You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN DENGUE HAEMORHAGIC

FEVER DI RUANG PERAWATAN CENDRAWASIH


RS.SARI MULIA BANJARMASIN

DI SUSUN OLEH :

SRI SURYANINGSIH ( 17 IK 545 )

PROGRAM STUDI SARJANAN KEPERAWATAN


FALKUTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2019
JUDUL KASUS : Dengue Haemorhagic Fever
TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : Ruang Cendrawasih Rs.Sari Mulia Banjarmasin
NAMA : Sri Suryaningsih

Banjarmasin, ……………………….20

Menyetujui,

RS.Sari Mulia Banjarmasin Program Studi sarjana


keperawatan Universitas Sari mulia
Preseptor Klinik (PK) preceptor akademik (PA)

Yetti Girsang, AMK Umi Hanik Fetriah, Ns., M.Kep

NIK : NIK :
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : Dengue Haemorhagic Fever


TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : Ruang Cendrawasih Rs.Sari Mulia Banjarmasin
NAMA : Sri Suryaningsih

Banjarmasin, ……………………….20

Menyetujui,

RS.Sari Mulia Banjarmasin Program Studi sarjana


keperawatan Universitas Sari mulia
Preseptor Klinik (PK) preceptor akademik (PA)

Yetti Girsang, AMK Umi Hanik Fetriah, Ns., M.Kep

NIK : NIK :
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Demam dengue /DF dan demam berdarah dengue /DBD (dengue
haemorhagic fever /DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disetai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik . Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau penumpukan cairan
dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome ) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Sudoyo
Aru, dkk 2011)
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak
dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa
demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi
Arbovirus ( Artropod Born Virus ) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegepty atau oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari, 2016).

B. Etiologi
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue
Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus
Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang
ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup
dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang.
Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak.
Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan antibodi yang terbentuk
terhadap serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang lain tersebut. Seseorang
yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan
diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010).
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil , sensitif terhadap
inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70ºC.
Keempat tipe tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3
yang paling banyak ditemukan (Hendarwanto 2010).

C. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan


viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan ( pelepasan zat bradikinin, serotinin,
trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia
menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari,
penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus
(Murwani, 2011).

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan


dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi
cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena,
peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan
jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung
lam akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila
tidak segera diatasi dengan baik (Murwani, 2011).
Pathway

Hipertermi Peningkatan reabsorbi Permeabilitas membrane


Na˖ dan H2O meningkat

Resiko syok hipovelemik

Renjatan hipovelemik
dan hipotensi

Plasma menguap Pada jaringan Kebocoran plasma


interstitial tubuh

Penekanan syaraf Edem

Hambatan rasa nyaman Ke extravaskuler

Hepar Abdomen

Hepatomegali Ascite

Mual, muntah

Penekanan intraabdomen

Nyeri Ketidak seimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhn tubuh
D. Manifestasi Klinis / Gambaran Klinik
Manifestasi Klinis Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis
dari DHF adalah :

1. Demam tinggi sampai 40 oC dan mendadak


2. Anoreksia
3. Mual muntah
4. Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
5. Nyeri kepala
6. Nyeri otot dan sendi
7. Uji tourniquet positif
8. Perdarahan, petechiae; epitaksis; perdarahan massif
9. Trombositopenia (< 100.000/ mm3 )

Klasifikasi
Menurut WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DBD/DHF
menjadi 4 derajat, yaitu sebagai berikut:
Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
perdarahan(ujitourniquiet positif).
Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan
lain.
Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotensi
disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah.
Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.
E. Komplikasi
1. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombsit dan
koagulopati dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit
muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit.
Pendarahan dapat diliat pada uji tourniquet posistif, pletie, ekimosis, dan
pendarahan saluran cerna, hematesis, dan melana (Hadinegoro, 2016)
2. Kegagalan Sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas vaskuler seingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hiponatremia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah
jantung sehingga terjadi disfungsi atau penurunan perkusi organ. DSS
juga disertai kegagalan homeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan
integritas sisitem kardivaskuler, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan
dannkerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi
kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninnggal dalam waktu
12-24 jam (Hadinegoro, 2016).
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan
dengan nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobules hati dan
sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih
besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus
antibody (Hadinegoro, 2016).
4. Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstrasi cairan
intavaskuler sel,hal tersebut dibuktikn dengan adanya cairan dalam
ranggo pleura dan adanya dipsnea (Hadinegoro, 2016).
F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai
pemeriksaan penunjang, diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologi, (Hadinegoro, 2011).
a. Pemeriksaan laboratorium
1). Pemeriksaan darah Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. IgG dengue positif (dengue blood)
b. Trombositipenia
c. Hemoglobin meningkat >20%
d. Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema,
hiponatremia, hipokalemia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Waktu perdarahan memanjang

G. Penatalaksanaan Medis
1. DHF tanpa kenjatan
a. Beri minum 1-2 liter perhari
b. Obat anti piretik untuk menurunkan panas dapat juga dilakukan
kompres
c. Berikan infuse jika terus muntah dan hemotokrit meningkat
2. DHF dengan kenjatan
a. Pasang infuse (RL,NaC faali)
b. Tranfusi jika Hb dan Ht turun

H. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengawasan tanda-tanda vital secara kontinyu tiap jam
2. Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit
3. Observasi intake output
4. Diet makan lunak
5. Pada pasiean DHF derajat I pasien di istirahatkan, obsevsi tanda vital
dan diberikan kompres
6. Pada pasiean DHF derajat II pengawasan tanda vital, sakit perut dan beri
infuse
7. Pada pasiean DHF derajat III infuse guyur, posisi semi fowler, beri O2
pengawasan tanda vital, pasang kateter, observasi produksi urin.
8. Resiko perdarahan
a. Observasi pendarahan : pteckie, epistaksis, hematomesisi dan
menelan.
b. Catat banyak, warna dari pendarahan
c. Pasang NGT pada pasien dengan pendarahan tractus gastro
intenstinal
9. Pengkajian suhu tubuh
a. Observasi : Ukur suhu tubuh pasiean
b. Berikan minum banyak
c. Berikan kompres

Daftar Pustaka

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika

Carpenito, Lynda Jual-Moyet. 2008. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.
Jakarta: EGC.

NANDA. 2012. Diagnosa Nanda: Definisi dan klasifikasi. Philadelphia: USA

Ratna Dewi. 2011. Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta: PT Indeks. Rahardjo, .

Lestari,Titik. (2016). Asuhan keperawatan anak.Yogyakarta : Nuha Medika.

Prasetyono, D.S. 2012.A-Z Daftar Tanaman Obat Ampuh disekitar Kita.

You might also like