You are on page 1of 13

a.

Definisi Menopause
Menoupase didefinisikan oleh WHO sebagai penghentian menstruasi secara
permanen akibat hilangnya aktivitas folikular ovarium. Setelah 12 bulan amenorea
berturut-turut, periode menstruasi terakhir secara retrospektif ditetapkan sebagai saat
menopause (Kuncara, 2007).
Menurut Prawirohardjo (2008), menopause merupakan suatu akhir proses biologis
dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan hormon estrogen yang dihasilkan
ovarium. Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah sekitar umur 50
tahun.
Batasan Usia Menopause Ratna (2014) menemukan bahwa usia wanita menopause
terbanyak adalah umur 45-54 tahun (73,1%) dengan usia rata-rata yaitu 50 tahun.
Menurut Prawirohardjo (2008), menopause mulai pada umur 50-51 tahun dengan usia
menopause yang relatif sama antara di Indonesia maupun negara-negara Barat dan Asia
yaitu sekitar 50 tahun. Perempuan biasanya mengalami menopause pada usia 40-58
tahun, dengan usia rata-rata menjadi 51 tahun (Kasdu, 2002). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa usia rata-rata menopause adalah 50 tahun.

b. Fase Klimakterium
Menurut Sastrawinata (2004), klimakterium merupakan masa peralihan antara masa
reproduksi dan masa senium. Bagian klimakterium sebelum menopause disebut
pramenopause dan bagian sesudah menopause disebut pascamenopause. Klimakterium
bukan suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa peralihan yang normal. Fase
Klimakterium terbagi dalam beberapa fase:
a. Pramenopause Yaitu masa 4-5 tahun sebelum menopause, sekitar usia 40 tahun
dengan dimulainya siklus haid yang tidak teratur, memanjang, sedikit, atau banyak,
yang kadang-kadang disertai dengan rasa 15 nyeri. Pada wanita tertentu telah muncul
keluhan vasomotorik atau keluhan sindroma prahaid. Dari hasil analisis hormonal
dapat ditemukan kadar FSH dan estrogen yang tinggi atau normal. Kadar FSH yang
tinggi dapat mengakibatkan terjadinya stimulasi ovarium yang berlebihan sehingga
kadang-kadang dijumpai kadar estrogen yang sangat tinggi. Keluhan yang muncul
pada fase pramenopause ini ternyata dapat terjadi baik pada keadaan sistem hormon
yang normal maupun tinggi.
b. Menopause Setelah memasuki usia menopause selalu ditemukan kadar FSH yang
tinggi (>35 mIU/ml). Pada awal menopause kadangkadang kadar estrogen rendah.
Pada wanita gemuk, kadar estrogen biasanya tinggi. Bila seorang wanita tidak haid
selama 12 bulan dan dijumpai kadar FSH >35 mIU/ml dan kadar estradiol
c. Pascamenopause Yaitu masa 3-5 tahun setelah menopause. Pasca menopause
adalah masa setelah menopause sampai senium yang dimulai setelah 12 bulan
amenorea. Kadar FSH dan LH sangat tinggi (>35 mIU/ml) dan kadar estrodiol yang
rendah mengakibatkan endometrium menjadi atropi sehingga haid tidak mungkin
terjadi lagi. Namun, pada wanita yang gemuk masih dapat ditemukan kadar estradiol
yang tinggi. Hampir semua wanita 16 pasca menopause umumnya telah mengalami
berbagai macam keluhan yang diakibatkan oleh rendahnya kadar estrogen.
d. Senium Yaitu masa sesudah pascamenopause, ketika telah tercapai keseimbangan
baru dalam kehidupan wanita, sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun
psikis.

c. Fisiologi Menopause
Pada usia 40-50 tahun, siklus seksual biasanya menjadi tidak teratur, dan ovulasi
sering tidak terjadi. Sesudah beberapa bulan sampai beberapa tahun, siklus terhenti sama
sekali. Periode ketika siklus terhenti dan hormon-hormon kelamin wanita menghilang
dengan cepat sampai hampir tidak ada disebut sebagai menopause.
Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium. Sepanjang
kehidupan seksual seorang wanita, kira-kira 400 folikel 17 primordial tumbuh menjadi
folikel matang dan berovulasi, dan beratus-ratus dari ribuan ovum berdegenerasi. Pada
usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel-folikel primordial yang akan
dirangsang oleh FSH dan LH, dan produksi estrogen dari ovarium berkurang sewaktu
jumlah folikel primordial mencapai nol. Ketika produksi estrogen turun di bawah nilai kritis,
estrogen tidak lagi menghambat produksi gonadotropin FSH dan LH. Sebaliknya,
gonadotropin FSH dan LH (terutama FSH) diproduksi sesudah menopause dalam jumlah
besar dan kontinu, tetapi ketika folikel primordial yang tersisa menjadi atretik, produksi
estrogen oleh ovarium turun secara nyata menjadi nol (Guyton, 2011).
Bertolak belakang dengan keyakinan umum, kadar estrogen perempuan sering
relatif stabil atau bahkan meningkat di masa pramenopause. Kadar itu tidak berkurang
selama kurang dari satu tahun sebelum periode menstruasi terakhir. Sebelum
menopause, estrogen utama yang dihasilkan tubuh seorang wanita adalah estradiol.
Namun selama masa pramenopause, tubuh wanita mulai menghasilkan lebih banyak
estrogen dari jenis yang berbeda, yang dinamakan estron, yang dihasilkan di dalam
indung telur maupun dalam lemak tubuh. Kadar testosteron biasanya tidak turun secara
nyata selama pramenopause. Kenyataannya, indung telur pascamenopause dari
kebanyakan wanita mengeluarkan testosterone lebih banyak daripada indung telur
pramenopause. (Wijayanti, 2009).
Menurut Fritz (2010), kadar estradiol serum pada wanita pasca menopause sekitar
10-20pg/mL dan sebagian besar merupakan hasil konversi estron, yang diperoleh dari
konversi perifer androstenedion. Kadar estrogen pada wanita menopause sangat
bergantung dari konversi androstenedion dan testosteron menjadi estrogen. Sebuah
penelitian di Australia menemukan bahwa kadar testosteron dalam sirkulasi tidak berubah
sejak 5 tahun sebelum menopause hingga 7 tahun setelah menopause. Androstenedion
adalah androgen utama yang dikeluarkan oleh folikel yang sedang berkembang. Dengan
terhentinya perkembangan folikuler pada wanita pascamenopause, kadar androstenedion
turun 50%. Setelah menopause, hanya 20% androstenedion yang disekresi oleh ovarium.
Dehidroepiandrosteron (DHEA) dan dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) terutama
dihasilkan oleh kelenjar adrenal ( < 25% oleh ovarium). Dengan penuaan, produksi DHEA
turun 60% dan DHEAS turun 80%. Berat badan memiliki korelasi yang positif dengan
kadar estron dan estradiol di sirkulasi dengan adanya konversi androstenedion menjadi
estrogen, namun dengan penuaan, kontribusi adrenal sebagai prekursor produksi
estrogen menjadi tidak adekuat.

d. Perubahan Fisik pada Menopause


Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:
a. Ketidakteraturan Siklus Haid Setiap wanita akan mulai mengalami siklus haid
yang tidak teratur, dapat menjadi lebih panjang atau lebih pendek sampai akhirnya
berhenti. Terdapat perdarahan yang datangnya tidak teratur dalam rentang
beberapa bulan kemudian berhenti sama sekali.
ii. Gejolak Rasa Panas (hot flushes) Terdapat sekitar 40% wanita mengeluh bahwa siklus
haidnya tidak teratur. Keadaan ini meningkat sampai 60% pada waktu 1- 2 tahun menjelang
haid berhenti total atau menopause. Rasa panas ini sering disertai dengan warna kemerahan
pada kulit dan berkeringat.
iii. Kekeringan Vagina Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali
mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang
vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, liang
senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, menahan kencing
terutama pada saat batuk, bersin, tertawa dan orgasme.
iv. Menurunnya gairah seks Wanita mengalami penurunan dalam kadar testosteron mereka
selama pra menopause ini dapat mengakibatkan hilangnya hasrat seksual. Tapi bagi sebagian
wanita masalah libido terkait dengan kurangnya hormon estrogen atau menipisnya jaringan
vagina. (Baziad, 2003 ; Kasdu, 2002 ; Northrup, 2006 ; Wijayanti, 2009)
Siklus Respon Seksual Normal Siklus respon seksual yang normal, merupakan suatu rangkaian
proses yang dialami oleh setiap orang, baik perempuan maupun laki-laki pada saat melakukan
hubungan seksual dengan pasangannya. Hal ini terjadi secara alamiah dan terdiri atas 4 tahap
atau fase, yaitu :
i. Fase gairah atau minat, yaitu timbulnya keinginan atau minat atau gairah untuk melakukan
atau ikut serta dalam aktivitas seksual. Keinginan atau gairah tersebut dapat timbul dari dalam
diri atau hasil rangsangan dari luar atau orang lain. Yang berasal dari diri sendiri adalah karena
peran hormon (androgen dan estrogen), adanya motivasi serta harapan.
ii. Fase terangsang (arousal), yaitu terdapatnya perasaan khas berupa ingin atau berhasrat
melakukan hubungan seksual atau bersenggama, yang ditengarai oleh timbulnya cairan pada
vagina (disebut sebagai lubrikasi).
iii. Fase orgasme, yaitu tercapainya puncak dari siklus respon seksual setelah perangsangan
yang memadai. Yang terjadi adalah adanya perubahan kesadaran selama beberapa detik
hingga menit, disertai menegangnya otot-otot tubuh, antara lain vagina, otot-otot dasar panggul,
dan hampir semua otot tubuh. Orgasme dapat terjadi pada orgasme klitoris dan orgasme otot-
otot dasar panggul karena penekanan pada G-spot.
iv. Fase resolusi, yaitu kembalinya secara alamiah semua organ dan bagian tubuh yang tadi
berperan dalam siklus respon seksual kepada keadaan semula. (Elvira, 2006)
Perubahan Fungsi Seksual pada Menopause
Akibat kekurangan hormon estrogen, aliran darah ke vagina berkurang dan sel-sel epitel vagina
menjadi tipis dan mudah menjadi cedera. Penelitian membuktikan bahwa kadar estrogen yang
cukup merupakan faktor terpenting untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah vagina
dari kekeringan sehingga tidak menimbulkan nyeri saat senggama (Baziad, 2003).
Gejala pada vagina dikarenakan vagina yang menjadi atropi sehingga lebih tipis, lebih kering,
dan kurang elastis berkaitan dengan turunnya kadar hormon estrogen. Gejalanya adalah kering
dan gatal pada vagina atau iritasi dan atau nyeri saat bersenggama. Nyeri senggama akan
semakin buruk jika hubungan seks jarang dilakukan. Wanita yang mengeluh aktivitas
seksualnya menurun, penyebabnya kemungkinan oleh pasangan itu sendiri karena libido
dipengaruhi banyak faktor seperti ,perasaan, lingkungan dan hormonal. Selain itu, penurunan
kadar estrogen menyebabkan kekeringan pada vagina sehingga berhubungan seksual menjadi
tidak nyaman dan sakit. Beberapa wanita mengalami perubahan gairah seksual akibat rasa
rendah diri karena perubahan pada tubuhnya. (Baziad, 2003).

B. Patofisiologi Menopause

Sebelum seorang wanita mengalami menopause, telah terjadi perubahan anatomis pada ovarium
berupa sclerosis vaskuler, pengurangan jumlah folikel primordial, serta penurunan aktivitas sintesa
hormon steroid. Penurunan hormon estrogen akan berlangsung dimulai pada awal masa klimakterium
dan makin menurun pada menopause, serta mencapai kadar terendah pada saat pascamenopause.

Penurunan ini menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negative terhadap hypothalamus, yang
pada gilirannya menyebabkan peningkatan produksi gonadotropin sehingga membuat pola hormonal
wanita klimakterium menjadi hipergonadotropin, hipogonadisme. Dengan menurunnya kadar estrogen
di dalam tubuh maka fungsi fisiologis hormon tersebut akan menjadi terganggu. Perubahan fisiologik
sindroma kekurangan estrogen akan menampilkan gambaran klinis berupa gangguan neurovegetatif,
gangguan palkis, gangguan somatic, dan gangguan siklus haid.

Tahap-Tahap Menopause

Ada beberapa macam tahap menopause, diantaranya:

1. Premenopause adalah masa sebelum menopause yang dapat ditandai dengan timbulnya keluhan-
keluhan klimakterium dan periode pendarahan uterus yang bersifat tidak teratur. Dimulai sekitar usia 40
tahun. Pendarahan terjadi karena menurunnya kadar estrogen, insufisiensi korpus luteum dan
kegagalan proses ovulasi. Sehingga bentuk kelainan haid dapat bermanifestasi seperti amenorrhoe,
polimenorrhoe, serta hipermenorrhoe.

2. Perimenopause adalah masa menjelang dan selah menopause sekitar 50 tahun. Keluhan sistematik
berkaitan dengan vasomotor. Keluhan yang sering dijumpai adalah berupa gejolak panas (hot flushes),
berkeringat banyak, insomnia, depresi, serta perasaan mudah tersinggung.

3. Pascamenopause adalah masa yang berlangsung kurang lebih 3-5 tahun setelah menopause. Keluhan
lokal pada sistem urogenital bagian bawah, atrofi vulva dan vagina menimbulkan berkurangny produksi
lender / timbulnya nyeri senggama.

Penyebab Menopause
Menopause terjadi sejalan dengan pertambahan usia, ovarium menjadi kurang tanggap terhadap
rangsangan LH ( luteineizing hormone) dan FSH (folikel stimulating hormone), yang dihasilkan oleh
kelenjar hipofisa. Akibatnya ovarium melepasakan lebih sedikit estrogen dan progesterone dan pada
akhirnya proses ovulasi (pelepasan sel telur) berhenti.

Ada dua macam menopause, antara lain :

1. Menopause dini

Adalah menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun. Kemungkinan penyebabnya adalah factor
keturunan , penyakit autoimun, dan rokok.

2. Menopause buatan

Adalah menopause yang terjadi akibat campur tangan medis yang menyebabkan berkurangnya atau
berhentinya pelepasan hormone oleh ovarium. Campur tangan ini bisa berupa pembedahan untuk
mengangkat ovarium serta kemotrapi atau penyiaran pada panggul untuk mengibati kanker .

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Menopause

Banyak faktor yang mempengaruhi menopause antara lain :

1. Usia pertama haid

2. Diabetes militus

3. Perokok berat dan minum alkohol

4. Kurang gizi

5. Wanita vegetarian

6. Sosial ekonomi

Gejala Menopause

1. Fisik

Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan
linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan

dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening,
kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar (Hurlock, 1992). Beberapa keluhan fisik
yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:

a. Ketidakteraturan Siklus Haid


Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala haid muncul tepat waktu, tetapi
tidak pada siklus berikutnya. Ketidakteraturan ini sering disertai dengan jumlah darah yang sangat
banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal. Keadaan ini sering mengesalkan wanita
karena ia harus beberapa kali mengganti pembalut yang dipakainya. Normalnya haid akan berakhir
setelah tiga sampai empat hari, namun pada keadaan ini haid baru dapat berakhir setelah satu minggu
atau lebih.

b. Gejolak Rasa Panas

Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang dan berlangsung sampai haid benar-
benar berhenti. Sheldon H.C (dalam Rosetta Reitz, 1979) mengatakan " kira-kira 60% wanita mengalami
arus panas". Arus panas ini disertai oleh rasa menggelitik disekitar jari-jari, kaki maupun tangan serta
pada kepala, atau bahkan timbul secara menyeluruh. Munculnya hot flashes ini sering diawali pada
daerah dada, leher atau wajah dan menjalar ke beberapa daerah tubuh yang lain. Hal ini berlangsung
selama dua sampai tiga menit yang disertai pula oleh keringat yang banyak. Ketika terjadi pada malam
hari, keringat ini dapat menggangu tidur dan bila hal ini sering terjadi akan menimbulkan rasa letih yang
serius bahkan menjadi depresi.

Kekeringan Vagina

Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah
kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis.
Alat kelamin mulai mengerut, Liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama,
keputihan, rasa sakit pada saat kencing. Keadaan inI membuat hubungan seksual akan terasa
sakit dan sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi buang air kecilnya meningkat
dan tidak dapat menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa atau orgasme.

d. Perubahan Kulit

Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi berhenti maka kulit akan terasa
lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah sekitar wajah, leher dan lengan. Kulit di bagian bawah
mata menjadi mengembung seperti kantong, dan lingkaran hitam dibagian ini menjadi lebih permanen
dan jelas (Hurlock, 1992)

e. Keringat di Malam Hari

Berkeringat malam hari, bangun bersimbah peluh. Sehingga perlu mengganti pakaian dimalam hari.
Berkeringat malam hari tidak saja menggangu tidur melainkan juga teman atau pasangan tidur.
Akibatnya diantara keduanya merasa lelah dan lebih mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur
nyenyak.

f. Sulit Tidur

Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan
rasa tegang akibat berkeringat malam hari, wajah memerah dan perubahan yang lain.
g. Perubahan Pada Mulut

Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka, sementara yang lain
mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal.

h. Kerapuhan Tulang

Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis (kerapuhan


tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan bagi
yang telah berumur, paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Biasanya kita kehilangan
1% tulang dalam setahun akibat proses penuaan (mungkin ini yang menyebabkan nyeri persendian),
tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya. John Hutton (1984:35)
memperkirakan sekitar 25% wanita kehilangan tulang lebih cepat daripada proses menua. Menurunnya
kadar estrogen akan diikuti dengan penurunan penyerapan kalsium yang terdapat dalam makanan.
Kekurangan kalsium ini oleh tubuh diatasi dengan menyerap kembali kalsium yang terdapat dalam
tulang, dan akibatnya tulang menjadi keropos dan rapuh.

i. Badan Menjadi Gemuk

Banyak wanita yang menjadi gemuk selama menopause. Rasa letih yang biasanya dialami pada masa
menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan. Banyak wanita yang bertambah
berat badannya pada masa menopause, hal ini disebabkan oleh faktor makanan ditambah lagi karena
kurang berolahraga.

j. Penyakit

Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause. Dari sudut pandang medik ada 2
(dua) perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan
terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di dalam tulang
(osteoporosis).

Penyakit jantung dan pembuluh darah dapat menimbulkan gangguan seperti stroke atau serangan
jantung. Selain itu penyakit kanker juga lebih sering terjadi pada orang yang berusia lanjut. Semakin
lama kehidupan maka semakin besar kemungkinan penyakit itu menyerang. Misalnya kanker payudara,
kanker rahim dan kanker ovarium. Kanker payudara lebih umum terjadi pada wanita yang telah
melampaui masa menopause.

Kanker rahim adalah istilah luas untuk kanker yang terjadi di rahim, ada dua bagian rahim yang dapat
menjadi tempat bermulanya kanker. Yang pertama adalah serviks, kanker ini terutama berjangkit pada
wanita berusia diatas 30 tahun. Gejala yang harus diperhatikan adalah pendarahan vagina setelah
persetubuhan, pergetahan vagina yang tidak biasa dan noda diantara haid.
Sementara kanker indometrium (kanker tubuh rahim) terutama menjangkiti wanita diatas usia 45 tahun,
yang paling menanggung resiko adalah yang pernah mendapat haid agak lambat, dan yang mempunyai
kombinasi antara tekanan darah tinggi, diabetes, dan berat tubuh berlebih. Gejalanya adalah
pendarahan tak normal, pendarahan antara haid, keluaran darah yang lebih lama atau lebih kental
dibandingkan biasanya, dan pendarahan haid terakhir dalam menopause.

1. Psikologis

Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting peranan dalam
kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan pensiun;
hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi kebanggaan sang lansia tersebut.
Berbicara tentang aspek psikologis lansia dalam pendekatan eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat
dipisahkan antara aspek organ-biologis, psikologis, sosial, budaya dan spiritual dalam kehidupan lansia.

Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur,
tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang
kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan
oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang
hilang. Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:

a. Ingatan Menurun

Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah
mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal yang
sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat.

b. Kecemasan

Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi pencemas.
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi
yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya kalau dulu biasa pergi sendirian ke luar kota
sendiri, namun sekarang merasa cemas dan khawatir, hal itu sering juga diperkuat oleh larangan dari
ana-anaknya. Kecemasan pada Ibu-ibu lansia yang telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya
ada orang yang cemas dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan semangat/dukungan dari ornag
di sekitarnya; namun ada juga yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya telah
memberi dukungan.

Akan tetapi banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause namun tidak mengalami perubahan yang
berarti dalam kehidupannya. Menopause rupanya mirip atau sama juga dengan masa pubertas yang
dialami seorang remaja sebagai awal berfungsinya alat-alat reproduksi, dimana ada remaja yang cemas,
ada yang khawatir namun ada juga yang biasa-biasa sehingga tidak menimbulkan gejolak.

Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut
Blackburn and Davidson (1990 :9) adalah sebagai berikut :
1. Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah marah,
perasaan sangat tegang.

2. Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar konsentrasi, pikiran
kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, merasa tidak berdaya.

3. Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari situasi, ketergantungan
yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan.

4. Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan yang
berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.

5. Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar,
mual, mulut kering.

Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanann diri yang dipilih secara
alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan berbahaya. Kecemasan
yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat kepada makhluk hidup agar melakukan
tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau mengurangi bahaya atau ancaman.

Cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi
masalah sehari-hari. Bagaimana juga, bila kecemasan ini berlebihan dan tidak sebanding dengan suatu
situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal sebagai masalah klinis.

c. Mudah Tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah
terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak menggangu. Ini mungkin disebabkan dengan
datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung
dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang di
sekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses
penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.

d. Stress

Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia
menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan
sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Kalau tidak ditanggulangi stress
dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit,
artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh secara diam-diam.

Namun demikian stress tidak hanya memberikan dampak negatif, tapi bisa juga memberikan dampak
positif. Apakah kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung pada bagaimana individu
memandang dan mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan atau tantangan yang kapasitasnya
diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat individual sifatnya.
Respon orang terhadap sumber stress sangat beragam, suatu rentang waktu bisa tiba-tiba jadi pencetus
stress yang temporer. Stress dapat juga bersifat kronis misalnya konflik keluarga. Reaksi kita terhadap
pencetus stress dapat digolongkan dalam dua kategori psikologis dan fisiologis.

Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana
perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari hanya ekspresi
marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang lebih sulit untuk dikendalikan. Di tingkat psikologis, respon
orang terhadap sumber stress ini tergantung pada beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat
itu dan sikap orang itu dalam menanggapi stress tersebut.

e. Depresi

Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan 9% s/d 26% wanita
dan 5% s/d 12% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat di dalam kehidupan mereka. Setiap
saat, diperkirakan bahwa 4,5% s/d 9,3% wanita dan 2,3% s/d 3,2% pria akan menderita karena gangguan
ini. Dengan demikian secara kasar dapat dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan
menderita depresi daripada pria.

Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk
bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya
tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus
menghadapi masa tuanya.

Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan respon terhadap
perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu, akan tetapi beberapa
wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam yang tidak sesuai atau proporsional dengan
lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit dihindarkan.

Tanggapan Wanita Terhadap Menopause

1. Reaksi pasif

Pasrah atau menerima keadan ini dengan baik

2. Reaksi neurosis

Reaksi yang ditimbulkan oleh penolakan datangnya masa ini dan ditandai dengan timbulnya keluhan –
keluhan seperti rasa cemas, tertekan, serta mudah tersinggung.
3. Reaksi hiperaktif

Reaksi penolakan dengan seolah-olah mengabaikan datangnya masa ini, dengan cara meningkatkan
perhatian pada pekrjaan dan hobi serta tidak setuju pada keluhan – keluhan wanita lain.

4. Reaksi adekuat

Reaksi wajar yang diberikan wanita yang memasulki masa ini dan dialami oleh sebagian besar wanita.

C. Penanganan

Tidak semua wanita pasca menopause perlu menjalani Terapi Sulih Hormon (TSH). Setiap wanita
seharusnya mendiskusikan resiko dan keuntungan yang diperoleh dari TSH dengan dokter pribadinya.
Banyak ahli yang menganjurkan TSH dengan tujuan untuk :

a) Mengurangi gejala menopause yang tidak diinginkan.

b) Membantu mengurangi kekeringan pada vagina.

c) Mencegah terjadinya osteoporosis.

Estrogen tersedia dalam bentuk alami dan sintesis (dibuat di laboraturium). Estrogen sintesis ratusan
kali lebih kuat dibanding estrogen alami, sehingga tidak secara rutin diberikan kepada wanita
menopause. Untuk mencegah hot flushes dan osteoporosis hanya diperlukan estrogen alami dalam
dosis yang rendah. Dosis tinggi cenderung menimbulkan masalah, diantaranya sakit kepala migren. Krim
estrogen bisa dioleskan pada vagina (sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih dan
beser). Dan untuk mengurangi nyeri pada ketika melakukan hubungan seksual.

Biasanya terapi sulih hormon tidak diberikan kepada wanita yang menderita:

1. Atau pernah menderita kanker payudara atau kanker endometrium stadium lanjut

2. Pendarahan kelamin dengan penyebab yang tidak pasti.

3. Penyakit hati akut

4. Penyakit pembekuan darah


5. Porfiria intermiten akut

Kepada wanita tersebut biasanya diberikan obat anti cemas, progesteron, atau klonidin untuk
mengurangi hot flushes. Untuk mengurangi depresi, kecemasan mudah tersinggung dan susah tidur bisa
diberikan anti-depresi.

Cara-Cara yang Di lakukan Untuk Menyiasati Datangnya Menopause

1. Mengkonsumsi makanan bergizi

2. Menghindari stres

3. Olah raga secara teratur

4. Menghentikan merokok dan minuman beralkohol

5. Berkonsultasi dengan dokter

You might also like