Professional Documents
Culture Documents
Oleh Kelompok 3:
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat taufiq dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Abortus”. Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik karena dukungan dan partisipasi
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak DR. H. Soekardjo, selaku Ketua STIKES Banyuwangi yang telah memberi izin
dan menyediakan sarana dan prasarana kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. Ibu Ns. Nur Hidayatin,S.Kep, selaku PJMK Mata kuliah SistemReproduksi 1.
3. Ibu Ns. Anita Dwi Ariyani, M.Kep, selaku pembimbing dalam Penelitian dan Penyusunan
Makalah.
Makalah ini disusun dari berbagai literatur baik buku maupun internet. Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Reproduksi 1
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan penulis..
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat
Indonesia pada umumnya.
Wassalamu’alaikumWr.Wb
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................,............ 1
1.3Tujuan........................................................................................ 2
2.7 Penatalaksanaan......................................................................... 9
BAB 3 PENUTUP................................................................................
3.2 Kesimpulan................................................................................
- Hypoplasia uteri.
- Tumor uterus
- Cerviks yang pendek
- Retroflexio uteri incarcerate
- Kelainan endometrium
Faktor psikologis ibu.
c. Faktor suami
Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta faktor
imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan produk
asing secara antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan.
d. Faktor lingkungan
Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol
serta paparan faktor eksogen seperti virus, radiasi, zat kimia, memperbesar
2.5Komplikasi
2.5 .1 Komplikasi Dari Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan
syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika
ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan
bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
3. Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan abortus. Brucella
abortus dan Campylobacter fetusmerupakan kausa abortus pada sapi yang telah
lama dikenal,tetapi keduanya bukan kausa signifikan pada manusia. Bukti bahwa
toxoplasma gondii menyebabkan abortus pada manusia kurang meyakinkan.tidak
terdapat bukti bahwa Listeria monocytogenes atau Chlamydia trachomatis
menyebabkan abortus pada manusia. Herpes simpleks dilaporkan berkaitan dengan
peningkatan insidensi abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan.
Abortus spontan secara independen berkaitan dengan antibodi virus
imunodefisiensi manusia (HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas sifilis pada ibu,
dan kolonisasi vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.
4. Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank karena
infeksi berat (syok endoseptik)
Namun, tindakan aborsi yang diatur dalam Pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan itu
pun HANYA DAPAT dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan
Sanksi pidana bagi pelaku aborsi ilegal diatur dalam Pasal 194 UU Kesehatan yang
berbunyi;
"setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar."
2.7 Penatalaksanaan
a. Abortus imminens
Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien:
1. Istirahat rebah (tidak usah melebihi 48 jam).
2. Diberi sedativa misal luminal, codein, morphin.
3. Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan mengurangi kerentanan
otot-otot rahim (misal gestanon).
4. Dilarang coitus sampai 2 minggu.
b. Abortus incipiens
Kemungkinan terjadi abortus sangat besar sehingga pasien:
1. Mempercepat pengosongan rahim dengan oxytocin 2 ½ satuan tiap ½ jam
sebnayak 6 kali.
2. Mengurangi nyeri dengan sedativa.
3. Jika ptocin tidak berhasil dilakukan curetage asal pembukaan cukup besar.
c. Abortus incompletes
Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan.
d. Abortus febrilis
1. Pelaksanaan curetage ditunda untuk mencegah sepsis, keculai perdarahan
banyak sekali.
2. Diberi atobiotika.
e. Missed abortion
No Intervensi Rasional
Kaji kondisi nyeri Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
1.
yang dialami klien dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
Terangkan nyeri yang
Meningkatkan koping klien dalam melakukan
2. diderita klien
guidance mengatasi nyeri
dan penyebabnya
Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
Kolaborasi dilakukan dengan pemberian analgetika oral
3.
pemberian analgetika maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik
3. Cemas b.d kurang pengetahuan tentang abortus
Tujuan : Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit
meningkat
Kriteria hasil: RR dalam rentan normal, klien tidak gelisah
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat pengetahuan/persepsi Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
klien dan keluarga terhadap penyakit peningkatan rasa cemas
2 Kaji derajat kecemasan yang dialami Kecemasan yang tinggi dapat
Klien menyebabkan penurunan
penialaian objektif klien tentang
penyakit
3 Bantu klien mengidentifikasi Pelibatan klien secara aktif dalam
penyebab kecemasan tindakan keperawatan merupakan
support yang mungkin berguna
bagi klien dan meningkatkan
kesadaran diri klien
4 Asistensi klien menentukan tujuan Peningkatan nilai objektif terhadap
perawatan bersama masalah berkontibusi menurunkan
kecemasan
5 Terangkan hal-hal seputar aborsi yang Konseling bagi klien sangat
perlu diketahui oleh klien dan diperlukan bagi klien untuk
keluarga meningkatkan pengetahuan dan
membangun support system
keluarga; untuk mengurangi
kecemasan klien dan keluarga.
4. Berduka bd kehilangan
Tujuan : Dalam perawatan 1x24 jam, klien dapat mengatasi rasa berdukanya
Kriteria Hasil: Klien tidak marah, menangis, dan menyesali rasa berduka terlalu
larut.
No Intervensi Rasional
1. Kembangkan hubungan saling percaya Rasa percaya merupakan dasar
dengan pasien. Perlihatkan empati dan untuk suatu kebutuhan yang
perhatian. Jujur dan tepati semua janji. terapeutik
2. Perlihatkan sikap menerima dan Sikap menerima menunjukkan
membolehkan pasien untuk kepada pasien bahwa anda yakin
mengekspresikan perasaannya secara bahwa ia merupakan seseorang
terbuka. pribadi yang bermakna. Rasa
percaya meningkat.
3 Bantu pasien untuk mengerti bahwa Pengetahuan tentang perasaan-
perasaan seperti rasa bersalah dan marah perasaan yang
terhadap konsep kehilangan adalah wajar yang berhubungan dengan
perasaan yang wajar dan dapat berduka yang normal dapat
diterima selama proses berduka. menolong mengurangi beberapa
perasaan bersalah menyebabkan
timbulnya respon-respon ini.
No Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan umum pasien Untuk memonitor kondisi pasien
selama perawatan terutama saat
terjadi perdarahan. Perawat segera
mengetahui tanda-tanda presyok
/syok
2. Observasi vital sign setiap 3 jam atau Perawat perlu terus mengobaservasi
lebih vital sign untuk memastikan tidak
terjadi presyok / syok.
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga Dengan melibatkan pasien dan
tanda perdarahan, dan segera laporkan keluarga maka tanda-tanda
jika terjadi perdarahan perdarahan dapat segera diketahui dan
tindakan yang cepat dan tepat dapat
segera diberikan.
4. Kolaborasi : Pemberian cairan Cairan intravena diperlukan untuk
intravena mengatasi kehilangan cairan tubuh
secara hebat.
5. Kaji tanda-tanda dehidrasi Dehidrasi merupakan salah satu tanda
syok hipovolemik
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
Diketahui bahwa sekitar 80% kunjungan pernafasan pasien ke dokter
merupakan gabguan berulang yang menjurus pada kelainan alergi
Ditemukan bahwa zat yang paling sring menyebabkan alergi adalah serbuk
tanaman, jenis rumput tertentu, jenis pohon yang berkulit halus dan tipis,
serbuk spora, penisilin, seafood, telur, kacang panjang, kacang tanah, kacang
kedelai dan kacang-kacangan lainnya, susu, jagung dan tepung jagung,
sengatan insekta, bulu binatang, kecoa, debu, dam kutu
3.2 Saran
Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk dapat terus meningkatkan
pendidikan kesehatan berupa penyuluhan kepada masyarakat dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan khususnya mengenai alergi
Bagi masyarakat khusunya penderita alergi dapat dengan rutin dan rajin
mengikuti terapi pengobatan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan dengan
harapan dapat segera menanggulangi alergi yang terjadi
Daftar Pustaka
Prawirohardjo, sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka
http://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-kehilangan-dan-berduka/.