Professional Documents
Culture Documents
RETINOBLASTOMA
OLEH : KELOMPOK 1A
OCSHI C. PAKAYA
DWITA S. TABILANTANG
ANGGUN A. MAMONTO
RIA A. ANGGAI
KIKI P SURATMAN
LUSI MAMONTO
FERDINA NALOLE
HERU SAPUTRA
CICI O. DAMOGALAD
2013-2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga atas
kemurahan dan kasihNya kita masih diberikan kesempatan untuk menikmati nafas
kehidupan sampai saat ini dan juga saya bisa menyelesaikan makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan klien Retinoblastoma” dengan baik dan seturut
kehendak Tuhan.
Tak lupa juga, ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam penulisan makalah ini, lebih khususnya kepada bapak Ns.
Nur Indah Sari Zeen, S.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Persepsi
Sensori yang sudah memberikan motivasi, bimbingan, dan ide untuk dapat
mengembangkan kemampuan saya terhadap penulisan asuhan keperawatan ini.
Saya sadar bahwa karya tulis ini seperti kata pepatah yang mengatakan
“Tak ada gading yang tak retak” yang artinya masih jauh dari kesempurnaan
atau masih ada kesalahan dalam penyusunan, baik itu terhadap kalimatnya
maupun terhadap isinya. Hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca, demi perbaikan dan kesempurnaan di
masa yang akan datang. Akhir kata, semoga asuhan keperawatan ini dapat
bermanfaat bagi kita, dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
KELOMPOK 1A
I
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi fisiologi................................................................. 3
2.2 Definisi................................................................................ 9
2.3 Klasifikasi............................................................................ 10
2.4 Etiologi................................................................................ 11
2.5 Manifestasi klinis................................................................ 12
2.6 Patofisiologi......................................................................... 13
2.7 Komplikasi.......................................................................... 16
2.8 Pemeriksaan Diagnostik...................................................... 16
2.9 Penatalaksanaan................................................................... 16
2.10 Pencegahan................................................................. 20
2.11 Pengkajian Keperawatan............................................. 20
2.12 Diagnosa yang mungkin muncul................................ 23
2.13 Perencanaan Keperawatan ......................................... 24
2.14 Pelaksanaan Keperawatan........................................... 29
2.15 Evaluasi Keperawatan................................................. 29
BAB III TINJAUAN KRITIS
3.1 Simulasi kasus..................................................................... 31
3.2 Pengkajian........................................................................... 31
ii
3.3 Data Fokus........................................................................... 42
3.4 Analisa Data........................................................................ 42
3.5 Diagnosa Keperawatan........................................................ 44
3.6 Intervensi............................................................................. 44
3.7 Implementasi dan evaluasi.................................................. 48
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.......................................................................... 51
4.2 Saran.................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 52
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu membuat perencanaan asuhan keperawatan pada kasus
retinoblastoma.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.2 Definisi
Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada
suatu atau kedua mata (Suriadi dan Rita Yuliani).
Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan
pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari
jaringan retino embrional (Mansjoer, 2005).
Retinoblastoma adalah Tumor ganas dalam bola mata pada anak dan
bayi sampai 5 tahun (Sidarta Ilyas, 2002).
Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik
yang tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak.
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai
saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi
secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus
unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral
tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain
terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan
retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo
Hagung Sutaryo, 2006).
Jadi dari beberapa pengertian diatas disimpulakan bahwa
retinoblastoma adalah penyakit kanker mata (retina) pada anak usia kurang
dari 5 tahun.
2.3 Klasifikasi
Menurut Reese-Ellsworth, retinoblastoma digolongkan menjadi :
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang
ekuator.
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
3. Golongan III
a. Beberapa lesi di depan ekuator.
b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter
papil
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd.
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata.
5. Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina.
b. Penyebaran ke vitreous.
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan
eksoftalmus kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga
orbita disertai nekrose diatasnya.
Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan
tempat utama dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I intraokular
a. Tumor retina.
b. Penyebaran ke lamina fibrosa.
c. Penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbita
a. Tumor orbita yaitu sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti
dengan biopsi.
b. Nervous optikus.
2.4 Etiologi
1. Pada kebanyakan kasus, tidak jelas apa yang menyebabkan mutasi genetik
yang menyebabkan retinoblastoma. Namun, kemungkinan retinoblastoma
pada anak-anak disebabkan karena mutasi genetik yang diwariskan dari
orang tua mereka.
2. Faktor herediter, dihubungkan dengan penyimpangan kromosom. Hal ini
terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominant
protektif yang berada dalam pita kromosom 13q14.
3. Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini
dapat timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel.
Penanda genetik yang bisa dipakai antara lain enzim esterase-D, LDH
(laktat dehidrogenase). LDH ini ditemukan dalam humor aqueus karena
nekrosis dari sel-sel tumor, yang disebabkan oleh mutasi dalam sebuah sel
benih (humor aqueus) akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut.
Bersifat somatic yang menyerang salah satu mata maupun kelainan yang
diturunkan secara autosom dominant yang menyerang kedua mata. Kanker
bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).
4. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi
pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel
somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam
suatu generasi.
5. Riwayat keluarga yang menderita kanker apapun, misalnya ca
cervix/mammae, ca paru. Sifat sel tumor pleotropik, jadi punya
kecenderungan untuk mutasi kebentuk apapun
2.6 Patofisiologi
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler yang
ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun. Tumor
berasal dari jaringan retina embrional, dapat terjadi unilateral (70%) dan
bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediten yang
diwariskan melalui kromosom. Massa tumor dapat tumbuh ke dalam vitreous
(endofilik) dan tumbuh menembus keluar lapisan retina atau ke ruang sub
retina (endofilik). Kadang-kadang tumor berkembang difus. Pertumbuhan
endofilik lebih umum terjadi. Tumor endofilik timbul dari lapisan inti dalam
lapisan serabut saraf dan lapisan ganglion retina. Tipe eksofilik timbul dari
lapisan inti luar dan dapat terlihat seperti ablasio retina yang solid.
Perluasan retina okuler ke dalam tumor vitreous dapat terjadi pada tipe
endofilik dan dapat timbul sebaran metastase lewat spatium subretina atau
melalui tumor vitreous. Selain itu tumor dapat meluas lewat infiltrasi pada
lamina cribrosa langsung ke nervus optikus dengan perluasan ke lapisan
koroid dapat ditemukan infiltrasi vena-vena pada daerah tersebut disertai
metastasis hematogen ke tulang dan sumsung tulang.
Retinoblastoma terbagi atas IV stadium, masing-masing : Stadium I :
menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang), stadium II :
tumor terbatas pada bola mata, stadium III : terdapat perluasan ekstra okuler
regional, baik yang melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat
enuklasi, dan stadium IV : ditemukan metastase jauh ke dalam otak.
Pada beberapa kasus terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi
perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat
memiliki kemungkinan 50% menurunkan anak dengan retinoblastom
2.7 Komplikasi
Komplikasi dari penyakit retinoblastoma adalah :
1. Ablasio Retina
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen
retina (RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat
terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia
setengah baya atau lebih tua.
2. Glukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak
langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan
menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari
bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata
akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang
akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata
akan mati.
3. Kebutaan
2.10 Pencegahan
1. Selalu bina hidup sehat.
2. Bina lingkungan yang sehat.
3. Hindari zat-zat pemicu kanker.
4. Kenali sejak dini tonjolan yang tidak normal
5. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan ASI pada bayi serta makanan yang
bergizi.
TINJAUAN KRITIS
3.2 Pengkajian
Di RSUD Datoe Binangkang Kotamobagu No.RM : 250594
Tanggal masuk : 05 Maret 2016 Jam : 08.00 WITA
Tanggal pengkajian : 08 Maret 2016
1. Identitas Klien
Nama : An.D
TTL : Kotamobagu, 27 Februari 2012
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 4 tahun, 9 hari
Golongan Darah :O
Pekerjaan :-
Status Perkawinan :-
Nama Ayah/ Ibu : Tn. M / Ny.M
Alamat : Jl. Fajar Bulawan, Kel. Mogolaing
Agama : Islam
Suku bangsa : Mongondow, Indonesia
Pendidikan terakhir :-
Pendidikan terakhir ibu : SMP
Ruang Rawat : Anggrek
Tanggal Masuk : 05 Maret 2016
2. Sumber Info
Penanggung jawab
Nama : Ny. M
Umur : 19 tahun
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Fajar Bulawan, Kel. Mogolaing
Hubungan dengan klien : Ibu
3. Diagnosa medis : Retinoblastoma
4. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan Utama : Penurunan fungsi penglihatan.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
1) P : An.D dibawa ke RS karena matanya menonjol dan juling.
Sebelumnya An.D merasakan panas pada mata dan timbul
kemerahan sekitar mata kemudian diberi obat tetes mata tetapi
timbul bintik putih di tengah mata.
2) Q : Penurunan fungsi penglihatan ditunjukkan saat An.D berlari
menghampiri ibunya tetapi yang dihampiri adalah orang lain.
3) R : Matanya tidak mampu melihat secara maksimal.
4) S : Saat mulai terlihat ada bintik putih pada mata dan matanya
mulai membesar, An.D tidak mau bermain lagi dan hanya
menangis saja.
5) T : Penurunan fungsi penglihatan diketahui orang tua saat An.D
An.D berusia 3 tahun dan didiagnosa retinoblastoma di mata
kanannya dan 5 bulan yang lalu sudah dilakukan operasi.Untuk
mata yang sebelah kiri baru diketahui sejak 1 minggu yang lalu
sampai saat ini karena ada bintik putih pada tengah matanya.
c. Riwayat Penyakit dahulu
1) Keadaan saat prenatal, perinatal, dan postnatal.
a) Perinatal
Ibu mengatakan tidak pernah periksa selama hamil, mual (-),
muntah (-), Hiperemesis(-), Jantung (-), Diabetes(-)
b) Perinatal dan Postnatal
Lahir ditolong oleh bidan, spontan pada umur cukup bulan,
langsung menangis, gerak aktif, BBL tidak ditimbang
2) Penyakit yang pernah diderita : panas dan batuk pilek
3) Hospitalisasi / Tindakan operasi : pernah dirawat di RS / pernah
dilakukan tindakan operasi.
4) Injury dan kecelakaan : tidak ada
5) Alergi : tidak ada riwayat alergi
6) Imunisasi dan tes laboratorium
a) Imunisasi
BCG : umur 1 bulan
Polio : 1,2,3,4 : umur 2,4,6,8 bulan
DPT 1,2,3 : umur 2,4,6 bulan
Hepatitis B 1: 1x
Campak : umur anak 9 bulan
Imunisasi di posyandu
d. Riwayat Keluarga
Genogram
Ket :
: Penderita retinoblastoma
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Hubungan keluarga
DO
P : Bola mata menoinjol
Q : Nyeri seperti di ketuk-
ketuk
R : Kepala dan mata kiri
S : 6 (1-10)
T : Lama, ekspresi
meringgis dan sering
menangis
2. Sabtu/08 Maret 2016/ DS Gangguan penerimaan sensori pada Gangguan persepsi
08.00 WITA - Klien mengeluh buram lapisan fotoreseptor sensori (penglihatan)
saat melihat
DO
-Visus mata kiri 1/60
DO
-Ketajaman penglihatan
menurun
-terdapat bercak putih di
mata klien
3.5 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan metastase ke otak, penekanan tumor ke arah otak.
2. Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori dari mata
3. Resiko tinggi cidera, berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang
Sabtu/08 Maret 3 Resiko tinggi cidera Setelah diberikan Orientasikan pasien Orientasi akan
2016 berhubungan dengan asuhan keperawatan klien terhadap mempercepat
keterbatasan lapang selama 1x24 jam lingkungan, staf, dan penyesuaian diri
pandang. diharapkan klien orang lain yang ada pasien di lingkungan
dapat : di areanya. baru.
- Menunjukkan Anjurkan keluarga Dukungan keluarga
perubahan memberikan mainan penting dalam proses
perilaku pola yang aman (tidak penyembuhan pasien
hidup untuk pecah), dan
menurunkan pertahankan pagar
faktor resiko dan tempat tidur.
untuk Arahkan semua alat Mempermudah
melindungi dari mainan yang pengambilan
cedera. dibutuhkan klien
- Mengubah pada tempat sentral
lingkungan pandangan klien dan
sesuai indikasi mudah untuk
untuk dijangkau.
meningkatkan
keamanan
- Menyatakan
kepemahaman
faktor yang
terlibat dalam
kemungkinan
cedera.
Kriteria hasil :
- Strabismus
hilang
- Pandangan
pasien fokus
- Tidak pernah
jatuh saat
berjalan
- Resiko cidera
berkurang.
3.7 Catatan Perkembangan
Ruang : Anggrek
Nama Klien : Tn. A
Umur : 40 tahun
No. Register : 250594
No.
Hari/tanggal Dx. Jam Implementasi Evaluasi
Kep
Sabtu/08 1 08.30 1. Mengkaji riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, Minggu, 08 Maret 2016
Maret 2016 frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0 – 10) dan Jam 09.35 WITA
tindakan penghilangan yang digunakan
08.35 2.Memberikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya: S:
reposisi) dan aktifitas hiburan (misalnya: mudik, Orang tua An.D mengatakan An.D
telefisi). penglihatannya agak baik setelah dibedah,
09.00 3.Berbicara dengan An.D dan keluarga penggunaan matanya sudah tidak membesar.
terapi distraksi, serta metode pereda nyeri lainnya.
09.05 4.Mengajarkan tindakan pereda nyeri. O:
09.10 5.Memberikan obat pereda rasa sakit yang optimal - Bola mata tidak terlihat menonjol
dengan analgesic - Sudah tidak ada benjolan pada mata
- Leukokoria masih ada
- Pandangan An.D mulai fokus pada
Sabtu/08 2 08.30 1. Menentukan ketajaman penglihatan, mencatat pemeriksa
Maret 2016 apakah satu atau kedua mata terlibat.
08.35 2. Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan, staf A : Masalah teratasi sebagian
dan orang lain di areanya.
09.00 3 Mendorong klien untuk mengekspresikan perasaan P : Lanjutkan Intervensi (2 dan 4)
tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan
penglihatan.
09.15 4. Melakukan tindakan untuk membantu pasien untuk
menangani keterbatasan penglihatan, contoh,
aturperabot/mainan, perbaiki sinar suram dan masalah
penglihatan malam.
5. Berkolaborasi dengan dokter ahli bedah mata
Minggu, 09 Maret 2016
Jam 09.05 WITA
S:
Orang tua An.D mengatakan An.D
penglihatannya agak baik setelah dibedah,
matanya sudah tidak membesar.
O:
- Bola mata tidak terlihat menonjol
Sabtu/08 3 08.50 Mengorientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, Minggu, 09 Maret 2016
Maret 2016 dan orang lain yang ada di areanya. Jam 09.05 WITA
09.08
Menganjurkan keluarga memberikan mainan yang
S:
aman (tidak pecah), dan mempertahankan pagar
Orang tua An.D mengatakan An.D
tempat tidur.
09.09 penglihatannya agak baik setelah dibedah,
Mengarahkan semua alat mainan yang dibutuhkan
matanya sudah tidak membesar.
klien pada tempat sentral pandangan klien dan mudah
untuk dijangkau.
O:
- Bola mata tidak terlihat menonjol
- Sudah tidak adabenjolan pada mata
- Strabismus hilang
- Pandangan An. D mulai fokus pada
pemeriksa
- Tetap berdiri dan berjalan tanpa jatuh
A : Masalah teratasi
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina
(sel kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor
ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia
dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat
terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral
bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara
intensif dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut
tidak mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu
memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat segera
diobati.
4.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu untuk melakukan asuhan keperawatan
terhadap penderita retinoblastoma. Perawat juga harus mampu berperan
sebagai pendidik. Dalam hal ini melakukan penyuluhan mengenai
pentingnya hal-hal yang dapat memperberat penyakit, hal-hal yang harus
dihindarkan dan bagaimana cara pengobatan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn, E. et. al. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta.
Ganong, William, F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. EGC : Jakarta.
Mansjoer, A., et. al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. I, Edisi III, Cetakan IV, Media
Aekulapius. FK-UI : Jakarta.
Wilkinson Judith, Ahern. 2009. Buku saku : Diagnosa Keperawatan, Edisi 9. EGC :
Jakarta
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35544-
Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Retinoblastoma.html
http://nerssyamsi.blogspot.com/2011/12/asuhan-keperawatan-retinoblastoma.html