You are on page 1of 10

JURNAL PENDAHULUAN

PRAKTIKUM DESAIN PENGEMBANGAN OBAT

“PREFORMULASI SEDIAAN FARMASI"

Lolindah Chin Mai Yen


260110152018
Kelas E 2015
Kamis, 07.00-10.00

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menyusun formula dengan
menentukan bahan tambahan serta kadar yang sesuai menggunakan software
exc-sol.
II. PRINSIP
1. Preformulasi
Preformulasi adalah tahap awal dalam rangkaian proses pembuatan sediaan
farmasi yang berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif dimana dapat
mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan
farmasi (Lieberman, 1990).
III. REAKSI
-
IV. TEORI DASAR
Preformulasi adalah untuk menetapkan fisikokimia yang diperlukan
parameter zat obat baru. Selain itu,untuk menentukan profil laju kinetiknya. dan
membangun karakteristik fisiknya dan,untuk menetapkannya komputabilitas
dengan eksipien umum. Juga, ntuk pilih bentuk obat yang benar.Hasilkan
pemahaman menyeluruh tentang stabilitas material di bawah kondisi itu akan
menyebabkan berkembangnya obat yang optimal sistem pengantaran.(Howard,
2005).
Studi preformulasi didefinisikan sebagai penyelidikan sifat fisik & kimia dari
substansi obat saja dan ketika dikombinasikan dengan eksipien. Preformulasi
melibatkan penerapan prinsip-prinsip biofarmasi dengan parameter fisikokimiawi
zat obat yang dicirikan dengan tujuan merancang sistem pengiriman obat yang
optimal. Dalam penelitian sebelumnya ini diambil sebelum formulasi berbagai
bentuk sediaan. Preformulasi produk baru dapat menyingkirkan bencana kerana
dapat dicegah terlebih dahulu. Farmasi dan apoteker formulasi bertanggung jawab
untuk mewujudkan pengembangan produk akhir yang diserahkan kepada FDA
untuk persetujuan pemasaran menjanjikan satu (tahan dalam kimia & fisik properti)
(Jens,2000).
Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam
membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat
atau sediaan farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan
waktu yang lama untuk sampai ke tangan pasien yang membutuhkan. Penyebab
ketidakstabilan sediaan obat ada dua watak, pertama kali adalah labilitas dari bahan
obat dan bahan pembantu sendiri. Yang terakhir dihasilkan dari bahan kimia dan
kimia fisika, untuk lainnya adalah faktor luar seperti suhu,kelembapan,udara,dan
cahaya, menginduksi atau mempercepat reaksi yang berkurang nilainya ( Ansel,
2006).
Beberapa kriterial umum yang esensial untuk eksipien yaitu: netral secara
fisiologis, stabil secara fisika dan kimia, memenuhi peraturan perundangan, tidak
mempengaruhi bioavailabilitas obat, bebas dari mikroba patogen dan tersedia
dalam jumlah yang cukup dan murah (Dave, 2015).
Satu hal penting dari fenomena distribusi adalah sifat senyawa obat itu agar
dapat melalui membran sel yang terdiri dari lipoprotein atau suatu lapisan hidrofil
dan hidrofob. Koefisien partisi merupakan bagian yang sangat penting dalam
pembuatan obat. Khusunya untuk membuat obat dalam. Obat yang kita ciptakan
harus tepat sasaran dan dengan mengetahui koefisien partisi dapat ditetapkan cara
obat masuk ke dalam liposom. Obat supaya mudah larut dalam lipid harus bersifat
non polar atau lipofilik. Koefisien partisi tidak hanya perlu diperhatikan dalam
pembuatan obat dalam. Dalam pembuatan obat luar atau topikal, koefisien partisi
juga merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan (Czyrski, 2013).
V. ALAT DAN BAHAN
5.1 ALAT
− Komputer

5.2 BAHAN
− Aquadest
− Carboxymethulcellulosum Sodium
− Citric Acid Monohydrate
− Glycerin
− Methylparaben
− Monoethanolamine
− Propylparaben
− Sorbitol solution 70%
− Sucrose
− Tetracycline Hydrocloridum
VI. PROSEDUR
A. Analisis Inkompatibilitas

Pilih bentuk sediaan yang sudah ditetapkan sebelumnya untuk setiap


kelompok pada combobox “Pilih Sediaan”.

Pemilihan bahan tambahan disesuaikan dengan kategori bahan yang


dibutuhkan oleh sediaan dan zat aktif. Klik combobox “Kategori Bahan”
kemudian pilih kategori bahan yang dicari.

Setelah memilih kategori bahan, list bahan tambahan sesuai kategori yang
dipilih sebelumnya akan muncul pada combobox “Pilih Bahan”. Pilihlah
bahan tambahan yang ingin digunakan.

Untuk memilih kategori bahan yang lain, silahkan ubah kembali kategori
bahan pada combobox “Kategori Bahan”, daftar bahannya akan muncul di
combobox “Pilih Bahan”.

Bahan tambahan yang telah dipilih akan muncul pada tabel utama dan secara
otomatis dianalisis inkompatibilitasnya. Bahan tambahan yang saling
inkompatibel akan ditandai dengan berubahnya warna latar menjadi merah
pada baris bahan tambahan di tabel.
B. Perhitungan kadar surfaktan

Setelah memilih bahan tambahan (surfaktan) sesuai dengan langkah pada


bagian A diatas, selanjutnya perhitungan kadar surfaktan menggunakan nilai
HLB dimulai dengan memilih menu “Analisis”.

Klik “Sediaan Cair”, lalu pilih “HLB”.

Pertama kita pilih “Lihat HLB” untuk memunculkan nilai bahan tambahan
(surfaktan) pada tabel.

Selanjutnya jika HLB telah muncul, lakukan kembali klik menu “Analisis”.

Klik “Sediaan Cair”, lalu pilih “HLB”.

Sekarang pilih “Mulai Hitung”.

Masukkan jumlah emulgator yang ingin digunakan dalam sediaan dalam satuan
gram.
VII. DATA PENGAMATAN

PROSEDUR HASIL

A. Analisis Inkompatibilitas

1. Pilih bentuk sediaan yang sudah ditetapkan


sebelumnya untuk setiap kelompok pada combobox
“Pilih Sediaan”.

2. Pemilihan bahan tambahan disesuaikan dengan


kategori bahan yang dibutuhkan oleh sediaan dan
zat aktif. Klik combobox “Kategori Bahan”
kemudian pilih kategori bahan yang dicari.

3. Setelah memilih kategori bahan, list bahan


tambahan sesuai kategori yang dipilih sebelumnya
akan muncul pada combobox “Pilih Bahan”.
Pilihlah bahan tambahan yang ingin digunakan
(agar mempermudah menentukan bahan yang
lebih sesuai dengan sifat fisikakimia yang anda
inginkan, anda dapat melihat karakteristik
bahan tambahan dengan klik nama bahan pada
tabel).

4. Untuk memilih kategori bahan yang lain, silahkan


ubah kembali kategori bahan pada combobox
“Kategori Bahan”, daftar bahannya akan muncul di
combobox “Pilih Bahan”.

5. Bahan tambahan yang telah dipilih akan muncul


pada tabel utama dan secara otomatis dianalisis
inkompatibilitasnya. Bahan tambahan yang saling
inkompatibel akan ditandai dengan berubahnya
warna latar menjadi merah pada baris bahan
tambahan di tabel.

B. Perhitungan kadar surfaktan

1. Setelah memilih bahan tambahan (surfaktan) sesuai


dengan langkah pada bagian A diatas, selanjutnya
perhitungan kadar surfaktan menggunakan nilai
HLB dimulai dengan memilih menu “Analisis”.

2. Klik “Sediaan Cair”, lalu pilih “HLB”.

3. Pertama kita pilih “Lihat HLB” untuk


memunculkan nilai bahan tambahan (surfaktan)
pada tabel.

4. Selanjutnya jika HLB telah muncul, lakukan


kembali klik menu “Analisis”.

5. Klik “Sediaan Cair”, lalu pilih “HLB”.

6. Sekarang pilih “Mulai Hitung”.

7. Masukkan jumlah emulgator yang ingin digunakan


dalam sediaan dalam satuan gram.

8.
9. Masukkan HLB butuh.

10.

11. Selanjutnya kadar bahan tambahan (surfaktan) akan


muncul pada tabel.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.2006. Kalkulasi Farmasetik : Panduan untuk Apoteker. Jakarta: EGC.
Czyrski, A. 2013. The Determination of Partition Coefficient of 6-
Mercaptopurine Derivatives by Thin Layer Chromatography. Journal of
Chemistry. Volume 2013, Article ID 419194, 4 pages.
Dave, V. 2015. Excipient Variability and Its Impact on Dosage Form
Functionality. Journal of Pharmaceutical Sciences. Volume 104, Issue
3.
Howard C.Ansel, 2005. Pharmaceutical forms and drug delivery system. 8th
Edition BI.Publications.
Jens T. Cartstensen,C.TRhodes, 2000 .Drug Stability Principles and practices.
3rd Edition Replica Press Ltd.
Lieberman, Herbert, a., et, al. 1990. “Pharmaceutical Dosage Form : Tablets
Volume 1”. Marcell Dekker : New York.

You might also like