You are on page 1of 19

ASUHAN KEPERAWATAAN PADA GANGGUAN SISTEM

INTEGUMEN URTIKARIA

Tugas Ini Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Integumen
Dosen Pengampu : Ns. Anna Kurnia, M.Kep

Kelompok 5 :
Chika Hardiyanti 1707160
Moh. Irsyad Al Asyrofy 1707170

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR

Tiada kata lain untuk menyampaikan terima kasih kepada Yang Maha
Pengasih selain ucapan syukur atas segala karunia dan kasih sayangNya sehingga
penyusunan makalah ini bisa selesai dengan baik.
Adapun pembuatan makalah ini disusun dari beberapa buku serta beberapa
tambahan materi dari internet dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
Banyak sekali masalah dan hambatan yang ditemui saat menyusun makalah ini,
untunglah beberapa teman sejawat melibatkan diri secara aktif dan bekerja keras
untuk bisa menyelesaikan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyusun makalah ini, secara khusus temen-temen yang setia
mendampingi dengan setia dalam memberi semangat, kiranya Tuhan berkenan
mencurahkan berkatNya bagi mereka.
Kami menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
segala saran dan kritik yang membangun demi penyempurnana makalah ini akan
penulis terima dengan senang hati. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Semarang, 13 Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Tujuan .......................................................................................................... 1

BAB II KONSEP DASAR MEDIS URTIKARIA ............................................ 3

A. Pengertian Definisi ....................................................................................... 3


B. Etiologi ......................................................................................................... 3
C. Patofisiologi Dan Pathway ........................................................................... 4
D. Manifestasi Klinik ......................................................................................... 6
E. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 6
F. Penatalaksanaan Medis ................................................................................ 7
G. Video Terkait Materi Pokok Bahasan .......................................................... 7

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN URTIKARIA ...................... 8

A. Pengkajian .................................................................................................... 8
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................. 9
C. Rencana Asuhan Keperawatan ..................................................................... 9
D. Implementasi ................................................................................................ 12
E. Evaluasi ........................................................................................................ 12

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 14

A. Kesimpulan .................................................................................................. 14
B. Saran ............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

LAMPIRAN ....................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sejarahnya urtikaria dikenal pertama kali oleh pengamat- pengamat
dibidang medis seperti Hipocrates,Plimy,dan Celcius.Terminologi urtikaria
pertama kali dipergunakan secara luas pada abad 18 Masehi.
Urtikaria dikenal juga sebagai penyakit kulit dan bintul-bintul kemerahan
sebagai akibat proses alergi .Bentuk kelaianan klinisnya amat bervariasi
dengan ukuran beberpa milimeter hingga berdiameter, beberapa sentimeter.
Lesi ini bisa bersifat terlokalisir seperti pada urtikaria fisik, meluas, atau
menggabung menjadi satu membentuk giant urtikaria. Serangan urtikaria bisa
terus menerus atau munculnya kadang-kadang saja. Biasanya berlangsung
sekitar 30 menit ( misalnya pada urtikaria fisik ), hingga beberapa hari pada
urtikaria vaskulitis. Namun jarang sekali progresif menjadi reaksi anafilarksis.
Secara umum keluhan pasien urtikaria hanya merasakan gatal, tetapi pada
episode serangan urtikaria yang berat dapat mengeluh badan terasa lelah,
gangguan pencernaan dan menggigil. Angiodema merupakan spectrum
urtikaria yang terjadi pada lapisan kulit yang lebih dalam, lebih sering terasa
nyeri dibandingkan gatal dengan waktu penyembuhan yang relatif lebih lama.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui tentang berbagai alergi yang dapat ditimbulkan,
terutama pada Urtikaria. Mulai dari penyebabnya, gejala-gejala apa yang
timbul, serta penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penyakit
tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem integumen : Urtikaria
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan Urtikaria

1
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan Urtikaria
d. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai dengan rencana
keperawatan Urtikaria
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan Urtikaria
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada
penyakit Urtikaria

2
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS URTIKARIA

A. Pengertian Definisi
Urtikaria (kaligata, gidu, nettle-rash, hives), adalah erupsi kulit yang
menimbul (wheal) berbatas tegas, berwarna merah, lebih pucat pada bagian
tengah, dan memucat bila ditekan, disertai rasa gatal. Urtikaria dapat
berlangsung secara akut, kronik atau berulang. (Akib, Munasir & Kurniati,
2007).
Urtikaria atau lebih di kenal dengan biduran adalah suatu gejala penyakit
berupa gatal-gatal pada kulit di sertai bercak-bercak menonjol ( edema ) yang
biasanya disebabkan oleh alergi ( www.urtikaria.com )
Urtikaria yaitu keadaan yang di tandai dengan timbulnya urtikaria atau
edema setempat yang menyebabkan penimbulan di atas permukaan kulit yang
di sertai rasa sangat gatal ( ramali, ahmad. 2000)

B. Etiologi
Menurut Price & Wilson ( 2005 ) etiologi urtikaria adalah sebagai berikut :
1. Makanan ( kacang - kacangan, bahan pengawet makanan, kerang –
kerangan dll )
2. Obat (penisilin, bronide, serum, vaksin, opium, aspirin, pencahar ,dan
antibiotik )
3. Gigitan serangga
4. Lingkungan, bisa dari serbuk sari, spora, debu rumah.
5. Stress.
Menurut Saputra dalam buku nya ilmu penyakit dalam, etiologi Urtikaria dan
angioedema adalah sebagai berikut :
1. Idiopatik.
2. Autoantibodi.
3. Infeksi
4. Gigitan dan sengatan serangga

3
5. Faktor fisik.
6. Obat – obatan
7. Herediter

C. Patofisiologi Dan Pathway


Hal yang mendasari terjadinya urtikaria adalah triple respons dari lewis, yaitu
eritema akibat dilatasi kapiler, timbulnya flare akibat dilatasi arteriolar yang di
perantarai refleks akson saraf dan timbulnya wheal, akibat ekstravasasi cairan
karena meningkatnya permeabilitas vaskuler.
Secara histologis, urtikaria menunjukkan adanya dilatasi pembuluh darah
dermal dibawah kulit dan edema (pembengkakan) dengan sedikit infiltrasi sel
perivaskular, di antaranya yang paling dominan adalah eosinofil. Kelainan ini
disebabkan oleh mediator yang lepas, terutama histamin, akibat degranulasi sel
mast kutan atau subkutan, dan leukotrien juga dapat berperan.
Histamin akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah di bawah kulit sehingga
kulit berwarna merah (eritema). Histamin juga menyebabkan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah sehingga cairan dan sel, terutama eosinofil, keluar
dari pembuluh darah dan mengakibatkan pembengkakan kulit lokal. Cairan serta
sel yang keluar akan merangsang ujung saraf perifer kulit sehingga timbul rasa
gatal. Terjadilah bentol merah yang gatal.
Bila pembuluh darah yang terangsang adalah pembuluh darah jaringan
subkutan, biasanya jaringan subkutan longgar, maka edema yang terjadi tidak
terbatas tegas dan tidak gatal karena jaringan subkutan mengandung sedikit ujung
saraf perifer, dinamakan angioedema. Daerah yang terkena biasanya muka
(periorbita dan perioral).
Urtikaria disebabkan karena adanya degranulasi sel mast yang dapat terjadi
melalui mekanisme imun atau nonimun.
Histamin adalah mediator terpenting pada reaksi alergi fase cepat yang
diperantarai IgE pada penyakit atopik. Histamin terikat pada reseptor histamin
yang beda-beda. Terdapat 4 jenis reseptor histamin, yaitu reseptor H1, H2, H3 dan
H4 ; masing-masing memiliki efek fisiologik yang berbeda. Reseptor H4 dapat

4
mengatur fungsi sel imun. Aktivasi reseptor H4 penting pada kemotaksis dan
akumulasi sel pada jaringan alergik yang mengalami inflamasi. Reseptor histamin
H4 berperan pada regulasi histamin proinflamasi, dipresentasikan pada leukosit
dan saluran cerna.

5
D. Manifestasi Klinik
1. Timbulnya bintik-bintik merah atau lebih pucat pada kulit. Bintik-bintik
merah ini dapat mengalami edema sehingga tampak seperti benjolan.
2. Sering disertai rasa gatal yang hebat dan suhu yang >panas pada sekitar
benjolan tersebut.
3. Terjadi angioderma, dimana edema luas ke dalam jaringan subkutan,
terutama di sekitar mata, bibir dan di dalam orofaring.
4. Adanya pembengkakan dapat menghawatirkan, kadang-kadang bisa
menutupi mata secara keseluruhan dan mengganggu jalan udara untuk
pernafasan
5. Tiap lesi akan menghilang setelah 1 sampai 48 jam, tetapi dapat timbul lesi
baru.
6. Pada dermografisme lesi sering berbentuk linear, pada urtikaria solar lesi
terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Pada urtikaria dingin dan panas
lesi akan terlihat pada daerah yang terkena dingin atau panas. Lesi
urtikaria kolinergik adalah kecil-kecil dengan diameter 1-3 milimeter
dikelilingi daerah warna merah dan terdapat di daerah yang berkeringat.
Secara klinis urtikaria kadang-kadang disertai angioedema yaitu
pembengkakan difus yang tidak gatal dan tidak pitting dengan predileksi
di muka, daerah periorbita dan perioral, kadang-kadang di genitalia.
Kadang-kadang pembengkakan dapat juga terjadi di faring atau laring
sehingga dapat mengancam jiwa.

E. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membuktikan penyebab
urtikaria
1. Pemeriksaan darah, air seni dan tinja rutin untuk menilai ada tidaknya
infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam.
a. Laboratorium. Hitung darah lengkap dengan diferensial, profil kimia,
laju endap darah (LED), T4, pengukuran TSH, urinalisis dan biakan
urine, antibody antinuclear

6
2. Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar IgE, eosinofil dan
komplemen.
3. Test kulit, walaupun terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk
membantu diagnosis. Uji gores dan uji tusuk dapat dipergunakan untuk
mencari alergen. Radio-Alergi-Sorbent Tes (RAST) : IgE spesifik serum
4. Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang
dicurigai untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.

F. Penatalaksanaan Medis
Sebenarnya pada beberapa kasus urtikaria yang sifatnya akut tidak perlu
adanya pengobatan secara intensif karena urtikaria pada tahap ini gejalanya
tidak berlansung lama dan bisa sembuh sendiri. Tetapi pada urtikaria kronik
bisa di lakukan pengobatan dengan menggunakan anthihistamin.
Menurut (Corwin, 2009) :
1. Antihistamin dan obat – obat yang menghambat degranulasi sel mast dapat
mengurangi gejala – gejala alergi.
2. Kortikosteroid yang dihirup atau sitemik bekerja sebagai obat anti
peradangan dan dapat mengurangi gejala suatu alergi.
3. Stabilizer sel mast inhalan mengurangi degranulasi sel mast dan dapat
menurunkan gejala alergi tipe I.

G. Video Terkait Materi Pokok Bahasan

7
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN URTIKARIA

A. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada
kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
3. Pemeriksaan Fisik
a. KU : lemah
b. TTV : suhu naik atau turun.
c. Kepala : Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.
d. Mulut : Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang
disebabkan oleh obat.
e. Abdomen : Adanya limfadenopati dan hepatomegali.
f. Ekstremitas : Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.

8
g. Kulit : Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema
sehingga terjadi ekstropion pada keadaan kronis dapat
terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema,
pengelupasan kulit, sisik halus dan skuama.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang mungkin mucul adalah :
1. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan terpapar alergen
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus.
4. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan
inadekuat informasi

C. Rencana Asuhan Keperawatan


No NDX NOC NIC
1 Resiko infeksi  Immune Status Infection Control
berhubungan  Knowledge : infection  Bersihkan lingkungan
dengan adanya control setelah dipakai pasien
luka  Risk control lain
 Pertahankan teknik
Kriteria Hasil : isolasi
 Klien bebas dari tanda  Batasi pengunjung bila
dan gejala infeksi perlu
 Mendeskripsikan  Instruksikan pengunjung
proses penularan untuk mencuci tangan
penyakit, faktor yang saat berkunjung dan
mempengaruhi setelah berkunjung
penularan serta meninggalkan pasien
pelaksanaannya  Gunakan sabun anti
 Menunjukkan mikroba untuk cuci
kemampuan untuk tangan
mencegah timbulnya  Cuci tangan sebelum
infeksi dan sesudah tindakan
 Jumlah leukosit dalam keperawatan
batas normal  Gunakan baju, sarug
 Menunjukkan perilaku tangan sebagai

9
hidup sehat pelindung
 Pertahankan lingkungan
aseptic selama
pemasangan alat
 Berikan terapi antibiotic
bila perlu

Infection Protection
 Monitor tanda dan gejala
infeksi iskemik dan local
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Berikan perawatan kulit
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Inspeksi luka / insisi
bedah
 Dorong masukan nutrisi
yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien
untuk minum antibiotic
sesuai resep
2 Gangguan  Tissue Integrity : skin Pressure Management
integritas kulit dan Mucous  Anjurkan pasien
berhubungan Membranes menggunakan pakaian
dengan terpapar  Hemodyalis akses yang longgar
alergen  Hindari kerutan pada
Kriteria Hasil : tempat tidur
 Integritas kulit yang  Jaga kebersihan kulit
baik bisa agar tetap bersih dan
dipertahankan ( tetap kering
sensasi, elastisitas,  Mobilisasi pasien
temperature, hidrasi,  Monitor kulit akan
pigmentasi) adanya kemerahan
 Tidak ada luka / lesi  Oleskan lotion atau
pada kulit minyak / baby oil pada
 Perfusi jaringan baik daerah yang tertekan

10
 Menunjukkan  Mandikan pasien
pemahaman dalam dengan sabun dan air
proses perbaikan kulit hangat
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
 Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
3 Gangguan citra  Body image Body image enchancement
tubuh  Self esteem  Kaji secara verbal dan
berhubungan non verbal respon
dengan Kriteria Hasil : klien terhadap
penampakan  Body image positif tubuhnya
kulit yang tidak  Mampu
 Monitor frekuensi
bagus.
mengidentifikasi mengkritik dirinya
kekuatan personal  Jelaskan tentang
 Mendeskripsikan pengobatan,
secara factual perawatan, kemajuan,
perubahan fungsi dan prognosis
tubuh penyakit
 Mempertahankan  Dorong klien
interaksi sosial mengungkapkan
perasaannya
 Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
 Fasilitasi kontak
dengan individu lain
dalam kelompok kecil
4 Kurang  Knowledge : disease Teaching : disease process
pengetahuan process  Berikan penilaian
tentang  Knowledge : health tentang tingkat
program terapi behavior pengetahuan pasien
berhubungan tentang proses
dengan
penyakit yang spesifik
inadekuat
 Jelaskan patofisiologi
informasi
dari penyakit dan

11
bagaimana hal ini
berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat
 Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa
muncul pada penyakit
dengan cara yang tepat
 Gambarkan proses
penyakit dengan cara
yang tepat
 Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
 Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
 Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi dimasa
yang akan dating
 Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan

D. Implementasi
Implementasi adalah serangkai kegiatan yang di lakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari status masalah kesehatan yang di hadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kreteria hasil yang di
harapkan ( gordon, 1994, dalam potter dan perry, 1997)

E. Evaluasi
1. Tidak terjadinya infeksi

12
2. Tidak terjadinya kerusakan kulit klien
3. klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal karena berkurangnya
pruritus dan ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan.
4. Tercapainya pola tidur/istirahat yang memuaskan
5. Menerima keadaan diri
6. Memahami tentang perawatan kulit dan terapi pengobatan

13
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit urtikaria merupakan penyakit yang terdapat ada kulit dapat beupa
bentol-bentol atau penonjolan pada kulit. Uritikaria ini dapat disebabkan oleh
gigitan serangga,ataupun karena Faktor alergi.
Faktor pencetus terjadinya urtikaria, antara lain: makanan tertentu, obat-
obatan, bahan hirupan (inhalan), infeksi, gigitan serangga, faktor fisik, faktor
cuaca (terutama dingin tapibisa juga panas berkeringat), faktor genetik, bahan-
bahan kontak (misalnya: arloji, ikat pinggang, karet sandal, karet celana
dalam, dan lain-lain) dan faktor psikis.
Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan
gatal yang hebat bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi
infeksi sekunder. Penggunaanan histamin bisa menyebabkan somnolens dan
bibir kering.

B. SARAN
Setelah mengetahui, mempelajari pembahasan diatas, saran kami yaitu kita
dapat mejaga diri kita agar setidaknya dapat menghindari penyebab-penyebab
terjadinya urtikaria, agar kita dapat menjauhkan diri kita dari terjangkitnya
berbagai prnyakit yang dapat menyarang kita.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan demi untuk penyempurnaan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Andha. “Makalah Asuhan Keperawatan Urtikaria”. 10 Maret 2017.


http://andhaonethree13.blogspot.co.id/2017/03/makalah-asuhan-
keperawatan-urtikaria.html (diakses tanggal 12 Maret 2018)
Nanda, Uya. “Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Integumen:
Urtikaria”. 14 Juli 2015. http://sn-uya-
keperawatan.blogspot.co.id/2015/07/asuhan-keperawatan-pada-gangguan-
sistem.html (diakses tanggal 12 Maret 2018)
Ibrahim, Iraw. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Penyakit Urtikaria”. 20
Mei 2015. http://kumpulanilmukeperawatan.blogspot.co.id/2015/05/asuhan-
keperawatan-urtikaria.html (diakses tanggal 12 Maret 2018)
Yudha, Saktya. “Asuhan Keperawatan Urtikaria”. 05 Juni 2013.
http://istanakeperawatan.blogspot.co.id/2012/11/asuhan-keperawatan-
urtikaria.html (diakses tanggal 14 Maret 2018, Pukul 10:23 WIB)

15
Lampiran :

16

You might also like