You are on page 1of 58

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

RETINOBLASTOMA

Mata Kuliah : Sistem Persepsi Sensori

Dosen Pengampu : Ns. Nur Indah Sari Zeen, S.Kep

OLEH : KELOMPOK 1A

OCSHI C. PAKAYA
DWITA S. TABILANTANG
ANGGUN A. MAMONTO
RIA A. ANGGAI
KIKI P SURATMAN
LUSI MAMONTO
FERDINA NALOLE
HERU SAPUTRA
CICI O. DAMOGALAD

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU

2013-2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga atas
kemurahan dan kasihNya kita masih diberikan kesempatan untuk menikmati nafas
kehidupan sampai saat ini dan juga saya bisa menyelesaikan makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan klien Retinoblastoma” dengan baik dan seturut
kehendak Tuhan.
Tak lupa juga, ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam penulisan makalah ini, lebih khususnya kepada bapak Ns.
Nur Indah Sari Zeen, S.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Persepsi
Sensori yang sudah memberikan motivasi, bimbingan, dan ide untuk dapat
mengembangkan kemampuan saya terhadap penulisan asuhan keperawatan ini.
Saya sadar bahwa karya tulis ini seperti kata pepatah yang mengatakan
“Tak ada gading yang tak retak” yang artinya masih jauh dari kesempurnaan
atau masih ada kesalahan dalam penyusunan, baik itu terhadap kalimatnya
maupun terhadap isinya. Hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca, demi perbaikan dan kesempurnaan di
masa yang akan datang. Akhir kata, semoga asuhan keperawatan ini dapat
bermanfaat bagi kita, dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Kotamobagu, 07 Maret 2016


Penulis

KELOMPOK 1A

I
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi fisiologi................................................................. 3
2.2 Definisi................................................................................ 9
2.3 Klasifikasi............................................................................ 10
2.4 Etiologi................................................................................ 11
2.5 Manifestasi klinis................................................................ 12
2.6 Patofisiologi......................................................................... 13
2.7 Komplikasi.......................................................................... 16
2.8 Pemeriksaan Diagnostik...................................................... 16
2.9 Penatalaksanaan................................................................... 16
2.10 Pencegahan................................................................. 20
2.11 Pengkajian Keperawatan............................................. 20
2.12 Diagnosa yang mungkin muncul................................ 23
2.13 Perencanaan Keperawatan ......................................... 24
2.14 Pelaksanaan Keperawatan........................................... 29
2.15 Evaluasi Keperawatan................................................. 29
BAB III TINJAUAN KRITIS
3.1 Simulasi kasus..................................................................... 31
3.2 Pengkajian........................................................................... 31

ii
3.3 Data Fokus........................................................................... 42
3.4 Analisa Data........................................................................ 42
3.5 Diagnosa Keperawatan........................................................ 44
3.6 Intervensi............................................................................. 44
3.7 Implementasi dan evaluasi.................................................. 48
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.......................................................................... 51
4.2 Saran.................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 52

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata
yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya
dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara
berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh
para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim
mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan
10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-
anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu,
skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah
penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya
dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan
pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke
dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan
masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi
pengetahuan tentang penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang mana
di negara Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat
perlu memahami dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan terhadap
pasien dengan retino blastoma.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep teori dari retinoblastoma?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan retinoblastoma?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
retinoblastoma.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi retinoblastoma.
b. Mengetahui dan memahami klasifikasi retinoblastoma.
c. Mengetahui dan memahami etiologi retinoblastoma.
d. Mengetahui dan memahami patofisiologi retinoblastoma.
e. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan
pada klien dengan retinoblastoma.
f. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan
retinoblastoma.
g. Mengetahui dan memahami komplikasi dari retinoblastoma.
h. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasien dengan
retinoblastoma.

1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu membuat perencanaan asuhan keperawatan pada kasus
retinoblastoma.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi fisiologi


1. Definisi mata
Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan
mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian
pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang
kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.
2. Struktur dan fungsi mata
Mata kita terdiri dari bermacam-macam struktur sekaligus dengan
fungsinya. struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi
mata meliputi Sklera, Konjungtiva, Kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf
optikus, Humor aqueus, serta Humor vitreus yang masing-masingnya
memiliki fungsi atau kerjanya sendiri. aku bahas satu-satu aja kali yah
mengenai struktur dan fungsi mata, dimana masing-masing dari struktur
mata m3empunyai Fisiologi mata itu sendiri. Berikut struktur mata beserta
fisiologisnya:
a. Sklera (bagian putih mata) merupakan lapisan luar mata yang berwarna
putih dan relatif kuat, melindungi struktur mata yang sangat halus dari
melekatnya otot bola mata.
b. Konjungtiva merupakan selaput tipis yang melapisi bagian dalam
kelopak mata dan bagian luar sklera, berfungsi untuk mencegah benda-
benda asing di dalam mata.
c. Kornea yaitu struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu
memfokuskan cahaya pada retina.
d. Pupil yaitu daerah hitam di tengah-tengah iris, sebagai gerbang
masuknya cahaya guna mencapai retina.
e. Iris adalah jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di
belakang kornea dan di depan lensa, berfungsi mengatur jumlah cahaya
yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil, serta sebagai
tirai yang melindungi retina.
f. Lensa adalah struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor
aqueus dan vitreus, berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke
retina dengan cara membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul
dari benda-benda yang dilihat menjadi bayangan jelas pada retina.
g. Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas
penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara
badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora serata, di
bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat
makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1-2 mm
yang berperan penting untuk tajam penglihatan.
Di tengah makula lutea terdapat bercak mengkilap yang merupakan
reflek fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola mata
terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik,
yang di tengahnya agak melekuk dinamakan eksvakasi foali.
Arteri retina sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di
tengah papil saraf optik.
Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini
tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel
kerucut (cones), yang merupakan reseptor penglihatan, ditambah 4
jenis neuron:
1) Sel bipolar
2) Sel ganglion
3) Sel horizontal
4) Sel amakrin
Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel
glia yang disebut sel muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini
membentuk membran pembatas dalam di permukaan dalam retina dan
membran pembatas luar di lapisan reseptor.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan
terdiri atas lapisan:
1) Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel
batang yang mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2) Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3) Lapis nukleus, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan
batang.
Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler
koroid.
Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal. Lapis
nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral. Lapis
pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat sinaps
sel tripolar, sel amakrin dengan sel ganglion. Lapis sel ganglion yang
merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua. Lapis serabut saraf,
merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik. Di
dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara
retina dan badan kaca.
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada
anemia dan iskemia dan merah pada hyperemia. Untuk melihat fungsi
retina maka dilakukan pemeriksaan subjektif retina seperti tajam
penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandangan. Pemeriksaan
objektif adalah:
1) Elektroretino-gram (ERG) berguna untuk menilai kerusakan luas
pada retina.
2) Elektro-okulogram (EOG).
3) Visual Evoked Respons (VER) berguna untuk mengetahui adanya
perbedaan rangsangan yang sampai ke korteks sehingga dapat
diketahui adanya gangguan rangsangan/penglihatan pada
seseorang.
Fungsi retina pada dasarnya adalah menerima bayangan visual
yang dikirim ke otak. Bagian sentral retina atau daerah makula
mengandung lebih banyak fotoreseptor kerucut daripada bagian perifer
retina.
1) Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak
diregion fovea, berfungsi untuk sensasi yang nyata (penglihatan
yang paling tajam) dan penglihatan warna.
2) Sel batang (rods) untuk sensasi yang sama-samar pada waktu
malam atau cahaya remang. Sel ini mengandung pigmen visual
ungu yang disebut rhodopsin.
h. Saraf optikus adalah kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan
visual dari retina ke otak.
i. Humor aqueus yaitu cairan jernih dan encer yang mengalir diantara
lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan
sumber makanan bagi lensa dan kornea, dihasilkan oleh prosesus
siliaris.
j. Humor vitreus merupakan gel transparan yang terdapat di belakang
lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata). Fungsinya
adalah memberi bentuk dan kekokohan pada mata serta
mempertahankan hubungan antara retina dengan choroid.
Fisiologinya adalah :
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur
jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti
halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka
cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di sekitar terang,
maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil dikontrol
oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris.
Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa
memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang
dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih
tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh, maka
otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah.
Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur,
kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga
kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang.
Keadaan ini disebut presbiopia.
Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina
yang paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf.
Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan gambaran visual yang tajam.
Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang listrik yang oleh
saraf optikus dibawa ke otak.
Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya.
Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma
optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian depan).
Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf tersebut
akan bergabung kembali.
Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:
a. Segmen anterior yaitu mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor
aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya.
Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior yaitu
mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior yaitu mulai dari iris
sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di
bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian
keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris.
b. Segmen posterior yaitu mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai
ke retina, berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola
mata.
Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja
sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial
tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai
saraf lainnya, yaitu :
a. Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam
retina ke otak.
b. Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air
mata.
c. Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan
merangsang otot pada tulang orbita.
d. Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri
dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena
oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar
melalui mata bagian belakang.
Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak
secara bebas ke segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap
debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya,
tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa
masuk. adapun struktur pelindung mata, meliputi:
a. Orbita
Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot,
saraf, pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan
mengalirkan air mata.
b. Kelopak Mata
Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata.
Kelopak mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata
dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Ketika
berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh
permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan
kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa
menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam
kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga
membungkus permukaan mata.
c. Bulu mata
Bulu Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak
mata dan berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak
sebagai barrier (penghalang). Kelenjar kecil di ujung kelopak mata
menghasilkan bahan berminyak yang mencegah penguapan air mata.
d. Kelenjar lakrimalis
Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan
kanan dan menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari
mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis, setiap duktus
memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat
hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata,
juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke
mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu
mencegah terjadinya infeksi.

2.2 Definisi
Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada
suatu atau kedua mata (Suriadi dan Rita Yuliani).
Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan
pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari
jaringan retino embrional (Mansjoer, 2005).
Retinoblastoma adalah Tumor ganas dalam bola mata pada anak dan
bayi sampai 5 tahun (Sidarta Ilyas, 2002).
Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik
yang tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak.
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai
saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi
secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus
unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral
tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain
terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan
retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo
Hagung Sutaryo, 2006).
Jadi dari beberapa pengertian diatas disimpulakan bahwa
retinoblastoma adalah penyakit kanker mata (retina) pada anak usia kurang
dari 5 tahun.

2.3 Klasifikasi
Menurut Reese-Ellsworth, retinoblastoma digolongkan menjadi :
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang
ekuator.
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
3. Golongan III
a. Beberapa lesi di depan ekuator.
b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter
papil
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd.
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata.
5. Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina.
b. Penyebaran ke vitreous.
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan
eksoftalmus kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga
orbita disertai nekrose diatasnya.
Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan
tempat utama dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I intraokular
a. Tumor retina.
b. Penyebaran ke lamina fibrosa.
c. Penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbita
a. Tumor orbita yaitu sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti
dengan biopsi.
b. Nervous optikus.

Menurut jenisnya, retinoblastoma dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Retinoblastoma eksofilik adalah retinoblastoma yang tumbuh menembus
keluar retina.
2. Retinoblastoma endofilik adalah massa tumor diretina yang tumbuh
hingga ke dalam viterus.

2.4 Etiologi
1. Pada kebanyakan kasus, tidak jelas apa yang menyebabkan mutasi genetik
yang menyebabkan retinoblastoma. Namun, kemungkinan retinoblastoma
pada anak-anak disebabkan karena mutasi genetik yang diwariskan dari
orang tua mereka.
2. Faktor herediter, dihubungkan dengan penyimpangan kromosom. Hal ini
terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant
protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14.
3. Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini
dapat timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel.
Penanda genetik yang bisa dipakai antara lain enzim esterase-D, LDH
(laktat dehidrogenase). LDH ini ditemukan dalam humor aqueus karena
nekrosis dari sel-sel tumor, yang disebabkan oleh mutasi dalam sebuah sel
benih (humor aqueus) akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut.
Bersifat somatic yang menyerang salah satu mata maupun kelainan yang
diturunkan secara autosom dominant yang menyerang kedua mata. Kanker
bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).
4. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi
pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel
somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam
suatu generasi.
5. Riwayat keluarga yang menderita kanker apapun, misalnya ca
cervix/mammae, ca paru. Sifat sel tumor pleotropik, jadi punya
kecenderungan untuk mutasi kebentuk apapun

2.5 Manifestasi Klinis


1. Refleks mata boneka “cat eye reflex” atau leukokoria, pupil keputihan
merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan, dikarenakan
massa tumor yang semakin membesar.
2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau
terdapatnya warna iris yang tidak normal, bila letak tumor di makula.
3. Tanda-tanda peradangan vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai
uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
4. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan
menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau
hifema.
5. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola
mata.
6. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
7. Tajam penglihatan sangat menurun.
8. Kelopak mata menurun dan pupil melebar.
9. Nyeri
10. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga
badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan
pembuluh darah di atasnya (neovaskularisasi) serta pendarahan.
11. Warna iris tidak normal.
12. Muntah, anorexia, berat badan menurun.

2.6 Patofisiologi
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler yang
ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun. Tumor
berasal dari jaringan retina embrional, dapat terjadi unilateral (70%) dan
bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediten yang
diwariskan melalui kromosom. Massa tumor dapat tumbuh ke dalam vitreous
(endofilik) dan tumbuh menembus keluar lapisan retina atau ke ruang sub
retina (endofilik). Kadang-kadang tumor berkembang difus. Pertumbuhan
endofilik lebih umum terjadi. Tumor endofilik timbul dari lapisan inti dalam
lapisan serabut saraf dan lapisan ganglion retina. Tipe eksofilik timbul dari
lapisan inti luar dan dapat terlihat seperti ablasio retina yang solid.
Perluasan retina okuler ke dalam tumor vitreous dapat terjadi pada tipe
endofilik dan dapat timbul sebaran metastase lewat spatium subretina atau
melalui tumor vitreous. Selain itu tumor dapat meluas lewat infiltrasi pada
lamina cribrosa langsung ke nervus optikus dengan perluasan ke lapisan
koroid dapat ditemukan infiltrasi vena-vena pada daerah tersebut disertai
metastasis hematogen ke tulang dan sumsung tulang.
Retinoblastoma terbagi atas IV stadium, masing-masing : Stadium I :
menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang), stadium II :
tumor terbatas pada bola mata, stadium III : terdapat perluasan ekstra okuler
regional, baik yang melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat
enuklasi, dan stadium IV : ditemukan metastase jauh ke dalam otak.
Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi
perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat
memiliki kemungkinan 50% menurunkan anak dengan retinoblastom
2.7 Komplikasi
Komplikasi dari penyakit retinoblastoma adalah :
1. Ablasio Retina
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen
retina (RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat
terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia
setengah baya atau lebih tua.
2. Glukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan
menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari
bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata
akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang
akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata
akan mati.
3. Kebutaan

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan fisik : opthalmoscopy bilateral, foto fundus dimana terdapat
gambaran kalsifikasinberupa warna putih dan ablasi retina.
2. CT scan digunakan untuk melihar perluasan tumor ketulang.
3. MRI dapat digunakan untuk melihat perluasan tumor ke nervus optikus.
4. Pemeriksaan laboratorium meliputi enzim LDH dan esterase-D.
5. Sensitivitas USG mencapai 97 % dan dapat membedakan retinoblastoma
dengan retinoprematuritas, serta digunakan untuk pasien dengan metastase
keluar misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
6. Aspirasi bone marrow
2.9 Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama
adalah pengobatan local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan
sistemik untuk jenis ekstrokular, regional, dan metastatic.
Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya
masih terlindungi. Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang
memiliki riwayat keluarga, karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara
13% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya terambil atau
keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik pada waktu masuk
atau setelah gagal pengobatan local.
Jenis terapi :
1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk
retinoblastoma. Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu
setelha prosedur ini, untuk meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun,
apabila enukleasi dilakukan pada dua tahun pertama kehidupan, asimetri
wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan orbita. Bagaimanapun,
jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan konservatif
mungkin bisa diambil.
Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga anterior,
atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi
karena katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau
teratur. Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis
tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Massa orbita harus dihindari.
Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah kontraindikasi pada
pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita.
2. External beam radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi
merupakan terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan
eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy dengan pemecahan konvensional
yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah harus dibawah anestesi dan
imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama yang erat antara
dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan.
Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik
dan lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan
fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus
diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan
pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan ganguan
kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi malignasi skunder.
3. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang
makin sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu
biasanya digunakan untuk tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang yang
tidak setuju dengan kryo atau fotokoagulasi, pada kasus yang residif
setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga digunakan pada terapi awal,
khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara ini
menimbulkan malignansi sekunder.
4. Kryo atau fotokoagulasi
Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan
dapat diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang
beberapa kali sampai kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan
unntuk tumorbagian depan dan dilakukan dengan petanda kecil yang
diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi secara umum
digunakan untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon
atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula
atau diskus optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut yang
nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau
sedikit menyebabkan komplikasi jangka panjang.
5. Modalitas yang lebih baru
Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan
kemoterapi sebagai terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan
untuk mengurabgi ukuran tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara
lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak berguna untuk kasus intraocular,
tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan lebih bisa penetrasi
ke mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-kasus
yang tidak dilakukan EBICT atau enukleasi, khususnya kasus yang telah
lanjut. Carboplatin baaik sendiri atau dikombinasi dengan vincristine dan
VP16 atau VM26 setelah digunakan. Sekarang kemoreduksi dilakukan
sebagai terspi awal kasus retinoblastoma bilateral dan mengancam fungsi
mata.
6. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian
yang luas, prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan
pada sejumlah kecil pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga
karena kurang diterimanya secra luas sistem stadium yang dibandingkan
dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar penelitian didasarkan pada
gambaran factor risiko secara histopatologi.
Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting
untuk menentukan risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi
adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki
faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang pendek (< 5 mm), tumor
undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi
cvvvvvvvvvvingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah
penyebaran ke otak tidak dianjurkan.
Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal
dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid,
teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir
ini adalah dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir
menemukan bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi preauricular
dihubungkan dengan keluaran yang buruk, sebagian besar pasien ini akan
mencapai harapan hidup yang panjang dengan pendekatan kombinasi
kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi bisa dicapai oleh
pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal ini
biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein
pada retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug resistance
terhadap kemoterapi.

2.10 Pencegahan
1. Selalu bina hidup sehat.
2. Bina lingkungan yang sehat.
3. Hindari zat-zat pemicu kanker.
4. Kenali sejak dini tonjolan yang tidak normal
5. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan ASI pada bayi serta makanan yang
bergizi.

2.11 Pengkajian Keperawatan


1. Biodata
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur untuk mengetahui angka kejadian
biasanya pada usia 0-5 tahun, agama, jenis kelamin untuk
membandingkan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan,
pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
nomor register, dan diagnosa medis.
b. Identitas orang tua
Identitas orang tua yang terdiri dari nama Ayah dan Ibu, usia,
pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
c. Identitas saudara kandung
Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin,
hubungan dengan klien, dan status kesehatan.
2. Keluhan utama
Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam, kurang
nafsu makan, gelisah, cengeng, nyeri pada luka post operasi, terjadi
infeksi pada luka post op, serta perawatan dan pengobatan lanjutan dari
tindakan operasi.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian ini yang perlu dikaji adanya keluhan dari orang tua
bahwa mata anaknya juling dan adanya penurunan tajam penglihatan.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adakah riwayat pernah mengalami penyakit pada mata atau keluhan
pada mata dan obat yang telah diberikan.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga lain yang mengalami penyakit seperti yang
dialami pasien.
4. Riwayat psikososial dan spiritual
Bagaimana anggota keluarga mengetahui penyakit anaknya, apakah
mengalami kecemasan, rasa takut, kegelisahan karena penyakit yang
dideritanya dan bagaimana anggota keluarga menggunakan koping
mekanisme untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
5. Pola-pola fungsi kesehatan
Masalah yang sering muncul pada pasien dengan post operasi apabila
tidak terdapat komplikasi, adalah sebagai berikut :
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana persepsi pasien tentang hidup sehat, dan apakah dalam
melaksanakan talaksana hidup sehat penderita membutuhkan bantuan
orang lain atau tidak.
b. Pola tidur dan istirahat
Dikaji berapa lama tidur, kebiasaan disaat tidur dan gangguan selama
tidur sebelum pelaksanaan operasi dan setelah palaksanaan operasi.
Juga dikaji bagaimana pola tidur dan istirahat selama masuk rumah
sakit.
c. Pola aktifitas dan latihan
Apa saja kegiatan sehari-hari pasien sebelum masuk rumah sakit.
Juga ditanyakan aktifitas pasien selama di rumah sakit, sebelum dan
setelah pelaksanaan operasi.
d. Pola hubungan dan peran
Bagaimana hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya. Apakah
peranan pasien dalam keluarga dan masyarakat. Juga ditanyakan
bagaimana hubungan pasien dengan pasien lain dirumah
sakit,sebelum dan setelah pelaksanaan operasi.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana body image, harga diri, ideal diri, dan identitas diri
pasien. Apakah ada perasaan negatif terhadap dirinya. Juga
bagaimana pasien menyikapi kondisinya setelah palaksanaan operasi.
f. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana daya penginderaan pasien. Bagaimana cara berpikir dan
jalan pikiran pasien.
g. Pola penanggulangan stress
Bagaimana pasien memecahkan masalah yang dihadapi dan stressor
yang paling sering muncul pada pasien.
6. Pemeriksaan
a. Status kesehatan umum
Bagaimana keadaan penyakit dan tanda-tanda vitalnya.
b. Pemeriksaan mata
1) Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola
mata sehingga dapat merusak semua organ di mata yang
menyebabkan tajam penglihatan sangat menurun.
2) Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan
bahkan dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf
III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata juling.
3) Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal,
konjungtiva, kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil. Pada
retinoblastoma didapatkan:
a) Leukokoria
Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
b) Hipopion
Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
c) Hifema
Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan.
d) Uveitis
4) Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan
keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan pada penderita
dengan retinoblastoma.
5) Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papi
saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat
perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
6) Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan
bola mata meningkat.

2.12 Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi


1. Pra operasi
a. Gangguan sensori-persepsi: penglihatan berhubungan dengan
penurunan visus mata.
b. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan keterbatasan lapang
pandang.
c. Kecemasan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi
tentang prosedur tindakan pembedahan.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan di
daerah mata.
2. Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi enukleasi
bulbi prosedur.
b. Gangguan sensori-persepsi : penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori organ mata dan lingkungan secara
terapetik dibatasi.
c. Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okular.
d. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedure tindakan
invasive insisi jaringan tubuh.
e. Kurang pengetahuan perawatan tentang mata berhubungan dengan
kurang informasi tentang perawatan diri.

2.13 Perencanaan Keperawatan


Tindakan sebelum pembedahan
a. Kaji mata yang akan op tandai, lokasi ,visus , TIO, infeksi,laborat,
lokal/general.
b. Kalau pakai alat bantu lihat ukuran lensa, kelengkapan alat mis
tantalum ,silikon,lensa,
c. Lakukan anal test, pemberian midriatika,anestesi lokal
d. Lakukan pencukuran bulu mata
e. Turunkan tingkat efek psikologis cemas.
f. Informed consent, jelaskan rencana tindakan pembedahan
Tindakan paska pembedahan
a. Observasi tanda vital,perdarahan,rasa nyeri paska bedah
b. Hindari trauma pasang dop
c. Posisikan pasien sesuai jenis pembedahan , pada ablasio pastikan
udara menekan lokasi ablasio retina
d. Rawat luka secara aseptik
e. Cek visus, dan tanda tanda radang
f. Ajari pasien dan keluarga memberikan obat tetes mata, persiapkan
untuk perencanaan pulang.
1. Pra operasi :
a. Gangguan sensori-persepsi: penglihatan berhubungan dengan
kekeruhan lensa mata.
1) Tujuan/ kriteria evaluasi
a) Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situsi
individu.
b) Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan.
c) Mengidentifikasi memperbaiki potensial bahaya dalam
lingkungan.
2) Rencana keperawatan
a) Gunakan alat bantu sensori seperti, kacamata.
b) Tingkatkan stimuli untuk mencapai input sensori yang sesuai
(misalnya, peningkatan interaksi sosial, sediakan radio,
televisi, dan jam dinding dengan angka-angka)
c) Kuranginya jumlah stimulus untuk mencapai input sensori
yang sesuai (misalnya, lampu redup).
d) Orientasikan pada orang, tempat, waktu, dan situasi dalam
setiap interaksi.
e) Yakinkan pasien/keluarga bahwa defisit persepsi/sensori
adalah sementara.
f) Identifikasi diri orang yang masuk ke area pasien
g) Jangan memindahkan barang-barang di dalam kamar pasien
tanpa memberitahukan pasien.
b. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan
1) Tujuan/ kriteris evaluasi
Tidak terjadi cedera
2) Rencana keperawatan
a) Orientasikan kembali pasien terhadap realitas lingkungan bila
dibutuhkan.
b) Bantu pasien dengan ambulansi, sesuai dengan kebutuhan.
c) Gunakan alarm untuk mengingatkan pemberi perawatan bila
pasien bangun dari tempat tidur atau meninggalkan ruangan.
d) Tempatkan bel atau lampu panggil pada tempat yang mudah
dujangkau pasien.
e) Ajarkan pasien untuk meminta bantuan dengan gerakan.
f) Jauhi bahaya lingkungan, berikan pencahayaan yang adekuat.
g) Jangan lakukan perubahan yang tidak diperlukan di
lingkungan fisik.
h) Gunakan alas kaki yang sesuai, yang tidak tinggia dan tali
terikat dengan aman.
i) Naikkan penghalang tempat tidur
c. Kecemasan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi
tentang prosedur tindakan pembedahan.
1) Tujuan/kriteria evaluasi
a) Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa
cemas/takutnya.
b) Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan
kecemasannya berkurang
2) Rencana keperawatan
a) Kaji tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda
verbal dan nonverbal.
b) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan
perasaan takutnya.
c) Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.
d) Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi,
harapan dan akibatnya.
e) Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan
prosedur tindakan.
f) Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan,
petugas, dan peralatan yang akan digunakan.
g) Kolaborasi : dengan dokter mata tentang penggantian lensa.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kekeruhan lensa.
1) Tujuan/ kriteria evaluasi
a) Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap
persepsi diri negatif.
b) Persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh
sendiri
2) Rencana keperawatan
a) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
b) Hindari membuat penilaian moral tentang pola hidup
c) Diskusikan efek penyakit pada faktor ekonomi pasien/orang
terdekat
d) Anjurkan pasien memakai pakaian yang berwarna merah
terang, biru/hitam
1. Post operasi
a. Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi enukleasi
bulbi.
1) Tujuan/kriteria evaluasi
a) Klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang
b) Tidak merintih atau menangis
c) Ekspresi wajah rileks
d) Klien mampu beristrahat dengan baik
e) Skala nyeri: 1-3
2) Rencana keperawatan
a) Kolaborasi dengan individu untuk menjelaskan metode apa
yang digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri
(relaksasi,distraksi).
b) Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan analgesik
pada penurunan rasa nyeri yang optimal.
c) Pantau tekanan darah setiap 4 jam.
b. Resiko cedera berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okular
1) Tujuan/ kriteris evaluasi
Tidak terjadi cedera
2) Rencana keperawatan
a) Orientasikan kembali pasien terhadap realitas lingkungan bila
dibutuhkan.
b) Bantu pasien dengan ambulansi, sesuai dengan kebutuhan.
c) Gunakan alarm untuk mengingatkan pemberi perawatan bila
pasien bangun dari tempat tidur atau meninggalkan ruangan.
d) Tempatkan bel atau lampu panggil pada tempat yang mudah
dujangkau pasien
e) Ajarkan pasien untuk meminta bantuan dengan gerakan.
f) Jauhi bahaya lingkungan, berikan pencahayaan yang adekuat.
g) Jangan lakukan perubahan yang tidak diperlukan di
lingkungan fisik
h) Gunakan alas kaki yang sesuai, yang tidak tinggia dan tali
terikat dengan aman.
i) Naikkan penghalang tempat tidur.
c. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan prosedure tindakan
invasive enukleasi bulbi.
1) Tujuan/kriteria evalusi
Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur
pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan
desinfeksi secara tepat dan benar.
2) Rencana keperawatan
a) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan secara
tepat.
b) Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan babas dari
kontaminasi dunia luar.
c) Jaga area kesterilan luka operasi.
d) Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam
merawat luka.
e) Kolaborasi terapi medik pemberian antibiotika profilaksis

2.14 Pelaksanaan Keperawatan


Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat melaksanakan
berbagai startegi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan
dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004).
Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya
kemampuan dalam prosedur klien. Dalam pelaksanaan rencana tindakan
terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan jenis mandiri dan kolaboratif.
Sebagai profesi perawat mempunyai kewenangan dalam tanggung jawab
dalam menentukan komponen pada tahap asuhan keperawatan.
Komponen pada tahap implementasi adalah:

1. Tindakan keperawatan mandiri


Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesan dokter. Tindakan
keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek American
Nurses Associantion (1973) dan kebijakan institusi perawatan kesehatan.
2. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaboratif di implementasikan bila perawat
bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain dalam membuat
keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah klien.

2.15 Evaluasi keperawatan


Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan
criteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus
dimiliki perawata pada tahap ini adalah memahami respom terhadap
intervensi keperawatan. Kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang
tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan-
tindakan keperawatan pada kriteria hasil.
Padatahap evaluasi ini terdiri dari 2 kegiatan yaitu:
1. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat
memberikan intervensi dengan respon segera.
2. Evaluasi sumatif merupakan rekaptulasi dari hasil obsevasi dan analisis
status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan
pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga sebagian alat ukur
suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan
apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian.
a. Tujuan tercapai
Tujuan dikatakan tercapai bila klien telah menunjukan perubahan
kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian
Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tecapai
secara keseluruhan sehingga masih perlu dcari berbagai maslah atau
penyebabnya, sepert klien dapat makan sendiri tetapi masih merasa
mual, setelah makan bahkan kadang-kadang muntah.
c. Tujuan tidak tercapai
Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukan adanya
perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.
BAB III

TINJAUAN KRITIS

3.1 Simulasi kasus


Anak D umur 4 tahun, di rawat di RSUD Datoe Binangkang tanggal 07 Maret
2016. An.D di diagnosa retinoblastoma pada mata kanannya setahun yang
lalu. Lima bulan yang lalu, mata kanan An.D dilakukan operasi
pengangkatan tumor. Saat ini An.D masuk rumah sakit karena di mata kirinya
terdapat bercak putih di mata tengahnya. Matanya menonjol
terdapat stabismus, dengan keluhan nyeri pada mata..Klien mengeluh matanya
buram, Warna iris tidak normal. Mata kirinya visus 1/60 dan dari hasil
pemeriksaan patologi anatomi di temukan metastase ke otak dan mata kiri.
Dari keterangan keluarga, ternyata nenek pasien pernah menderita kanker
paru.

3.2 Pengkajian
Di RSUD Datoe Binangkang Kotamobagu No.RM : 250594
Tanggal masuk : 05 Maret 2016 Jam : 08.00 WITA
Tanggal pengkajian : 08 Maret 2016
1. Identitas Klien
Nama : An.D
TTL : Kotamobagu, 27 Februari 2012
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 4 tahun, 9 hari
Golongan Darah :O
Pekerjaan :-
Status Perkawinan :-
Nama Ayah/ Ibu : Tn. M / Ny.M
Alamat : Jl. Fajar Bulawan, Kel. Mogolaing
Agama : Islam
Suku bangsa : Mongondow, Indonesia
Pendidikan terakhir :-
Pendidikan terakhir ibu : SMP
Ruang Rawat : Anggrek
Tanggal Masuk : 05 Maret 2016
2. Sumber Info
Penanggung jawab
Nama : Ny. M
Umur : 19 tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Fajar Bulawan, Kel. Mogolaing
Hubungan dengan klien : Ibu
3. Diagnosa medis : Retinoblastoma
4. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan Utama : Penurunan fungsi penglihatan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
1) P : An.D dibawa ke RS karena matanya menonjol dan juling.
Sebelumnya An.D merasakan panas pada mata dan timbul
kemerahan sekitar mata kemudian diberi obat tetes mata tetapi
timbul bintik putih di tengah mata.
2) Q : Penurunan fungsi penglihatan ditunjukkan saat An.D berlari
menghampiri ibunya tetapi yang dihampiri adalah orang lain.
3) R : Matanya tidak mampu melihat secara maksimal.
4) S : Saat mulai terlihat ada bintik putih pada mata dan matanya
mulai membesar, An.D tidak mau bermain lagi dan hanya
menangis saja.
5) T : Penurunan fungsi penglihatan diketahui orang tua saat An.D
An.D berusia 3 tahun dan didiagnosa retinoblastoma di mata
kanannya dan 5 bulan yang lalu sudah dilakukan operasi.Untuk
mata yang sebelah kiri baru diketahui sejak 1 minggu yang lalu
sampai saat ini karena ada bintik putih pada tengah matanya.
c. Riwayat Penyakit dahulu
1) Keadaan saat prenatal, perinatal, dan postnatal.
a) Perinatal
Ibu mengatakan tidak pernah periksa selama hamil, mual (-),
muntah (-), Hiperemesis(-), Jantung (-), Diabetes(-)
b) Perinatal dan Postnatal
Lahir ditolong oleh bidan, spontan pada umur cukup bulan,
langsung menangis, gerak aktif, BBL tidak ditimbang
2) Penyakit yang pernah diderita : panas dan batuk pilek
3) Hospitalisasi / Tindakan operasi : pernah dirawat di RS / pernah
dilakukan tindakan operasi.
4) Injury dan kecelakaan : tidak ada
5) Alergi : tidak ada riwayat alergi
6) Imunisasi dan tes laboratorium
a) Imunisasi
BCG : umur 1 bulan
Polio : 1,2,3,4 : umur 2,4,6,8 bulan
DPT 1,2,3 : umur 2,4,6 bulan
Hepatitis B 1: 1x
Campak : umur anak 9 bulan
Imunisasi di posyandu
d. Riwayat Keluarga
Genogram
Ket :
: Penderita retinoblastoma

: Perempuan

: Laki-laki

: Klien

: Meninggal

: Tinggal serumah

: Hubungan keluarga

Pada genogram ini klien tinggal bersama kedua orang tuanya


serta kakek dan nenek (orang tua dari ibunya). Klien anak pertama dan
anak tunggal. Sesuai dengan genogram di atas, keluarga klien yaitu
nenek (ibu dari ibunya) pernah menderita kanker paru.

5. Pola aktifitas sehari-hari


a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Menurut ibu, kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Jika ada
anggota keluarga yang sakit, dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit.
Jika hanya sakit panas dan batuk, hanya beli obat di warung saja.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit : Makan frekuensi 3x sehari dengan komposisi
nasi, ikan, sayur, porsi makan dihabiskan. An.D
minum 5 - 6 gelas sehari, air putih, teh dan
kadang-kadang susu.
Saat dikaji : Saat di RS cairan I VD51/2S untuk hidrasi.
Kebutuhan cairan=1200cc/hari. Anak tidak mau
makan lewat oral, anak terpasang sonde, diit per
sonde susu 100 ml/3jam. Dan makin lama nafsu
makan anak menurun.
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : BAB teratur 1 x sehari, dan BAK 6-7 kali sehari.
Saat dikaji : Selama sakit pola BAB berubah. Selama dirawat
di RS An.D BAB 1x, BAK 6-7 kali sehari, lancar
dan tidak ada keluhan, dengan konsistensi
lembek, warna kuning, bau khas feses, kemudian
BAK dengan konsistensi dan bau khas amoniak
d. Pola aktifitas
Sebelum sakit : Aktivitas saat di rumah nonton TV, membaca
atau bermain dengan temannya.
Saat dikaji : Klien tampak lemah dan gelisah, klien melakukan
aktifitas dengan bantuan keluarga. Aktivitas
terbatas di tempat tidur.
e. Pola aktifitas dan tidur
Sebelum sakit : Klien tidur ± 7-8 jam perhari, terkadang klien
tidur siang
Saat dikaji : Selama di RS, anak bisa tidur pulas, waktu anak
tidur tidak pasti.
f. Pola pengetahuan dan persepsi
Sebelum sakit : Klien tidak mempunyai pengetahuan yang cukup
luas dan tidak mengetahui tentang penyakitnya
dikarenakan klien masih anak-anak dan belum
sekolah.
Saat dikaji : Klien mulai mengetahui penyakit yang
dideritanya melalui orang tuanya.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit : Klien tidak mengalami gangguan konsep diri,
kesadaran dan pola pikir klien baik seperti anak
lainnya.
Saat dikaji : Menurut ibu anak tidak masalah dengan
penampilan dirinya.
h. Pola hubungan dengan orang lain
Sebelum sakit : Klien menjalin hubungan yang baik dengan
semua orang, baik itu orang tuanya, kakek, nenek,
paman, bibi, dan teman-temannya.
Saat dikaji : Klien juga masih menjalin hubungan yang baik
dengan semua orang
i. Pola manajemen stress
Sebelum sakit : Klien tidak mengalami stress
Saat dikaji : Klien juga tidak stress dengan keadaannya, tapi
klien selalu berdoa dengan dibantu kedua orang
tuanya.
j. Pola nilai kepercayaan
Sebelum sakit : Klien percaya dengan agama yang dianutnya
dengan cara sholat, berdoa, dan belajar mengaji,
dibantu oleh kedua orang tuanya.
Saat dikaji : Klien masih percaya dengan agama yang
dianutnya, namun hanya bisa sholat dan berdoa di
atas tempat tidur, tidak bisa belajar mengaji
karena masalah pengihatannya.
k. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum klien : Kesadaran compos mentis
dengan Glasgow Coma Scale
(GCS) : 4, 5, 6 = 15
Eye : 4 (Membuka mata
spontan)
Verbal : 5 (Orientasi baik)
Motorik : 6 (Gerakan sesuai
Perintah)
a) An.D terlihat lemah.
b) Menangis.
c) Bola mata terlihat
menonjol.
d) Sekitar mata terlihat
ada benjolan.
e) Ada leukokoria
f) Pandangan An.D tidak
fokus pada pemeriksa.
2) Tanda-tanda vital : S : 38 celcius (normal 36,2
37,8 celcius)
N : 100 x/menit ( 80 – 160
x/menit)
TD : 98/60 mmHg (96±30,
66±25 mmHg)
RR : 20 x/menit (20 – 40
x/menit)
3) Pemeriksaan Head to Toe
a) Kepala
(1) Inspeksi
Warna kulit : Sawo matang
Mudah rontok : Tidak rontok
Kesimetrisan : Simetris
Rambut berketombe : Tidak berketombe
Alopesia : Tidak ada
Bentuk kepala : Mesocepal. Frontal menghadap ke
depan parietal menghadap kebelakang
(2) Palpasi
Nyeri tekan : Ada nyeri tekan
b) Wajah
(1) Inspeksi
Pergerakan wajah : Ada kekakuan
Ekspresi : Tampak lemah dan meringis
Pigmentasi : Tidak ada pigmentasi
Acne : Tidak ada acne
c) Mata
(1) Inspeksi
Alis mata : Penyebaran merata, warna hitam
Kelopak mata : Tidak simetris kiri dan kanan, ada
edema
Sclera : putih
Konjungtiva : Tidak anemis
Pupil : pupil anisokor 5mm/3mm
(2) Palpasi
Tekan bola mata : Ada nyeri tekan pada bola mata
d) Hidung dan sinus
(1) Inspeksi
Nasal septum : Berada di tengah
Bentuk : Simetris kiri dan kanan
Membran mukosa : Tampak merah muda
Obstruksi : Tidak ada obstruksi
Polip : Tidak ada peradangan yang
menyebabkan penyumbatan
(2) Palpasi
Sinus frontalis : Tidak ada nyeri tekan
Sinus maksilaris : Tidak ada nyeri tekan
Penciuman : Baik (dapat membedakan bau)
e) Telinga
(1) Inspeksi
Bentuk : Simetris kiri dan kanan
Daun telinga
Warna : Sawo matang
Lesi : Tidak ada lesi
Liang telinga
Serumen : Tidak ada serumen
Otore : Tidak ada otore
f) Mulut
(1) Inspeksi
Bibir
Bentuk : Tipis
Kondisi : Tampak kering
Lesi : Tidak ada lesi
Warna : Merah muda
Mukosa mulut
Warna : Tampak merah muda
Lesi : Ada lesi (stomatitis)
Gusi
Warna : Tampak merah muda
Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
Gigi
Warna : Putih dan coklat
Carries : Ada carries
Lidah
Warna : Tampak merah muda
Tekstur : Halus lembut
Tremor : Tidak ada tremor
g) Leher
(1) Inspeksi
Warna : Sawo matang
Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan
Tiroid : Tidak ada pembesaran tiroid
(2) Palpasi
Kelenjar tiroid : Tidak ada nyeri tekan
Letak trakea : Di tengah
h) Thoraks dan Paru
(1) Inspeksi
Bentuk dada : Simetris
Irama pernafasan : Teratur
Suara Pernafasan : Vesikuler
Batuk : Tidak batuk, tidak ada sekret
Retraksi otot bantu
napas : tidak ada
(2) Palpasi
Massa : Tidak ada masa
Nyeri tekan : Tidak ada
Bunyi : Sonor
(3) Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Bunyi jantung : S1 tunggal, S2 split tak konstan
i) Abdomen
(1) Palpasi
Warna : Sawo matang
Bentuk : Datar
(2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
(3) Auskultasi : Terdengar bising usus
Normal : 5-10x/menit
j) Genetalia
(1) Jenis kelamin : Laki-laki
(2) Testis : Ada
k) Anus
(1) Inspeksi
Hemoroid : Tidak ada
Lesi : Tidak ada
l) Ekstremitas
(1) Ekstremitas Atas
Bentuk : Simetris kiri dan kanan
Edema : Tidak terdapat edema
Tremor : Tidak ada
Masa otot : Menurun
(2) Ekstremitas Bawah
Simetris : Simetris kiri dan kanan
Edema : Tidak terdapat edema
Lesi : Tidak ada lesi
Tremor : Tidak ada tremor
(3) Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor kulit : Berkeringat
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 08 Maret 2014
a. Hb 9,8 gram/dl (13-17)
b. AL 11,13 x 103/ul (5-11)
c. Segment 54,1% (36-66)
d. Lymp 28,1% (22-40)
e. Mono 0,5% (4-8)
f. PLT 314 x 103/ul (150-450)
g. BUN 8,2 mg/dl (7-18)
h. CREAT 0,43 mg/dl (0,6-1,3)
Tanggal 09 Maret 2014
a. CK 424 U/L (38-174)
b. CKMB 54,3 U/L (0-10)
Analisa Data
No. Hari/tanggal/jam Data Fokus Etiologi Problem
1. Sabtu/08 Maret 2016/ DS
08.00 WITA -Mengeluh nyeri di Tumor membesar dan penekanan Nyeri kronis
bagian mata kiri seperti di tumor ke arah otak
ketuk-ketu
-keluhan nyeri saat
menggerakan mata
-mengeluh sakit kepala
seperti rasa nyeri di
bagian mata kiri

DO
P : Bola mata menoinjol
Q : Nyeri seperti di ketuk-
ketuk
R : Kepala dan mata kiri
S : 6 (1-10)
T : Lama, ekspresi
meringgis dan sering
menangis
2. Sabtu/08 Maret 2016/ DS Gangguan penerimaan sensori pada Gangguan persepsi
08.00 WITA - Klien mengeluh buram lapisan fotoreseptor sensori (penglihatan)
saat melihat

DO
-Visus mata kiri 1/60

3. Sabtu/08 Maret 2016/ DS Keterbatasan lapang pandang Resiko tinggi cidera


08.00 WITA -Klien mengeluh
pandangan kabur

DO
-Ketajaman penglihatan
menurun
-terdapat bercak putih di
mata klien
3.5 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan metastase ke otak, penekanan tumor ke arah otak.
2. Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori dari mata
3. Resiko tinggi cidera, berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang

3.6 NCP (Nursing Care Planning)


Ruang : Anggrek
Nama Klien : Tn. A
Umur : 40 tahun
No. Register : 250594

Rencana Asuhan Keperawatan


No. Diagnosa
Hari/Tanggal TT
Dx Keperawatan Tujuan
Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Sabtu/08 Maret 1 Nyeri berhubungan Setelah diberikan  Tentukan riwayat  Dengan mengetahui
2016 dengan metastase ke asuhan keperawatan nyeri, misalnya skala nyeri penderita
otak, penekanan tumor selama 1x248 jam lokasi nyeri, maka dapat
ke arah otak
diharapkan rasa frekuensi, durasi, ditentukan tindakan
nyeri berkurang dan intensitas (skala yang sesuai untuk
bahkan hilang, 0 – 10) dan tindakan menghilangkan rasa
dengan kriteria hasil penghilangan yang nyeri tersebut
: digunakan
- Klien tidak  Berikan tindakan  Tindakan
mengeluh nyeri kenyamanan dasar kenyamanan dasar
lagi. (misalnya: reposisi) dapat menurunkan
- Klien dapat dan aktifitas hiburan rasa nyeri.
mengetahui cara (misalnya: mudik,
pereda nyeri. telefisi).
- Klien merasa  Bicarakan dengan  Persetujuan klien dan
nyaman. individu dan keluarga akan
keluarga mempermudah
penggunaan terapi pelaksanaan terapi
distraksi, serta
metode pereda nyeri
lainnya.
 Ajarkan tindakan  Untuk selanjutnya
pereda nyeri klien dapat
melakukan tindakan
pereda nyeri secara
 Beri individu pereda mandiri
rasa sakit yang  Rasa nyeri dapat
optimal dengan berkurang.
analgesik
Sabtu/08 Maret 2 Gangguan persepsi Setelah diberikan  Orientasikan pasien  Orientasi akan
2016 sensorik penglihatan asuhan keperawatan terhadap mempercepat
berhubungan dengan 1x24 jam diharapkan lingkungan, staf, penyesuaian diri
gangguan penerimaan klien dapat : orang lain di pasien di lingkungan
sensori dari mata. - Mengenal areanya. baru
gangguan  Letakkan barang  Mempermudah
sensori dan yang pengambilan barang
berkompensasi dibutuhkan/posisi jika dibutuhkan.
terhadap bel pemanggil dalam
perubahan jangkauan.
- Mengidentifika  Dorong klien untuk  Dengan mengetahui
si/memperbaiki mengekspresikan ekspresi perasaan
potensial perasaan tentang pasien dapat
bahaya dalam kehilangan/kemungk mempermudah
lingkungan inan kehilangan tindakan keperawatan
penglihatan. selanjutnya
Kriteria Hasil :  Lakukan tindakan  Ketajaman
- Visus mata baik untuk membantu penglihatan dapat
- Fungsi pupil baik pasien untuk digunakan untuk
- Memperlihatkan menangani mengetahui gangguan
orientasi keterbatasan penglihatan yang
terhadap sekitar penglihatan, contoh, terjadi
baik. atur perabot/mainan,
perbaiki sinar suram
dan masalah
penglihatan malam
 Mengurangi bahkan
 Kolaborasi dengan menghilangkan sel
dokter ahli bedah kanker pada mata

Sabtu/08 Maret 3 Resiko tinggi cidera Setelah diberikan  Orientasikan pasien  Orientasi akan
2016 berhubungan dengan asuhan keperawatan klien terhadap mempercepat
keterbatasan lapang selama 1x24 jam lingkungan, staf, dan penyesuaian diri
pandang. diharapkan klien orang lain yang ada pasien di lingkungan
dapat : di areanya. baru.
- Menunjukkan  Anjurkan keluarga  Dukungan keluarga
perubahan memberikan mainan penting dalam proses
perilaku pola yang aman (tidak penyembuhan pasien
hidup untuk pecah), dan
menurunkan pertahankan pagar
faktor resiko dan tempat tidur.
untuk  Arahkan semua alat  Mempermudah
melindungi dari mainan yang pengambilan
cedera. dibutuhkan klien
- Mengubah pada tempat sentral
lingkungan pandangan klien dan
sesuai indikasi mudah untuk
untuk dijangkau.
meningkatkan
keamanan
- Menyatakan
kepemahaman
faktor yang
terlibat dalam
kemungkinan
cedera.

Kriteria hasil :
- Strabismus
hilang
- Pandangan
pasien fokus
- Tidak pernah
jatuh saat
berjalan
- Resiko cidera
berkurang.
3.7 Catatan Perkembangan
Ruang : Anggrek
Nama Klien : Tn. A
Umur : 40 tahun
No. Register : 250594

No.
Hari/tanggal Dx. Jam Implementasi Evaluasi
Kep
Sabtu/08 1 08.30 1. Mengkaji riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, Minggu, 08 Maret 2016
Maret 2016 frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0 – 10) dan Jam 09.35 WITA
tindakan penghilangan yang digunakan
08.35 2.Memberikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya: S:
reposisi) dan aktifitas hiburan (misalnya: mudik, Orang tua An.D mengatakan An.D
telefisi). penglihatannya agak baik setelah dibedah,
09.00 3.Berbicara dengan An.D dan keluarga penggunaan matanya sudah tidak membesar.
terapi distraksi, serta metode pereda nyeri lainnya.
09.05 4.Mengajarkan tindakan pereda nyeri. O:
09.10 5.Memberikan obat pereda rasa sakit yang optimal - Bola mata tidak terlihat menonjol
dengan analgesic - Sudah tidak ada benjolan pada mata
- Leukokoria masih ada
- Pandangan An.D mulai fokus pada
Sabtu/08 2 08.30 1. Menentukan ketajaman penglihatan, mencatat pemeriksa
Maret 2016 apakah satu atau kedua mata terlibat.
08.35 2. Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan, staf A : Masalah teratasi sebagian
dan orang lain di areanya.
09.00 3 Mendorong klien untuk mengekspresikan perasaan P : Lanjutkan Intervensi (2 dan 4)
tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan
penglihatan.
09.15 4. Melakukan tindakan untuk membantu pasien untuk
menangani keterbatasan penglihatan, contoh,
aturperabot/mainan, perbaiki sinar suram dan masalah
penglihatan malam.
5. Berkolaborasi dengan dokter ahli bedah mata
Minggu, 09 Maret 2016
Jam 09.05 WITA

S:
Orang tua An.D mengatakan An.D
penglihatannya agak baik setelah dibedah,
matanya sudah tidak membesar.

O:
- Bola mata tidak terlihat menonjol
Sabtu/08 3 08.50 Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, Minggu, 09 Maret 2016
Maret 2016 dan orang lain yang ada di areanya. Jam 09.05 WITA
09.08
Menganjurkan keluarga memberikan mainan yang
S:
aman (tidak pecah), dan mempertahankan pagar
Orang tua An.D mengatakan An.D
tempat tidur.
09.09 penglihatannya agak baik setelah dibedah,
Mengarahkan semua alat mainan yang dibutuhkan
matanya sudah tidak membesar.
klien pada tempat sentral pandangan klien dan mudah
untuk dijangkau.
O:
- Bola mata tidak terlihat menonjol
- Sudah tidak adabenjolan pada mata
- Strabismus hilang
- Pandangan An. D mulai fokus pada
pemeriksa
- Tetap berdiri dan berjalan tanpa jatuh

A : Masalah teratasi

P : Hentikan Intervensi dan pertahankan hasil


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina
(sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor
ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia
dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat
terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral
bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara
intensif dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut
tidak mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu
memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat segera
diobati.

4.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu untuk melakukan asuhan keperawatan
terhadap penderita retinoblastoma. Perawat juga harus mampu berperan
sebagai pendidik. Dalam hal ini melakukan penyuluhan mengenai
pentingnya hal-hal yang dapat memperberat penyakit, hal-hal yang harus
dihindarkan dan bagaimana cara pengobatan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn, E. et. al. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta.

Ganong, William, F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. EGC : Jakarta.

Mansjoer, A., et. al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. I, Edisi III, Cetakan IV, Media
Aekulapius. FK-UI : Jakarta.

Wilkinson Judith, Ahern. 2009. Buku saku : Diagnosa Keperawatan, Edisi 9. EGC :
Jakarta

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35544-
Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Retinoblastoma.html

http://nerssyamsi.blogspot.com/2011/12/asuhan-keperawatan-retinoblastoma.html

You might also like