You are on page 1of 6

Arti Lambang Satpol PP

Mengenal Silsilah Lahirnya Satuan Polisi Pamong Praja

Satpol PP merupakan akronim kata dari Satuan Polisi Pamong Praja. Institusi ini didirikan pada
tanggal 3 Maret 1950 dengan motto Praja Wibawa. Berbicara tentang silsilah kapan adanya Satpol
PP sangatlah menarik dan panjang, sebenarnya keberadaan Satpol PP sudah dimulai sejak zaman
pemerintahan VOC dibawah kepemimpinan Gubernur Jenderal Pieter Both (9 Desember 1610 – 6
November 1614). Lahirnya Polisi Pamong Praja berawal dari terciptanya BAILLUW yang dibentuk
oleh pemerintah VOC. BAILLUW merupakan Polisi yang merangkap Jaksa dan Hakim yang bertugas
menangani perselisihan hukum yang terjadi antara VOC dengan warga serta menjaga Ketertiban
dan Ketenteraman warga.

GubernurJenderal Pieter Both

Kemudian pada masa kepemimpinan Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles (1811 - 1815),
dikembangkanlah BAILLUW menjadi tiga jenis yaitu Polisi Pangreh Praja (Bestuurpolitie), Polisi
Umum (Algemeene Politie), dan Polisi Bersenjata (Gewapende Politie). Jika Polisi Umum merupakan
kesatuan khusus dan berfungsi menyelenggarakan kegiatan-kegiatan Kepolisian, maka Polisi
Pangreh Praja adalah bagian dari Pemerintahan pribumi yang didukung oleh Kepala-Kepala desa,
para penjaga malam dan agen-agen Polisi yang diperbantukan pada Pejabat-Pejabat PamongPraja
yang berfungsi membantu Pemerintah di Tingkat Kawedanan yang bertugas menjaga Ketertiban dan
Ketenteraman serta Keamanan warga.

Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles

Menjelang akhir era Kolonial khususnya pada masa pendudukan Jepang Organisasi Polisi
Pangreh Praja mengalami perubahan besar dan dalam prakteknya menjadi tidak jelas, dimana
secara struktural Satuan Kepolisian dan peran dan fungsinya bercampur baur dengan Kemiliteran.
Pasca Kemerdekaan, wewenang Kepolisian Pangreh Praja sebagai penanggungjawab kepolisian
berkurang

dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1948 tentang Peraturan Hukum Pidana.
Kekuasaan tertentu diserahkan kepada Kepolisian. Kemudian pada Oktober 1948 Satpol PP didirikan
di Yogyakarta dengan dasar Surat Perintah Kepala Jawatan Praja Daerah Istimewa Yogyakarta No
1/1948 tanggal 30 Oktober 1948 tentang Detasemen Polisi.

Setelah itu, Satpol PP resmi dilahirkan pada tanggal 3 Maret 1950 dengan Surat Keputusan
Menteri Dalam Negeri No. UR32/2/21/1950. Adapun nama Satpol PP ketika itu adalah Detasemen
Polisi Pamong Praja, hanya dibentuk di wilayah Jawa dan Madura. Pembentukan Satpol PP di Jakarta
Raya dipertegas dengan Permendagri No. 2 Tahun 1961 tangal 10 Maret 1961 tentang
Pembentukan Polisi Pamong Praja di Daerah Tingkat I Jakarta Raya. Tahun 1962 namanya berubah
menjadi Kesatuan Pagar Baya untuk membedakan dari korps Kepolisian Negara seperti dimaksud
dalam UU No 13/1961 tentang Pokok-pokok Kepolisian. Pada 1963, berubah nama lagi menjadi
Kesatuan Pagar Praja. Istilah Satpol PP mulai terkenal sejak pemberlakuan UU No 5/1974 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Pada Pasal 86 (1) disebutkan, Satpol PP merupakan perangkat
wilayah yang melaksanakan tugas dekonsentrasi. Saat ini UU 5/1974 tidak berlaku lagi, digantikan
UU No 22/1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam Pasal 148 UU 32/2004 disebutkan, Polisi Pamong Praja adalah perangkat pemerintah daerah
dengan tugas pokok menegakkan perda, menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman
masyarakat sebagai pelaksanaan tugas desentralisasi.

Secara definitif Polisi Pamong Praja mengalami beberapa kali pergantian nama namun tugas dan
fungsinya sama, adapun secara rinci perubahan nama dari Polisi Pamong Praja dapat dikemukakan
sebagai berikut :

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 1948 pada tanggal 30 Oktober 1948 didrikanlah
Detasemen Polisi Pamong Praja Keamanan Kapanewon yang pada tanggal 10 Nopember 1948
diubah namanya menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja;

Tanggal 3 Maret 1950 berdasarkan Keputusan Mendagri No.UP.32/2/21 disebut dengan nama
Kesatuan Polisi Pamong Praja.

Pada Tahun 1962 sesuai dengan Peraturan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah No.
10 Tahun 1962 nama Kesatuan Polisi Pamong Praja diubah menjadi Pagar Baya.

Berdasarkan Surat Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah No.1 Tahun 1963 Pagar Baya
dubah menjadi Pagar Praja.

Setelah diterbitkannnya UU No.5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, maka
Kesatuan Pagar Praja diubah menjadi Polisi Pamong Praja, sebagai Perangkat Daerah.

Dengan Diterbitkannya UU No.22 Tahun 1999 nama Polisi Pamong Praja diubah kembali dengan
nama Satuan Polisi Pamong Praja, sebagai Perangkat Daerah.

Terakhir dengan diterbitkannya UU no.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, lebih
memperkuat Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai pembantu Kepala Daerah dalam
menegakkan Peraturan Daerah dan Penyelenggaraan Ketertiban umum dan ketenteraman
Masyarakat dibentuk SATUAN POLISI PAMONG.

Meskipun keberadaan kelembagaan Polisi Pamong Praja telah beberapa kali mengalami
perubahan baik struktur organisasi maupun Nomenklatur, yang kemungkinan dikemudian hari
masih berpeluang untuk berubah, namun secara subtansi tugas pokok Satuan Polisi Pamong Praja
tidak mengalami perubahan yang berarti.

Lambang Daerah Kabupaten Mimika


October 6, 2014 Lambang Daerah No comments
ARTI LAMBANG
1. Wadah Lambang bersudut Lima yang melambangkan Pancasila sebagai wadah Filsafat Negara
2. Wadah Lambang Berbentuk Perisai melambangkan unsur-unsur sebagai Pusat Pemerintahan,
Pembangunan Perdagangan, Industri, Pendidikan, Wisata dan Olahraga, yang merupakan satu
kesatuan untuk mencapai cita-cita dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin.
3. Dasar Lambang Wadah Berwarna Kuning, melambangkan kekayaan alam dan Taman Nasional
Lorentz.
4. Lukisan gunung melambangkan keadaan Geografis daerah dan salju abadi yang terdapat di
daerah.
5. Kalung kebesaran dengan benang kecil berwarna putih berjumlah 8 (delapan), dan kulit kerang
berjumlah 10 (sepuluh) dan 1 (satu) kulit. Kerang kecil memanjang berderet 3 (tiga) berjumlah 96
(sembilan puluh enam) melambangkan susunan budaya Kamoro dan mencerminkan kekayaan
budaya dari 2 (dua) suku terbesar yaitu Kamoro dan Amungme
6. Setangkai Padi dan Setangkai Bunga Kapas melambangkan kesejahteraan bagi masyarakat yang
diperoleh melalui Pembangunan dalam berbagai aspek.
7. Unsur air melambangkan sungai dan laut yang merupakan potensi kehidupan masyarakat
Kabupaten Mimika.

Sejarah Kabupaten Mimika

Sejarah Kabupaten Mimika

Kabupaten Mimika merupakan salah satu Kabupaten dari beberapa Kabupaten di Provinsi Papua
yang terletak di wilayah pantai selatan dimana Mimika dulunya merupakan salah satu Kecamatan
dari Kabupaten Fak-fak dan wilayahnya disebut Kecamatan Mimika Timur.

Melihat kondisi pemerintahan saat itu dengan jumlah pegawai perwakilan kecamatan yang sangat
sedikit serta luasnya wilayah pelayanan pemerintahan, maka Pemerintah Daerah Tingkat II Fak-fak
memandang perlu untuk melakukan pemekaran wilayah pemerintahan dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan pemerintahan kepada masyarakat di wilayah Mimika yang tentunya
membutuhkan perhatian dan pelayanan dari Pemerintah. Hal ini di wujudkan dengan pembentukan
Kantor Pembantu Bupati di Timika yang di tetapkan sebagai Pembantu Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Fak-fak wilayah Mimika oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Fak-fak.
Memperhatikan perkembangan jumlah penduduk, luas wilayah, potensi dan meningkatnya tugas
dan tanggung jawab di bidang pemerintahan, maka di pandang perlunya pembentukan
Pemerintahan Kabupaten Administratif sehingga Pemerintahan Pembantu Bupati Fak-fak wilayah
Mimika di tetapkan sebagai Kabupaten Administratif pada tanggal 8 Oktober 1996 oleh Menteri
Dalam Negeri di Jayapura. Setelah terbentuk menjadi Kabupaten Administratif maka ditetapkan
wilayah Kecamatan yang terdiri dari : Kecamatan Mimika Timur, Mimika Barat, Agimuga dan wilayah
pemekaran Kecamatan Mimika Baru yang berkedudukan di Timika.

Setelah kurang lebih 4 (empat) tahun pelaksanaan pemerintahan Kabupaten Administratif, maka
pada tanggal 18 Maret tahun 2000 di resmikan perubahan status dari Kabupaten Administratif
menjadi Kabupaten Definitif oleh Gubernur Provinsi Papua Drs. J.P. Salossa, M.Si berdasarkan
Undang-undang No.45 Tahun 1999.

Setelah resmi menjadi Kabupaten Definitif, maka pada tanggal 18 Juni 2001 Pemerintah Daerah
secara resmi menetapkan 12 Kecamatan (atau yang sekarang telah dirubah menjadi Distrik) yang
menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Mimika. Distrik tersebut adalah : Distrik Mimika Baru, Kuala
Kencana, Tembagapura, Mimika Timur, Mimika Timur Jauh, Mimika Tengah, Mimika Barat, Mimika
Barat Tengah, Mimika Barat Jauh, Agimuga, Jila dan Jita.

You might also like