You are on page 1of 22

Makalah

Asuhan Keperawatan Abortus


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Reproduksi 1
Fasilitator : Ns. Nur Hidayatin,S.Kep

Oleh Kelompok 3:

1. I Ketut Anggas Dwi A (2016.02.015)


2. Siska Rosita (2016.02.037)

Program Studi S1 Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi
Maret 2019
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat taufiq dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Abortus”. Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak DR. H. Soekardjo, selaku Ketua STIKES Banyuwangi yang telah memberi izin
dan menyediakan sarana dan prasarana kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. Ibu Ns. Nur Hidayatin,S.Kep, selaku PJMK Mata kuliah SistemReproduksi 1.

3. Ibu Ns. Anita Dwi Ariyani, M.Kep, selaku pembimbing dalam Penelitian dan Penyusunan
Makalah.

4. Teman-teman semua yang telah mendukung dan berpartisipasi dalam penyusunan


makalah.

Makalah ini disusun dari berbagai literatur baik buku maupun internet. Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Reproduksi 1
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan penulis..
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat
Indonesia pada umumnya.

Wassalamu’alaikumWr.Wb

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................ ii

DAFTAR ISI...................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................,............ 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 1

1.3Tujuan........................................................................................ 2

BAB 2 PEMBAHASAN................................................... ................. 3

2.1 Definisi Dari Abortus ............................................................... 3

2.2 Klasifikasi Dari Abortus ........................................................... 3

2.3 Etiologi Abortus........................................................................ 6

2.4 Tanda Dan Gejala Dari Abortus……………...……...…......... 7

2.5 Komplikasi Dari Abortus.......................................................... 7

2.6 Hukum Aborsi........................................................................... 8

2.7 Penatalaksanaan......................................................................... 9

2.8 ASKEP Pada Pasien Abortus.................................................... 10

BAB 3 PENUTUP................................................................................

3.2 Kesimpulan................................................................................

3.2 Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................


BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan.
Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering
dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan
yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester
III disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan
pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan
pada kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang
menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa
batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda,
salah satunya adalah abortus.
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram.
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang
tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari kejadian
yang diketahui 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar
5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami keguguran 2 kali yang
berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran berurutan.
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan
kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih
jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%.
Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari janin, oleh sebab
itu kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE pada ibu hamil
untuk selalu memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang
terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari Abortus?
1.2.2 Apa saja klasifikasi dari Abortus?
1.2.3 Apa saja etiologi Abortus?
1.2.4 Apa saja tanda gejala dari Abortus?
1.2.5 Apa komplikasi dari Abortus?
1.2.6 Apa hukumnya Aborsi?
1.2.7 Bagaiman penanganan abortus?
1.2.8 Bagaimana Askep pada pasie Abortus?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang abortus dan
penatalaksanaan dari abortus.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan pengertian abortus
2. Menjelaskan klasifikasi dari Abortus
3. Menjelaskan etiologi Abortus
4. Menyebutkan tanda gejala dari Abortus
5. Menjelaskan komplikasi dari Abortus
6. Menjelaskan Hukum dar Aborsi
7. Menjelaskan penanganan dari abortus
8. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien abortus
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Abortus


Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada
atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16 minggu dan 28
minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah
400 gram itu diamggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin
besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Nurarif, 2015)
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2009).

2.2 Klasifikasi Abortus


Menurut Mitayani, 2013
Berdasarkan kejaadiannya dapat dibagi atas dua kelompok:
1. Abortus Spontan
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Terjadi dengan tidak didahului
faktor-faktor meknis ataupun medisnalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor
alamiah.Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage)
Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat
bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi spontan.
WHO mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin
seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan)
dari 20 hingga 22 minggu atau kurang. Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi
subkelompok, yaitu:

a. Abortus imminens (keguguran mengancam) adalah Abortus ini baru mengancam


dan ada harapan untuk mempertahankan.
Tanda dan Gejala:
 Perdarahan per-vaginam sebelum minggu ke 20.
 Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai
perdarahan.
 Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.
 Tidak ditemukan kelainan pada serviks.
 Serviks tertutup.
b. Abortus incipiens (keguguran berlangsung) adalah Abortus sudah berlangsung dan
tidak dapat dicegah lagi.
Tanda dan Gejala
 Perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.
 Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.
 Serviks sering melebar sebagian akibat kontraksi.
c. Abortus incomplete (keguguran tidak lengkap) adalah Sebagian dari buah
kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih
tertinggal di rahim.
Tanda dan Gejala
 Perdarahan per vaginam berlangsung terus walaupun jaringan telah keluar.
 Nyeri perut bawah mirip kejang.
 Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang
dianggap sebagai corpus allienum.
 Keluarnya hasil konsepsi (seperti potongan kulit dan hati).
d. Abortus completus (keguguran lengkap) adalah Seluruh buah kehamilan telah
dilahirkan lengkap. Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah hasil konsepsi
keluar.
Tanda dan Gejala
 Serviks menutup.
 Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
 Gejala kehamilan tidak ada.
 Uji kehamilan negatif.
e. Missed abortion (keguguran tertunda) adalah Missed abortion ialah keadaan
dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam rahim
selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
Tanda dan Gejala
 Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorpsi air ketuban dan
macerasi janin.
 Buah dada mengecil kembali.
 Gejala kehamilan tidak ada, hanya amenorea terus berlangsung.
f. Abortus habitualis (keguguran berulang – ulang) adalah abortus yang telah
berulang dan berturut – turut terjadi sekurang – kurangnya 3 kali berturut – turut.
g. Abortus febrilis adalah Abortus incompletus atau abortus incipiens yang disertai
infeksi.
Tanda dan Gejala
 Demam kadang – kadang menggigil.
 Lochea berbau busuk
2. Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) merupakan 80% dari semua abortus.
Abortus provocatus terdiri dari 2 macam, diantaranya :
a. Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeutics adalah Pengguguran
kehamilan dengan alat – alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan
membawa maut bagi ibu, misal ibu berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan
penyakit jantung (rheuma), hypertensi essensialis, carcinoma cerviks.
Syarat-syaratnya:
 Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan
untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
 Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,
psikologi).
 Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
 Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
 Prosedur tidak dirahasiakan.
 Dokumen medik harus lengkap.
b. Abortus provocatus criminalis Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan
medis yang syah dan dilarang oleh hukum. Biasanya pengguguran dilakukan
dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.
2.3 Etiologi
a. Kelainan telur
Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedinikian rupa hingga
janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti kelainan
chromosom (trisomi dan polyploidi).
b. Penyakit ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:

 Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan abortus


dan partus prematurus.

 Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi


kelenjar gondok.

 Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu.

 Gizi ibu yang kurang baik.

 Kelainan alat kandungan:

- Hypoplasia uteri.
- Tumor uterus
- Cerviks yang pendek
- Retroflexio uteri incarcerate
- Kelainan endometrium
 Faktor psikologis ibu.
c. Faktor suami
Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta faktor
imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan produk
asing secara antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan.
d. Faktor lingkungan
Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol
serta paparan faktor eksogen seperti virus, radiasi, zat kimia, memperbesar

peluang terjadinya abortus.


2.4 Tanda Gejala Abortus
a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
b. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat.
c. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus
e. Pemeriksaan ginekologi :
1. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
2. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

2.5Komplikasi
2.5 .1 Komplikasi Dari Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan
syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika
ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
3. Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella
abortus dan Campylobacter fetusmerupakan kausa abortus pada sapi yang telah
lama dikenal,tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada manusia. Bukti bahwa
toxoplasma gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang meyakinkan.tidak
terdapat bukti bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia trachomatis
menyebabkan abortus pada manusia. Herpes simpleks dilaporkan berkaitan dengan
peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan.
Abortus spontan secara independen berkaitan dengan antibodi virus
imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas sifilis pada ibu,
dan kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.
4. Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank karena
infeksi berat (syok endoseptik)

2.5.2 Pemeriksaan Penunjang


a. Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif. Positif bila janin masih hidup, bahkan
2-3 minggu setelah abortus
b. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
c. Kadar Hemoglobin Status Hemodinamika Penurunan (< 10 mg%) dan
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.
d. Kadar Sdp Resiko Infeksi Meningka t(>10.000 U/dl)
e. Kultur Kuman spesifik ditemukan kuman.

2.6 Hukum Aborsi


Hukum Abortus Menurut Undang- Undang
Pada dasarnya, setiap orang dilarang melakukan aborsi berdasarkan Pasal 75 ayat (1)
UU No. 36Tahun 2009 tentang Kesehatan ("UU Kesehatan").

Pengecualian terhadap larangan melakukan aborsi diberikan HANYA dalam 2


kondisi berikut:
a) Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang
mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat
dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau

b) Kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi


korban perkosaan.(Pasal 75 ayat [2] UU Kesehatan)

Namun, tindakan aborsi yang diatur dalam Pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan itu
pun HANYA DAPAT dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
Sanksi pidana bagi pelaku aborsi ilegal diatur dalam Pasal 194 UU Kesehatan yang
berbunyi;
"setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar."

Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang


Hukum Pidana (KUHP) :
Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 314
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain
yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.

2.7 Penatalaksanaan
a. Abortus imminens
Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien:
1. Istirahat rebah (tidak usah melebihi 48 jam).
2. Diberi sedativa misal luminal, codein, morphin.
3. Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan mengurangi kerentanan
otot-otot rahim (misal gestanon).
4. Dilarang coitus sampai 2 minggu.
b. Abortus incipiens
Kemungkinan terjadi abortus sangat besar sehingga pasien:
1. Mempercepat pengosongan rahim dengan oxytocin 2 ½ satuan tiap ½ jam
sebnayak 6 kali.
2. Mengurangi nyeri dengan sedativa.
3. Jika ptocin tidak berhasil dilakukan curetage asal pembukaan cukup besar.

c. Abortus incompletes
Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan.

d. Abortus febrilis
1. Pelaksanaan curetage ditunda untuk mencegah sepsis, keculai perdarahan
banyak sekali.

2. Diberi atobiotika.

3. Curetage dilakukan setelah suhu tubuh turun selama 3 hari.

e. Missed abortion

1. Diutamakan penyelesaian missed abortion secara lebih aktif untuk mencegah


perdarahan dan sepsis dengan oxytocin dan antibiotika. Segera setelah
kematian janin dipastikan, segera beri pitocin 10 satuan dalam 500 cc glucose.

2. Untuk merangsang dilatasis erviks diberi laminaria stift.

2.8 ASKEP Abortus


2.8.1 Pengkajian
a. Biodata:
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
c. Riwayat Kesehatan:
1. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus
haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat pembedahan:
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan ,
oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
e. Riwayat penyakit yang pernah dialami:
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung ,
hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit
lainnya.
f. Riwayat kesehatan keluarga:
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
g. Riwayat kesehatan reproduksi:
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluahan yang menyertainya.
h. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
i. Riwayat seksual:
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahan yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat:
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.
k. Pola aktivitas sehari-hari:
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat
tidur,hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

2.8.2 Pemeriksaan fisik


a. Inspeksi:
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya
b. Palpasi :
1. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
2. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
3. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
c. Perkusi:
1. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
2. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak
d. Auskultasi:
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin

2.8.3 Pemeriksaan laboratorium:


a. Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
b. Keluarga berencana :
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

2.8.4 Diagnosa Keperawatan


1. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan pervagina
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d kontraksi uterus
3. Cemas s.d kurang pengetahuan tentang abortus
4. Berduka b.d kehilangan
5. Resiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan pervagina

2.8.5 Intervensi Keperawatan


1. Devisit Volume Cairan b.d Perdarahan
Tujuan : Dalam 1x24 jam tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara
intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria hasil: Tidak ada perdarahan, intake dan output dalam rentan normal
No Intervensi Rasional

1. Pengeluaran cairan pervaginal sebagai


Kaji kondisi status akibat abortus memiliki karekteristik
hemodinamika bervariasi

2. Ukur pengeluaran harian Jumlah cairan ditentukan dari jumlah


kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang pervaginal
3. Berikan sejumlah cairan
Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi
pengganti
perdarahan massif
Harian
4. Evaluasi status Penilaian dapat dilakukan secara harian
hemodinamika melalui pemeriksaan fisik

2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d Kerusakan jaringan intrauteri


Tujuan : Dalam perawatan 1x24, nyeri klien dapat berkurang atau hilang
Kriteria hasil: Klien tidak meringis kesakitan, klien menyatakan nyerinya
berkurang

No Intervensi Rasional
Kaji kondisi nyeri Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
1.
yang dialami klien dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
Terangkan nyeri yang
Meningkatkan koping klien dalam melakukan
2. diderita klien
guidance mengatasi nyeri
dan penyebabnya
Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
Kolaborasi dilakukan dengan pemberian analgetika oral
3.
pemberian analgetika maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik
3. Cemas b.d kurang pengetahuan tentang abortus
Tujuan : Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit
meningkat
Kriteria hasil: RR dalam rentan normal, klien tidak gelisah

No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat pengetahuan/persepsi Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
klien dan keluarga terhadap penyakit peningkatan rasa cemas
2 Kaji derajat kecemasan yang dialami Kecemasan yang tinggi dapat
Klien menyebabkan penurunan
penialaian objektif klien tentang
penyakit
3 Bantu klien mengidentifikasi Pelibatan klien secara aktif dalam
penyebab kecemasan tindakan keperawatan merupakan
support yang mungkin berguna
bagi klien dan meningkatkan
kesadaran diri klien
4 Asistensi klien menentukan tujuan Peningkatan nilai objektif terhadap
perawatan bersama masalah berkontibusi menurunkan
kecemasan
5 Terangkan hal-hal seputar aborsi yang Konseling bagi klien sangat
perlu diketahui oleh klien dan diperlukan bagi klien untuk
keluarga meningkatkan pengetahuan dan
membangun support system
keluarga; untuk mengurangi
kecemasan klien dan keluarga.

4. Berduka bd kehilangan
Tujuan : Dalam perawatan 1x24 jam, klien dapat mengatasi rasa berdukanya
Kriteria Hasil: Klien tidak marah, menangis, dan menyesali rasa berduka terlalu
larut.

No Intervensi Rasional
1. Kembangkan hubungan saling percaya Rasa percaya merupakan dasar
dengan pasien. Perlihatkan empati dan untuk suatu kebutuhan yang
perhatian. Jujur dan tepati semua janji. terapeutik
2. Perlihatkan sikap menerima dan Sikap menerima menunjukkan
membolehkan pasien untuk kepada pasien bahwa anda yakin
mengekspresikan perasaannya secara bahwa ia merupakan seseorang
terbuka. pribadi yang bermakna. Rasa
percaya meningkat.
3 Bantu pasien untuk mengerti bahwa Pengetahuan tentang perasaan-
perasaan seperti rasa bersalah dan marah perasaan yang
terhadap konsep kehilangan adalah wajar yang berhubungan dengan
perasaan yang wajar dan dapat berduka yang normal dapat
diterima selama proses berduka. menolong mengurangi beberapa
perasaan bersalah menyebabkan
timbulnya respon-respon ini.

4. Bantu pasien menentukan metodametoda Umpan balik positif meningkatkan


koping yang lebih adaptif terhadap harga diri dan mendorong
pengalaman kehilangan. Berikan umpan pengulangan perilaku yang
balik positif untuk identifikasi strategi diharapkan.
dan membuat keputusan.
5. Dorong pasien untuk menjangkau Menguatkan keimanan dan mohon
dukungan spiritual selama waktu ini kekuatan kepada sang Pencipta
dalam bentuk apapun yang diinginkan agar diberi kekuatan menghadapi
untuknya. masalahnya

5. Resiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan pervagina


Tujuan: Dalam 1x24 jam perawatan, tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria hasil: Tanda vital (nadi, suhu, tensi, RR) dalam rentan normal.

No Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan umum pasien Untuk memonitor kondisi pasien
selama perawatan terutama saat
terjadi perdarahan. Perawat segera
mengetahui tanda-tanda presyok
/syok
2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau Perawat perlu terus mengobaservasi
lebih vital sign untuk memastikan tidak
terjadi presyok / syok.
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga Dengan melibatkan pasien dan
tanda perdarahan, dan segera laporkan keluarga maka tanda-tanda
jika terjadi perdarahan perdarahan dapat segera diketahui dan
tindakan yang cepat dan tepat dapat
segera diberikan.
4. Kolaborasi : Pemberian cairan Cairan intravena diperlukan untuk
intravena mengatasi kehilangan cairan tubuh
secara hebat.
5. Kaji tanda-tanda dehidrasi Dehidrasi merupakan salah satu tanda
syok hipovolemik
BAB 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
 Diketahui bahwa sekitar 80% kunjungan pernafasan pasien ke dokter
merupakan gabguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi
 Ditemukan bahwa zat yang paling sring menyebabkan alergi adalah serbuk
tanaman, jenis rumput tertentu, jenis pohon yang berkulit halus dan tipis,
serbuk spora, penisilin, seafood, telur, kacang panjang, kacang tanah, kacang
kedelai dan kacang-kacangan lainnya, susu, jagung dan tepung jagung,
sengatan insekta, bulu binatang, kecoa, debu, dam kutu
3.2 Saran
 Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat terus meningkatkan
pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kepada masyarakat dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai alergi
 Bagi masyarakat khusunya penderita alergi dapat dengan rutin dan rajin
mengikuti terapi pengobatan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dengan
harapan dapat segera menanggulangi alergi yang terjadi
Daftar Pustaka

Doengoes, M.2001.Rencana Perawatan Maternitas / Bayi.Jakarta:Egc

Mitayani, 2013. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika: Jakarta

Nurarif, Kusuma.2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA


NIC-NOC. Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction

Prawirohardjo, sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.

Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka

http://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-kehilangan-dan-berduka/.

(diakses tanggal 19 Maret 2019)

You might also like