You are on page 1of 15

Mengenal Tokoh Pemuka Tasawuf

(Imam Junaid, Imam As Syadzily, Imam al Jilany


dan Imam al Ghazali)

Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Aswaja

Dosen Pengampu:
Akhmad Fauzi, M.Pd.I

Disusun oleh:
Abdiani Luthfiana Ulya
Syuria M. Purap

INSTITUT K.H. ABDUL CHALIM


FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
Pacet, Mojokerto
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas rahmat dan
hidayahnya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat sehingga dapat
diselesaikan makalah dengan judul “Mengenal Tokoh Pemuka Tasawuf (Imam Junaid,
Imam As Syadzily, Imam al Jilany dan Imam al Ghazali)”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Media Pembelajaran.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dosen Pengampu, Akhmad Fauzy,


M.Pd.I , yang telah memberikan arahan dalam penyusunan makalah serta didukung oleh
rekan satu kelompok sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diperlukan untuk kemajuan
selanjutnya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Rumusan ................................................................................................................ 1

C. Tujuan .................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 2

A. Imam Junaid ........................................................................................................... 2

B. Imam Al Ghazali .................................................................................................... 4

C. Imam Al Syadzili ................................................................................................... 7

D. Imam Al Jilani........................................................................................................ 9

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 11

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 11

B. Saran .................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu aspek dalam Islam yang merupakan usaha yang
dilakukan manusia untuk membersihkan dan menyucikan diri, memerangi hawa
nafsu, dan upaya mencari jalan kesucian dengan makrifat. Semua upaya ini
dilakukan dengan tujuan untuk mendekatkan diri dan mencapai keridaan Allah Swt.

Sedangkan disamping itu ada istilah sufi. Sufi merupakan orang yang
melakukan tasawuf dengan memfungsikan akalnya. Implementasi sifat sufi telah ada
pada masa sebelum Islam. Istilah ini digunakan bagi mereka yang menjalani
kesalehan dan keutamaan, zuhud, dan menjalani riyadhah.

Dalam perjalanan tasawuf, terdapat tokoh-tokoh tasawuf yang berkontribusi


dalam perjalanan tasawuf. Makalah ini menyajikan ringkasan mengenai beberapa
tokoh tasawuf dengan disertai pemikiran dan karya-karyanya. Ringkasan ini
diharapkan dapat berperan sebagai salah satu pendukung bagi para mahasiswa
jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah untuk menuju pemenuhan tuntutan
profesionalisme guru nantinya

B. Rumusan
Dari latar belakang penulisan makalah di atas, rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana biografi dari masing-masing tokoh pemuka tasawuf?


2. Bagaimana pemikiran dari masing-masing tokoh pemuka tasawuf?
3. Bagaimana karya dari masing-masing tokoh pemuka tasawuf?

C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan
penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut.

1. Mengetahui biografi masing-masing tokoh pemuka tasawuf


2. Mengetahui pemikiran masing-masing tokoh pemuka tasawuf
3. Mengetahui karya dari masing-masing tokoh pemuka tasawuf

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Imam Junaid

1. Biografi
Imam Junaid memiliki nama lengkap Abul Qosim Al-Junaid bin
Muhammad bin al-Junaid al-Khazzaz Al Nahawandi al-Baghdadi1, akan tetapi
beliau lebih dikenal dengan nama Junaid Al-Baghdadi. Julukan itu karena ia
merupakan tokoh sufi yang berpengaruh besar di Baghdad. Imam Junaid lahir di
Kota Nihawand, Persia. Namun keluarganya bermukim di kota Baghdad. Ia
lahir, tumbuh dan wafat (297H/910M) di Baghdad tanpa diketahui secara pasti
tahun kelahirannya. Di Baghdad ia belajar hukum Islam menurut mazhab Imam
Syafi’i dan akhirnya ia menjadi qadi di Baghdad. Lalu kemudian dia menganut
mazhab Abu Tsawr. Imam Junaid lahir dari seorang ibu yang masih saudara
kandung dengan tokoh sufi lainnnya yang bernama Sarri Al-Saqathi dan
seorang ayah yang berprofesi sebagai pedagang pecah belah.2 Sedangkan ia
adalah seorang pedagang kain sutera.
Imam Junaid berguru kepada paman dari ibunya, Sarri Al-Saqathi dan
tokoh sufi terkemuka yaitu Harits Al-Muhasibi. Ia adalah anak yang cerdas
dengan intelektual tinggi dan seorang ahli perniagaan. Dia menjadi sumber
inspirasi al-Muhasibi dalam menyusun karangan di bidang tasawuf. Al-
Muhasibi sering meminta al-Junaid untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan
seputar tasawuf dan selanjutnya dijadikan materi kajian dalam kitab yang akan
dikarangnya. Namun waktu yang beliau gunakan untuk berniaga sering
disingkatkan karena beliau lebih mengutamakan pengajian bagi para muridnya.
Al-Junaid disepakati sebagai ulama yang mazhabnya diterima semua
kalangan dan menyandang gelar Syaikh at-Tha’ifah as Sufiyyah wa Sayyiduha
(Tuan Guru dan pemimpin kaum sufi). Menurut sejarawan sebagian ulama, ada
empat faktor yang mengantarkan ajaran al-Junaid menjadi acuan dan standar
dalam tasawuf Ahlussunnah wal Jama’ah. Keempat faktor tersebut antara lain:

1
Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Aswaja, Surabaya: Aswaja NU Center
PWNU Jawa Timur, 2016, hlm. 303
2
Ahmad Bangun Nasution, Akhlak Aswaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 208

2
konsistensi terhadap al-Kitab dan Sunnah; konsistensi terhadap syariat;
kebersihan dalam akidah; dan ajaran tasawuf yang moderat.3 Kebenaran empat
faktor di atas dapat dilihat dari berbagai riwayat perjalanan tasawufnya.

2. Pemikiran dan Ajaran


Ajaran tasawuf Al-Junaid merupakan tasawuf yang moderat. Dalam hal ini,
al-Junaid berpendapat bahwa orang yang baik bukanlah orang yang
berkonsentrasi melakukan ibadah saja, namun juga yang ikut berperan aktif
dalam memberi kemanfaatan kepada sesama. Beberapa pemikiran yang
dikembangkan oleh Al- Junaid diantaranya adalah:
a. Seseorang yang telah memahami ilmu tasawuf dan sebagai seorang sufi
harus berbudi pekerti baik dan meninggalkan hal buruk
b. Ajaran tasawuf adalah ajaran yang dapat memurnikan hati dan
hubungannya dengan makhluk lain
c. Seorang sufi harus dapat melaksanakan tiga rukun amal, yaitu:
Mengalihkan perhatian dari urusan dunia kepada urusan akhirat masih
muda, uzlah lebih sulit, mengekang hawa nafsu untuk dapat tenggelam
bersama Allah jauh lebih sulit
d. Arti tauhid menurut Junaid adalah: “mengesakan Allah dengan
sesempurna ke-Esa-an, bahwa Allah Maha Esa yang tidak beranak dan
diperanakkan, tidak terbilang dan tidak tersusun, tidak ada yang serupa
dengan dia dan tidak pula menyerupai sesuatu, dia Maha Mendengar dan
Maha Melihat”.4

3. Karya-Karya

Menurut Al-Sarraj, Al- Junaid pernah menulis kitab yang berjudul Al-
Munajat dan Shar Shathiyat Abi Yazid Al-bistami. Juga terdapat bukunya yang
berjudul Tashih Ai-Iradhah dan Al Rasa’il. Al-Rasail selain berisi surat-surat
Al-Junaid yang dikirimkan kepada para sahabatnya juga memuat ajaran Al-

3
Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Aswaja, Surabaya: Aswaja NU Center
PWNU Jawa Timur, 2016, hlm. 304
4
Ahmad Bangun Nasution, Akhlak Aswaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 212-213

3
Junaid sendiri berupa tulisan para muridnya ketika menerima pelajaran. Selain
itu ada juga Dawa Al-Tafit. Buku itu tersimpan di Birmingham, Inggris.

B. Imam Al Ghazali

1. Biografi

Al-Ghazali yang nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin


Muhammad bin Muhammad bin Ta’us Ath-Thusi Asy-Syafi’i Al Ghazali. Ia
dipanggil al-Ghazali karena dilahirkan di kamupung Ghazlah, salah satu kota di
Khurasan (Persia) pada pertengahan abad kelima Hijriyah (450 H/1058 M). Ia
adalah salah seorang pemikir besar Islam yang dianugerahi gelar Hujjatul
Islam (bukti kebenaran agama Islam) dan zain ad-din (perhiasan agama). Al-
Ghazali meninggal di kota kelahirannya, Ghazlah pada tanggal 14 Jumadil
Akhir 505 H (19 Desember 1111 M).
Sang ayah wafat ketika al-Ghazali dan saudara kandungnya, Ahmad, masih
dalam usia anak-anak. Ketika hendak wafat, sang ayah berwasiat kepada
salah seorang teman dekatnya dari ahli sufi untuk mendidik dan
membesarkan kedua anaknya tersebut. Ia berkata kepadanya:
“Aku menyesal sekali karena aku tidak belajar menulis, aku berharap
mendapatkan apa yang tidak kudapatkan itu melalui dua putraku ini.”5
Sang sufi pun menjalankan amanatnya dengan cara mendidik dan
mengajar keduanya sampai hartanya habis dan sufi itu tidak mampu lagi
memberi makan. Lalu ia pun menitipkan keduanya pada pengelola madrasah.
Disana ia Al-Ghazali mempelajari ilmu fiqih kepada Ahmad bin Muhammad
Ar-Rizkani. Kemudian Al-Ghazali memasuki sekolah tinggi Nizhamiyah di
Naisabur, dan disinilah ia berguru kepada Imam Haramain (Al-Juwaini, wafat
478H/1086M) hingga menguasai ilmu manthiq, ilmu kalam, fiqh-ushul fiqh,
filsafat, tasawuf, dan retorika perdebatan.6 Selain itu ia juga belajar teori

5
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hlm.242
6
Sholihin, Ilmu Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm. 136

4
tasawuf kepada Yusuf An-Nasaj yang kemudian berlatih dan
mempraktikannya.
Sepeninggal Imam Haramain (478H/1086M), Al-Ghazali pergi ke
Baghdad, tempat berkuasanya Perdana Menteri Nizham Al-Muluk
(w.485H/1091M) dan banyak diselenggarakan perdebatan. Disana, Al-Ghazali
sering mengalahkan perdebatan dengan ulama ternama sehingga ia menjadi
masyur di kerajaan Saljuk. Kemudian Nizham Al-Muluk memilihnya menjadi
guru besar di Universitas Nizhamiyah, Baghdad pada 483H/1090M. Namun
dengan aktifitasnya tersebut ia belum mendapatkan kepuasan batin sehingga ia
melepaskan jabatannya dan pergi ke Syiria, Paestina dan kemudian ke Mekah
untuk mencari kebenaran. Setelah memperoleh kebenaran hakiki, tak lama
kemudian ia menghembuskan nafasnya yang terakhir di Thus pada
505H/1111M.7 Al-Ghazali wafat dengan meninggalkan banyak karya yang
dibuatnya.

2. Pemikiran dan Ajaran

Al-Ghazali, setelah melalui pengembaraannya mencari kebenaran


akhirnya memilih jalan tasawuf. Menurutnya, para sufilah pencari kebenaran
yang paling hakiki. Lebih jauh lagi, menurutnya, jalan para sufi adalah
paduan ilmu dengan amal, sementara sebagai buahnya adalah moralitas. Juga
tampak olehnya, bahwa mempelajari ilmu para sufi lewat karya-karya
mereka ternyata lebih mudah daripada mengamalkannya.

Dengan demikian, menurutnya satu-satunya pengetahuan yang


menimbulkan keyakinan akan kebenaran bagi Al-Ghazali adalah pengetahuan
yang diperoleh secara langsung dari Tuhan dengan tasawuf. Beliau menolak
ajaran Ibnu Araby dan Al-Hallaj tentang Hulul atau Wahdatul Wujud.
Kemudian memurnikan kembali pada tauhid yang benar, yang berpangkal pada
sunah Rasul Saw. Beberapa ajaran AL-Ghazali antara lain adalah sebagai
berikut.

7
Ibid, hlm.137

5
a. Dengan ilmu kalam saya dapat mengatakan bahwa Allah itu ada, tetapi
adanya Allah itu tidak saya rasa
b. Allah itu hendaknya terasa, bukan terpikir
c. Dalami dahulu rasa tauhid atas dasar Laa illaahaillallah menurut Al-
Quran dan Hadits, jika tidak engkau akan tersesat dalam wahdatul
wujud.
d. Dengan tauhid menimbulkan iman, dengan taat menjalankan syariat
terlihatlah cinta Allah dan Rasul. Maka siapa tidak bertauhid maka ia
tidak beriman.
e. Jangan pedulikan keadaan dunia, terimalah takdir Allah dengan sabar
dan tahankanlah penderitaan, kedhaliman raja- raja, karena itu adalah
cobaan.

3. Karya-Karya
Karya-karya yang ditinggalkan Al-Ghazali menunjukkan keistimewaannya
sebagai pengarang yang produktif. Diperkirakan karyanya mencapai 300 kitab 8,
diantaranya ialah:
a. Maqhasid al-falasifah (tujuan para filusuf), sebagai karangan yang
pertama dan berisi masalah-masalah filsafah
b. Tahaful al-falasifah (kekacauan pikiran para filusuf) buku ini dikarang
sewaktu berada di Baghdad dikala jiwanya dilanda keragu-raguan
c. Miyar al-Ilmi/Miyar Almi (kriteria ilmu-ilmu)
d. Ihya’ Ulumuddin (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama). Kitab ini
merupakan karya nya yang terbesar selama beberapa tahun,dalam
keadaan berpindah-pindah antar Damaskus,Yerusalem,Hijaz, dan Thus
yang berisi panduan fiqih ,tasawuf, dan filsafat
e. Al- munqiz min al-dhalal (penyelamat dari kesesatan) kitab ini
merupakan sejarah perkembangan alam pikiran al- Ghazali sendiri dan
merefleksikan sikapnya terhadap beberapa macam ilmu serta jalan
mencai Tuhan
f. Al –Ma’arif al-Aqliyah (pengetahuan yang rasional)

8
Ahmad Bangun Nasution, Akhlak Aswaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 165

6
g. Miskyat al-Anwar (lampu yang bersinar), kitab ini berisi pembahasan
tentang akhlak dan tasawuf
h. Minhaj al-Abidin (jalan mengabdikan diri kepada Tuhan)
i. Al iqtishad fi al-I’tiqod (modernisasi dalam akida)
j. Ayyuha al walad
k. Al- Musytasyfa
l. Ilham al-Awwam an-Ilmal kalam
m. Mizan al-amal
n. Akhlak al abros wa annajah min al asyhar (akhlak orang-orang baik
dan keselamatan dari kejahatan
o. Assar Ilmu Addin(rahasia ilmu agama)
p. Al- washit (yang pertengahan)
q. Al-wajiz(yang ringkas)
r. Az-zariyah ilaa’makarim asy syahi’ah (jalan menuju syariat yang
mulia)
s. Al- hibr al-masbuq fi nashiho al-mutuk (barang logam mulia uraian
tentang nasihat kepada raja)
t. Al- mankhul minta’liqoh al-ushul (pilihan yang tersaing dari noda-
noda ushul fiqh)
u. Syifa al qolil fibayan alsyaban wa al mukhil wa masalik at ta’wil (obat
oranng dengki penjelasan tentang hal-hal samar serta cara-cara
penglihatan)
v. Tarbiyatul aulad fi islam (pendidikan anak didalam islam)
w. Tahzib al-ushul(elaborasi terhadap ilmu ushul fiqih
x. Al-ikhtishos fi al’itishod (kesederhanaan dalam beri’tiqod)
y. Yaaqut at ta’wil (permata ta’wil dalam menafsirkan Al-Qur’an

C. Imam Al Syadzili
1. Biografi
Nama lengkap Syekh Abu Hasan al-Syadzili (593 H/1197M - 656 H/1258
M) adalah Abu Hasan al-Syadzili al-Hasani bin Abdullah Abdul Jabbar bin

7
Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay bin Yusuf bin Yusya’ bin Ward bin
Baththal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Zainal Arifin bin Hasan bin Ali
bin Abi Thalib r.a dan bin Fatimah al-Zahra’binti Rasulullah saw.
As Syadzili dilahirkan di desa Ghumara, dekat Ceuta di Utara Maroko
pada tahun 573 H dan wafat pada 656H/1258 M, di Humaithra, dekat pantai
Laut Merah dalam perjalanan pulang dari ibadah haji. Beliau adalah ulama
besar di Maghribi yang telah mempelajari dan menghafal kitab Ihya’ Ulum al-
Din karya al-Ghazali dan juga murid dari Syaikh Abd. Al-Qadir al-Jilani.
Sehingga Syekh Abu Hasan al-Syadzili adalah seorang Wali Quthub dan Imam
al-Auliya. Kebesaran nama Abu Hasan al-Syadzili dan karamahnya menjadi
cikal bakal Tarekat Syadzilliyah yang memiliki yang memiliki banyak pengikut
di negara-negara berpenduduk muslim, termasuk lndonesia.9
Tarekat Syadziliyah adalah aliran spiritual yang menekankan pentingnya
riyadhah al-quluh atau olah hati pada setiap individu melalui zikir sirri (batin)
dan beberapa wirid serta hizib gubahan Syekh al-Syadzili (hizib adalah
kumpulan ayat-ayat Al-Quran, zikir, doa, dan shalawat yang disusun untuk
diamalkan dengan membacanya oleh pengikut tarekat). Manfaat dan kegunaan
wirid, doa, dan hizib yang digubah Syekh Abu Hasan al-Syadzili serta
keberkahannya yang sudah dirasakan oleh banyak pengikutnya, semakin
menambah kebesaran nama Syekh al-Syadzili dan Tarekatnya.

2. Pemikiran dan Ajaran

Al-Syadzili sangat menekankan ajaran tasawuf yang moderat, yaitu


seimbang antara mendekatkan diri kepada Allah dan juga pengabdian kepada
masyarakat untuk kemaslahatan umat. Al-Syadzili juga merupakan sufi yang
berpandangan bahwa dunia itu hina, namun tidak ada larangan untuk mencari
harta. Seseorang yang memiliki banyak harta dan dia tidak fokus pada harta
orang tersebut disebut zahid. Pemahaman ini terimplementasikan pada tarekat
yang dipimpinnya yang menurut Annemari Schimmel tarekat ini mempunyai
pendekatan pragmatis untuk kenyamanan duniawi. Yaitu al Syadzili mendorong

9
Sa’adatul Jannah, Tarekat Syadziliyah dan Hizbnya, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011, hlm.
12-13

8
para salik agar tetap mencari kekayaan, tapi jangan sampai melalaikan Tuhan.
Dasar pemikiran Al-Syadzili yaitu seseorang yang ingin mendalami ajaran
tasawuf harus mendalami syari’ah terlebihi dahulu.

Melalui tarekat Syadziliyah, al Zyadzili merealisasikan ajarannya. Para


tokohnya tidak hanya memusatkan perhatian pada pengajaran dan praktik
tasawuf tetapi juga terhadap masalah-masalah akidah dan hukum Islam.
3. Karya-Karya

Berikut ini adalah beberapa karya dari Imam Al-Syadzili.

a. Majmu’atul Ahzab (kumpulan Hizib-Wirid)


b. Mafakhirul Aliyah
c. Al Amin
d. As Sirrul Jalil fi Khawashi Hasbunallah Wa Ni’mal Wakil
e. Hizbus Syadzili (partai terkenal di Afrika)
f. Karomah Sayyidi Syekh Imam Abul Hasan Ali Asy Syadzili

D. Imam Al Jilani
1. Biografi

Imam Jailani memiliki nama lengkap Muhyi al Din Abu Muhammad Abdul
Qadir ibn Abi shalih Al-Jailani. Ia lahir di Jailan Iran, selatan Laut Kaspia pada
2 Ramadhan 470H/1077 M sehingga di akhir nama beliau ditambahkan kata al-
Jailani atai al Kailani. Silsilah Syaikh Abdul Qodir bersumber dari Khalifah
Sayyid Ali al-Murtadha r.a, melalui ayahnya sepanjang 14 generasi dan melalui
ibunya sepanjang 12 generasi. Syaikh Sayyid Abdurrahman Jamirah
memberikan komentar mengenai asal usul al- Ghauts al-A’zham ra. Sebagai
berikut: “Ia adalah seorang Sultan yang agung, yang dikenal sebagai al Ghauts
al- A’zham. Ia mendapat gelar sayid dari silsilah kedua oragn tuanya, Hasani
dari sang ayah dan Husaini dari sang ibu”.10

10
Ahmad Bangun Nasution, Akhlak Aswaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013, hlm. 169

9
Masa mudanya pada usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju
Baghdad pada 488H/1095 M. Di Baghdad ia beliau belajar kepada beberapa
orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein al-Farra’ dan juga
Abu Sa’ad al Muharrimi. Beliau menimba ilmu pada ulama-ulama tersebut
hingga mampu menguasai ilmu ushul dan juga perbedaan pendapat para ulama.
Sehingga dengan kemampuannya itu, Abu Sa’ad al Mukharrimi
menyerahkan pengelolaan sekolah yang didirikannya kepada Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani. Ia mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh dan
bermukim disana. Banyak orang yang bersimpati pada beliau yang lalu datang
menimba ilmu di sekolah beliau hingga sekolah tersebut tidak dapat
menampung lagi.

2. Pemikiran dan Ajaran

Beliau seorang Imam bermazhab Hambali. Menjadi guru besar mazhab ini
pada masa hidupnya. Beliau adalah seorang alim yang berakidah ahlus sunnah
mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki karamah-karamah.
Namun banyak pula orang yang membuat kedustaan atas nama beliau.
Kedustaan itu baik berupa kisah, perkataan, ajaran, “thariqah” yang berbeda
dengan jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabatnya dan
lainnya.11 Beberapa pemikiran Al-Jilani, misalnya ia berpendadpat bahwa
seorang sufi adalah mereka yang selalu berusaha menyucikan zahir batinnya
dengan tidak meninggalkan ajaran Al-Quran dan hadits. Sedangkan tasawuf
adalah senantiasa berperilaku benar dan jujur dalam kebajikan, dan berperilaku
baik kepada semua makhluk.

Al-Jilani memiliki pemikiran yang berbeda dengan pandangan Jabbariyah


dan Qodariyah. Menurutnya, perbuatan hamba itu adalah ciptaan Allah. Namun
bukan berarti Allah Swt

11
Ibid, hlm. 170-171

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam tasawuf berkaitan dengan sufisme. Berbagai aliran sufi dalam tasawuf
berasal dari beberapa tokoh yang muncul pada masanya dengan ajaran dan paham
tasawuf yang dibawanya. Tasawuf dilakukan dengan jalan menyucikan hati untuk
mendekatkan diri kepada Allah dengan cara yang di yakini masing-masing sehingga
menimbulkan berbagai pendapat dan bentuk paham tasawuf.

Banyak muncul tokoh-tokoh tasawuf dengan paham dan alirannya masing-


masing, namun karena bermacam paham, tidak semuanya tidak menyimpang dari
syariat dan ajaran Islam murni yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits. Dalam
ahlussunnah wal jamaah terdapat beberapa tokoh yang paham dan ajaran tasawufnya
sesuai atau tidak menyimpang, misalnya tasawuf yang diajarkan oleh Imam Al-
Junaid dan Imam Al Ghazali.

B. Saran
Setelah dipaparkan makalah tentang pengenalan beberapa tokoh tasawuf,
diharapkan mahasiswa lebih memahami beberapa tokoh tasawuf beserta
pahamnya. Dalam pembuatan makalah, penulis menemukan kesulitan dalam
mensinkronkan materi dari berbagai sumber. Sehingga hal ini dapat dijadikan
pertimbangan untuk penulis berikutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia

Nasution, Ahmad Bangun. 2013. Akhlak Tasawuf. Depok: Rajagrafindo Persada.

Solihin,M & Anwar, Rosihon. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia

Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur. 2016. Khazanah Aswaja. Surabaya:

Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur

12

You might also like