You are on page 1of 53

BAB I

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah satu atap dalam keadaan saling tergantung.(Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan
tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta
mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.(Friedman,
1998).
2. Tipe/Bentuk Keluarga
Dalam masyarakat ditemukan tipe/bentuk keluarga:
a. Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak
saudara misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,
bibi, dsb.
c. Keluarga Berantai (Serial Family): keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal
yang berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran ayng
terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

Page 1
a. Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi
rasa aman, kepala rumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya dan
anggota masyarakat.
b. Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga,
pengasuh, pendidik dan pelindung bagi anak-anaknya, anggota
kelompok social dan anggota masyarakat serta berperan sebagai
pencari nafkah tambahan bagi keluarga.
c. Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangan baik fisik, mental dan spiritual.

4. Fungsi Keluarga
Fungsi dari keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota individu
keluarga dan masyarakat yang lebih luas, fungsi keluarga adalah:
a. Fungsi Afektif
Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan
kelangsungan keluarga. Kebahagiaan keluarga diukur dengan
kekuatan cinta keluarga. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif
tampak kegembiraan dan kebahagiaan seluruh anggota keluarga, tiap
anggota keluarga mempertahankan hubungan yang baik.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosial. Proses sosialisasi dimulai sejak
lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma-norma,
budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.

Page 2
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan yaitu mencegah terjadi gangguan kesehatan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga untuk
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga untuk mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan
tindakan, memberikan perawatan, memelihara lingkungan dan
menggunakan fasilitas kesehatan.
B. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan dari sistem keluarga
yang terjadi dari waktu ke waktu meliputi perubahn interaksi dan hubungan di
antara keluarga dari waktu ke waktu. Perkembangan ini terbagi dalam
beberapa tahapan, setiap tahapan memiliki tugas perkembangan yang harus
dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui denagn sukses.
Menurut Duvall (1977) siklus kehidupan keluarga terdiri dari tahapan
yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada setiap tahapan
perkembangannya.
Adapun 8 tahapan perkembangan tersebut adalah:
1. Tahap 1
Keluarga pemula: dimulai saat individu membentuk keluarga melalui
perkawinan.
a. Tugas perkembangan:
1) Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru.
2) Membina hubungan dengan teman lain, keluarga lain.
3) Membina keluarga berencana.
Masalah kesehatan: masalah seksual, peran perkawinan,
kehamilan yangkurang direncanakan.
2. Tahap 2
Keluarga dengan kelahiran anak pertama: dimulai sejak anak pertama lahir
sampai berusia 30 bulan.
a. Tugas perkembangan:
1) Perubahan peran menjadi orang tua.

Page 3
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangannya.
Masalah kesehatan: Pendidikan meternitas, perawatan bayi yang
baik, pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara
dini, imunisasi, tumbuh kembang dan lain-lain
b. Tahap 3
Keluarga dengan anak pra sekolah: dimulai anak pertama berusia 2,5
tahun sampai dengan 5 tahun.
a. Tugas perkembangan:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus dipenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di
luar keluarga.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Masalah kesehatan:
1) Masalah kesehatan fisik: penyakit menular pada anak.
2) Masalah kesehatan psikososial: hubungan perkawinan,
perceraian.
3) Persaingan antara kakak adik.
4) Pengasuhan anak.
c. Tahap 4
Keluarga dengan anak usia sekolah: dimulia saat anak pertama berusia
6 tahun samapi 13 tahun.
a. Tugas perkembangan:
1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan.
2) Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.

Page 4
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.
4) Meningkatkan komunikasi terbuka.
d. Tahap 5
Keluarga dengan anak remaja: dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun
sampai 19-20 tahun.
a. Tugas perkembangan:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
meningkatkan otonominya.
2) Mempererat hubungan yang intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dn orang tua.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan tumbuh kembang keluarga.
5) Masalah kesehatan: penyalahgunaan obat-obatan dan penyakit
jantung.
e. Tahap 6
keluarga dengan anak dewasa: dimulai saat anak pertama meninggalkan
rumah sampai anak terakhir, lamanya tergantung dengan jumlah anak atau
banyaknya anak belum menikah dan tinggal dalam rumah:
a. Tugas perkembangan:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Masalah kesehatan:
1) Masa komunikasi dewasa muda dengan orang tua tidak lancar.
2) Transisi peran suami istri.
3) Memberi perawatan.
4) Kondisi kesehatan kronis
5) Masalah menopause
6) Efek dari obat-obatan, merokok, diet dan lain-lain.
f. Tahap 7

Page 5
Keluarga dengan usia pertengahan: dimulai saat anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiunan atau salah satu pasangan
meninggal.
a. Tugas perkembangan:
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
Masalah kesehatan:
1) Promosi kesehatan.
2) Masalah hubungan dengan perkawinan.
3) Komunikasi dan hubungan dengan anak cucu dan lain-lain.
4) Masalah hubungan dengan perawatan.
g. Tahap 8
dengan usia lanjut: dimulai salah satu meninggal atau pension sampai
dengan dua-duanya meninggal.
C. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA
1. Definisi
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang
dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai
sarana(Salviction G. Bailon dan Araciles Maglaya), 1978).
2. Keluarga sebagai Unit Pelayanan
Beberapa hal berikut ini adalah alasan mengapa harus menjadi fokus
sentral dari perawatan:
Dalam sebuah unit keluarga disfungsi apa saja akan mempengaruhi
satu atau lebih anggota keluarga.
a. Ada hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan
anggotanya.
b. Melalui perawatan kesehatan keluarga akan meningkat derajat
kesehatan secara menyeluruh.

Page 6
c. Upaya menemukan kasus dalam keluarga dan faktor resiko pada
anggota keluarga yang lain.
d. Pemahaman terhadap individu dan fungsinya dipandang dalam
konteks keluarga mereka.
e. Keluarga merupakan sistem pendukung vital bagi individu.
3. Peran Perawat
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah:
a. Pendidik
Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
agar keluarga dapat melakukan program Asuhan Keperawatan
Keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah
kesehatan.
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau
terapi dari berbagai disiplin agar tidak terjadi tumpang tindih dan
pengulangan.
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah,
klinik, maupun di rumah sakit bertanggung jawab memberikan
perawatan langsung.
d. Pengawas Kesehatan
Perawat harus melakukan kunjungan rumah yang teratur untuk
mengidentifikasi tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi
masalah kesehatan.
f. Kolaborasi
Perawat harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang
optimal.
g. Fasilitator

Page 7
Peran disini adalah membantu keluarga di dalm menghadapi
kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
h. Modifikasi Lingkungan
Perawat dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang
sehat.
D. PROSES KEPERAWATAN KELUARGA
1. Proses keperawatan
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan keluarga,
merencanakan asuhan keperawatan, melakukan intervensi keperawatan
sesuai dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi asuhan yang
telah diberikan terhadap keluarga.
a. Tahap-tahap dalam proses keperawatan:
1) Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan
oleh perawat untuk mengukur keadaan klien atau keluarga
dengan memakai norma-norma kesehatan maupun sosial yang
merupakan sistem terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk
mengatasinya.
2) Diagnosa Keperawatan
Dalam menetapkan diagnosa keperawatan keluarga
ditetapkan berdasarkan faktor resiko dan faktor potensial
terjadinya penyakit atau masalah kesehatan keluarga serta
mempertimbangkan kemampuan dalam mengatasi masalah
kesehatannya.
3) Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan didasarkan pada rencana asuhan yang
telah disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan adalah sumber daya
(keuangan), tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang

Page 8
berlaku, respon dan penerimaan keluarga serta sarana yang
dimiliki keluarga.
4) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan
tercapai. Apabila dalam penilaian tujuan tidak tercapai, maka
perlu dicari penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa
faktor yaitu tujuan tidak realistis, tindakan keperawatan yang
tidak tepat dan faktor yang tidak dapat diatasi.

Page 9
BAB II
KONSEP TEORITIS ISPA

1.1 Definisi
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak
dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara
bersamaan. (Meadow, Sir Roy. 2013)
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris
Acute Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta
organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14
hari. (Suriadi, 20013)
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk dalam
infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga,
radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah
satunya adalah Pneumonia. (Meadow, 2014)
1.2 Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Saluran pernapasan dibagi atas dua bagian :

1) Saluran Pernapasan Bagian Atas

Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring, dan

epiglotis, yang berfungsi menyaring, menghangatkan, dan


melembabkan udara yang dihirup.

Page 10
a) Hidung

Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang

hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu

kasar yang bermuara ke rongga hidung. Bagian hidung lain

adalah rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang

mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dari

sini. Pada saat udara masuk melalui hidung, udara akan disaring

oleh bulu-bulu yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga

hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.

b) Faring

Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari

dasar tengkorak sampai dengan esofagus yang terletak di

belakang naso faring (di belakang hidung), di belakang mulut

(orofaring), dan di belakang laring (laringo faring).

c) Laring (Tenggorokan)

Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri

atas bagian tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan

membran, yang terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis

tengah.

d) Epiglotis

Merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu

menutup laring ketika orang sedang menelan.

2) Saluran Pernapasan Bagian Bawah


Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trakhea, tandan bronkhus,

segmen bronkhus, dan bronkhiolus, yang berfungsi mengalirkan udara

dan memproduksi surfaktan.

a) Trakhea

Page 11
Trakhea atau disebut sebagai batang tenggorok yang memiliki panjang

kurang lebih 9 cm dimulai dari laring sampai kira-kira setinggi

vertebra thorakalis kelima. Trakhea tersebut tersusun atas enam belas

sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap yang berupa cincin.

Trakhea ini dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium

bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

b)Bronkhus
Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakhea yang terdiri atas dua

percabangan yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek

dan lebar dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah,

dan bawah; sedangkan bronkhus kiri lebih panjang dari bagian kanan

yang berjalan dalam lobus atas dan bawah. Kemudian saluran setelah

bronkhus adalah bagian percabangan yang disebut sebagai

bronkhiolus.

c) Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Letak paru itu sendiri

di dalam rongga thoraks setinggi tulang selangka sampai dengan

diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh

pleura yaitu pleura parietalis dan pleura viseralis, kemudian juga

dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan. Paru

sebagai alat pernapasan utama terdiri atas dua bagian (paru kanan

dan paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut terdapat organ

jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan

bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat

elastis, berpori, dan memiliki fungsi pertukaran gas oksigen dan

karbondioksida.

Page 12
b. Fisiologi

Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernapasan) di dalam

tubuh terdapat tiga tahapan yakni ventilasi, difusi, dan transportasi.

1) Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer

ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer, dalam proses ventilasi

ini terdapat beberapa hal yang mempengaruhi, di antaranya adalah

perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru. Semakin tinggi

tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian sebaliknya,

semakin rendah tempat tekanan udara semakin tinggi. Hal lain yang

mempengaruhi proses ventilasi kemampuan thoraks dan paru pada

alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempisnya,

adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang

terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi

oleh sistem saraf otonom, terjadinya rangsangan simpatis dapat

menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian

kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan konstriksi sehingga

dapat menyebabkan vasokonstriksi atau proses penyempitan, dan

adanya refleks batuk dan muntah juga dapat mempengaruhi adanya

proses ventilasi, adanya peran mukus ciliaris yang sebagai penangkal

benda asing yang mengandung interveron dapat mengikat virus.

Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah komplians

(complience) dan recoil yaitu kemampuan paru untuk berkembang

yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya surfaktan

yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan permukaan dan masih ada sisa udara sehingga tidak terjadi

kolaps dan gangguan thoraks atau keadaan paru itu sendiri.

Page 13
Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, surfaktan

disekresi saat klien menarik napas, sedangkan recoil adalah

kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi atau

menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi recoil

terganggu maka CO2 tidak dapat keluar secara maksimal.

Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons pun dapat

mempengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan

merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2 dalam batas 60

mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila

pCO2 kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan

depresi pusat pernapasan.

2) Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan

CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, di

antaranya, pertama, luasnya permukaan paru. Kedua, tebal membran

respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial

keduanya. Ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi

proses penebalan. Ketiga, perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, hal

ini dapat terjadi seperti O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh

karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2

dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi)

dan pCO2 dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam

alveoli. Keempat, afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus

dan saling mengikat Hb.

3) Transportasi Gas

Page 14
Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2

jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan

berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut

dalam plasma (3%). Kemudian pada transportasi CO2 akan berikatan

dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut

dalam plasma (5%), kemudian sebagian menjadi HCO berada pada

darah (65%).

Pada transportasi gas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, di

antaranya curah jantung (cardiac output) yang dapat dinilai melalui

isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung. Isi sekuncup ditentukan

oleh kemampuan otot jantung untuk berkontraksi dan volume cairan.

Frekuensi denyut jantung dapat ditentukan oleh keadaan seperti over

load atau beban yang dimiliki pada akhir diastol. Pre load atau

jumlah cairan pada akhir diastol, natrium yang paling berperan

dalam menentukan besarnya potensi aksi, kalsium berperan dalam

kekuatan kontraksi dan relaksasi. Faktor lain dalam menentukan

proses transportasi adalah kondisi pembuluh darah latihan/olahraga

(exercise), hematokrit (perbandingan antara sel darah dengan darah

secara keseluruhan atau HCT/PCV), eritrosit, dan Hb.(Hidayat A.

Aziz Alimul, 2014).

1.3 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri

penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,

Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus

penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,

Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. (Suriadi,

2014).

Page 15
1.4 Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai

berikut:

a. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada

kedalam (chest indrawing).

b. Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

c. Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai

demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.

Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.

(Rasmaliah, 2014).

1.5 Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus

dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan

menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran

pernafasan bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan

suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka

virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan. (Colman,

1992). Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk

kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan

kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding

saluran pernafasan, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang

melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan

gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol

adalah batuk. (Colman, 1992). Adanya infeksi virus merupakan predisposisi

terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi

kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan

pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan

Page 16
bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti

streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus

menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini

menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat

saluran pernafasan sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk

yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor

seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan

bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran pernafasan

dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak. Virus yang

menyerang saluran pernafasan atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang

lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga

menyebar ke saluran pernafasan bawah. Dampak infeksi sekunder bakteri

pun menyerang saluran pernafasan bawah, sehingga bakteri-bakteri yang

biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya

infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan

pneumonia bakteri (Colman, 1992). Penanganan penyakit saluran pernafasan

pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran pernafasan terutama

dalam hal bahwa sistem imun di saluran pernafasan yang sebagian besar

terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya.

Sistem imun saluran pernafasan yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid

yang tersebar, merupakan ciri khas sistem imun mukosa.Ciri khas berikutnya

adalah bahwa imunoglobulin A (IgA) memegang peranan pada saluran

pernafasan atas sedangkan imunoglobulin G (IgG) pada saluran pernafasan

bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA sangat berperan dalam

mempertahankan integritas mukosa saluran pernafasan. (Colman, 2014)

Page 17
1.6 Pathway Keperawatan
Invasi Kuman

Peradangan pada
Sistem imun menurun
Saluran pernafasan
Kuman
melepas
endotyoksin Resiko infeksi
Merangsang mekanisme
pertahanan tubuh terhadap
adanya mikroorganisme Ketidak mampuan
gastroenteritis
Merangsang tubuh untuk
melepas zat pirogen oleh
leukosit Rangsangan epiglas
Meningkatkan produksi
mucus sel-sel basilia
sepanjang saluran pernafasan
Hipotalamus ke Respon mual/ muntah
bagian termoregulator
Ketidak nutrisi kurang
dari kebutuhan kurang
Peningkatan sekresi mucus
darikebutuhan
pada jalan nafas
Suhu tubuh tubu8hgastroenteritis
meningkat

Suplai o2 dan kebutuhan


Obstruksi jalan nafas
tidak tercapai
Hipertermia

Kompensasi otot Ketidakefektifan


bersihan jalan nafas

Penggunaan otot bantu

Keletihan / kekuatan otot

Ketidakefektifan pola
nafas

Page 18
1.7 Manifestasi Klinik
a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut :
1) Batuk
2) Nafas cepat
3) Bersin
4) Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5) Nyeri kepala
6) Demam ringan
7) Tidak enak badan
8) Hidung tersumbat
9) Kadang-kadang sakit saat menelan
b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA :
1) Pada sistem respiratorik adalah : tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas
lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2) Pada sistem cardial adalah : tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
3) Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit
kepala, bingung, papil bendung, kejang dan koma.
4) Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak (Naning R,
2012).
1.8 Pemeriksaan Penunjang
a. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi
atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah
imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular. EKG dapat
mengungkapkan adanya takikardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemik(
jika disebabkan oleh AMI).
b. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan
dalam fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
c. Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan
dinding.

Page 19
d. Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup
atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras
disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi
fraksi/perubahan kontrktilitas.
e. Foto thorak dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau
efusi fleura yang menegaskan diagnisa CHF.
f. Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga
hasil hemodilusi darah dari adanya kelebihan retensi air. (Nursalam M,
2014)
1.9 Penatalaksanaan
Obat –obat yang digunakan antara lain :
a. Antagonis kalsium, untuk memperbaiki relaksasi miokard dan
menimbulkan vasodilatasi koroner.
b. Beta bloker, untuk mengatasi takikardia dan memperbaiki pengisian
ventrikel.
c. Diuretika, untuk gagal jantung disertai udem paru akibat disfungsi
diastolik. Bila tanda udem paru sudah hilang, maka pemberian diuretika
harus hati-hati agar jangan sampai terjadi hipovolemia dimana pengisian
ventrikel berkurang sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun.
d. Pemberian antagonis kalsium dan beta bloker harus diperhatikan karena
keduanya dapat menurunkan kontraktilitas miokard sehingga
memperberat kegagalan jantung.
e. Dukungan diet : Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau
menghilangkan edema. (Arif, Muttaqin, 2012)
1.10 Komplikasi
a. Penemonia
b. Bronchitis
c. Sinusitis
d. Laryngitis
e. Kejang demam
(Soegijanto, S, 2015)

Page 20
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk
RS, tanggal pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur
orang tua, pekerjaan, agama, alamat, dan lain-lain.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit sekarang biasanya klien mengalami demam mendadak,
sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
- Riwayat penyakit dahulu biasanya klien sebelumnya sudah pernah
mengalami penyakit ini
- Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien tersebut.
- Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan
padat penduduknya
c. Pemeriksaan fisik
- Keadaan Umum : Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau
sakit berat.
- Tanda vital :
- Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk
kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala.
- Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
- Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak,
sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada
gangguan dalam penglihatan

Page 21
- Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada
gangguan dalam penciuman.
- Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab,
lidah kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah,
apakah ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan
dalam berbicara.
- Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah
ditemukan distensi vena jugularis.
- Thoraks : Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola
pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam
pernafasan.
- Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
- Inspeksi
* Membran mukosa- faring tampak kemerahan
* Tonsil tampak kemerahan dan edema
* Tampak batuk tidak produktif
* Tidak ada jaringan parut dan leher
* Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
pernafasan cuping hidung
- Palpasi
* Adanya demam
* Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis
* Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
- Perkusi
Suara paru normal (resonance)
- Auskultasi
Suara nafas terdengar ronchi pada kedua sisi paru
- Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak,
apakah terdapat nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa

Page 22
kembung, lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi
peningkatan bising usus/tidak.
- Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin
,warna rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah
ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya
labia minora tertutup oleh labia mayora.
- Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit
kering/ tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba
panas.
- Ekstremitas atas : Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik,
nyeri otot serta kelainan bentuk.
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia Berhubungan dengan penyakit (invasi kuman)
2. Resiko Infeksi. Faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekuder
(Imunitas di dapat tidak adekuat )
3. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan energi atau kelelahan /
kekutan otot
4. Ketidakefektifan bersihan jalan berhubungan dengan peningkatan sekeresi
mucus pada jalan nafas.
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan memasukan atau mencerna makanan.
2.3 Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (NIC )
(NANDA) (NOC)
1. Hipertermia b/d Thermoregulation Fever Treatment 1. Pemantauan tanda
peningkatan suhu Kriteria hasil: 1.Observasi tanda- vital yang teratur
tubuh -Suhu tubuh dalam tanda vital. dapat menentukan
rentang normal yakni perkembangan
36-37 C perawatan
2.Anjurkan pada selanjutnya.
klien/keluarga untuk 2. Dengan memberikan
melakukan kompres kompres maka akan
air hangat pada terjadi proses
kepala,axila dan konduksi
selangkangan. /perpindahan panas
dengan bahan

Page 23
3.Anjurkan perantara
klien/keluarga untuk
menggunakan 3. Proses hilangnya
pakaian yang tipis panas akan terhalangi
dan yang dapat untuk pakaian yang
menyerap keringat tebal dan tidak akan
seperti terbuat dari menyerap keringat.
katun.
4.Atur sirkulasi udara. 4. Penyediaan udara
bersih.
5.Anjurkan 5. Kebutuhan cairan
klien/keluarga untuk meningkat karena
minum banyak penguapan tubuh
sekitar 2000-2500 meningkat.
ml/hari. 6. Tirah baring untuk
6.Anjurkan mengurangi
klien/keluarga metabolisme dan
istirahat ditempat panas.
tidur selama fase - Untuk mengontrol
febris penyakit. infeksi pernafasan.
7.Kolaborasi dengan - Menurunkan panas.
dokter :
-dalam pemberian
terapi,antimocrobial
-Antipiretik.
2. Resiko Infeksi b/d NOC NIC 1.Menurunkan
Ketidakadekuatan -Immune Status Infektion Control ( konsumsi/kebutuhan
Pertahanan Knowledge:Infection Control Infeksi) keseimbangan
Sekunder (imunitas control 1.Jaga keseimbangan oksigen dan
didapat tidak -Risk control. antara istirahat dan memperbaiki
adekuat) Kriteria hasil: aktivitas. pertahanan.
-Klien bebas dari 2.Klien terhadap
tanda dan gejala 2. Tutup mulut dan infeksi
infeksi. hidung jika hendak ,meningkatkan
-jumlah leukosit bersin ,jika ditutup penyembuhan.
dalam batas normal. dengan tisu buang 3.Malnutrisi dapat
segera ketempat mempegaruhi
sampah. kesehatan umum dan
3.Tingkatkan daya menurunkan tahanan
tahan tubuh ,anak terhadap infeksi.
usia dibawah 2 4.Dapat diberikan
tahun ,lansia dan untuk organisme
penderita penyakit khusus yang
kronis dan teridentifikasi
konsumsi vitamin dengan kultur dan
C,A dan mineral sensitifitas atau
seng atau diberikan secara
antioksidan jika profilatik karena

Page 24
kondisi tubuh resiko tinggi.
menurun /asupan
makanan berkurang.
4.Kolaborasi
pemberian obat
sesuai hasil kultur.

Page 25
DAFTAR PUSTAKA

Meadow, Sir Roy dan Simen. 2014. Lectus Notes:Pediatrika. Jakarta : PT. Gelora
Aksara
Pratama

Suriadi,Yuliani R. 2013. Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta : CV Sagung


Seto

Rasmaliah. 2014. “Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan


penanggulangannya” dalam
http://library.usu.ac.id. 29 Januari 2010. 19:05:10 WIB

Naning R. 2012. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu


Kesehatan
Anak) PSIK FK UGM

DepKes RI. 2014. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan
Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta

Nursalam M. 2015. Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam keperawatan


Perofesional.
Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2015. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular
dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Soegijanto, S. 2013. Ilmu Penyakit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan.


Jakarta: Salemba
medika

Page 26
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN. A DENGAN
ANGGOTA
AN. F MENDERITA ISPA DI KELURAHAN BULURI
RW 03 RT 001

I. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA


A. Kepala Keluarga
1. Nama KK : Tn. F
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 26 Tahun
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMP
6. Pekerjaan : Tani
7. Alamat : RW 06 RT 001 Dusun Salena
B. Komposisi Keluarga
Hubungan Status Status
No Nama Umur Sex Pendidikan Pekerjaan
dg KK imunisasi Kesehatan
1. Ny.N 21 Th P Istri SD IRT - Sehat
Imunisasi Sehat
Belum
2. An. F 4 Th P Anak - tidak
Sekolah
lengkap
Imunisasi Kurang
Belim
3. An. S 3 Th P Anak - tidak Sehat
Sekolah
lengkap

Page 27
C. Genogram
1. Genogram :

Klien

D. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. F merupakan keluarga dengan tipe keluarga Nuclear Family
dimana terdiri dari keluarga inti bapak, ibu dan anak.

E. Struktur peran
o Tn. F berperan sebagai kepala rumah tangga yang bekerja sebagai
petani.
o Ny. N berperan sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus
keluarga beserta anak-anaknya.
o An. F berperan sebagai anak dari pasangan Tn. A dan Ny. D yang
merupakan anak pertama.
o An. S merupakan anak kedua dari pasangan Tn. N dan Ny. D berperan.

Page 28
F. Suku Bangsa
Keluarga Tn. F termasuk dalam suku Kaili dan kewarganegaraan
Indonesia.
G. Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai
dengan ajaran agama Islam.
H. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah tahapan perkembangan
dengan anak usia pra sekolah dimana anak F berumur 4 thn dan anak S
berumur 3 tahun.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum dipenuhi keluarga Tn. F
adalah memenuhi kebutuhan dasar keluarga yang meningkat, termasuk
biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga (makan seadanya,
makanan anak seadanya, pakaian kurang, bila anak sakit terkadang
hanya dibelikan obat apotik tanpa resep dokter,bila tak sembuh baru
diperiksakan ke Puskesmas).
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
o Ny. N menyatakan An. S mengidap batuk, pilek sudah 7 hari yang
lalu dan sudah minum obat beli di apotik.
o Ny. N mengatakan bila anak sakit, anak hanya dibelikan obat
warung apabila tidak sembuh kemudian baru diperiksakan ke
Puskesmas terdekat.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Dalam keluarga Tn. F tidak ditemukan adanya penyakit menular TBC.
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Kebutuhan Nutrisi
o Kebiasaan makan : Makan 3x1 piring, dengan komposisi
seadanya terkadang 2 x 1 sehari.
o Kebiasaan minum : Minum 6-8 gelas dengan minum air
teh dan putih.
Air minum tidak dimasak.
Untuk An.S kadang minum susu
Kaleng 2-3 x / hari.

Page 29
B. Kebutuhan Eliminasi
o Pola BAB : 1 kali sehari dan tidak ada penggunaan
laksatif
o Pola BAK : 5 – 6 kali per hari dan tidak terjadi
inkotinensia

C. Istirahat Tidur
o Waktu Tidur : Siang ½ jam dan malam 6 – 7 jam
o Waktu Bangun : bangun umumnya/seringnya jam 04.30
WIB

D. Kebersihan Diri
o Mandi : 2 kali sehari
o Gosok gigi : 2 kali sehari
o Keramas : 1 minggu 2 kali
o Potong kuku : 1minggu 1 kali
E. Rekreasi/waktu senggang
Keluarga mempunyai kegiatan (aktifitas) rekreasi (melihat TV untuk
hiburan keluarga dirumah tetangga)
III. FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Afektif
Di antara anggota keluarga terdapat perasaan saling menyayangi dan
menghargai satu sama lainnya.
B. Fungsi Sosial
Hubungan sosial terjalin dengan baik Ny. N selalu tidak mengikuti
perkumpulan kegiatan yang ada di RT nya dan perkumpulan Dasa Wisma
setiap Sebulan sekali.
C. Fungsi Perawatan Kesehatan
1. Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanggulangannya
Bila ada anggota keluarga yang menderita sakit biasanya dibelikan
obat diapotik bila tidak sembuh baru dibawa ke fasilitas kesehatan
(Puskesmas).
2. Fungsi Reproduksi

Page 30
Keluarga Tn. F dikaruniai 2 orang anak.
IV. FAKTOR SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI
A. Pekerjaan Tn. F
o Pekerjaan Tn. F adalah petani.
o Ny. N adalah ibu rumah tangga yang selalu menyiapkan dan melayani
keluarga, mengelola keuangan dari penghasilan yang didapat Tn. F.
B. Penghasilan dan Pengeluaran
Keluarga Tn. F mengatakan penghasilan yang ia peroleh cukup untuk
makan sehari-hari dan membiayai keluarganya. Penghasilan setiap <
Rp.500.000.
C. Simpanan/uang keluarga
Sampai sekarang keluarga belum mempunyai simpanan/tabungan, Tn.F
berkeinginan untuk mempunyai tabungan sendiri tetapi tidak mempunyai
dana.
D. Penentu keuangan keluarga
Sebagai penentu keuangan keluarga adalah Tn.F selaku kepala keluarga
(kepala rumah tangga).
E. Sistem Nilai
Nilai yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah norma/budaya
Kaili Unde, semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan
ajaran agama, misalnya sholat 5 waktu, mengaji dan sebagainya.
F. Hubungan dengan Masyarakat
o Ny. N mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan yang diadakan di
RT 001.
o Tn. F mengikuti setiap pertemuan RT sesuai arahan ketua RT.
o Dalam melaksanakan interaksi dengan keluarga tidak mengalami
hambatan.
G. Mobilitas geografis keluarga
Tn. F menetap di rumah/tinggal di rumah yang telah dimilikinya kini, dari
warisan orang tua.
V. FAKTOR LINGKUNGAN
A. Karakteristik rumah

Page 31
1. Karakteristik Rumah
o Rumah bentuk non permanen dengan atap dari daun rumbia, lantai
papan.
o Ukuran rumah 4 x 4 m2 menghadap ke Utara.
o Tidak terdapat pemisah antara ruang tamu dan kamar tidur, dan
tidak terdapat jendela serta ventilasi.
o Penerangan sudah menggunakan listri, dan pencahayaan cukup.
2. Persediaan air bersih
Persediaan air bersih untuk minum dan memasak diambil dari Mata air
dari gunung. Air untuk minum tidak dimasak terlebih dahulu, mandi,
mencuci selalu menggunakan sumber air dari gunung.
3. Pembuangan sampah
Sampah yang terkumpul dibuang ke sungai dan kadang dibakar.
4. Pembuanganair limbah
Keluarga Tn.F membuang di belakang rumah, air limbah yang
dihasilkannya dan dibiarkan meresap ke dalam tanah.
5. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah sempit dengan perabotan rumah seadanya.
Halaman rumah dan ruangan selalu disapu. Banyak pakaian yang
bergantungan di dalam rumah. Tidak terdapat jendela kamar hanya ada
satu pintu yang terbuka. Tn. F mengatakan mereka nyaman dengan
kondisi rumah yang sekarang. Kebiasaan Ny. N memasak dengan kayu
bakar di dalam rumah dan asap pembakaran keluar lewat pintu.
6. Jamban keluarga
Keluarga Tn. F menggunakan jamban umum, jenis leher angsa dan
septic tank.
B. Denah Rumah

Tempat Tidur
Dapur
Ruang tamu

Pintu Depan

Page 32
C. Karakteristik tetangga dan Komunitas
Sebagian tetangga bekerja sebagai buruh, ibu rumah tangga dan pedagang.
Hubungan dengan anggota masyarakat tidak ada masalah. Setiap bulan
keluarga Tn. A mengikuti arisan yang diadakan oleh RT dan setiap bulan
sekali mengikuti rapat RT dan ronda malam seminggu sekali.
VI. PSIKOLOGIS
A. Status Emosi
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang.
a. Jangka Pendek
Sementara tidak mempunyai masalah berat.hanya an.F sedang
batuk.
b. Jangka Panjang
Keluarga Tn. A memikirkan masalah biaya untuk hidup dan
keinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor.
Keluarga menganggap ujian atau masalah yang dihadapi adalah
ujian/cobaan dari Tuhan.
3. Stressor koping yang digunakan.
Bila ada masalah Tn.A dengan Ny. D selalu membicarakan satu sama
lain untuk mencari jalan keluar.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan strategi adaptasi disfungsional
meskipun dalam kondisi yang parah.
B. Konsep Diri
o Body Image : Tn. F melihat dirinya sebagai kepala keluarga bagi
Ny.N, An. F, dan An S. Persepsi dan perasaan Tn. F
terhadap bentuk tubuh, postur tubuh, fungsi dan
penampilan diri, Tn F merasa lebih dari cukup terhadap
gambaran dirinya.
o Personal Identity : Tn. F seorang kepala keluarga dengan 3 orang anak dan
mempunyai istri Ny.N.
o Peran : Tn. F berperan sebagai kepala rumah tangga dari Ny. N

Page 33
dan anaknya serta sebagai penanggungjawab dalam
mencari nafkah keluarga
Ny.N sebagai ibu rumah tangga dan istri dari Tn. F
yang selalu menyiapkan dan memenuhi kebutuhan
keluarga, juga sebagai pengelola keuangan keluarga.
An. F sebagai anak sulung dan sedang memasuki tahap
sekolah,sedang anak F memasuki tahap sekolah
An.S sebagai anak pra tahap sekolah.
o Ideal Diri : Tn. F mengharapkan dan selalu berdoa kepada Allah
SWT agar diberikan ketabahan dan kesabaran dalam
menghadapi ujian/masalah dan dikabulkan cita-citanya
untuk dapat menyekolahkan anaknya setinggi-
tingginya.
o Harga Diri : Tn. F menerima setiap ujian/masalah yang dihadapi
keluarganya dengan ikhlas.

C. Pola Komunikasi
Keluarga selalu menggunakan bahasa Kaili dalam melaksanakan
komunikasi dan setiap ada masalah selalu dibicarakan satu sama lain.
VII. DERAJAT KESEHATAN
A. Kejadiaan Kesehatan
Dalam bulan-bulan ini keluarga Tn. F lagi sehat, hanya An.S usia 3 tahun
7 hari menderita batuk dan flu tetapi tidak disertai dengan demam, saat
pengkajian masih batuk. Sampai sekarang tidak ada anggota keluarga Tn.F
yang rawat inap/opname atau harus menjalankan operasi.
B. Kejadiaan Cacat
Tidak ada yang mengalami kecacatan
C. Kejadian Kematian dalam 1 Tahun terakhir
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit dan menimbulkan
kematian.
D. Perilaku Keluarga dalam Penanggulangan Sakit

Page 34
Apabila keluarga ada yang menderita sakit biasanya dibelikan obat
diapotik dan bila masih belum sembuh maka dibawa ke Puskesmas.
VIII. PENGKAJIAN FISIK KELUARGA
Dilakukan pada tanggal/jam: 10 januari 2019, jam 15.00
Pemeriksaan KK (Tn.F) Ny.N An.F An.S
Fisik
1. Pemeriksaan
tanda2 vital
 Tekanan 120/90 110/80 - -
Darah mmHg MmHg
 HR 80 x/menit 84 x/menit 96 x/menit 86x/mnt
 Respirasi 20 x/menit 22 x/menit 30 x/menit 20 x/mnt
 SB 36,5 ºC 36,5 ºC 36,5 ºC 37, ºC
 BB 64 kg 45 kg 15 kg 12 kg
 TB 168 cm 150 cm 100 cm 96 cm
2. Pemeriksaan
Fisik Head to
Toe
 Kepala : Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
 Kepala mesochepal mesochepalus, mesochepalus, mesochepalus,
us, tidak tidak ada luka tidak ada luka tidak ada luka
ada luka
 Rambut Warna Warna hitam, Warna hitam, Warna hitam,
bersih, lurus. bersih, lurus. bersih, lurus.
hitam,
bersih,
lurus.
 Mata Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
gangguan gangguan gangguan gangguan
penglihatan penglihatan, penglihatan, penglihatan,
, tidak tidak anemis tidak anemis tidak anemis
anemis
 Hidung Bersih Bersih tidak Bersih tidak Terdapat
tidak ada ada sekret, ada sekret, secret.
sekret, tidak ada tidak ada

Page 35
tidak ada polip polip
polip
 Telinga Bersih Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak
serumen, serumen, serumen,
tidak
tidak ada luka tidak ada luka tidak ada luka
serumen,
tidak ada
luka
 Mulut Dan Bibir Bibir cukup Bibir cukup Bibir cukup
lembab, tidak lembab, tidak lembab, tidak
Tenggoro cukup
ada stomatitis ada stomatitis ada stomatitis
kan lembab,
tidak ada
stomatitis
 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembengka pembengkaka pembengkaka pembengkaka
kan n kelenjar n kelenjar n kelenjar
kelenjar teroid, tidak teroid, tidak teroid, tidak
teroid, ada ada ada
tidak ada pembesaran pembesaran pembesaran
pembesara kelenjar limfe, kelenjar limfe, kelenjar limfe,
n kelenjar tidak ada tidak ada tidak ada
limfe, tidak distensi vena distensi vena distensi vena
ada distensi jugularis jugularis jugularis
vena
jugularis
 Dada Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
vocal fremitus
vocal vocal fremitus vocal fremitus
normal kiri-
fremitus normal kiri- normal kiri- kanan,
terdapat suara
normal kanan, kanan,
napas ronchi
kiri-kanan, terdapat suara terdapat suara pada lapang
paru kiri-
terdapat napas napas
kanan.
suara napas vesikuler tambahan “
vesikuler pada lapang ronkhi basah”

Page 36
pada paru kiri- pada lapang
lapang paru kanan. paru kiri-
kiri-kanan. kanan,
terdapat
retraksi otot
dada.
 Abdomen Datar, tdak Datar, tdak Datar, tdak Datar, tdak
ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka, tidak
ada luka,
ada acites. ada acites. ada acites.
tidak ada Bising usus Bising usus Bising usus
15x/menit, 15x/menit, 15x/menit,
acites.
bunyi tympani bunyi tympani bunyi tympani
Bising usus pada semua pada semua pada semua
region region region
15x/menit,
abdomen. abdomen. abdomen.
bunyi
tympani
pada semua
region
abdomen.
 Ekstremitas Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi
dengan baik dengan baik dengan baik
dengan
tidak ada tidak ada tidak ada
baik tidak kelainan. kelainan. kelainan.
ada
kelainan.
 Kulit Sawo Sawo matang Sawo matang Sawo matang
matang tdak ada tdak ada tdak ada
tdak ada alergi, bersih alergi, bersih alergi, bersih
alergi,
bersih

I. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PETUGAS KESEHATAN


Keluarga Tn. A mengharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan
pelayanan kesehatan terhadap mereka dan membantu bila keluarga
mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal mungkin.
II. ANALISA DATA

Page 37
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI
1. Data Subyektif: Ketidakefektifan Ketidakmampuan
o Ny. N mengatakan bahwa pemeliharaan keluarga
An. S sekarang ini sedang kesehatan memodifikasi
batuk dan pilek sudah 7 lingkungan yang
hari. Sudah dibelikan obat sehat.
diapotik dan diminum kan
tetapi belum sembuh.
Data Obyektif:
o Hanya terdapat satu pintu
rumah
o Memasak menggunakan
kayu bakar dan
menggunakan tungku
didalam rumah.
o Tidak terdapat ventilasi
didalam rumah
o Badan tak panas, suhu
badan 37 ºC.
o Tampak mengeluarkan
ingus dari hidung.
o Pada pemeriksaan
auskultasi paru An.S
terdengar ronchi basah (+)
o RR 30 kali/menit
o Nadi 96 kali/menit
o BB 12 kg
o TB 96 cm
2. Data Subyektif: Kurang pengetauan Ketidakmampuan
o Tn.F mengatakan tidak keluarga mengenal
mengerti dengan apa yang masalah kesehatan.
menyebabkan penyakitnya

Page 38
o Tn.F mengatakan tidak tahu
apa yang akan dilakukan
untuk mengobati
penyakitnya.
Data Obyektif
o Memasak dengan kayu
bakar dan asapnya masuk
ke rumah
o Tidak terdapat jendela dan
ventilasi tidak pernah
dibuka.
o Tn.F tampak bingung
ketika ditanya mengenai
penyakit yang diderita
anaknya

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
1.
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
2.
mengenal masalah kesehatan.

IV. PRIORITAS MASALAH (SKORING)


1. Diagnosa I
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat.

Page 39
NO KRITERIA PERHITUNGAN SKOR PEMBENARAN

1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 An. S sudah 7 hari sakit


aktual batuk dan pilek atau tidak
(tidak sehat) sehat dan memerlukan
tindakan mencegah
komplikasi
Kemungkinan Pengetahuan sumber daya
2. masalah dapat 2/2 x 2 2 dan fasilitas kesehatan
diubah tersedia dan dapat
(mudah) dijangkau/dimanfaatkan
Potensi masalah ISPA adalah penyakit
3. dapat dicegah 3/3 x 1 1 yang dapat dicegah dan
(tinggi) diobati bila keluarga
mengetahui
Menonjolnya
4. masalah 0/2 0
(tidak dirasakan)
5. Total Skore 4

2. Diagnosa II
Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.
NO KRITERIA PERHITUNGAN SKOR PEMBENARAN
1. Sifat masalah Merupakan ancaman
aktual 2/3 x 1 2/3 kesehatan karena bila
(ancaman tidak ditangani dapat
kesehatan) menyebabkan
terjadinya penyakit

2. Kemungkinan Dapat dicegah dengan


masalah dapat 1/2 x 2 1 pengetahuan yang
diubah cukup dan pola hidup
(hanya sebagian) yang sehat.
Kemungkinan Dapat dicegah dengan
3. masalah dapat 2/3 x 1 2/3 pengetahuan yang
dicegah cukup dan pola hidup
(cukup) yang sehat.

Page 40
Menonjolnya
4. masalah 0/2 0
(masalah tidak
dirasakan)

5. Total Skore 3 1/3

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS


Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan ketidakmampuan
1.
keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
2.
masalah kesehatan.

Page 41
VI. PERENCANAAN
1. Diagnosa Keperawatan I
EVALUASI
Tujuan umum Tujuan khusus Intervensi
Kriteria Standar
Setelah 1. Setelah dilaksanakan Keluarga o Keluarga membersihkan rumah dan o Keluarga mampu mengenali
dilaksanakan 2 kali tindakan keperawatan melakukan membuka pintu rumah saat memasak masalah:
kunjungan ISPA selama 2 x 15 mnt Tn. pemeliharaan o Mengatur pencahayaan didalam - Pendidikan kesehatan proses
keluarga mampu F mampu dan mulai rumah penyakit
melakukan berpartisipasi dalam memodifikasi o Membuka pintu rumah dipagi hari o Manajemen lingkungan
pemeliaraan memutuskan lingkungan o Melakukan kunjungan ke pelayanan o Berikan penjelasan tentang
kesehatan dan perawatan kesehatan yang bersih dan kesehatan terdekat pecegahan ISPA
memodifikasi 2. Keluarga mampu sehat o Berikan kesempatan keluarga untuk
lingkungan yang merawat anggota menanyakan penjelasan yang telah
sehat keluarga yang didiskusikan
mengalami ISPA o Beri pujian terhadap kemampuan
3. Keluarga mampu memahami materi yang diberikan
memodifikasi o Berikan penjelasan ulang tentang
lingkungan yang sehat materi yang belum dipahami
4. Keluarga dapat o Evaluasi secara singkat terhadap
menggunakan fasilitas topic yang diberikan
kesehatan yang ada o Pantau respon terhadap materi yang
diberikan

Page 1
Setelah 1. Setelah dilaksanakan Keluarga dapat o Keluarga mampu menjelaskan o Kontrak dengan keluarga
dilaksanakan 2 kali tindakan mengenal dan pengertian ISPA o Kaji tingkat pengetahuan keluarga
kunjungan ISPA keperawatan selama memahami o Keluarga mampu menyebutkan tentang penyakit ISPA
keluarga mampu 2 x 15 mnt Tn. F maslah penyebab ISPA o Pertemuan dengan keluarga dan
mengenal masalah dapat menjelaskan penyakit ISPA o Keluarga mampu menjelaskan tanda lakukan pembahasan tentang
kesehatan ISPA penyakit ISPA dan dapat dan gejala ISPA penyakit ISPA:
dan mampu secara keseluruhan menyebutkan o Keluarga mampu menjelaskan cara - Pengertian ISPA
melakukan sehari- mulai dari pencegahannya. mencegah dan mengatasi ISPA - Faktor penyebab ISPA
hari pengertian, - Tanda dan gejala ISPA
penyebab, tanda - Cara pencegahan ISPA
gejala, hingga o Berikan kesempatan keluarga untuk
pencegahan dan cara menanyakan penjelasan yang telah
mengatasi penyakit didiskusikan
ISPA o Beri pujian terhadap kemampuan
memahami materi yang diberikan
o Evaluasi secara singkat terhadap
topik yang dibelikan
o Pantau respon terhadap materi yang
diberikan

Page 2
VII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

WAKTU DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


KEPERAWATAN
Selasa, Ketidakefektifan o Memberikan pendidikan kesehatan tentang S:
22/01/2019 pemeliharaan kesehatan proses penyakit ISPA dan cara o Keluarga mengatakan sudah
berhubungan dengan penularannya. memahami proses penyakit ISPA
ketidakmampuan keluarga o Menjelaskan kepada keluarga bagaimana o Keluarga mengatakan akan
memodifikasi lingkungan memanajemen atau memodifikasi mengubah kebiasaan lama. Seperti
yang sehat. lingkungan yang sehat dari tidak membuka pintu saat
o Memberikan penjelasan pencegahan ISPA memasak
khususnya dari faktor lingkungan o Keluarga mengatakan akan
o Memberikan kesempatan pada keluarga membuka pintu dipagi hari.
untuk bertanya O:
o Memberikan pujian terhadap keluarga o Keluarga khususnya Tn.F sangat
karena keluarga dapat mengulang kembali antusias ketika diajak berdiskusi
dan memahami apa yang didiskusikan o Saat ditanya kembali bagaimana
o Memberikan penjelasan ulang tentang cara mencegah dan mengatasi
pencegahan penyakit ISPA yang belum penyakit ISPA klien dapat
dipahami. menyebutkannya
o Mengevaluasi secara singkat terhadap topik A: Masalah belum teratasi

Page 3
yang diberikan. P: Lanjutkan intervensi

I:
o Manajemen lingkungan
o Evaluasi secara singkat terhadap
topik yang diberikan
E:
keluarga dapat memahami topik
pembahasan yang diberikan
R:
Pantau manajemen atau modifikasi
lingkungan yang sehat
Selasa, Kurang pengetahuan o Melakukan kontrak dengan pasien meliputi:
22/01/2019 berhubungan dengan -tempat, waktu dan tujuan kunjungan S:
ketidakmampuan keluarga o Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga o Keluarga mengatakan sudah
mengenal masalah o Melakukan atau mendiskusikan tentang mengerti apa yang dimaksud
kesehatan. pengertian ISPA, faktor penyebab ISPA, penyakit ISPA, faktor penyebab,
tanda dan gejala dan cara pencegahan ISPA tanda dan gejala serta
o Memberikan kesempatan pada keluarga pencegahannya
untuk bertanya O:
o Memberikan pujian terhadap keluarga o Keluarga mampu memahami isi
karena keluarga dapat mengulang kembali topik dan mampu mengulangi

Page 4
dan memahami apa yang didiskusikan kembali ketika dievaluasi kembali
o Memberikan penjelasan ulang tentang tetapi tidak sedetail penjelasan
pencegahan penyakit ISPA yang belum yang diberikan sebelumnya
dipahami. A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

I:
o Beri pujian pada keluarga terhadap
kemampuan memahami materi
yang diberikan
E:
o Pengetahuan keluarga tentang
penyakit ISPA meningkat
o Jawaban-jawaban lebih spesifik dari
sebelum diberikan edukasi tentang
penyakit ISPA
R:
o Tidak terdapat masalah baru
o Pertahankan intervensi

Page 5
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Sasaran : Keluarga Tn. F


Tema : Penanganan ISPA
Hari, Tanggal : Selas, 22 januari 2019
Waktu : 16.00 WIB-16.30 WIB
Kunjungan Ke : II
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 22 Januari 2019 pada keluarga Tn. F di Kel.
Buluri, RW 06 RT 001, ternyata diketahui bahwa An. S menderita ISPA, dan Ny. N
tidak mengetahui bagaimana mengatasi ISPA pada An. S, oleh karena itu pendidikan
kesehatan kepada keluarga Tn. F mengenai bagimana penanganan ISPA pada Anak
dan pembuatan obat tradisional untuk batuk (Jeruk-Kecap).
B. Tujuan Utama
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan keluarga Tn. F dapat melakukan perawatan
ISPA pada An. S cara pembuatan obat tradisional untuk batuk (Jeruk-Kecap).
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit keluarga Tn.F dapat
menjelaskan kembali tentang: pengertian ISPA, tanda dan gejala, serta demonstrasi
cara pembuatan obat tradisional untuk batuk (Jeruk-Kecap).
D. Tahap Kegiatan

Tahap dan Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Keluarga

Pendahuluan 1. Mengucapkan salam perkenalan 1. Menjawab salam


(10 menit) kepada keluarga Tn. F
2. Mengingatkan kontrak yang telah 2. Memberikan Respons
disepakati
3. Menanyakan kesiapan keluarga 3. Menjawab tentang
untuk kontrak saat ini kesepian
4. Menginformasikan tujuan yang 4. Memperhatikan
hendak dicapai dalam kunjungan
saat ini

Page 1
Pelaksanaan 1. Menjelaskan tentang lingkungan 3. Memperhatikan
(20 menit) rumah yang sehat dan memenuhi
syarat kesehatan
2. Memberi penguatan terhadap 4. Memperhatikan
respons yang telah dilakukan
keluarga
3. Menjelaskan tentang pengertian 5. Memperhatikan
ISPA
4. Memberi kesempatan keluarga 6. Bertanya
bertanya terhadap penjelasan yang
telah dilakukan perawat
5. Memberi penguatan terhadap 7. Memperhatikan
respons yang telah dilakukan
keluarga
Penutup 1. Memberi kesimpulan dengan 1. Membuat kesimpulan
(10 menit) keluarga materi pendidikan bersama keluarga
kesehatan yang telah didiskusikan
2. Memberkan informasi cara dan 2. Memperhatikan
tempat memperoleh informasi
lanjutan yang berhubungan dengan
materi pendidikan kesehatan
3. Membuat kontak yang akan datang 3. Mengungkapkan
untuk kunjungan ke- 3 tentang kontrak akan
datang dan
menyatakan
kesanggupan

E. Materi
o Pengertian ISPA
o Penyebab ISPA
o Tanda dan Gejala
o Penatalaksanaan ISPA
o Cara Pembuatan obat tradisional untuk ISPA (Jeruk-Kecap)
F. Media
o Tanya jawab
o Diskusi
o Booklet

Page 2
o Leaflet

Latar Belakang
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang
terjadi.Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya.40 % -60 %
dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA.Dari seluruh kematian yang
disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah
karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan .
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan
tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan
anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian
tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah
disebutkan di atas.
Definisi ISPA
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung
paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat
kematian.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.

Page 3
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang
tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan
infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit
dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik
Tanda-tanda bahaya
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan
dan gejala-gejala yang ringan.Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi
lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan
mungkin meninggal.Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat
ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.Tanda-tanda bahaya
dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis
 Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting
expiratoir dan wheezing.
 Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
 Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
 Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Penatalaksanaan ISPA
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk
kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian
makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita
ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
 Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).

Page 4
 Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
 Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Pengobatan
 Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan
sebagainya.
 Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
 Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,
untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan
gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah
(eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai
radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari.
Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita
ISPA.
 Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es).
 Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis
½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali
sehari.
 Pemberian makanan

Page 5
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih
sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.Pemberian ASI pada bayi yang
menyusu tetap diteruskan.
 Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.
 Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat,
lebih-lebih pada anak dengan demam.Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna
untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih
parah.Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup
dan tidak berasap.Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka
dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.Untuk penderita yang
mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh
tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.Dan untuk penderita yang
mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali
kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
Pencegahan dan Pemberantasan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
 Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
 Immunisasi.
 Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
 Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pemberantasan yang dilakukan adalah :
 Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.
 Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
 Immunisasi.

Kesimpulan
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak,
penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA
tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita,
Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu

Page 6
peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk
menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan
pembangunan nasional.

Page 7

You might also like