nyeri menetap tidak ada masalah
10
Dari Tabel 5 dan Gambar 5 memperlihatkan bahwa masalah yang timbul setelah
dilakukan pemasangan posterior slab adalah 34 kasus (65%). Hal ini menurut anamnesis
dan rekam medis kunjungan poli memperlihatkan adanya komplikasi setelah dilakukan
pemasangan slab. Pasien-pasien yang datang ke poli rata-rata masih merasakan adanya
nyeri yang kronis apabila kaki digunakan untuk weight bearing setelah adanya gambaran
union pada tulang metatarsal satu yang fraktur dan pemeriksaan lebih dari dua bulan.
Hasil nilai T dari korelasi antara pemasangan boot slab dengan insidensi
Spearman.
nyeri menetap”.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa frekuensi laki-laki dewasa untuk
mendapatkan fraktur metatarsal satu cukup besar, dikarenakan sebagian besar akibat
aktivitas diluar rumah berupa kecelakaan lalu lintas dan akibat tertimpa benda berat di
tempat kerja. komplikasi yang menyertainya yaitu nyeri menetap paling banyak
dikeluhkan oleh pasien saat kontrol lebih dari dua bulan.. Secara studi korelasi,
dibuktikan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara pemasangan boot slab
11
dengan nyeri menetap. Hal ini dimungkinkan karena kemungkinan terjadinya arthritis
Daftar Pustaka
1. Bucholz R.W. HJD, Brown C.C. Rockwood and Green's Fractures In Adults. 6
ed. Early JS, editor. Philadelphia: Lippicott Williams and Wilkins; 2006.
2. Veillette C. Metatarsal Fracture - 1st and 5th. Orthopaedia; 2010 [updated
June 06, 2010; cited 2010 9/29/2010].
3. Sarrafian. Anatomy of the Foot and Ankle. Philadelphia: JB Lippincott;; 1993.
4. Schenck R. H. Fractures and dislocations of the forefoot: operative and
nonoperative treatment. J Am Acad OrthopSurg. 1995;3:70-8;
5. Solomon W, Nayagam. . Injuries of the Ankle and Foot. In: Bowyer. G, editor.
Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. London: Hachette UK Company;
2010. p. 907-35.
6. Saraiya MJ. First Metatarsal Fracture. PubMed. 1995;12(4):749-58.
7. Salter R.B., 1982. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
System. Baltimore : Williams & Wilkins
7. Miller, Mark D. 2004. Section 2 Upper and Lower Extremities Injuries. Review
12
of Orthopaedics 4th ed. Philadelphia: Saunders
13